Anda di halaman 1dari 4

Darah merupakan cairan yang kompleks dimana didalamnya terkandung bahan – bahan

seperti eritrosit, leukosit , trombosit , protein, vitamin- vitamin, hormon- hormon dan lain
sebagainya. Volume darah pada manusia adalah berkisar 70-1000 cc/ kg berat badan. Darah
digunakan sebagai bahan- bahan pemeriksaan hematologis dan pemeriksaan- pemeriksaan lain
(Julie. 2016).
Bahan pemeriksaan dari darah biasanya berupa serum atau plasma. Untuk mendapatkan
serum darah tidak perlu menggunakan anticoagulant. Jadi didalam serum tidak
terdapat fibrinogen atau dapat dikatakan bahwa serum adalah plasma dikurangi fibrinogen.
Serum adalah komponen yang bukan berupa sel darah, juga bukan faktor koagolasi. Bahan –
bahan yang masih terdapat dalam serum adalah elektrolit (seperti K; Na; Cl ), creatinin dan
ureum. Sedangkan plasma didapat dengan cara menambahkan anticoagulant ke dalam darah. Jadi
di dalamnya masih terdapat fibrinogen. (Julie. 2016).
Uji antiglobulin langsung (juga disebut menguji Coombs atau DAT) adalah Tes yang
penting untuk diketahui. Umumnya digunakan dalam satu lingkungan tertentu, bila Anda
memiliki pasien dengan anemia hemolitik (satu di mana sel-sel merah yang semakin rusak
terbuka) dan jika ingin tahu apakah hemolisis adalah kekebalan terkait atau tidak. Seperti yang
dijelaskan di bawah ini, DAT positif dalam anemia hemolitik kekebalan tubuh dan negatif dalam
anemi hemolitik yang tidak kebal. Poin seluruh DAT adalah untuk mengetahui apakah ada
antibodi atau pelengkap terikat pada permukaan sel darah merah pasien. Dalam anemia hemolitik
kekebalan tubuh, pasien mungkin memiliki antibodi, atau pelengkap, atau keduanya terikat pada
sel-sel merah nya. Karena tidak dapat melihat antibodi atau pelengkap di bawah
mikroskop. Sejumlah kecil yang disebut pereaksi pereaksi Coombs atau globulin anti-human
(AHG) ditambahkan ke dalam darah pasien dalam tabung reaksi. Reagen ini terdiri dari antibodi
diarahkan terhadap antibodi manusia. (Donald A. 2010).
Pemeriksaan dilakukan pada sel darah merah, juga dapat dilakukan pada bayi yang baru
lahir dengan darah Rh+ yang ibunya memiliki Rh-. Hasil pengujianakan menunjukkan apakah
darah ibu telah membuat antibodi dan apakah antibodi tersebut telah pindah kepada bayi melalui
plasenta.
Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan pembentukan antibodi antara lain :
a. Reaksi transfuse
Darah manusia digolongkan berdasarkan penanda tertentu (yang disebut antigen)
pada permukaan eritrosit. Untuk transfuse diperlukan tipe darah yang sama
berdasarkanantigennya. Jika antigen yang diberikan berbeda maka sistem imun akan
menghancurkandarah yang ditransfusikan. Ini dinamakan reaksi transfuse yang dapat
menyebabkan penyakitserius bahkan kematian
b. Sensitisasi Rh
Faktor Rhesus (Rh) merupakan suatu antigen. Jika seorang ibu hamil dengan
golongan darahRh negatif dan bayi yang dikandungnya RH positif maka akan terjadi
sensitisasi Rh. Bayinya mungkin memiliki Rh positif dari ayahnya. Sensitisasi Rh
terjadi bila darah janin bercampur dengan darah ibu selama kehamilan atau
persalinan. Ini menyebabkan sistem imun ibu membentuk antibodi untuk melawan sel
darah janin pada kehamilan selanjutnya. Respon antibodi ini dinamakan sensitisasi
Rh dan bila ini terjadi, dapat menghancurkan sel darah merah janin sebelum atau
setelah dia lahir. Jika sensitisasi terjadi, janin atau bayi baru lahir dapat berkembang
menjadi masalah ringan hingga berat (dinamakan penyakit Rh atauerythroblastosis
fetalis).
Dalam kasus yang jarang, jika penyakit Rh tidak ditangani, janin atau bayi baru
lahir akan mengalami kematian. Wanita dengan Rh negatif bisa mendapatkan
immunoglobulin Rh (misalnya Rho GAM) yang hampir selalu menghentikan
kejadian sensitisasi. Masalah sensitisasi Rh menjadi sangat jarang sejak
dikembangkan nya immunoglobulin Rh.
c. Anemia hemolitik autoimun
Jenis anemia hemolitik yang dinamakan anemia hemolitik autoimun merupakan
penyakityang jarang yang disebabkan oleh pembentukan antibodi yang melawan
eritrositnya sendiri. (Nicole D. Zantek. 2012).

Hal yang penting tentang Coombs 'reagen adalah bahwa jika sel darah merah pasien
yang dilapisi dengan IgG, Coombs' mengikat pereaksi untuk ini IgG pada sel darah merah,
menjembatani kesenjangan antara sel-sel merah yang berdekatan, dan menyebabkan sel-sel darah
merah untuk menggumpal. Penggumpalan dapat dilihat dengan mata telanjang. Prinsip yang
sama bekerja untuk melengkapi anti-antibodi, jika ada melengkapi terikat pada sel darah merah,
anti-melengkapi antibodi akan mengikat untuk itu, dan sel-sel merah akan mengumpul. (Donald
A. 2010).
Direct Coombs test merupakan tes antibodi terhadap eritrosit secara langsung.
Normalnya, antibodi akan mengikat benda asing seperti bakteri dan virus dan
menghancurkannya sehingga menyebabkan destruksi eritrosit (hemolisis) Tes ini dilakukan pada
sampel eritrosit langsung dari tubuh. Tes ini akan mendeteksi antibodi yang ada di permukaan
eritrosit. Terbentuknya antibodi ini karena adanya penyakit atau berasal dari transfuse darah. Tes
ini juga dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan darah Rh positif dimana ibunya mempunyai
Rh negatif. Tes ini akan menunjukkan apakah ibunya telah membentuk antibodi dan masuk ke
dalam darah bayinya melalui plasenta. Beberapa penyakit dan obat-obatan (kuinidin, metildopa,
dan prokainamid) dapat memicu produksi antibodi ini. Antibodi ini terkadang menghancurkan
eritrosit dan menyebabkan anemia. Tes ini terkadang menunjukkan diagnosis penyebab anemia
atau jaundice. (Nicole D. Zantek. 2012).
Direct Coombs Test ini, bertujuan mencari antibody yang melekat pada eritrosit pasien
itu sendiri. Sehingga eritrosit penderita ini sudah dilapisi antibody. Eritosit ini bila dicampur
dengan coombs akan menghasilkan aglutinasi. Indikasi untuk melakukan percobaan ini ialah
anemia hemolitik, icterus neonatorum dan terjadinya reaksi transfusi. Eritrosit yang dites terlebih
dahulu dicuci dan kemudian dicampur dengan serum coombs. (Nicole D. Zantek. 2012).
Bila terjadi aglutinasi sel darah merah dinyakan sebagai hasil poisitif, pada DCT (Direct
Coombs Test) diindikasikan adanya sensitasi human IgG atau komplemen pada sel darah merah.
Nilai positif DCT yang mengarah kemungkinan adanya antibodi yang mempunyai arti klinis,
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Hasil DCT positif dapat mengakibatkan daya
hidup sel darah merah memendek, atau tidak, mungkin diakibatkan sebagai berikut:
1. Adanya autoantibody pada antigen sel darah merah.
2. Alloantibodi pada sirkulasi resipien yang bereaksi pada sel darah merah donor.
3. Alloantibodi pada plasma donor yang akan bereaksi dengan sel darah merah pasien.
4. Alloantibodi dalam sirkulasi ibu yang melewati placenta dan berikatan dengan sel darah
merah janin.
5. Antibody yang langsung melawan obat-obat seperti penicillin, cephalosporin, alfa
metildopa.
6. Pasien dengan hipergamaglubolinemia atau mendapatkan gammaglobulin intravena.
7. Ikatan komplemen pada sel darah merah akibat aktivasi komplemen oleh alloantibody,
autoantibody, obat, atau infeksi bakteri.
Bila tidak terjadi aglutinasi berarti hasil negatif, diindikasikan tidak adanya human IgG atau
komplemen-komplemen pada sel darah merah. (Nicole D. Zantek. 2012).

Julie. 2016. Direct Antiglobulin Testing. https://emedicine.medscape.com/article/1731264-


overview

DONALD A. SUTHERLAND , ANNA M. EISENTRAUT , MARIE MINSTER. 2010. The


Direct Coombs Test in Lead Poisoning.
https://ashpublications.org/blood/article/11/11/1024/19114/The-Direct-Coombs-Test-in-Lead-
Poisoning

Nicole D. Zantek. 2012. The direct antiglobulin test: A critical step in the evaluation of
hemolysis
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/ajh.23218

Anda mungkin juga menyukai