Anda di halaman 1dari 11

SUMBER SYARIAT ISLAM

Kelompok 1
Arif Prabowo Eka Putra
Rismawan

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNUVERSITAS MUSLIM INDONESIA


MAKASSAR
2018
Sumber Syariat Islam – Alquran, As sunah dan
Ijtihad

Agama Islam adalah agama yang diturunkan Allah melalui Malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad SAW, sebagai pemberi contoh pada manusia tentang apa-apa yang
diperintahkan Allah melalui firman-Nya, yaitu Alquran. Oleh karena itu segala hukum
dan aturan dalam Islam diatur dalam Alquran dan dijelaskan oleh sunnah atau hadist
Nabi.

Syariat artinya jalan, atau aturan atau hukum. Dalam Islam ada aturan yang boleh atau
wajib ikuti. Seperti makanan halal, minuman halal menurut islam,makanan haram
menurut islam atau hukum penikahan, fiqih muamalah jual beli , hukum pidana dan lain
sebagainya. Semua itu mengatur tentang tujuan hidup menurut islam. Ini bertujuan
untuk menyelamatkan manusia dari hal yang buruk. Allah mengarut syariat Islam
sedemikian rupa dengan sempurna agar manusia bisa hidup selamat dan tentram di
dunia dan di akhirat.

Untuk itu sebagai umat Islam yang bertaqwa pada Allah, haruslah paham dengan
syariat Islam sebagai mana yang terdapat dalam Alquran dan Hadist. Oleh karena itu
sumber syariat Islam itu sendiri adalah: Alquran, Assunnah dan Ijtihad.

Alquran
Pengertian Alquran menurut istilah dan bahasa adalah :
 Secara bahasa (etimology) – Alquran berasal dari bahasa arab dengan asal
kata qara a– yaqri u – qur a nan. Quran berasal dari kata qur a nan yang artinya
bacaan.
 Secara istilah ( terminology)– Alquran adalah perkataan Allah yang
disampaikan melalui perantara Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad dalam
bahasa arab yang tertulis di dalam mushaf, diawali dengan surat Al Fatihah dan
di akhiri dengan surat An Nas, yang diriwayatkan secara mutawatir dan ibadah
ketika membacanya.

Pengertian tersebut adalah hasil kesepakatan ulama yang menggambarkan apa itu
Alquran. Hal ini sama dengan firman Allah SWT berikut :

“Dan sesungguhnya Alquran ini benar-benar diturunkan oleh Rab semesta alam. Ia
dibawa turun oleh Ar Ruh Al Amin (Malaikat Jibril )kedalam hati mu ( Muhammad) agar
kamu menjadi salah seorang dari orang-orang yang memberi peringatan dengan
bahasa arab yang jelas”. (QS. Asy Syu’ara ayat 192-195 )

Alquran merupakan sumber pokok ajaran islam terlengkap yang diturunkan Allah
kepada manusia. Alquran mencakup segala sendi kehidupan manusia. Tidak hanya
perkara yang besar-besar, hal yang kecil sekalipun di jelaskan dalam Alquran dengan
amat sempurna. Kesempurnaan Alquran sebagai firman atau perkataan Allah sudah
terjamin dan tidak seorang pun yang dapat menirunya sehingga mustahil kalau Alquran
adalah buatan atau karangan manusia. Sebagaimana AllahSWT berfirman :

“ Dengan demikian hendaklah mereka mengatakan kalimat yang semisal dengan


Alquran itu jika memang mereka adalah orang-orang yang benar”. (QS. At Thur ayat
33-34)

Tantangan ini diberikan Allah kepada kaum kafir Quraisy yang mengatakan kalau
Alquran adalah karangan Nabi Muhammad SAW. Memang pada zaman dahulu itu, kaum
kafir Quraisy sedang berada pada puncak literasi. Mereka banyak melahirkan para
penyair yang hebat dan juga sering diadakannya perlombaan membaca syair yang
indah-indah. Namun sungguh pun demikian tak satu pun dari para penyair Quraisy
yang bisa membuat kalimat sebagus dan seindah serta sedalam makna Alquran. Inilah
pertanda Alquran adalah kalam Illahi yang sempurna.

Rasulullah SAW telah berpesan dalam hadistnya tentang Alquran sebagai sumber
pegangan hidup yang utama bagi manusia melalui hadist berikut :

“ Dari Ali Bin Abi Thalib RA berkata, Rasulullah SAW bersabda : Aku telah meninggalkan
ditengah kalian dua perkara. Jika kalian berpegang teguh pada keduanya niscaya kalian
tidak akan pernah tersesat.kedua perkara itu adalah kitab Allah dan juga Sunnah Nabi-
Nya”. (HR. Malik, dalam Almuwatta’ no 3338 dan Al Hakim dalam Mustadra’ no 319
dengan sanad hasan)

Hadist ini menegaskan kalau Alquran adalah sumber utama dari syariat Islam. Dan
hadist sebagai sumber kedua yang berperan menjelaskan Alquran.

As Sunah
Pengertian as sunah menurut bahasa dan istilah adalah :

 Secara bahasa ( etimology) – Kebiasaan yang di ikuti


 Secara istilah (terminology) – Sunah adalah perkataan, perbuatan, dan
takrir Nabi SAW yang berupa ketetapan, persetujuan dan diamnya
Nabi Muhammad SAW terhadap sesuatu hal atau perbuatan sahabat yang
diketahuinya.
Sunah adalah sumber kedua setelah Alquran yang menjadi landasan syariat Islam.
Kebenaran sunah sama nilainya dengan Alquran itu sendiri. Karena kebenaran sunah
juga berasal dari wahyu Allah SWT.

Mengapa as sunah menjadi sumber kedua setelah alquran? Hal ini terkait dengan fungsi
as sunah terhadap alquran itu sendiri. Alquran adalah firman Allah yang diwahyukan
kepada Nabi SAW. Tidak semua ayat dari Alquran yang berbicara jelas dan terang
tentang suatu perkara. Ayat Alquran ada yang bersifat umum (mutasabihat) dan ada
yang sudah jelas (muhkamat). Oleh karena itu perlu contoh dan penjelasannya oleh
sunah. Baca juga : fungsi hadist dalam islam

Sebagai contoh : Allah memerintahkan manusia untuk menegakkan sholat. Namun tata
caranya dicontohkan oleh Rasulullah SAW, dalam sunahnya yang berbunyi “ shallu
kama raaitumuni ushalli”, Sholatlah kamu sebagaimana kamu lihat aku sholat.

Oleh karena itu ada beberapa fungsi hadist terhadap Alquran sebagai sumber syariat.

1. Menjelaskan ayat mutasyabihat ( butuh menjelasan) dalam Alquran

Sebagaimana yang diuraikan di atas, bahwa Alquran kadang diturunkan dalam bentuk
perintah yang belum jelas ( tata cara, perincian dll) maka RasulullahSAW, dalam
sunahnya mencontohkan atau menjelaskan agar bisa dilaksanakan.

2. Pengkususan hal yang bermakna umum pada Alquran

Seperti ayat tentang ahli waris dalam surat An Nisa ayat 11. Dalam ayat
tersebut menyebutkan ahli waris untuk ayah dan anak. Maka dalam Hadist dijelaskan
lagi kecuali orang yang membunuh dan beda agama. “ Orang muslim tidak boleh
mewarisi harta orang kafir dan orang kafir tidak mewarisi harta orang muslim” . (HR,
jamaah) dan hadist berikut yang menyatakan “ Pembunuh tidak mewarisi harta yang
dibunuh sedikitpun “. (HR. An Nasai)
3. Membatasi (taqyid) makna Alquran yang bersifat mutlak

Contoh hukum potong tangan bagi orang yang mencuri sebagaimana terdapat dalam
Alquran sebagai berikut : “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri
potonglah tangan dari keduanya, sebagai balasan dari apa yang telah mereka kerjakan
dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah maha perkasa lagi maha bijaksana “. (QS.Al
Maidah ayat 38). Dan dalam hadist di jelaskan “ Potong tangan itu untuk seperempat
dinar atau lebih” dari hadist ini terdabat batasan terhadap apa yang dihukumkan dalam
Alquran.

4. Memperkuat hukum yang ditentukan dalam Alquran

Dalam Alquran melarang berkata dusta “….Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta” .


(QS. Al Hajj ayat 30) dan hadist Nabi SAW memperkuatnya dalam sabdanya :
”Perhatikanlah! aku akan memberi tahu kalian sekalian sebesar-besarnya dosa besar!
Sahut kami : baiklah hai Rasulullah. Beliau meneruskan perkataanya “ 1. Musyrik
kepada Allah, 2. Menyakiti hati orang tua, saat itu Rasulullah sedang bersandar tiba-tiba
duduk seraya berkata “ Awas berkata (bersaksi) palsu”. (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Menetapkan hukum yang tidak ditetapkan Alquran

Setiap permasalahan tidak semua yang dijelaskan rinci dalam Alquran. Oleh karena itu
perlu adanya sunah untuk memberi ketetapan hukum yang tidak dijelaskan dalam
Alquran atas izin Allah.

Baca juga : ijtihad dalam hukum islam

Itulah dua sumber syariah Islam yang pertama adalah Alquran dan yang kedua adalah
As Sunah. Kedua sumber ini menjadi pedoman atau dasar dari hukum-hukum Islam
yang menjadi pegangan umat Islam dalam hidup sesuai redha Allah SWT.
Ijtihad

Secara umum ijtihad memiliki arti menggunakan akal pikiran yang sehat untuk
memahami atau mengambil dasar atas hukum islam. Pada dasarnya ijtihad adalah
suatu proses yang digunakan oleh ulama, dengan pendapatnya, atau hasil berpikirnya.
Tentu saja ijtihad ini sangat dibutuhkan oleh seorang ulama, alim agama, dan para
cendekiawan islam lainnya untuk menghindari taklid buta atau sekedar percaya atau
mengikuti pemikiran ulama tertentu saja.

Dalam memahami hukum islam, yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Rasulullah
tentunya juga dibutuhkan ijtihad untuk dapat memahaminya. Tentu saja, proses ijtihad
ini tidaklah main-main atau sekedar asal-asalan. Proses ijtihad membutuhkan
metodologi dan proses yang ilmiah. Apalagi hal ini berkenaan dengan hukum islam.

Jika hasil dari ijtihad benar, maka akan sesuai dengan spirit dan substansi yang ada
dalam Al-Quran. Tentu saja jug akan bermanfaat hasilnya bagi manusia dalam
mencapai Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan
Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai
dengan fungsi agama , Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia
Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam .

Berikut adalah penjelasanya mengenai ijtihad dalam hukum islam, sesuai yang ada
dalam Al-Quran, Hadist, dan juga pendapat para ulama.

Ijtihad Menurut Al-Quran


Ijtihad atau proses menggunakan akal dalam memahami atau mengambil hukum islam,
sangat diperintahkan oleh Allah kepada manusia. Akal adalah potensi yang diberikan
oleh Allah untuk manusia. Jika tanpa menggunakan akal maka manusia akan
terpengaruh oleh hawa nafsu dan gangguan syetan. Sedangkan bila manusia
menggunakan akal dengan benar dan objektif, maka akan dapat memahami apa yang
Allah perintahkan dengan benar. Berikut adalah perintah Allah terhadap manusia
terhadap penggunaan akal, yang ada dalam AL-Quran.

1. Ditimpakan Kemurkaan Allah Bagi yang Tidak Menggunakan Akal

“Dan tidak seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah, dan Allah menimpakan
kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya”. (QS Yunus :
100)

2. Ijtihad dalam Menangkap Tanda Kekuasaan Allah

“Sesungguhnnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang
ada tanda-tanda bagi orang-orang yang mempunyai (akal) pengetahuan”. (QS Ali
Imran : 190)

3. Ijtihad dalam Keimanan dan Takut Pada Allah

“(Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. Apakah ada diantara
hamba-sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam (memiliki)
rezeki yang telah Kami berikan kepadamu; maka kamu sama dengan mereka dalam
(hak mempergunakan) rezeki itu, kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut
kepada dirimu sendiri? Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang berakal.).”
(QS Ar Rum : 28)

4. Ijtihad dalam Memahami Penciptaan Manusia

“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu
dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian
(kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian
(dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum
itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan
supaya kamu memahami(nya).” (QS Al Mukmin : 67)

Di dalam Al-Quran Allah memerintahkan manusia untuk menggunakan akalnya dan


menjauhi hawa nafsu. Apabila dalam memahami hukum islam tanpa akal yang jernih,
maka akan mudah untuk menggunakan hawa nafsu yang dapat menjermuskan dan
memahami islam seuai kehendak-nya sendiri.

Untuk itulah, akal berfungsi untuk dapat benar-benar jernih, tidak tercampur yang hak
dan batil. Firaun, Musuh-musuh islam masa nabi, orang-orang kafir dan lain sebagainya
berbuat kerusakan di muka bumi karena didorong oleh hawa nafsu. Mereka Allah sebut
sebagai orang-orang yang tidak menggunakan akalnya.

Ijtihad dalam Sejarah Kekhalifahan Sahabat Nabi

Sejak Rasulullah tidak ada, maka tidak ada lagi petunjuk langsung dan tempat bertanya
secara langsung. Kepemimpinan masa islam saat itu dipegang oleh para pemimpin-
pemimpin islam yaitu khalifah, yang digantikan oleh sahabat-sahabat Nabi Muhammad
SAW.

Di masa tersebut, maka Sahabat-Sahabat menggunakan proses ijtihad untuk


memutuskan suatu perkara yang mungkin tidak ada dalam sejarah, dalam Al-Quran,
dan sunnah rasul sebelumnya. Hal ini digunakan agar dapat mengambil suatu hukum
dan hikmah yang benar-benar maslahat dan tidak merugikan ummat. Hasil ijtihad
mereka tidak ada yang bertentangan dengan rukun islam , rukun iman , Fungsi Iman
Kepada Kitab Allah, Fungsi Iman Kepada Allah SWT, dan Fungsi Al-quran Bagi Umat
Manusia.
Berikut adalah penggunaan proses ijtihad di Masa Kekhalifahan Sahabat Nabi.

1. Masa Abu Bakar

Di masa Abu Bakar, adalah masa awal sejak Nabi tidak ada. Banyak sekali masalah-
masalah yang tidak dijumpai di masa Rasul dan hal ini menjadi masalah yang baru saat
itu.

Contohnya adalah bagaimana ketika Abu Bakar menghadapi masalah orang-orang yang
islam tidak mau untuk membayar zakat. Antara Abu Bakar dan Umar sempat berdialog
dan memiliki perbedaan pendapat untuk menyikapinya. Umar menganalogikan zakat
sama wajib hukumnya dengan shalat untuk itu perlu diperangi jika mereka menolak
aturan ini. Akhirnya Abu Bakar pun menyepakati pendapat Umar untuk memerangi,
sebagai bentuk menegakkan kemaslahatan ummat islam.

2. Masa Umar Bin Khattab

Di masa Kekhalifahan Umar Bin Khattab, terjdi masalah baru juga yang belum ada
sebelumnya. Umar Bin Khattab mengambil keputusan atas ijtihadnya untuk
mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran dan menghimpunnya mejadi suatu mushaf. Hal ini
didasari karena ada banyaknya para penghapal Al-Quran yang sudah syahid. Jika
mereka sudah tidak ada, maka rawan sekali Al-Quran ini tidak terlestarikan. Untuk itu
digunakan sistem pencatatan, yang dilakukan oleh Zaid Bin Tsabit. Tentu saja hal ini
belum ada saat Rasulullah masih hidup. Hal ini menjadi hasil ijtihad dari Umar Bin
Khattab saat itu, atas dasar kemaslahatan dan jangka panjang ajaran islam di masa
depan.

Selain itu, di masa Umar Bin Khattab pula diberlakukan penanggalan hijriah.
Penanggalan hijriah ini dimula saat Umar mengirimkan surat yang tidak ada tanggalnya.
Akhirnya ada sedikit kebingungan raja yang yang menerimanya. Untuk itu, ia membuat
sendiri penanggalan versi islam.

3. Masa Usman Bin Affan

Di masa Usman Bin Affan juga banyak sekali hasil proses ijtihadnya yang berlaku. Salah
satunya adalah ijtihad untuk melakukan adzan kedua saat shalat jumatan akibat adanya
umat islam yang terkadang kurang memperhatikan masalah jumatan. Ada juga
kebijakan Usman yang mendahulukan Khutbah sebelum hari raya, karena ada orang-
orang yang ketinggalan shalat karena terlambat.

Yang selanjutnya, ada juga penyamaan ragam bacaan Al-Quran pada umat islam. Hal
ini karena ada beberapa dialeg yang berbeda, padahal saat itu umat islam sudah
banyak menyebar di berbagai wilayah negara. Jika berbeda dialegnya maka
dikhawatirkan akan salah juga pemahamannya. Maka itu dibuat keseragaman bacaan.

Anda mungkin juga menyukai