MATERNITAS II (SUMMER)
INFEKSI MATERNAL
Kelompok 2 :
FAKULTAS KEPERAWATAN
ILMU KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR
Penulis menaikkan puji dan syukur karena atas berkat dan rahmat Tuhhan Yang
Maha Esa , Penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik adanya. Penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada teman serta kerabat yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu, kritik dan saran
dari semua pembaca sangatlah Penulis harapkan. Dalam makalah ini Penulis menempatkan
kata-kata yang mudah di cerna dan di mengerti oleh pembaca sekalian.
Sekali lagi Penulis menyampaikan terima kasih, dan Penulis berharap makalah ini
dapat berguna untuk menambah ilmu serta pengetahuan yang baru kepada pembaca sekalian.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tinjuan
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sendiri masih sangat tinggi jika di
bandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Menurut Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015 jumlah AKI di
Indonesia sebanyak 305/100.000 KH (Direktorat Kesehatan Keluarga, 2016).
Kematian Ibu maternal paling banyak adalah sewaktu bersalin sebesar
(49,5%), kematian waktu hamil (26%) pada waktu nifas (24%) (Kementrian
Kesehatan RI, 2012). Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun
2015 di Indonesia sebanyak 22,23/1000 KH (Direktorat Kesehatan Keluarga,
2016). Kematian neonatal paling banyak asfiksia (51%), BBLR (42,9%), SC
(18,9%), prematur (33,3%), kelainan kongenital (2,8%) dan sepsi (12%)
(Riskerdas, 2015). Data provinsi Jawa Timur sendiri untuk tiga tahun terakhir
cenderung menurun. Hal ini bisa di pahami mengingat selama ini sudah
dilakukan dukungan beberapa program dari provinsi ke kabupaten/kota berupa
beberapa fasilitas yang baik dari segi manajemen program KIA maupun
pencatatan maupun pelaporan, peningkatan ketrampilan dari petugas di
lapangan sendiri serta melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaan program
KIA. Menurut MDGs tahun 2015 target untuk AKI sebesar 102/100.000
kelahiran hidup. Dan angka ini mengalami penurunan di bandingkan pada
tahun 2014 yang telah mencapai 93,52% per 100.000 kelahiran hidup, untuk
penyebab kematian tertinggi pada ibu tahun 2015 adalah eklamsia yaitu
sebesar 162 (31%) sedangkan penyebab terkecilnya adalah infeksi sebesar 34
(6%).
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan secara continuty of care pada ibu hamil
trimester III, bersalin, nifas, neonatus dan keluarga berencana dengan
menggunakan pendekatan managemen kebidanan.
B. Tujuan Khusus
1. Melakukan Asuhan Kebidanan secara continuity of care pada
kehamilan TM III meliputi: Pengkajian, merumuskan Diagnosa,
merencanakan, melaksanakan asuhan kebidanan, dan melakukan
evaluasi serta mendokumentasikan asuhan kebidanan dengan
managemen kebidanan.
2. Melakukan asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu bersalin
meliputi: Pengkajian, merumuskan Diagnosa, merencanakan, melaksanakan
asuhan kebidanan, dan melakukan evaluasi serta mendokumentasi asuhan
kebidanan dengan managemen kebidanan.
3. Melakukan asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu nifas
meliputi: Pengkajian, merumuskan diagnosa, merencanakan, melaksanakan
asuhan kebidanan, dan melakukan evaluasi serta, mendokumentasikan asuhan
kebidanan dengan managemen kebidanan.
1.3 Manfaat
1. Manfaat teoritis
Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat di terapkan dalam
pelayanan asuhan kebidanan kepada ibu secara continuity of care pada ibu
hamil TM III, persalinan, nifas, neonatus dan keluarga berencana.
2. Manfaat praktis
a. Untuk Ibu dan Keluarga
Ibu dan Keluarga mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan secara
komprehensif (continuity of care) yang sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan mulai dari kehamilan TM III, persalinan, nifas,
neonatus dan Keluarga Berencana.
b. Untuk Institusi Pendidikan
Sebagai metode penilaian pada para mahasiswa dalam melaksanakan
tugasnya dalam menyusun laporan tugas akhir, membimbing dan
mendidik mahasiswa agar lebih terampil dalam memberikan asuhan
kebidanan serta sebagai tambahan bahan referensi di perpustakaan
tentang asuhan kebidanan secara kesinambungan (continuity of care).
c. Untuk Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang pemberian asuhan
kebidanan secara continuity of care pada kehamilan TM III, persalinan,
nifas, neonatus, dan keluarga berencana secara berkesinambungan
dengan pendekatan manejemen kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN
Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan
dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam
uterus. Kemungkinan lain adalah sarung tangan atau alat- alat yang dimasukkan
ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman.
Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang
berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau yang membantunya.
Hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar bersalin ditutup dengan
masker dan penderita infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar
bersalin.
Dalam RS banyak kuman-kuman patogen yang berasal dari penderita dengan
berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara ke mana-
mana antara lain ke handuk, kain-kain, alat-alat yang suci hama dan yang
digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau nifas.
Coitus pada akhir kehamilan bukan merupakan sebab yang paling penting
kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
Infeksi intra partum. Biasanya terjadi pada partus lama, apalagi jika ketuban
sudah lama pecah dan beberapa kali dilakukan periksa dalam.
Gejala: kenaikan suhu disertai leukositosis dan tachikardi, denyut jantung janin
meningkat, air ketuban menjadi keruh dan berbau.
Prognosis infeksi intra partum sangat tergantung dari jenis kuman, lamanya
infeksi berlangsung, dapat/tidaknya persalinan berlangsung tanpa banyak
perlukaan jalan lahir.
Faktor Predisposisi
Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita, seperti
perdarahan banyak, pre ekslampsi, infeksi lain seperti pneumonia, penyakit
jantung dan sebagainya.
Partus lama terutama dengan ketuban pecah lama.
Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah.
Patofisiologi
Setelah kala III, daerah bekas insertio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter kira-kira 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena
banyaknya vena yang ditutupi trombus dan merupakan area yang baik untuk
tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam
tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinanan, begitu
juga vulva, vagina, perineum merupakan tempat masuknya kuman patogen.
Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat menyebar di
luar luka asalnya.
Infeksi nifas dapat terbagi dalam 2 golongan :
I. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, seviks dan
endometrium.
II. Penyebaran dari tempat-tempat melalui vena, jalan limfe dan
melalui permukaan endometrium.
Infeksi pada Perineum, Vulva, Vagina, Serviks dan Endometrium
I. Vulvitis
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum
jaringan sekitar membengkak, tepi luka menjadi merah dan
bengkak, jahitan mudah terlepas, luka yang terbuka menjadi
ulkus dan megeluarkan pus.
II. Vaginitis
Dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui
luka perineum, permukaan mokusa membengkak dan
kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah yang
keluar dari daerah ulkus.
III. Sevicitis
Sering terjadi tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka
serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar
ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar
ke parametrium.
IV. Endometritis.