Anda di halaman 1dari 19

A.

PENDAHULUAN
Kejang demam merupakan suatu kejadian kejang yang terjadi pada anak-anak berusia
dibawah 5 tahun. Definisi dari kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak
berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh suhu di atas 38C,
dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial.1
Prevalensi kejadian kejang demam pada anak di Eropa dan Amerika sebesar 2-5%,
sedangkan pada Asia meningkat hingga dua kali lipat, di Jepang angka kejadian kejang
demam mencapai 8,3%-9,8%.2 Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf tersering
pada anak. Kejang demam dikelompokkanmenjadi dua, yaitu kejang demam sederhana dan
kejangdemam kompleks. Faktor-faktor yang berperan dalam risiko kejang demam yaitu,
faktor demam, usia,dan riwayat keluarga, dan riwayat prenatal (usia saatibu hamil), riwayat
perinatal asfiksia, usia kehamilan,dan bayi berat lahir rendah).2
Kejang demam dibagi menjadi dua tipe berdasarkan gejala klinis yang muncul pada
pasien yang mengalami kejang, yakni kejang demam simpleks dan kejang demam kompleks.
Kejang demam simpleks atau dikenal juga dengan kejang demam sederhana merupakan tipe
kejang demam yang paling sering terjadi, yakni sekitar 80% dari kasus kejang demam.1
Kejang demam sederhana ditandai dengan munculnya demam disertai dengan kejang yang
berlangsung kurang dari 15 menit, kejang bersifat umum (tonik atau klonik), serta tidak
berulang dalam waktu 24 jam.1 Kejang demam kompleks lebih jarang terjadi pada kasus
kejang demam, namun prognosis pasien dengan kejang demam kompleks lebih buruk
dibandingkan dengan kejang demam sederhana.3 Kejang demam kompleks ditandai dengan
munculnya demam disertai dengan kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit),
kejang bersifat fokal atau parsial, namun dapat juga bersifat umum yang didahului dengan
kejang parsial, serta berulang lebih dari satu kali dalam 24 jam.1
Tujuan tatalaksana kejang demam adalah menghilangkan kejang pada saat fase akut,
mencegah terjadinya kejang berulang, mencegah munculnya status epileptikum, dan
mencegah terjadinya epilepsi atau retardasi mental sebagai komplikasi lanjut dari kejang
demam.4

B. LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : An. Asmirani Lanne
Tanggal Lahir/ Usia : 12 Juni 2016/ 9 Bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Oelabu-Rote
Waktu Masuk : 5 April 2017 pukul 17.30 lewat IGD

ANAMNESIS (Alloanamnesis pada ibu pasien pada tanggal 6 April 2017)


 Keluhan Utama: Demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit
 Riwayat penyakit sekarang: Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami
demam yang hilang timbul sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam yang
muncul mendadak dan sangat panas serta pasien langsung kejang. Kejang seluruh
tubuh dan berlangsung selama 3 jam tanpa ada jeda. Kejang berhenti setelah pasien
dibawa ke puskesmas dan dimasukan obat melalui dubur pasien, setelah itu pasien
dibawa ke Rumah Sakit Rote. Ibu pasien juga mengatakan bahwa tangan dan kaki kiri
pasien tidak dapat digerakkan sesaat setelah kejang. Kejang muncul lagi selama 30
menit setelah dua hari dirawat di Rumah sakit Rote, setelah itu pasien dirujuk ke IGD
RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. Tidak ada riwayat batuk dan pilek. Terdapat
riwayat BAB cair saat pasien demam saat ini dan berlangsung selama 4 hari, dan
selanjutnya bercampur darah pada tanggal 6 April 2017. Pasien sempat tidak makan
selama satu hari, namun saat ini pasien sudah bisa makan.
 Riwayat Penyakit Dahulu: pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya
 Riwayat penyakit keluarga: Tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit
yang sama sebelumnya.
 Riwayat Imunisasi: pasien telah mendapatkan imunisasi HB-0, BCG, DPT/HB-1,2,
Polio 1,2
 Riwayat Pemberian ASI: Pasiem mendapatkan ASI Ekslusif selama 6 bulan dan
diberikan MP-ASI pada usia 6 bulan
 Riwayat Kehamilan Ibu: Pasien anak pertama. Selama hamil ibu rutin periksa
kehamilan di puskesmas sebanyak empat kali. Penyakit berat selama kehamilan tidak
ada. Kenaikan berat badan saat hamil ± 6kg.
 Riwayat Persalinan Ibu: Ibu melahirkan secara normal di rumah sakit, ditolong
bidan, cukup bulan, bayi segera menangis, BBL 2600gram.
PEMERIKSAN FISIK (Tanggal 6 April 2017):
 Keadaan umum : tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos mentis (E4V5M6)
 Tanda-tanda vital :
- Nadi : 145x/menit
- Pernapasan: 46x/menit
- Suhu : 39,5oC
 Antropometri:
- Berat badan : 6,75 Kg
- Panjang badan : 66 cm
- Status Gizi :
 BB/U : antara -2 SD sampai -1 SD : gizi baik
 PB/U : antara -2 SD sampai -1 SD : normal
 BB/PB : antara -1 SD sampai median : normal
 LK : 41 cm
 Kulit : anemia (-), sianosis (-), ikterik (-)
 Kepala : Normocephal, ubun-ubun besar datar,belum menutup
 Rambut : Rambut hitam tersebar merata, tidak mudah dicabut
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)
 Hidung : Rhinorrhea (-), pernapasan cuping hidung (-/-)
 Telinga : Otorrhea (-), deformitas (-)
 Bibir : Mukosa bibir lembab, anemis(-), sianosis (-)
 Mulut : Mukosa lidah dan mulut kering, Tonsil T1–T1 hiperemis (-/-)
 Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
 Paru
- Paru anterior
 Inspeksi :Pengembangan dinding dada simetris saat dinamis,
retraksi (-)
 Palpasi :Tactil fremitus D=S, nyeri tekan (-), massa (-)
 Perkusi :Sonor +/+
 Auskultasi :Vesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
- Paru posterior
 Inspeksi :Pengembangan dinding dada simetris saat dinamis,
deformitas tulang belakang (-)
 Palpasi :Tactil fremitus D=S, nyeri tekan (-), massa (-)
 Perkusi paru :Sonor +/+,
 Auskultasi :Vesikuler +/+, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
 Jantung
- Inspeksi :Ictus cordis terlihat
- Palpasi :Iktus cordis teraba pada ICS 5 linea midclavicula sinistra
- Perkusi :Batas jantung kanan : ICS 4 parasternal dextra
Batas jantung kiri : ICS 5 midclavicula sinistra
Pinggang jantung : ICS 3 parasternal sinistra
- Auskultasi :Bunyi jantung I-II tunggal, regular, gallop (-), murmur (-)
 Abdomen :
- Inspeksi : Tampak datar
- Auskultasi : Bising usus (+) 14 x/menit
- Palpasi : Distensi (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
- Perkusi : shiffting dullness (-)
 Anggota gerak :
- Ekstremitas atas : Akral hangat, CRT <3detik, edema (-)
- Ekstremitas bawah : Akral hangat, CRT <3detik, edema (-)
Pemeriksaan Neurologis:
 BPR :
- Tangan kanan :+
- Tangan kiri :++
 TPR :
- Tangan kanan :+
- Tangan kiri :++
 KPR
- Kaki kanan :+
- Kaki kiri :++
 APR :
- Kaki kanan :+
- Kaki kiri :++
 Tonus otot :
- Tangan kanan : normal
- Tangan kiri : spastik
- Kaki kanan : normal
- Kaki kiri : spastik
 Babinski tes:
- Kaki kanan :+
- Kaki kiri :+
 Kaku kuduk :-

PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Laboratorium
- Darah lengkap, elektrolit dan malaria mikroskopik (tanggal 05-06-2107)
Hasil Satuan Nilai rujukan Ket
Hemoglobin 11,3 g/dL 10.5-12.9 N
Eritrosit 4.18 10^6/uL 3.6-5.2 N
Hematrokrit 32,4 % 35-43 L
MCV 77.5 fL 74-106 N
MCH 27.0 Pg 21-33 N
MCHC 34.9 g/L 28-32 H
Leukosit 13.21 10^3/uL 6.00-17.00 H
Eosinofil 0.2 % 1-5 L
Basofil 1.0 % 0-1 N
Neutrofil 49.8 % 17-60 N
Limfosit 33.1 % 20-70 N
Monosit 15.9 % 1-11 H
Trombosit 307 10^3/ul 229-553 N
Natrium darah 139 mmol/L 129-143 N
Kalium darah 3.6 mmol/l 3.6-3.8 L
Klorida darah 113 mmol/l 93-112 H
Calcium Ion 1.370 mmol/l 1.120-1.320 H
Malaria Mikroskopik Negatif

 Analisa Cairan Otak (tanggal 06-04-2017)


Hasil Satuan Nilai rujukan Ket
Makroskopik
Warna Tidak berwarna Tidak berwarna
Kejernihan Jernih Jernih
Bekuan Negatif Negatif
Mikroskopik
Jumlah sel 110 Sel/uL
PMN 54 %
MN 46 %
 Pemeriksaan CT-Scan Kepala non-kontras
Bacaan foto CT-Scan kepala non-kontras :

- Edema hemisphere kanan  suspect acute ischemic


- Saat ini belum tampak midline shift
- Saat ini tak tampak ICH
- Saat ini tak tampak gambaran SOL

RESUME
Pasien anak perempuan berusia 9 bulan datang dengan keluhan demam sejak 5 hari SMRS
disertai dengan kejang. Kejang berlangsung selama 3 jam, kejang bersifat umum dan
menghilang setelah pemberian obat anti kejang. Kejang terjadi lagi 2 hari setelah kejang
pertama dan berlangsung selama 30 menit. Tidak ada riwayat batuk dan pilek. Riwayat BAB
cair selama 4 hari tanpa darah dan 1 hari BAB cair bercampur darah. Nafsu makan baik.
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya (-).
Tanda-tanda vital : Nadi Normal
Pernapasan  Normal
Suhu  Febris
Peningkatan refleks BPR dan TPR pada tangan kiri serta KPR dan APR pada kaki kiri.
Ekstremitas kiri mengalami spastik, uji kaku kuduk (-).
Leukosit 13,21 x 10^3, monosit 15,9%, foto CT-Scan : Edema hemisphere kanan

DIAGNOSIS KERJA
Kejang demam kompleks + hemiparese sinistra

TERAPI
 IVFD D5% ¼ NS 8 tpm
 Cefotaxime 2x350 mg IV
 Phenytoin 2x20 mg IV

FOLLOW UP
Tanggal S O A P
06-04- Sesak (-), demam - N : 145x/menit Kejang demam - IVFD D5%
2017 (+), pasien tenang - RR : 46x/menit kompleks + ¼ NS 8 tpm
dan tidak rewel, - S : 39.5oC Hemiparese - Cefotaxime
kaki dan tangan - Kulit : pucat (-), sianosis (-), sinistra 2x350 mg IV
kiri tidak bisa ikterik (-) - Phenytoin
digerakkan secara - Kepala : Normocephal, UUB 2x20 mg IV
spontan, BAB belum menutup
cair bercampur - Mata : konjungtiva anemis (-/-
darah satu kali, ), sklera ikterik (-/-)
BAK baik. - Hidung : Rhinorrhea (-/-)
deformitas (-), pernapasan
cuping hidung (-)
- Telinga : otorrhea (-/-)
deformitas (-/-)
- Mulut : Mukosa bibir dan
lidah lembab, T1/T1 hiperemis
(-)
- Leher : Pembesaran Kelenjar
Getah bening (-)
- Thoraks : Pengembangan
dinding dada simetris, retraksi
(-)
- Pulmo : Vesikuler (+/+),
Rhonchi (-/-), Wheezing (-/-)
- Cor : S1 S2 tunggal, reguler,
murmur (-), gallop (-)
- Abdomen : Cembung, distensi
(-), BU (+) 14x/menit, nyeri
tekan (-), massa (-), tympani
- Extremitas : Edema (-), tangan
kanan dan kiri spastik, CRT
<2”
07-04- Sesak (-), demam - N : 128x/menit Kejang demam - IVFD D5%
2017 (-), pasien tenang - RR : 37x/menit kompleks + ¼ NS 8 tpm
dan tidak rewel, - S : 36.7oC Hemiparese - Cefotaxime
kaki dan tangan - Kulit : pucat (-), sianosis (-), sinistra 2x350 mg IV
kiri tidak bisa ikterik (-) - Phenytoin
digerakkan secara - Kepala : Normocephal, UUB 2x20 mg IV
spontan, BAB belum menutup - Piracetam
dan BAK baik. - Mata : konjungtiva anemis (-/- 3x50 mg PO
), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : Rhinorrhea (-/-)
deformitas (-), pernapasan
cuping hidung (-)
- Telinga : otorrhea (-/-)
deformitas (-/-)
- Mulut : Mukosa bibir dan
lidah lembab, T1/T1 hiperemis
(-)
- Leher : Pembesaran Kelenjar
Getah bening (-)
- Thoraks : Pengembangan
dinding dada simetris, retraksi
(-)
- Pulmo : Vesikuler (+/+),
Rhonchi (-/-), Wheezing (-/-)
- Cor : S1 S2 tunggal, reguler,
murmur (-), gallop (-)
- Abdomen : Cembung, distensi
(-), BU (+) 9x/menit, nyeri
tekan (-), massa (-), tympani
- Extremitas : Edema (-), tangan
kanan dan kiri spastik, CRT
<2”
08-04- Sesak (-), demam - N : 130x/menit Kejang demam - IVFD D5%
2017 (-), pasien tenang - RR : 38x/menit kompleks + ¼ NS 8 tpm
dan tidak rewel, - S : 36.7oC Hemiparese - Cefotaxime
kaki dan tangan - Kulit : pucat (-), sianosis (-), sinistra 2x350 mg IV
kiri tidak bisa ikterik (-) - Phenytoin
digerakkan secara - Kepala : Normocephal, UUB 2x20 mg IV
spontan, BAB belum menutup - Piracetam
dan BAK baik. - Mata : konjungtiva anemis (-/- 3x50 mg PO
), sklera ikterik (-/-) - Rencana CT-
- Hidung : Rhinorrhea (-/-) Scan
deformitas (-), pernapasan
cuping hidung (-)
- Telinga : otorrhea (-/-)
deformitas (-/-)
- Mulut : Mukosa bibir dan
lidah lembab, T1/T1 hiperemis
(-)
- Leher : Pembesaran Kelenjar
Getah bening (-)
- Thoraks : Pengembangan
dinding dada simetris, retraksi
(-)
- Pulmo : Vesikuler (+/+),
Rhonchi (-/-), Wheezing (-/-)
- Cor : S1 S2 tunggal, reguler,
murmur (-), gallop (-)
- Abdomen : Cembung, distensi
(-), BU (+) 9x/menit, nyeri
tekan (-), massa (-), tympani
- Extremitas : Edema (-), tangan
kanan dan kiri spastik, CRT
<2”
09-04- Sesak (-), demam - N : 128x/menit Kejang demam - IVFD D5%
2017 (-), pasien tenang - RR : 32x/menit kompleks + ¼ NS 8 tpm
dan tidak rewel, - S : 36.8oC Hemiparese - Cefotaxime
kaki dan tangan - Kulit : pucat (-), sianosis (-), sinistra 2x350 mg IV
kiri tidak bisa ikterik (-) - Phenytoin
digerakkan secara - Kepala : Normocephal, UUB 2x20 mg IV
spontan, BAB belum menutup - Piracetam
dan BAK baik. - Mata : konjungtiva anemis (-/- 3x50 mg PO
), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : Rhinorrhea (-/-)
deformitas (-), pernapasan
cuping hidung (-)
- Telinga : otorrhea (-/-)
deformitas (-/-)
- Mulut : Mukosa bibir dan
lidah lembab, T1/T1 hiperemis
(-)
- Leher : Pembesaran Kelenjar
Getah bening (-)
- Thoraks : Pengembangan
dinding dada simetris, retraksi
(-)
- Pulmo : Vesikuler (+/+),
Rhonchi (-/-), Wheezing (-/-)
- Cor : S1 S2 tunggal, reguler,
murmur (-), gallop (-)
- Abdomen : Cembung, distensi
(-), BU (+) 9x/menit, nyeri
tekan (-), massa (-), tympani
- Extremitas : Edema (-), tangan
kanan dan kiri spastik, CRT
<2”
10-04- Sesak (-), demam - N : 110x/menit Kejang demam - IVFD aff
2017 (-), pasien tenang - RR : 40x/menit kompleks + - Cefotaxime
dan tidak rewel, - S : 36.6oC Hemiparese stop
kaki dan tangan - Kulit : pucat (-), sianosis (-), sinistra - Phenytoin
kiri tidak bisa ikterik (-) stop
digerakkan secara - Kepala : Normocephal, UUB - Piracetam
spontan, BAB belum menutup 3x50 mg PO
dan BAK baik. - Mata : konjungtiva anemis (-/- - Konsul
), sklera ikterik (-/-) Fisioterapi
- Hidung : Rhinorrhea (-/-)
deformitas (-), pernapasan
cuping hidung (-)
- Telinga : otorrhea (-/-)
deformitas (-/-)
- Mulut : Mukosa bibir dan
lidah lembab, T1/T1 hiperemis
(-)
- Leher : Pembesaran Kelenjar
Getah bening (-)
- Thoraks : Pengembangan
dinding dada simetris, retraksi
(-)
- Pulmo : Vesikuler (+/+),
Rhonchi (-/-), Wheezing (-/-)
- Cor : S1 S2 tunggal, reguler,
murmur (-), gallop (-)
- Abdomen : Cembung, distensi
(-), BU (+) 9x/menit, nyeri
tekan (-), massa (-), tympani
- Extremitas : Edema (-), tangan
kanan dan kiri spastik, CRT
<2”
11-04- Sesak (-), demam - N : 112x/menit Kejang demam - Piracetam
2017 (-), pasien tenang - RR : 32x/menit kompleks + 3x50 mg
dan tidak rewel, - S : 36.8oC Hemiparese
kaki dan tangan - Kulit : pucat (-), sianosis (-), sinistra
kiri tidak bisa ikterik (-)
digerakkan secara - Kepala : Normocephal, UUB
spontan, BAB belum menutup
dan BAK baik. - Mata : konjungtiva anemis (-/-
), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : Rhinorrhea (-/-)
deformitas (-), pernapasan
cuping hidung (-)
- Telinga : otorrhea (-/-)
deformitas (-/-)
- Mulut : Mukosa bibir dan
lidah lembab, T1/T1 hiperemis
(-)
- Leher : Pembesaran Kelenjar
Getah bening (-)
- Thoraks : Pengembangan
dinding dada simetris, retraksi
(-)
- Pulmo : Vesikuler (+/+),
Rhonchi (-/-), Wheezing (-/-)
- Cor : S1 S2 tunggal, reguler,
murmur (-), gallop (-)
- Abdomen : Cembung, distensi
(-), BU (+) 9x/menit, nyeri
tekan (-), massa (-), tympani
- Extremitas : Edema (-), tangan
kanan dan kiri spastik, CRT
<2”
12-04- Sesak (-), demam - N : 112x/menit Kejang demam Piracetam 3x50
2017 (-), pasien tenang - RR : 32x/menit kompleks + mg
dan tidak rewel, - S : 36.9oC Hemiparese
kaki dan tangan - Kulit : pucat (-), sianosis (-), sinistra
kiri tidak bisa ikterik (-)
digerakkan secara - Kepala : Normocephal, UUB
spontan, BAB belum menutup
dan BAK baik. - Mata : konjungtiva anemis (-/-
), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : Rhinorrhea (-/-)
deformitas (-), pernapasan
cuping hidung (-)
- Telinga : otorrhea (-/-)
deformitas (-/-)
- Mulut : Mukosa bibir dan
lidah lembab, T1/T1 hiperemis
(-)
- Leher : Pembesaran Kelenjar
Getah bening (-)
- Thoraks : Pengembangan
dinding dada simetris, retraksi
(-)
- Pulmo : Vesikuler (+/+),
Rhonchi (-/-), Wheezing (-/-)
- Cor : S1 S2 tunggal, reguler,
murmur (-), gallop (-)
- Abdomen : Cembung, distensi
(-), BU (+) 9x/menit, nyeri
tekan (-), massa (-), tympani
- Extremitas : Edema (-), tangan
kanan dan kiri spastik, CRT
<2”
13-04- Sesak (-), demam - N : 120x/menit Kejang demam Piracetam 3x50
2017 (-), pasien tenang - RR : 30x/menit kompleks + mg
dan tidak rewel, - S : 36.9oC Hemiparese
kaki dan tangan - Kulit : pucat (-), sianosis (-), sinistra
kiri tidak bisa ikterik (-)
digerakkan secara - Kepala : Normocephal, UUB
spontan, BAB belum menutup
dan BAK baik. - Mata : konjungtiva anemis (-/-
), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : Rhinorrhea (-/-)
deformitas (-), pernapasan
cuping hidung (-)
- Telinga : otorrhea (-/-)
deformitas (-/-)
- Mulut : Mukosa bibir dan
lidah lembab, T1/T1 hiperemis
(-)
- Leher : Pembesaran Kelenjar
Getah bening (-)
- Thoraks : Pengembangan
dinding dada simetris, retraksi
(-)
- Pulmo : Vesikuler (+/+),
Rhonchi (-/-), Wheezing (-/-)
- Cor : S1 S2 tunggal, reguler,
murmur (-), gallop (-)
- Abdomen : Cembung, distensi
(-), BU (+) 9x/menit, nyeri
tekan (-), massa (-), tympani
- Extremitas : Edema (-), tangan
kanan dan kiri spastik, CRT
<2”

C. DISKUSI
Kejang demam merupakan suatu kejadian kejang yang terjadi pada anak pada usia 6
bulan hingga 5 tahun dan mengalami kenaikan suhu tubuh suhu di atas38oC, dengan metode
pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkanoleh proses intrakranial. Pada kasus ini
pasien anak perempuan berusia 9 bulan. Pasien mengalami kejang pertama kali saat suhu
tubuhnya meningkat, pada pemeriksaan yang dilakukan pada tanggal 6 april 2017 didapatkan
suhu tubuh aksial pasien mencapai 39,5o C, yang berarti adanya peningkatan suhu tubuh
pasien.
Pada kasus ini kejang terjadi selama 3 jam tanpa ada fase istirahat, dan kejang
berhenti setelah pemberian stesolit per rektal. Kejang yang muncul bersifat kejang umum,
yakni seluruh tubuhnya mengalami kejang. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam,
namun kejang muncul dua hari kemudian. Terdapat tiga kriteria kejang demam kompleks,
yaitu:1
 Kejang lama (>15 menit)
 Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
 Berulang atau lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam.
Pasien dapat didiagnosis dengan kejang demam kompleks apabila terdapat satu dari
tiga gejala yang disebutkan di atas. Pada kasus ini terdapat satu gejala yakni kejang yang
terjadi selama 3 jam.
Pada pasien ini tidak didapatkan adanya faktor predisposisi penyebab demam muncul,
yakni tidak adanya riwayat batuk dan pilek saat sebelum pasien kejang. Kejang demam sering
terjadi pada anak-anak dengan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, dan infeksi virus
(Medscape). Riwayat keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama, ataupun adanya
keluarga dengan riwayat kejang disangkal pada kasus ini. Apabila dalam keluarga, terutama
keluarga yang masih dalam satu garis keturunan, mempunyai riwayat kejang akan
meningkatkan kemungkinan anaknya mengalami kejang demam 4,5 kali lebih besar
dibandingkan dengan pasien yang tidak mempunyai riwayat kejang pada keluarga (12-3-2).
Pada kasus didapatkan data status gizi pasien, berat badan 6,75 kg, panjang badan 66
cm. Menurut teori, untuk menentukan status gizi pasien dengan usia 9 bulan, dapat digunakan
tabel Z-score, dan didapatkan hasil : (kemenkes)
 BB/U : antara -2 SD sampai -1 SD : gizi baik
 PB/U : antara -2 SD sampai -1 SD : normal
 BB/PB : antara -1 SD sampai median : normal
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien ini didapatkan keadaan umum
tampak sakit ringan, selanjutnya didapatkan adanya penurunan kekuatan motorik pada
ekstremitas kiri pasien. Penurunan kekuatan motorik ini terjadi pada pasien sesaat setelah
pasien mengalami kejang selama 3 jam. Hal ini dapat dihubungkan dengan fenomena
munculnya kelemahan otot setelah kejang atau dikenal sebagai Todd’s paresis.
Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan CT-Scan kepala tanpa menggunakan kontras
dan didapatkan adanya gambaran hipodens pada hemisfer kanan disertai adanya penekanan
pada fissura sylvii dan ventrikel-ventrikel yang menandakan adanya edema otak kanan, tanpa
disertai dengan midline shift dan perdarahan pada otak. Edema otak terjadi akibat adanya
proses
Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan pungsi lumbar untuk menilai cairan
serebrospinal, dengan hasil pemeriksaan yakni cairan tidak berwarna, jernih dan tidak
ditemukan adanya bekuan. Pemeriksaan mikroskopik cairan serebrospinal mendapatkan hasil
jumlah sel sebanyak 110 sel/uL, dengan total PMN 54% dan MN 46%. Pemeriksaan cairan
serebrospinal dilakukan untuk menegakkan ataumenyingkirkan kemungkinan meningitis.
Berdasarkan bukti-bukti terbaru,saat ini pemeriksaan pungsi lumbal tidak dilakukan secara
rutin padaanak berusia <12 bulan yang mengalami kejang demam sederhana dengankeadaan
umum baik.Indikasi pungsi lumbal (level of evidence 2, derajat rekomendasi B):
 Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
 Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
klinis
 Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam yang sebelumnya telah
mendapat antibiotik dan pemberian antibiotiktersebut dapat mengaburkan tanda dan
gejala meningitis.
Menurut teori, normalnya cairan cerebrospinal tidak berwarna, jernih dan tidak ada
bekuan. Apabila ditemukan cairan otak berwarna (kekuningan, kemerahan, xanthochrome)
maka diduga adanya proses patologi di otak, yakni perdarahan, infeksi bakteri, infeksi virus,
infeksi jamur dan beberapa proses patologi lainnya. Normalnya pada cairan otak mengandung
sel PMN (polimorphonuclear) dan sel MN (mononuclear). Pada kasus infeksi bakteri, jumlah
sel akan meningkat hingga diatas 1000 sel/uL yang didominasi dengan sel PMN, sedangkan
pada infeksi virus akan didapatkan jumlah sel kurang dari 750 sel/uL yang didominasi
dengan sel MN.
Pada kasus ini pasien didiagnosis kejang demam kompleks berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pasien juga mengalami kelemahan otot pada
ekstremitas sebelah kiri (hemiparesis sinistra). Fenomena kelemahan otot post kejang dikenal
dengan istilah Todd’s Paresis. Todd’s paresis merupakan fenomena penurunan fungsi
motorik pada ekstremitas, dapat disertai dengan defisit neurologis lainnya seperti afasia,
kelumpuhan nervus facialis. Keadaan ini sering sulit dibedakan dengan stroke non
hemorrhagic, baik pada manifestasi klinik maupun hasil pencitraan dengan menggunakan
CT-Scan. Hal yang membedakan antara stroke non hemorrhagic dan Todd’s paresis adalah
mekanisme terjadinya iskemik pada otak. Pada Todd’s paresis lebih sering ditemukan adanya
penurunan MTT (mean transit time) pada otak yang terjadi setelah seseorang mengalami
kejang yang lama (status konvulsi) dan berlanjut pada hipoperfusi jaringan otak, sedangkan
pada pasien stroke non hemorrhagic lebih sering ditemukan adanya penyumbatan yang
dikarenakan adanya atherosclerosis dan embolus. Pasien dengan Todd’s paresis juga dapat
kembali fungsi neurologisnya apabila dilatih selama masa perawatan (JVIN-5).
Tatalaksana pada pasien dengan kejang demam pada saat serangan akut yang paling
perlu diperhatikan adalah pastikan jalan napas tetap stabil, kebutuhan oksigen mencukupi
dengan cara melonggarkan pakaian, posisikan pasien dalam keadaan miring agar tidak terjadi
aspirasi (962). Pada umumnya kejang akan berhenti sendiri dalam waktu 4 menitan, namun
apabila ditemukan pasien dalam masa serangan akut, dapat diberikan diazepam per rektal 0,5-
0,75 mg/kgbb atau 5mg pada anak dengan berat badan kurang dari 12 kg dan 10 mg pada
anak dengan berat badan lebih dari 12 kg untuk menghilangkan kejang(konsensus). Dosis
dapat diulang satu kali setelah 5 menit setelah pemberian pertama dan pasien masih dalam
keadaan kejang. Apabila kejang masih terus berlanjut, pasien disarankan untuk dibawah ke
tempat pelayan kesehatan terdekat untuk diberikan diazepam intravena 0,2-0,5 mg/kgbb
dengan kecepatan 2mg/menit atau selama 3-5 menit dengan dosis maksimal 10 mg.
(konsensus). Pada kasus ini, pasien mengalami kejang yang lama, yakni selama 3 jam. Pada
anamnesis dikatakan ibu pasien tidak mempunyai persediaan obat diazepam rektal dirumah,
sehingga pasien dibawa ke puskesmas terdekat. Jarak antara rumah dan puskesmas yang jauh
dan masalah transportasi menyebabkan kejang tidak dapat diberhentikan dalam waktu
singkat, sehingga setelah 3 jam baru pasien mendapatkan pengobatan diazepam rektal.
Tatalaksana kejang demam setelah masa serangan akut adalah mengurangi demam.
Menurut teori, obat antipiretik yang dianjurkan adalah paracetamol dengan dosis 10-15
mg/kgbb/kali diberikan tiap 4-6 jam, atau diberikan ibuprofen 5-10mg/kgbb/kali diberikan
sebanyak 3-4 kali per hari. (konsensus). Terapi selanjutnya adalah pemberian anti-konvulsan
profilaksis. Anti-konvulsan profilaksis dibagi menjadi dua dosis, yakni profilaksis intermitten
dan anti-konvulsan rumatan. Profilaksis intermiten diberikan pada kejang demam dengan
salah satu faktor risiko di bawah ini:
• Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral
• Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
• Usia <6 bulan
• Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius
• Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat dengan
cepat.
Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau rektal 0,5
mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mguntuk berat badan >12 kg), sebanyak 3
kali sehari, dengan dosis maksimumdiazepam 7,5 mg/kali. Diazepam intermiten diberikan
selama 48 jampertama demam. Perlu diinformasikan pada orangtua bahwa dosis
tersebutcukup tinggi dan dapat menyebabkan ataksia, iritabilitas, serta sedasi.(konsensus)
Terapi anti-konvulsan rumatan hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam
jangka pendek, dikarenakan efek samping obat yang menonjol pada pemakaian jangka
panjang. Indikasi pengobatan rumat:
 Kejang fokal
 Kejang lama >15 menit
 Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis.
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan
risiko berulangnya kejang, namum pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan
gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat iniadalah asam
valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumurkurang dari 2 tahun, asam
valproat dapat menyebabkan gangguan fungsihati. Dosis asam valproat adalah 15-40
mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis, danfenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2
dosis.(konsensus).

D. KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai