Fakultas Kedokteran
Disusun Oleh :
Chrissa Maichel Kainama
1.2 Tujuan
Dengan melakukan kegiatan kunjungan langsung kepada pasien puskesmas
diharapkan dapat menambah wawasan mengenai penyebab diare, cara
penanggulangan diare, dan bahaya yang ditimbulkan jika pasien telat berobat ke
puskesmas. Diharapkan juga dapat memberikan informasi tentang pentingnya
berperilaku hidup bersih dan sehat bagi pasien dan keluarganya.
1.3 Sasaran
Sasaran yang dituju adalah pasien yang dikunjungi beserta seeluruh anggota
keluarganya.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih
dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang
air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa
1,3,4
disertai lendir dan darah.
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang
dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang
terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan Virus, Bakteri, dan
Parasit. 3 Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di
negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering
menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam
4
waktu yang singkat.
2.2 Etiologi
Diare akut pada dewasa 90% disebabkan oleh infeksi dan 10% oleh non-
infeksi. Etiologi
1
diare dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:2-4
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak dan Negara berkembang.
b. Infeksi enteral meliputi infeksi bekteri seperti Vibrio, E. colli, Salmonela,
Shigella, Campylobacter, Yersinia dan Aeromonas. Infeksi virus seperti
Enterovirus (Virus ECHO, Coxcakie, Poliomyelitis), Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain. Sedangkan infeksi parasit seperti
Cacing Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides dan Protozoa
Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, serta
jamur seperti Candida albicans.
2. Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa).
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor Makanan seperti makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor Psikologis adalah rasa takut dan cemas.
2.4 Patogenesis
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi
usus dengan cairan ekstraseluler. Diare terjadi jika bahan yang secara osmotic
dan sulit diserap. Bahan tersebut berupa larutan isotonik dan hipertonik.
Larutan isotonik, air dan bahan yang larut didalamnya akan lewat tanpa
diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi yang diabsorbsi berupa
larutan hipertonik, air, dan elektronik akan pindah dari cairan ekstraseluler
kedalam lumen usus sampai osmolaritas dari usus sama dengan cairan
ekstraseluler dan darah,sehingga terjadi pula diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Akibat
rangsangan mediator abnormal misalnya enterotoksin, menyebabkan villi
gagal mengabsorbsi natrium, sedangkan sekresi klorida disel epitel
berlangsung terus atau meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi
air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus mengeluarkannya sehingga timbul diare.
3. Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltic
usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Patogenesis diare akut adalah: Masuknya jasad renik yang msih hidup
kedalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, jasad
renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) didalam usus halus, oleh jasad
renik dikeluarkan toksin (toksin Diaregenik), dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
2.5 Patofisiologi
Gastroenteritis akut (Diare) adalah masuknya Virus (Rotavirus, Adenovirus
enteritis), bakteri atau toksin (Salmonella. E. colli), dan parasit (Biardia, Lambia).
Beberapa mikroorganisme pathogen ini me nyebabkan infeksi pada sel-sel,
memproduksi enterotoksin atau cytotoksin. Penyebab dimana merusak sel-sel, atau
melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bisa
melalui fekal oral dari satu klien ke klien lainnya. Beberapa kasus ditemui
penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan
sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik
dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit
(dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa.
2.6 Cara Penularan
Menurut junadi, purnawan dkk, (2002), bahwa penularan penyakit diare pada
balita biasanya melalui jalur fecal oral terutama karena menelan makanan yang
terkontaminasi (makanan dan air). Cara penularan penyakit diare adalah Air (water
borne disease), makanan (food borne disease), dan air (water borne disease).
Menurut Budiarto (2002) bahwa secara umum faktor resiko diare pada dewasa yang
sangat berpengaruh terjadinya penyakit diare yaitu faktor lingkungan (tersedianya air
bersih, jamban keluarga, pembuangan sampah, pembuangan air limbah), perilaku
hidup bersih dan sehat, kekebalan tubuh, infeksi saluran pencernaan, alergi,
malabsorbsi, keracunan, imunodefisiensi, serta sebab-sebab lain.
2.7.3 Terapi6-7
1. Rehidrasi
Bila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan yang
adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup, dan kerupik
asin. Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi,
penatalaksanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral
dengan cairan isotonik mengandung elektrolit. Cairan oral antara lain pedialit,
oralit, dll. Cairan infus antara lain ringer laktat, dll. Cairan diberikan 50-200
ml/kg BB/24 jam tergantung kebutuhan dan status hidrasi.
2. Macam-macam pemberian cairan
a. BJ plasma dengan rumus kebutuhan cairan
b. Metode Perce berdasarkan klinis
Dehidrasi ringan kebutuhan cairan = 5% x BB (kg), dehidrasi sedang
kebutuhan cairan = 8% x BB (kg) dan dehidrasi berat, kebutuhan cairan
= 10% x BB (kg).
3. Berdasarkan skor klinis Daldiyono
Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan
perosol (sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama 3
disertai syok diberikan cairan intravena.
4. Pemberian cairan dehidrasi
a. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial) : Jumlah total kebutuhan
cairan menurut rumus BJ plasma atau skor Daldiyono diberikan
langsung dalam 2 jam ini agar tercapai rehidrasi optimal secepat
mungkin.
b. Satu jam berikut/jam ke-3 (tahap kedua) pemberian diberikan
berdasarkan kehilangan cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi
inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor Daldiyono kurang
dari 2 diganti cairan per oral.
c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan
cairan melalui tinja dan insensible water loss (IWL).
2.7.4 Pengaturan Diet
Penderita diare dianjurkan untuk minum banyak antaa lain dengan air
matang, makanan lunak dan rendah serat.7
1. Terapi simtomatik
a. Obat anti spasmodic tidak dianjurkan
b. Obat anti muntah sesuai indikasi
2.7.5 Indikasi rujukan
Indikasi rujukan pada diare adalah diare dengan komplikasi.
a. Bila sudah terehidrasi tetapi sudah terjadi oliguria dengan jumlah urin
50 cc/jam selama 6 jam.
b. Asidosis metabolic dengan pernapasan kussmaul.7
BAB III
Hasil dan Data Kunjungan
I. Anamnesis
Identitas Pasien
Nama : An. B
Umur : 8 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Pekerjaan : Tidak ada
Pendidikan : SD kelas 2
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Kampung Waru, Tegalwaru
Spiritual Keluarga
Ketaatan Beribadah : Baik
Keyakinan tentang Kesehatan : Baik
Keadaan Sosial Keluarga
Tingkat Pendidikan Terakhir :-
Hubungan Antar Keluarga : Baik
Hubungan dengan Orang Lain : Baik
Kegiatan Organisasi Sosial : Tidak ada
Keadaan Ekonomi : Cukup
Kultural Keluarga
Adat yang Berpengaruh : Jawa
Jenis Keadaan
No Nama Hubungan Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Keadaan gizi
Kelamin Kesehatan
1 Tn. U Suami 38 thn L Tamat S1 Karyawa Islam Baik Baik
n Swasta
2. Ny. I Istri 35 thn P Tamat Ibu Islam Baik Baik
SMA Rumah
Tangga
2 An. A Anak 14 thn L SMP Pelajar Islam Baik Baik
kandung
3 An. R Anak 8 thn L SD Pelajar Islam Diare Baik
Kandung
Keluhan Utama : Mencret sejak 3 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Anak mengeluh mencret sejak 3 hari yang lalu. BAB berkonsistensi cair dan
sudah kurang lebih 7x dalam sehari. BAB tidak disertai adanya lendir, darah ataupun
cairan seperti cucian beras. Keluhan disertai dengan rasa mulas pada perutnya, mual
dan muntah sebanyak 3x dalam sehari, tidak disertai adanya lendir maupun darah.
Hal ini sangat mengganggu kegiatan pasien sehari-hari. Anak menjadi lemas dan
tidak npasu makan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
Riwayat Alergi
Tidak ada riwayat alergi
Riwayat Hubungan dengan Keluarga
Anak tinggal bersama ayah, ibu dan kakak kandungnya. Hubungan anak
dengan orang tua beserta kakak kandungnya dalam keadaan baik dan harmonis.
Pergaulan sosial
Anak bermain dan bergaul dengan anak lain di kelompok bermain dan anak anak
tetangga
Kerohanian
Anak sedang belajar ngaji dan sholat
Status Gizi
IMT : 21,5 kg/m2
Status gizi : Baik dan Ideal
Keadaan Regional
Kepala : Normocephali, rambut hitam, merata, tidak mudah di cabut
Kulit : ikterik (-), sianosis (-).
Mata : Kelopak mata tidak cekung, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, refleks cahaya langsung dan tidak langsung +/+, pupil bulat,
isokor, air mata +/+.
Telinga : Bentuk simetris dan tidak ada kelainan, serumen -/-, membran
timpani sulit di nilai.
Hidung : Normal, deviasi septum (-), mukosa tidak hiperemis, sekret (-), nafas
cuping hidung (-), epistaksis (-).
Mulut : Bibir tidak pucat, kering (+), sianosis (-), mukosa bibir basah, lidah
tidak kotor, tremor (-).
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, uvula di tengah, tonsil T1-T1 tenang, tidak
terdapat bercak putih.
Leher : Tidak teraba kelenjar getah bening.
Thoraks : Paru
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Palpasi : tidak teraba massa
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing
Jantung
Inspeksi : Pulsasi iktus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Iktus cordis teraba pada ICS IV linea
midclavicula sinistra, tidak kuat angkat.
Perkusi : Tidak dilakukan.
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi : Cembung, sikatriks (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) di ulu hati, hepatomegali
(-), splenomegali (-), turgor menurun.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Ekstremitas : Akral hangat, udem (-), sianosis (-)
Anus : Tidak dilakukan
Preventif
Menjalankan gaya hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan 4 sehat 5
sempurna,mengolah makanan secara bersih, seringmencuci tangan dengan sabun dan
tidak jajan sembarangan.
Kuratif
Terapi medikamentosa
1. Pemerian oralit sebanyak 6 sachet dan diminum setiap kali setelah BAB
2. Attapulgit 1 x 1
VI. Prognosis
Penyakit : Bonam
Keluarga : Bonam
Masyarakat : Bonam
VII. Resume
Seorang anak laki – laki berusia 7 tahun dengan keluhan utama mencret sejak 3
hari yang lalu. BAB cair lebih dari 7 kali sehari. Keluhan disertai dengan mual dan
muntah sebanyak 3x dalam sehari. Pasien menjadi lemas dan tidak napsu makan.
Pasien mengaku sering makan dengan menggunakan tangan dan mencuci tangan
tidak dengan sabun. Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan pasien tampak sakit
ringan, kesadaran compos mentis, tanda – tanda vital pasien masih dalam batas
normal, mukosa mulut kering, nyeri tekan epigastrium dan bising usus meningkat.
BAB IV
Penutup
5.1 Kesimpulan