Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN 1

B. MASALAH 3

C. PEMBAHASAN 4

D. KESIMPULAN DAN SARAN 7

E. DAFTAR PUSTAKA 8
KONSEP, SISTEM, DAN PROSES MANAJEMEN KINERJA
(STUDI KASUS PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA)
OLEH
IRFAN TULAK

A. PENDAHULUAN

Kinerja menurut Amstrong dan Baron adalah hasil pekerjaan yang

mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategi organisasi, kepuasan

konsumen, dan memberikan kontribusi ekonomi. Kinerja merupakan hasil

pekerjaan yang dikerjakan berdasarkan petunjuk, arahan pimpinan,

kompetensi dan kemampuan karyawan dalam mengembangkan nalarnya

dalam bekerja. Menurut Lebas dan Euske (2004) kinerja dapat

digambarkan sebagai berikut:

1. Kinerja dapat diukur

2. Kinerja merupakan upaya dalam mencapai sesuatu

3. Kinerja merupakan hasil dari suatu aksi

4. Kinerja adalah kemampuan untuk menghasilkan atau potensi dalam

menciptakan hasil

5. Kinerja adalah perbandingan antara apa yang dihasilkan dengan

patokan

6. Kinerja adalah hasil yang mengejutkan dibandingkan yang diharapkan

7. Kinerja merupakan pertunjukan

8. Kinerja adalah bertindak

9. Kinerja merupakan suatu keputusan yang didasarkan pada sesuatu

yang lain sebagai pembanding.

1
Dalam mengukur kinerja ada faktor-faktor yang mempengaruhi, antara

lain (1) faktor individu (2) Faktor Kepemimpinan (3) Faktor tim kerja (4)

Faktor Sistem Organisasi (5) Faktor situasi atau konteks. Kinerja berperan

dalam organisasi yang menjadi pusat daya tarik yaitu tingkat kompetensi

atau persaingan yang akan menuju pada hypercompetition sehingga para

manajer akan menyusun strategi baru untuk keberlanjutan organisasi, hal

yang kedua bahwa kinerja menjadi alat ukur untuk mengetahui

perkembangan organisasi dalam mencapai tujuan sesuai dengan tahapan

yang direncanakan.

Sebagai bahan mencapai tujuan organisasi maka perlunya manajemen

kinerja. Menurut Withford dan Coetsee (2006) manajemen kinerja adalah

sebuah filosofi tentang pengelolaan prilaku manusia yang memiliki tujuan

untuk menfasiltasi dan mendukung keselarasan tujuan-antara individu

dengan tujuan organisasi dalam rangka menghasilkan kinerja organisasi

dan kinerja keuangan. Komponen yang mempengaruhi kinerja antara lain

perencanaan, pengawasan, pengembangan, peringkat, penghargaan.

Dalam sektor publik diperlukan pengelolaan manajemen kinerja demi

tercapainya good governance, yang mewujudkan cita-cita berbangsa dan

bernegara. Untuk mewujudukan penyelenggaraan pemerintah yang baik

tersebut maka diperlukan pengelolaan anggaran berbasis kinerja yang

dapat diukur.

2
Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara sebagai Provinsi Ke-34 dan

sekaligus menjadi Provinsi Termuda telah banyak menghasilkan prestasi.

Hal yang sangat menonjol dalam tata pemerintahan adalah mendapatkan

Opini dari Badan Pemeriksa Keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)

selama lima kali berturut-turut. Penghargaan ini merupakan wujud nyata

Pemerintah Provinsi yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam

mengelola anggaran atau telah mengelola kinerja dengan baik.

Selain opini WTP dari Badan Pemeriksa Keuangan, Pemerintah

Provinsi Kalimantan Utara juga memperolah Predikat B atas Laporan Hasil

Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LHE-SAKIP)

dari Kementerian Pendayaagunaan Aparatur Negara. Hasil yang diperoleh

merupakan hasil yang baik dalam pengukuran kinerja pemerintah.

B. MASALAH

Manajemen Kinerja Pemerintah Daerah merupakan bagian penting

dalam menuju good governance. Provinsi Kalimantan Utara merupakan

provinsi paling muda telah berhasil meraih prestasi termasuk dalam

pelaksanaan kinerja maka melalui tulisan ini diharapkan dapat mempelajari

bagaimana konsep, sistem dan proses manajemen kinerja pada Provinsi

Kalimantan Utara.

3
C. PEMBAHASAN

Provinsi Kalimantan Utara merupakan Provinsi Ke 34 Republik

Indonesia sesuai dengan Undang-undang nomor 20 Tahun 2012. Provinsi

ini berbatasan darat dengan Malaysia, ibu kota Provinsi adalah tanjung

selor, Luas Provinsi Kalimantan Utara 77.382,78 km2 dengan jumlah

penduduk 610.000 jiwa (sensus penduduk 2011), secara administratif

menjadi lima wilayah yaitu Kota Tarakan, Kabupaten Bulungan, Kabupaten

Nunukan, Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana Tidung.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara telah mendapatkan berbagai

penghargaan dalam pengelolaan pemerintahan antara lain:

1. Penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI) atas opini WTP dari

BPK pada 2014, 2015 dan 2016.

2. Meraih BKN Award atas seleksi penerimaaan CPNS tahun 2014

dengan proses terbaik seluruh Indonesia melalui metode Computed

Asisted Test (CAT).

3. Gubernur Kalimantan Utara sebagai inisiator Provinsi Kalimantan Utara

menuju Provinsi Layak Anak dari Menteri Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak RI.

4. Gubernur Kalimantan Utara atas keberhasilannya dalam mencapai

indeks demokrasi indonesia tingkat Provinsi tahun 2016 dengan

kategori baik dari Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan

Keamanan RI.

5. Keberhasilan menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Tahun

2016 dengan capaian standar tertinggi dari Kementerian Keuangan RI.

4
6. Kapabilitas APIP di 2019 berada pala level 3 sesuai kriteria penilaian

internasional.

7. Meraih Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa

Keuangan RI tahun 2014, 2015, 2016, 2017, 2018 atau lima tahun

berturut-turut.

Prestasi Provinsi Kalimantan Utara menunjukkan bahwa adanya visi

dan misi yang terukur dari kepala daerah dan wakil kepala daerah. Kepala

daerah telah membuat sistem untuk mencapai setiap tahapan-tahapan.

Organisasi merupakan suatu sistem yang dapat bersifat tertutup atau

terbuka. Jika tertutup adalah sifat organisasi tidak dipengaruhi maupun

tidak mempengaruhi lingkungannya, sedangkan terbuka adalah organisasi

dan lingkungannya saling mempengaruhi.

Manajemen Kinerja menurut Surya Dharma (2005) adalah suatu

cara untuk mendapatkan hasil yang lebih baik bagi individu, kelompok dan

organisasi dengan memahami dan mengelola kinerja sesuai dengan target

yang direncanakan, standar dan persyaratan kompetensi yang telah

ditetapkan. Faktor yang paling penting adalah penetapan sasaran yang

telah ditentukan. Dalam hal ini Provinsi Kalimantan Utara telah menyusun

RPJPD, RPJMD, RENSTRA dan RENJA.

Kepala Organisasi membuat perjanjian Kinerja dengan Gubernur

yang diikuti secara berjenjang sampai staf. Perjanjian kinerja ini merupakn

tolak ukur bagi pencapaian masing-masing individu, lingkup pengawas,

lingkup administrator, lingkup pejabat tinggi pratama, sampai kepada

capaian kinerja organisasi perangkat daerah. Sistem Kinerja ini diukur

5
dengan aplikasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

dan pengukuran kinerja individu dinilai berdasasrkan aplikasi SIMPEG yang

mengukur keluara invidu dalam melaksanakan kegiatan setiap harinya.

Manajemen Kinerja menurut Performance Management Handbook

Departemen Energi USA adalah suatu usaha pendekatan secara sistematik

untuk memperbaiki kinerja secara berkelanjutan dalam penetapan sasaran

kinerja strategik, mengukur kinerja, mengumpulkan, menganalisa,

menelaah dan melaporkan data kinerja serta menggunakan data tersebut

untuk memacu perbaikan kinerja.

Menurut Bititci et al (1997) menjelaskan tentang proses manajemen

kinerja yaitu sebuah proses pengelolaan kinerja yang berorientasi dan

sejalan dengan strategi fungsional dan strategi perusahaan serta tujuan

perusahaan secara keseluruhan. Manajemen kinerja bersifat berkelanjutan

dengan alur kerja (1) prasyarat yang diperlukan; (2) perencanaan kinerja;

(3) pelaksanaan kinerja; (4) asesmen kinerja; (5) reviu kinerja; (6)

pembaharuan dan kontrak kinerja..

Pemerintah Daerah dalam menjalankan pemerintahannya

berpegang pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

(RPJPD) merupakan perencanaan dua puluh tahun, Kepala Daerah terpilih

dalam mewujudkan janji politik tetap berpatokan kepada RPJPD tersebut

yang dirumuskan dalam Rencana Panjang Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) yang berisi Rencana Strategis (RENSTRA) masing-masing

organisasi perangkat Daerah merupakan perencanaan lima tahun,

6
selanjutnya perencanaan operasional disebut Rencana Kerja (RENJA)

merupakan perencanaan tahunan.

Gubernur dan Kepala Daerah akan membuat perjanjian kinerja setiap

tahunnya yang berisi komitmen kepala daerah dalam mencapai

perencanaan tahunan sebagai bahan penilaian terhadap capaian kinerja.

Kinerja tersebut akan diukur setiap triwulan dan akan diakumulasi tahunan

sebagai bahan evaluasi dan perbaikan berkelanjutan. Penyusunan kinerja

akan diukur melalui aplikasi SIMPEG bagaimana output dari masing-

masing individu dalam mencapai kinerja dan akan terakumulasi pada

laporan triwulan pada aplikasi SAKIP. Pengawasan Kinerja tersebut akan

diawasi melalui sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) sebagai

bahan indikasi awal dalam pengawawasan internal.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara telah menerapkan sistem dan

proses manajemen kinerja sebagaimana amanat dari Peraturan Presiden

nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah dan pentunjuk teknisnya Peraturan Menteri Pemberdayaan

Aparatur Negara nomor 54 tahun 2014 tentang petunjuk teknis perjanjian

kinerja, pelaporan kinerja, dan tata cara reviu laporan kinerja instransi

pemerintah.

Proses manajemen kinerja telah berjalan dari Perjanjian Kinerja yang

di laksanakan masing-masing invidu dan telah dibuatkan laporan serta

pelaksanaan evaluasi kinerja. Manajemen Kinerja pada Pemerintah

Provinsi Kalimantan Utara sebagai manajemen sektor publik mencakup

7
perencanaan strategik, perencanaan kinerja, pengukuran kinerja dan

pelaporan kinerja.

E. DAFTAR PUSTAKA

Arfan, Muhamad.2019.https://kaltim.tribunnews.com/2019/05/20/pemprov-

kaltara-kembali-raih-opini-wtp-dari-bpk-ri-ini-raihan-yang-kelima-secara-

berturut

Marsono.2009.http://marsono64.blogspot.com/2009/02/manajemen-

kinerja-sektor-publik-konsep.html

Ruky, A.S., 2002. Sistem manajemen kinerja. Gramedia Pustaka Utama.

Sobirin, Acmad.2014.Manajemen Kinerja. Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai