Anda di halaman 1dari 30

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny. S


DENGAN HIPERTENSIPADA KELUARGA Tn. S
DI DESA BLECAN, KECAMATAN GODANGREJO,
KABUPATEN KARANGANYAR

DISUSUN OLEH :
SUKMA JIWANI SANTOSO PUTRI
NIM P. 10127

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Ny. S
DENGAN HIPERTENSI PADAKELUARGA Tn. S
DI DESA BLECAN, KECAMATAN GODANGREJO,
KABUPATEN KARANGANYAR

KaryaTulisIlmiah
UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratan
DalamMenyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :
SUKMA JIWANI SANTOSO PUTRI
NIM P. 10127

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013

i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawahini :


Nama : Sukma Jiwani Santoso Putri
NIM : P. 10127
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA
Ny. S DENGAN HIPERTENSI PADA KELUARGA
Tn. S DI DESA BLECAN, KECAMATAN
GODANGREJO, KABUPATEN KARANGANYAR
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, April 2013

Sukma Jiwani Santoso Putri


NIM. 10127

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya tulis ilmiah ini diajukan oleh :


Nama : Sukma Jiwani Santoso Putri
NIM : P. 10127
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA
Ny. S DENGAN HIPERTENSI PADA KELUARGA
Tn. S DI DESA BLECAN, KECAMATAN
GODANGREJO, KABUPATEN KARANGANYAR

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : STIKES KUSUMA HUSADA


Hari/Tanggal :

Pembimbing : Diyah Ekarini., S.Kep.,Ns (.....................................)


NIK.200179001

iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penguji panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA Ny. S DENGAN HIPERTENSI PADA KELUARGA Tn. S DI DESA

BLECAN, KECAMATAN GONDANGREJO, KABUPATEN

KARANGANYAR”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat


bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Setiyawan, S.Kep., Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Diyah Ekarini, S,Kep., Ns, selaku dosen pembimbing dan penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
4. Siti Mardiyah, S,.kep., Ns selaku dosen penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasusini.
5. Tyas Ardi Suminarsih, S,.kep., Ns selaku dosen penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.

v
6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
7. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Teman–teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Penulis menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
membuka saran demi penelitian selanjutnya. Semoga Laporan Studi Kasus ini
bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 2013

Penulis

vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................... 3
C. ManfaatPenulisan ................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Identitas Klien
B. Pengkajian
C. Perumusan Masalah Keperawatan
D. Perencanaan Keperawatan
E. Implementasi Keperawatan
F. Evaluasi Keperawatan
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
B. Simpulan
Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup

vii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan pada manusia dapat dilihat dalam rentang sehat sakit.
Dimana rentang sehat sakit ini digunakan sebagai alat ukur dalam penilaian
status kesehatan yang dinamis dan dapat menjadi batasan oleh seorang
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang jelas. Menurut Potter
dan Perry (2005 : 5) menyatakan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan di
mana seseorang mendefinisikannya sesuai dengan nilai yang ada pada
dirinya. Sehat dalam pengertian yang paling luas adalah suatu keadaan yang
dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
lingkungan internal dan eksternal untuk mempertahankan keadaan kesehatan.
Selanjutnya menurut Patricia pada tahun 2005 (dalam Padila, 2012 : 10) sakit
merupakan hasil interaksi seseorang dengan lingkungan akibat kegagalan
beradaptasi dengan lingkungan sehingga menimbulkan ketidakseimbangan
antara host, agent, dan lingkungan.
Penyakit yang sering menyerang lingkungan masyarakat terutama di
pedesaaan adalah hipertensi. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan
sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
seseorang berada di atas batas normal atau optimal yaitu 120 mmHg untuk
sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik. Penyakit ini dikategorikan sebagai\ the
silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi
sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi yang terjadi dalam
jangka waktu lama dan terus menerus bisa memicu stroke, serangan jantung,
gagal jantung dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik. (Purnomo
dalam Agrina, 2012).
Hipertensi menjadi salah satu masalah utama dalam ranah kesehatan
masyarakat di Indonesia maupun dunia. Diperkirakan, sekitar 80 persen
kenaikan kasus hipertensi terutama terjadi di Negara berkembang pada tahun
2025, dari jumlah total 639 juta kasus di tahun 2000. Jumlah ini di perkirakan

1
2

meningkat menjadi 1,15 miliar kasus di tahun 2025. Angka – angka


prevalensi di Indonesia menunjukkan bahwa di daerah pedesaan masih
banyak penderita hipertensi yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan.
Prevalensi terbanyak berkisar 6 persen sampai dengan 15 persen, tetapi ada
pula wilayah dengan angka ekstrem yang rendah. Seperti di Ungaran Jawa
Tengah prevalensi berkisar 1,8 persen, sedangkan untuk Beliem pegunungan
Jaya Wijaya Irian Jaya prevalensi berkisar 0,6 persen dan di Talang Sumatera
Utara prevalensi berkisar 17,8 persen (Ardiansyah, 2012 : 54 - 55). Bahkan
untuk di wilayah Jawa Tengah khususnya di Kabupaten Karanganyar,
Kecamatan Gondang Rejo pada tahun 2013 mencapai 825 kasus hipertensi
yang meminta pelayanan kesehatan ke Puskesmas. Tidak sedikit di desa
Tuban Kecamatan Gondang Rejo yang mempunyai penyakit hipertensi, yakni
mencapai 107 kasus (Puskesmas Gondangrejo, 2013).
Indonesia yang sedang membangun disegala bidang perlu
memperhatikan tindakan mendidik untuk mencegah timbulnya penyakit yang
sering muncul di pedesaan seperti hipertensi. Salah satu tindakan dalam
rangka mencegah timbulnya penyakit hipertensi yaitu dengan cara
memberikan penyuluhan kepada masyarakat pedesaan agar menjaga
kesehatan keluarganya.
Dalam Dion (2013: 2), WHO mengemukakan bahwa keluarga adalah
anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah,
adopsi atau perkawinan. Menurut Jhoson dan Leny (2010: 2) menyatakan
bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluargadan bebrapa yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Berkaitan dengan peran keluarga yang bersifat ganda, yakni satu sisi
keluarga berperan sebagai matriks bagi anggotanya, disisi lain keluarga harus
memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat, maka selanjutnya akan dibahas
tentang fungsi keluarga sebagai berikut : Friedman pada tahun 1998 (dalam
Padila, 2012) mengemukakan fungsi perawatan kesehatan keluarga yakni
selain keluarga menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga
3

berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untuk


mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang sakit.
Keluarga juga menentukan kapan anggota keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau pertolongan tenaga
professional. Kemampuan ini sangat mempengaruhi status kesehatan individu
atau keluarga.

Kesanggupan keluarga melaksakan pemeliharaan kesehatan terhadap


anggota keluarganya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan. Tugas kesehatan keluarga tersebut adalah (Fredman, 1998):
mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan yang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit,
mempertahankan suasana rumah yang sehat dan menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada dimayarakat.
Berdasarkan kasus yang di dapat dari pengkajian, pasien mengatakan
tidak tahu merawat anggota yang sakit hipertensis, maka penulis tertarik
untuk menulis karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan
Keluarga Pada Ny. S Dengan Hipertensi Pada Keluarga Tn. S di Desa Blecan,
Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Melaporkan asuhan keperawatan keluarga pada Ny. S. dengan Hipertensi
pada keluarga Tn. S di desa Blecan, Kecamatan Godangrejo, Kabupaten
Karanganyar.
2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan Hipertensi
pada keluarga Tn. S.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. S dengan
Hipertensi pada keluarga Tn. S.
4

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. S


dengan Hipertensi pada keluarga Tn. S.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. S dengan Hipertensi
pada keluarga Tn. S.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. S dengan Hipertensi pada
keluarga Tn. S.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi Keperawatan
a. Dapat memberikan informasi tentang asuhan keperawatan keluarga
dengan kemampuan keluarga mengenal masalah, khususnya pada
keluarga yang terkena hipertensi, sehingga perawat dapat memberikan
asuhan keperawatan pada keluarga lebih optimal serta meningkatkan
keterampilan dalam memberikan penatalaksanaan yang lebih baik.
b. Perawat lebih profesional dalam memberikan asuhan keperawatan
kemampuan keluarga dalam mengenal masalah pasien hipertensi.
2. Institusi Pendidikan
Sebagai informasi kepada mahasiswa tentang asuhan keperawatan pasien
hipertensi, sehingga dapat memberikan gambaran kepada keluarga tentang
mengenal dan merawat pasien hipertensi.
3. Bagi Penulis
a. Mengetahui informasi serta mampu menerapkan asuhan keperawatan
tentang keluarga mengenal masalah pasien hipertensi sehingga dapat
mengembangkan wawasan penulis.
b. Mendorong penulis untuk meningkatkan pengetahuan, berpandangan
luas, dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga untuk mengenal
penyakit hipertensi.
5

BAB II
LAPORAN KASUS

Pada bab ini penulis akan membahas tentang resume kasus dengan judul
“Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny. S dengan Hipertensi pada Keluarga Tn.
S di desa Blecan, kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar” yang telah di
lakukan pada tanggal, kamis 25 April sampai 27 April 2013. Asuhan keperawatan
ini mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

A. Data Umum Keluarga


Pengkajian dilakukan pada hari kamis, 25 April 2013 dirumah
keluarga Tn. Syang beralamat didesa Blecan, Kelurahan Tuban, Kecamatan
Godangrejo, Kabupaten Karanganyar. Komposisi keluarga Tn. S terdiri dari
lima anggota keluarga yaitu Tn. S berusia 56 tahun sebagai kepala keluarga,
pendidikan terakhir SD, sedangkan pekerjaannya swasta yakni pedagang. Ny.
S berusia 50 tahun sebagai istri, pekerjaan swasta dan memiliki lima orang
anak. Dimana ketiga anaknya yang perempuan sudah menikah dan tinggal
bersama suami masing-masing, sedangkan kedua putranya yang keempat dan
kelima tinggal dengan Ny. S, yakni Tn. H berusia 25 tahun pekerjaannya
swasta dan Tn. M berusia 22 tahun dengan pekerjaaan swasta dan pendidikan
terakhirnya adalah SMA.

B. Pengkajian
Pada tahap pengkajian didapat data sebagai berikut: pada tahap
perkembangan keluarga saat ini dimana anak tertua dari keluarga Ny. S
berusia 33 tahun, saat ini anak pertamanya sudah bekerja dan tinggal bersama
suaminya. Berarti tahap keluarga Ny. S yakni dengan anak dewasa. Dalam
tugas ini, tugas perkembangan keluarga yang telah tercapai adalah
memperluas keluarga inti dan keluarga besar, mempertahankan keintiman,
membantu anak mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat,

5
6

mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya,


menata kembali fasilitas dan sumber daya yang ada pada keluarga, berperan
suami istri – kakek nenek, dan mencintai lingkungan rumah yang dapat
menjadi contoh bagi anak-anaknya, sedangkan pada tahap keluarga yang
belum tercapai yakni Ny. S merasa bahwa tahap perkembangan keluarga pada
keluarganya telah terpenuhi, terbukti dengan tugas-tugas perkembangan
keluarga yang telah tercapai.
Selanjutnya, pada riwayat keluarga inti Ny. S, dimana tipe keluarga
pada Ny. S adalah keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yakni,
Tn. S menikah dengan Ny. S sudah 33 tahun yang lalu. Pernikahan direstui
oleh kedua orang tua masing-masing. Tn. S merupakan pilihan sendiri oleh
Ny. S dan tidak dijodohkan. Ny. S memiliki riwayat kesehatan hipertensi
sudah lima tahun yang diturunkan dari ibunya. Pada saat pengkajian Ny. S
mengeluh pusing, nyeri tengkuk, nyeri hilang timbul, dengan skala nyeri 5,
nyeri yang dirasa cekot-cekot, dan Ny. S tampak lemas, sedangkan Tn. S
tidak mempunyai riwayat kesehatan yang buruk, hanya saja saat Tn. S lemas
dan lesu hal itu disebabkan karena terlalu terforsir pada pekerjaannya yang
membuat Tn. S lupa akan istirahat yang cukup. Tn. H dan Tn. M juga tidak
mempunyai riwayat kesehatan yang buruk, baik dari faktor luar maupun
keturunan, sedangkan untuk riwayat keluarga sebelumnya Ny. S mempunyai
riwayat hipertensi yang diturunkan dari ibunya yang saat ini sudah
meninggal. Dalam keluarga Tn. S dan Ny. S hanya Ny. S yang mempunyai
riwayat penyakit hipertensi.
Pengkajian ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit dibuktikan dengan Ny. S dan keluarga tidak mengetahui keadaan
penyakitnya dan tidak mengetahui cara merawat Ny. S dengan hipertensi.Ny.
S sendiri tidak mengetahui bagaimana perkembangan perawatan yang
dibutuhkan. Pada saat pengkajian Ny. S mengeluh pusing, nyeri tengkuk,
nyeri hilang timbul, dengan skala nyeri 5, nyeri yang dirasa cekot-cekot, dan
Ny. S tampak lemas.Hasil pemeriksaan fisik yang didapat dari keluarga Tn. S
khususnya Ny. S yakni, tekanan darah 150 per 100 mmHg, nadi 86 x per
7

menit, respirasi 20 kali per menit dengan BB 57 Kg TB 150 cm dan dari hasil
pemeriksaan fisik juga di dapat keluhan pusing, lemas dan nyeri. P : nyeri
karena tekanan darah tinggi, Q : nyeri yang dirasa cekot – cekot, R : nyeri
yang dirasakan di bagian tengkuk, S : skala nyeri 5, T : nyeri hilang timbul.

C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkanhasil pengkajian pada tanggal 25 April 2013 ditegakkan
diagnosa keperawatan nyeri kronik b.d ketidakmampuan merawat anggota
yang sakit pada keluarga Tn. S khususnya Ny. S dengan
hipertensi.Berdasarkan diagnosa tersebut diambil dari data subyektif yakni
Ny. S mengatakan tidak mengetahui keadaan penyakitnya.Ny. S juga
mengatakan tidak tahu cara merawat dirinya dengan hipertensi dan mengeluh
pusing, nyeri pada tengkuk nyeri yang dirasa cekot-cekot, dengan skala nyeri
5 dan lemas. Data obyektif : Ny. S terlihat lemas namun masih tetap
melakukan aktifitasnya, tekanan darah 150 per 100 mmHg.

D. Intervensi
Berdasarkan hasil skoring di dapatkan prioritas masalah utama adalah
nyeri kronik b.d ketidak mampuan merawat anggota yang sakit pada keluarga
Tn. S khususnya Ny. S dengan hipertensi yang meliputi sifat masalah aktual
dengan skor 3/3 x 1, bobot 1 ; kemungkinan masalah dapat diubah yakni
sebagian, dengan skor 1/2 x 2, bobot 1 ; kemungkinan masalah dapat dicegah
yakni cukup, dengan skor 2/3 x 1, bobot 2/3 ; sedangkan menonjolnya
masalah yakni masalah dirasakan dan harus segera di tangani, skor 2/2 x 1,
bobot 1. Nilai skoring tersebut, total skoring yakni 3 2/3.
Berdasarkandiagnosa nyeri kronik b.d ketidak mampuan merawat
anggota yang sakit pada keluarga Tn. S khususnya Ny. S dengan hipertensi
perlu dilakukan tindakan keperawatan dengan tujuan umum dan tujuan
khusus, dimana tujuan umumnya adalah setelah dilakukan tindakan asuhan
keperawatan selama tiga hari diharapkan Ny. S dan keluarga mampu
mengurangi atau mengatasi nyeri kronik pada hipertensi khususnya pada Ny.
8

S, dengan skala 3, sedangkan tujuan khususnya adalah setelah dilakukan


tindakan keperawatan selama 3 x 20 menit keluarga mampu melakukan
perawatan keluarga dengan hipertensi khususnya padaNy. S, mengetahui
komplikasi hipertensi, mengetahui tanda dan gejala, mengetahui cara
merawat hipertensi. Selanjutnya intervensi yang di lakukan pada tanggal 25
April 2013 yakni sebagai berikut : kaji karakteristik nyeri dengan rasional
mengetahui karakteristik nyeri, selanjutnya diskusikandengan keluarga cara
perawatan nyeri pada hipertensi dengan cara kompres air hangat, relaksasi
nafas dalam, dan istirahat cukup dengan rasional mengetahui cara perawatan
nyeri pada hipertensi dengan cara kompres air hangat, relaksasi nafas dalam,
dan istirahat cukup, kemudian demonstrasikan cara membuat obat tradisional
dengan belimbing, bawang putih dan mengkudu, dan jelaskan makanan yang
harus di hindari pada hipertensi dengan rasional mengerti cara membuat obat
tradisional dengan belimbing, bawang putih dan mengkudu. Terakhir,
jelaskan makanan yang harus di hindari pada hipertensi dengan rasional Ny. S
dan keluarga mengerti makanan yang harus di hindari pada hipertensi.

E. Implementasi
Implementasi yang penulis laksanakan sudah sesuai dengan
intervensiyang telah penulis susun yakni pada kamis tanggal 25 April 2013
pukul 12.30 WIB penulis mengkaji karakteristik nyeri dan mendiskusikan
cara perawatan nyeri pada hipertensi dengan cara kompres air hangat,
relaksasi nafas dalam, dan istirahat cukup, dengan respon subyektif yakni Ny.
S mengeluh nyeri, P :nyeri yang dirasakan karena tekanan darah tinggi, Q :
nyeri yang dirasa cekot-cekot, R : nyeri yang dirasakan dibagian tengkuk, S :
skala nyeri 5, T : nyeri yang dirasakan hilang timbul. Respon obyektif klien
yakni Ny. S terlihat lemas dan bingung dengan nyeri yang dirasakan.Pada
hari Jum’at tanggal 26 April 2013 pukul 14.00 implementasi yang penulis
laksanakan yakni mengkaji kembali karakteristik nyeri apakah nyeri sudah
berkurang atau belum dan mendemonstrasikan cara membuat obat tradisional
dari belimbing, bawang putih, dan mengkudu pada penderita hipertensi.
9

Respon subyektif klien yakni Ny. S masih mengeluh nyeri dengan, P : nyeri
yang di rasakan karena darah tinggi, Q : nyeri yang dirasa cekot-cekot, R :
nyeri yang dirasakan dibagian tengkuk, S : skala nyeri 4, T : nyeri yang
dirasakan hilang timbul. Respon obyektif nya yakni keluarga dan Ny. S
menyimak dengan baik dan mampu mengulang dengan baik cara
membuatobat tradisional dari belimbing, bawang putih, dan buah mengkudu.
Implementasi dilanjutkan pada hari terakhir Sabtu tanggal 27 April
2013 pukul 17.00 adalah mengkaji kembali karakteristik nyeri apakah nyeri
sudah berkurang atau belum dan menjelaskan makanan yang harus dihindari
pada hipertensi.Respon subyektifnya yakni,Ny. S mengatakan nyeri
berkurang, dengan P : nyeri yang di rasakan karena tekanan darah tinggi, Q :
nyeri yang dirasa cekot-cekot, R : nyeri yang dirasakan dibagian tengkuk, S :
skala nyeri 3, T : nyeri yang dirasakan hilang timbul. Respon obyektif klien
yakni Ny. S nampak rileks, mengerti cara merawat nyeri dan mengerti
makanan yang harus dihindari pada penderita hipertensi.
F. Evaluasi
Evaluasi pada tanggal 25 April 2013 pukul 12.50 dengan diagnosa
nyeri kronik b.d ketidakmampuan merawat anggota yang sakit pada keluarga
Tn. S khususnya Ny. S dengan hipertensi yakni dari data subyektif : Ny. S
mengeluh nyeri, P : nyeri yang dirasakan karena tekanan darah tinggi, Q :
nyeri yang dirasa cekot-cekot, R : nyeri yang dirasakan dibagian tengkuk, S :
skala nyeri 5, T : nyeri yang dirasakan hilang timbul. Ny. S dan keluarga
mengatakan mengetahui tentang perawatan nyeri pada penderita
hipertensiyakni dengan cara relaksasi, kompres hangat, relaksasi nafas dalam,
dan istirahat yang cukup. Data obyektif : Ny. S terlihat lemas dan bingung
dengan nyeri yang dirasakan.Ny. S dan keluarga berusaha menjawab
pertanyaan yang diajukan dan menyimak penjelasan dengan benar.Analisis :
masalah belum teratasi. Planning yang tepat adalah anjurkan memeriksakan
kesehatannya tentang nyeri hipertensi yang di alami.
Evaluasi pada Jum’at tanggal 26 April 2013 pukul 14.00, subyektif:
Ny. S masih mengeluh nyeri dengan, P : nyeri yang di rasakan karena darah
10

tinggi, Q : nyeri yang dirasa cekot-cekot, R : nyeri yang dirasakan dibagian


tengkuk, S : skala nyeri 4, T : nyeri yang dirasakan hilang timbul. Ny. S dan
keluarga mengatakan mengerti cara membuat obat tradisional dengan
belimbing, bawang putih dan mengkudu. Obyektif : keluarga dan Ny. S
menyimak dengan baik dan mampu mengulang dengan baik
caramembuatobat tradisional. Analisis : masalah nyeri belum terasi.
Planning:anjurkan peningkatan perawatan nyeri dengan kompres air hangat,
relaksasi nafas dalam, dan istirahat yang cukup.
Evaluasi pada hari terakhir Sabtu 27 April 2013 pukul 16.30,
subyektif : Ny. S mengatakan nyeri berkurang, dengan P : nyeri yang
dirasakan karena tekanan darah tinggi, Q : nyeri yang dirasa cekot-cekot, R :
nyeri yang dirasakan dibagian tengkuk, S : skala nyeri 3, T : nyeri yang
dirasakan hilang timbul. Obyektif : Ny. S nampak rileks,mengerti cara
merawat nyeri dan mengerti makanan yang harus dihindari pada hipertensi.
Analisis : masalah teratasi. Planning : pertahankan perawatan nyeri dengan
kompres air hangat, relaksasi nafas dalam, dan istirahat yang cukup dan
periksakan kesehatan bila nyeri masih berlanjut.
11

BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN SARAN

A. Pembahasan
Pada bab ini membahas tentang proses telaah antara data pendukung
yang terjadi antara teori dengan kenyataan yang ada pada kasus nyata yang
dilakukan asuhan keperawatan hari Kamis tanggal 25 April sampai 27 April
2013. Pada pembahasan ini dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat
mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga
yang dibinanya (Sulistyo, 2012 : 91). Menurut Potter&Perry (2002)
pengkajian keperawatan dibagi menjadi dua tahap yakni autoanamnesa
dan alloanamnesa. Autoanamnesa adalah data yang dapat diambil dari
wawancara dengan klien, sedangkan alloanamnesa adalah data yang dapat
diambil dari keluarga atau tenaga kesehatan. Penulis melakukan
pengkajian pada keluarga Tn. S berdasarkan pengkajian 32 data menurut
Friedman (1998) dan diaplikasikan melalui proses pengkajian melalui
proses wawancara dengan keluarga, observasi lingkungan, dan
pemeriksaan fisik.
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada keluarga
Tn. S terutama pada Ny. S ditemukan data: Ny. S sering mengeluhkan
pusing, nyeri tengkuk. P: nyeri karena tekanan darah tinggi, Q: nyeri yang
dirasa cekot – cekot, R: nyeri yang dirasakan di bagian tengkuk, S: skala
nyeri 5, T: nyeri hilang timbul. Ny. S juga mengatakan mempunyai
riwayat nyeri sudah lama lebih dari 6 bulan. Berdasarkan pengkajian yang
didapat sama dengan teori yang dibahas tentang nyeri pada hipertensi.
Tanda dan gejala yang muncul pada penderita Hipertensi antara lain: nyeri
kepala saat terjaga yang terkadang disertai mual dan muntah akibat

11
12

peningkatan tekanan darah interektinum, penglihatan kabur karena terjadi


kerusakan pada retina sebagai dampak dari hipertensi, ayunan langkah
yang tidak mantap karena terjadi kerusakan saraf pusat, nokturi (sering
berkemih di malam hari) karena adanya peningkatan aliran darah ke ginjal
dan filtrasi glomerulus, serta edema dependen dan pembengkakan akibat
peningkatan tekanan kapiler, hipertensi juga dapat menyebabkan
terjadinya nyeri tengkuk (Muhammad Ardiyansyah, 2012: 67).
Berdasarkan data yang di temukan pada saat pengkajian yakni sama
dengan teori.
Menurut Caffery sebagaimana di kutip oleh Potter dan Perry
(2005) dalam Judha, Sudarti, dan Fauziah (2012) menyatakan nyeri adalah
segala sesuatu yang di katakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi
kapan saja ketika seseorang menyatakan bahwa ia merasa nyeri. Nyeri di
klasifikasikan menjadi dua menjadi dua yakni nyeri akut dan nyeri kronik.
Nyeri akut adalah nyeri yang di akibatkan oleh penyakit, radang, atau
injuri jaringan. Nyeri akut biasanya akibat awitan yang tiba-tiba dan
biasanya terjadi kurang dari 6 (enam) bulan, sedangkan nyeri kronik
adalah nyeri yang menggambarkan penyakitnya. Nyeri kronik spontan dan
intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronik
dapat menjadi lebih berat yang dipengaruhi oleh lingkungan dan faktor
kejiwaan. Nyeri kronik dapat berlangsung lebih lama (lebih dari enam
bulan) dibandingkan dengan nyeri akut. Karakteristik nyeri berdasarkan
metode PQRST, P (Provocat), Q (Quality), R (Region), S (Severe), T
(Time). Provocate adalah pengkajian tentang penyebab nyeri. Quality
adalah kualitas nyeri merupakan suatu yang subyektif yang di ungkapkan
oleh klien, sering kali klien mendeskiripsikan nyeri dengan kalimat nyeri
seperti di tusuk-tusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superfisial, atau
bahkan seperti di gencet. Region yakni pengkajian lokasi nyeri, tenaga
kesehatan meminta penderita untuk menunjukkan semua bagian atau
daerah yang dirasa tidak nyaman. Severe yakni tingkat keparahan
13

merupakan bagian yang paling subyektif yang dirasakan oleh penderita.


Time yakni awitan atau durasi dan rangkaian nyeri (Judha, 2012 : 22 - 33).
Pada pengkajian keluarga Tn. S khususnya Ny. S dilakukan
pemeriksaan fisik, dan di dapat hasil yakni, tekanan darah 150 per 100
mmHg, nadi 86 x per menit, respirasi 20 kali per menit dengan BB 57 Kg
TB 150 cm dan dari hasil pemeriksaan fisik juga di dapat keluhan pusing,
lemas dan nyeri. P: nyeri karena tekanan darah tinggi, Q: nyeri yang di
rasa cekot – cekot, R: nyeri yang di rasakan di bagian tengkuk, S: skala
nyeri 5, T: nyeri hilang timbul. Pemeriksaan fisik ini sama dengan
pemeriksaan fisik didalam teori menurut Muhammad Ardiansyah (2012 :
53) dimana tekanan darah lebih tinggi dari 140 per 90 mmHg, nadi jelas,
sedangkan respirasi masih normal namun tidak dijumpai di dalam
pengkajian fisik tentang respirasi, berat badan normal. Gejala hipertensi
yang dialami juga sama seperti yang dirasakan oleh Ny. S yakni pusing,
lemas, dan nyeri bagian tengkuk.
Untuk mengatasi hipertensi biasanya diberikan terapi secara
farmakologi, terapi obat pada penderita hipertensi dimulai dengan salah
satu obat berikut :
a. Hidriklorotizid (HCT) 12,5 sampai 25 mg per hari dengan dosis tunggal
pada pagi hari.
b. Reserpine 0,1 sampai 0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal.
c. Propranolol mulai dari 10 mg dua kali sehari yang dapat di naikkan 20
mg dua kali sehari (kontraindikasi untuk penderita asma).
d. Kaptropil 12,5 sampai 25 mg sebanyak dua kali atau tiga kali (kontra
indikasi pada kehamilan selama janin hidup dan penderita asma).
e. Nifedipin mulai dari 5 mg dua kali sehari, bisa di naikkan 10 mg dua
kali sehari.
Berdasarkan tahap pengkajian yang dilakukan pada Ny. S, Ny. S
tidak mengkonsumsi obat seperti yang disebutkan dalam teori. Karena
Ny. S merasa sudah bosan mengkonsumsi obat-obatan.
14

Sesuai dengan fungsi perawatan kesehatan keluarga, kesanggupan


keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan terhadap keluarganya
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga tersebut adalah (Friedman :
1998) dalam Padila (2012 : 36): mengenal masalah kesehatan. Kesehatan
merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan kerena kesehatanlah
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua
perlu mengenal keadaan kesehatan danperubahan yang dialami oleh
keluarganya. Perubahan sekecil apapun yangdialami anggota keluarga
secara tidak langsung menjadi perhatian orangtua/keluarga. Apabila
menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatatkapan terjadinya,
perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya (Suprajitno,
2004). Pada pengkajian fungsi kesehatan keluarga terutama dalam
merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Keluarga dapat
mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakitnya. Jika
demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan. Pengkajian pada
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit pada
keluarga Tn. S khususnya Ny. S di dapat data sebagai berikut: Ny. S dan
keluarga tidak mengetahui keadaan penyakitnya dan tidak mengetahui cara
merawat Ny. S dengan hipertensi. Ny. S sendiri tidak mengetahui
bagaimana perkembangan perawatan yang dibutuhkan. Hasil pengkajian
yang di dapat sama dengan teori.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga
tentang masalah kesehatan actual atau professional, sebagai dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan
keluarga sesuai dengan kewenangan perawat (Setiadi, 2008 : 47).
Diagnosa yang muncul pada pengkajian keluarga Tn. S khususnya Ny. S
15

yakni nyeri kronik b.d ketidakmampuan merawat anggota yang sakit pada
keluarga Tn. S khususnya Ny. S dengan hipertensi. Hal ini dibuktikan
dengan data subyektif yakni: Ny. S mengatakan tidak mengetahui keadaan
penyakitnya. Ny. S juga mengatakan tidak tahu cara merawat dirinya
dengan hipertensi dan mengeluh pusing, nyeri pada tengkuk nyeri yang
dirasa cekot-cekot, dengan skala nyeri 5 dan lemas. Data obyektifnya
yakni: Ny. S terlihat lemas namun masih tetap melakukan aktifitasnya,
tekanan darah 150 per 100 mmHg.
Pada etiologi diagnosa keperawatan ditemukan data
ketidakmampuan anggota keluarga yang sakit dibuktikan dengan data
subyektif yang ada, hal ini sama seperti yang dikemukakan oleh Yohanes
dan Yasinta (2013 : 27) tentang perawatan anggota keluarga yang sakit,
yakni: mengetahui keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi,
prognosis, dan perawatannya). Namun, ada beberapa data yang tidak di
dapat dalam pengkajian keluarga yakni: sifat dan perkembangan
keperawatan yang di butuhkan, keberadaan fasilitas yang dibutuhkan
untuk perawatan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga, sikap keluarga
dalam penyakit, karena pada saat pengkajian tidak muncul data yang
disebutkan di atas.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi adalah salah satu tahap dari proses keperawatan dimulai
dari penentuan tujuan (umum atau khusus), penetapan standar dan kriteria
serta menentukan pernecanaan untuk mengatasi masalah keluarga
(Yohanes dan Yasinta, 2012 : 75). Tujuan umum yakni menekankan pada
perubahan perilaku dan mengarah kemampuan mandiri dan lebih pada
batas waktunya misalnya dalam waktu 2 hari. Pencantuman jangka waktu
ini adalah mengarahkan evaluasi pencapaian pada waktu yang telah di
tentukan sebelumnya. Tujuan khusus yakni di tekankan pada keadaan
yang bisa dicapai setiap harinya yang di hubungkan dengan keadaan yang
mengancam kehidupan (Setiadi, 2008 : 62). Berdasarkan teori tersebut
sama dengan data yang di lakukan pada intervensi di keluarga Tn. S
16

khususnya Ny. S, dimana tujuan umumnya yaitu: setelah dilakukan


tindakan asuhan keperawatan selama tiga hari diharapkan Ny. S dan
keluarga mampu mengurangi atau mengatasi nyeri kronik pada hipertensi
khususnya pada Ny. S, dengan skala 3. Tujuan khususnya yaitu: setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 20 menit keluarga mampu
melakukan perawatan keluarga dengan hipertensi khususnya pada Ny. S,
mengetahui komplikasi hipertensi, mengetahui tanda dan gejala,
mengetahui cara merawat hipertensi.
Penulis membuat intervensi keperawatan yang pertama kaji
karakteristik nyeri yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
nyeri dan merupakan indikator secara dini untuk dapat memberikan
tindakan selanjutnya (NIC NOC, 2005). Intervensi yang kedua yakni
mendiskusikan dengan keluarga cara perawatan nyeri pada hipertensi yaitu
dengan cara teknik relaksasi nafas dalam, kompres dengan air hangat, dan
istirahat yang cukup (Judha, 2012 : 33). Latihan pernafasan dalam, cukup
melakukan pernafasan secara bebas, penuhi paru-paru dengan udara
hingga dada terasa mengembang, kemudian hembuskan nafas secara
perlahan (Lany Lingga, 2012: 212). Intervensi yang ketiga adalah
demonstrasikan membuat obat tradisional dengan belimbing, bawang
putih, dan mengkudu. Adapun caranya yakni: pertama menggunakan buah
belimbing, yakni buah belimbing diparut sampai halus dan di ambil air
nya, diminum 1 kali sehari dan dilakukan selama 1 bulan. Obat tradisional
yang kedua, yakni menggunakan bawang putih. Bawang putih yang di
gunakan 2 siung, dengan cara bawang putih dikupas kulitnya dan
bersihkan, kemudian di makan mentah-mentah, lakukan dengan teratur
setiap hari. Obat tradisional yang ketiga menggunakan buah mengkudu.
Mengkudu yang digunakan 2 buah, dengan cara buah mengkudu dicuci
bersih lalu di parut dan di peras. Aturan penggunaannya yakni diminum 2
kali sehari (Padila, 2012: 167). Selanjutnya intervensi yang terakhir yakni
menjelaskan makanan yang harus dihindari oleh penderita hipertensi,
yakni mengurangi pemakaian garam, mengurangi konsumsi alcohol
17

(Ardiansyah, 2012 : 69). Hal yang paling menjadi perhatian masyarakat


yakni pembatasan konsumsi garam. Konsumsi garam berlebih akan
memicu kenaikan tekanan darah. Saat asupan garam meningkat, semakin
banyak sodium yang tersimpan di dalam tubuh. Pada waktu yang
bersamaan, ginjal memproduksi angiostin yang lebih banyak sehingga
jumlah air yang tertahan di dalam jaringan meningkat dan akhirnya terjadi
kenaikan tekanan darah (Lany Lingga, 2012: 112).
4. Implementasi keperawatan
Implementasi atau tindakan keperawatan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah di susun pada tahap
perencanaan (Setiadi, 2008 : 66).
Penulis melakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang
penulis buat. Pada Kamis tanggal 25 April 2013 pukul 12.30 WIB penulis
mengkaji karakteristik nyeri (NIC NOC, 2005) dan mendiskusikan cara
perawatan nyeri pada hipertensi dengan cara kompres air hangat, relaksasi
nafas dalam, dan istirahat cukup (Muhammad Judha, 2012 : 33). Pada hari
Jum’at tanggal 26 April 2013 pukul 14.00 implementasi yang penulis
laksanakan yakni mengkaji kembali karakteristik nyeri apakah nyeri
sudah berkurang atau belum (NIC NOC, 2005) dan mendemonstrasikan
cara membuat obat tradisional dari belimbing, bawang putih, dan
mengkudu pada penderita hipertensi (Padila, 2012 : 167). Dilanjutkan
pada hari terakhir Sabtu tanggal 27 April 2013 pukul 17.00 implementasi
yang dilaksanakan adalah mengkaji kembali karakteristik nyeri apakah
nyeri sudah berkurang atau belum (NIC NOC, 2005) dan menjelaskan
makanan yang harus dihindari pada hipertensi (Ardiansyah, 2012 : 69).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan penilaian untuk membandingkan
kesehaan keluarga dengan tujuan yang telah di tetapkan oleh perawat.
Evaluasi merupakan proses kesinambungan yang terjadi setiap kali
seorang perawat memperbarui rencana asuhan keperawatan.
18

Penilaian menggunakan pendekatan SOAP (subyektif, obyektif,


analisa, dan planning). S: hal-hal yang di kemukakan oleh keluarga, O:
hal-hal yang di kemukakan oleh perawat yang dapat di ukur, A: analisa
hasil yang telah di capai, mengacu pada tujuan dan diagnosa, P:
perencanaan yang akan datang setelah melihat respon klien (Padila, 2012 :
115). Berdasarkan pada kasus yang penulis buat, SOAP meliputi: pada
tanggal 25 April 2013 pukul 12.50 WIB data subyektif: Ny. S mengeluh
nyeri, P: nyeri yang dirasakan karena tekanan darah tinggi, Q: nyeri yang
dirasa cekot-cekot, R: nyeri yang dirasakan dibagian tengkuk, S: skala
nyeri 5, T: nyeri yang dirasakan hilang timbul. Ny. S dan keluarga
mengatakan mengetahui tentang perawatan nyeri pada penderita hipertensi
yakni dengan cara relaksasi, kompres hangat, relaksasi nafas dalam, dan
istirahat yang cukup. Data obyektifnya yakni Ny. S terlihat lemas dan
bingung dengan nyeri yang dirasakan. Ny. S dan keluarga berusaha
menjawab pertanyaan yang diajukan dan menyimak penjelasan dengan
benar. Analisis: masalah belum teratasi. Planning yang tepat adalah
anjurkan memeriksakan kesehatannya tentang nyeri hipertensi yang di
alami.
Pada hari Jum’at tanggal 26 April 2013 pukul 14.00, subyektif:
Ny. S masih mengeluh nyeri dengan, P: nyeri yang di rasakan karena
darah tinggi, Q: nyeri yang dirasa cekot-cekot, R: nyeri yang dirasakan
dibagian tengkuk, S: skala nyeri 4, T: nyeri yang dirasakan hilang timbul.
Ny. S dan keluarga mengatakan mengerti cara membuat obat tradisional
dengan belimbing, bawang putih dan mengkudu. Obyektif: keluarga dan
Ny. S menyimak dengan baik dan mampu mengulang dengan baik cara
membuat obat tradisional. Analisis: masalah nyeri belum teratasi.
Planning: anjurkan peningkatan perawatan nyeri dengan kompres air
hangat, relaksasi nafas dalam, dan istirahat yang cukup.

Hari terakhir Sabtu 27 April 2013 pukul 16.30, subyektif: Ny. S


mengatakan nyeri berkurang, dengan P: nyeri yang dirasakan karena
19

tekanan darah tinggi, Q: nyeri yang dirasa cekot-cekot, R: nyeri yang


dirasakan dibagian tengkuk, S: skala nyeri 3, T: nyeri yang dirasakan
hilang timbul. Obyektif: Ny. S nampak rileks, mengerti cara merawat nyeri
dan mengerti makanan yang harus dihindari pada hipertensi. Analisis :
masalah teratasi. Planning: pertahankan perawatan nyeri dengan kompres
air hangat, relaksasi nafas dalam, dan istirahat yang cukup dan periksakan
kesehatan bila nyeri masih berlanjut.

B. Simpulan dan Saran


1. Kesimpulan
a. Hasil pengkajian di dapat data Ny. S mengeluh pusing, nyeri tengkuk,
nyeri hilang timbul, dengan skala nyeri 5, nyeri yang dirasa cekot-
cekot, dan Ny. S tampak lemas. Ny. S dan keluarga tidak mengetahui
keadaan penyakitnya dan tidak mengetahui cara merawat Ny. S dengan
hipertensi. Ny. S sendiri tidak mengetahui bagaimana perkembangan
perawatan yang dibutuhkan.
b. Diagnosa keperawatan pada keluarga Tn. S khususnya Ny. S adalah
nyeri kronik b.d ketidak mampuan merawat anggota yang sakit pada
keluarga Tn. S khususnya Ny. S dengan hipertensi.
c. Intervensi keperawatan keluarga yang dilakukan adalah yang pertama
kaji karakteristik nyeri yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat nyeri dan merupakan indikator secara dini untuk dapat
memberikan tindakan selanjutnya, yang kedua yakni mendiskusikan
dengan keluarga cara perawatan nyeri pada hipertensi yaitu dengan
cara teknik relaksasi nafas dalam, kompres dengan air hangat, dan
istirahat yang cukup. Intervensi yang ketiga adalah demonstrasikan
cara membuat obat tradisional dengan belimbing, bawang putih, dan
mengkudu, selanjutnya intervensi yang terakhir yakni menjelaskan
makanan yang harus dihindari oleh penderita hipertensi, yakni
mengurangi pemakaian garam, mengurangi konsumsi alkohol.
20

d. Penulis melakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang


penulis buat. Pada hari Kamis tanggal 25 April 2013 pukul 12.30 WIB
penulis mengkaji karakteristik dan mendiskusikan cara perawatan
nyeri pada hipertensi dengan cara kompres air hangat, relaksasi nafas
dalam, dan istirahat cukup. Pada hari Jum’at tanggal 26 April 2013
pukul 14.00 WIB implementasi yang penulis laksanakan yakni
mengkaji kembali karakteristik nyeri apakah nyeri sudah berkurang
atau belumdan mendemonstrasikan cara membuat obat tradisional dari
belimbing, bawang putih, dan mengkudu pada penderita hipertensi.
pada hari terakhir Sabtu tanggal 27 April 2013 pukul 17.00 WIB
implementasi yang dilaksanakan adalah mengkaji kembali
karakteristik nyeri apakah nyeri sudah berkurang atau belum dan
menjelaskan makanan yang harus dihindari pada hipertensi.
e. Evaluasi
Berdasarkan pada kasus yang penulis buat, SOAP meliputi: Pada hari
terakhir Sabtu 27 April 2013 pukul 16.30, subyektif: Ny. S
mengatakan nyeri berkurang, dengan P: nyeri yang dirasakan karena
tekanan darah tinggi, Q: nyeri yang dirasa cekot-cekot, R: nyeri yang
dirasakan dibagian tengkuk, S: skala nyeri 3, T: nyeri yang dirasakan
hilang timbul. Obyektif: Ny. S nampak rileks, mengerti cara merawat
nyeri dan mengerti makanan yang harus dihindari pada hipertensi.
Analisis: masalah teratasi. Planning: pertahankan perawatan nyeri
dengan kompres air hangat, relaksasi nafas dalam, dan istirahat yang
cukup dan periksakan kesehatan bila nyeri masih berlanjut.

2. Saran
a. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan lebih meningkatkan mutu pelayanan pedidikan yang
berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat yang
terampil, inovatif, dan professional yang mampu memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kode etik keperawatan.
21

b. Bagi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)


Lebih meningkatkan pelayanan kesehatan dan mempertahankan
kerjasama baik antar tim kesehatan maupun dengan klien sehingga
asuhan keperawatan yang diberikan dapat mendukung kesembuhan
klien pada umummya dan pada klien dengan hipertensi secara khusus.
c. Bagi penulis
Diharapkan bisa memberikan tindakan pengelolaan asuhan
keperawatan selanjutnya pada pasien dengan hipertensi.
22

DAFTAR PUSTAKA

Agrina, Sunarti Swasta Rini, dan Riyan Hairitama. 2011. Kepatuhan Lansia Pada
Penderita Hipertensi Dalam Pemenuhan Diet Hipertensi .Vol : 6
Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga: KonsepTeori, Proses dan
Praktik Keperawatan. Edisi 1.GrahaIlmu. Yogyakarta.
Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah. Edisi 1.Jakarta : EGC
Dion, Yohanes dan Yasinta Betan. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga dan
Konsep Praktik .Edisi 1.Medical Book.Yogyhakarta
Judha, Muhammad, Sudarti, dan Afroh Fauziah. 2012. Teori Pengukuran
Nyeridan Nyeri Persalinan. Edisi 1.Nuha Medika. Jakarta : EGC.
Leny. R dan Jhonson. R. 2010. Keperawatan Keluarga Plus Contoh Askep
Keluarga. Medikal Book. Edisi 1.Jakarta : EGC.
Lingga, Leny. 2012. Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Agro Medika Pustaka.
Jakarta.
NOC dan NIC. 2005. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7.Jakarta : EGC
Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Keluarga. Edisi 1.Nuha Medika.
Yogyakarta.
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses
dan Praktek. Edisi 4, Jakarta: EGC.
Setiadi. 2008. Konsepdan Proses KeperawatanKeluarga. Edisi 1.GrahaIlmu.
Yogyakarta.
Suprajitno. 2004.Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi Dalam Praktik. EGC :
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai