Anda di halaman 1dari 5

EVOLUSI KEPEMIMPINAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepemimpinan Manajerial


Dosen Pengampu : Abdul Ghofar, Drs, M.si

Disusun oleh :

Indah Puspo Rini (141170235)

Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Negeri “Veteran” Yogyakarta
Tahun 2019
Evolusi Teori Kepemimpinan
Berbagai teori dan pemikiran manajemen muncul dan masing-masing memberikan kontribusi
berkaitan dengan pemahaman mengenai leader dan leadership, serta hubungannya dengan
perumusan strategi selama proses change management. Berikut adalah beberapa teori tersebut.
A. Trait Theory
Trait theory muncul pada awal-awal dilakukannya kajian atas pemimpin dan
kepemimpinan. Hal ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa memahami sifat atau karakter
pemimpin dan kepemimpinan sangat penting untuk menentukan potensi kepemimpinan yang
efektif dalam organisasi. Para pemimpin selalu menghadapi lingkungan bisnis yang sangat
dinamis, dan perubahan merupakan sesuatu yang bersifat konstan. Untuk dapat menangani
perubahan secara efektif, pengikut harus dapat memahami visi pemimpin dan bersedia
menjaga komitmen untuk mencapai visi tersebut sesuai arahan pemimpin.
Di dalam perkembangan selanjutnya, sifat atau karakter seorang masih digunakan untuk
mengidentifikasi baik atau tidaknya kualitas pemimpin. Dengan kata lain, pemimpinan yang
berkualitas dapat diidentifikasi dari sifat atau karakter yang dimilikinya. Berkaitan dengan itu,
terdapat lima ciri-ciri atau karakteristik yang sangat penting bagi seorang pemimpin untuk
membuat pengikutnya sukses, yang meliputi intelligence, self-confidence, determination,
integrity, dan sociability. Seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan untuk dapat
mengidentifikasi perubahan faktor-faktor lingkungan dan memiliki rasa percaya diri dan tekad
untuk melakukan perubahan organisasi secara signifikan. Pemimpin juga harus memiliki
integritas yang tinggi dan mampu menanamkan integritas dan nilai-nilai ini dalam
pengikutnya. Kemampuan bersosialisasi menunjukkan kemampuan pemimpin untuk
menciptakan dan meningkatkan kebersamaan dan menghasilkan pengikut militan.
B. Style Theory
Style theory memberikan beberapa kontribusi penting untuk teori kepemimpinan. Pertama,
banyak pemimpin masih menggunakan gaya “authority-compliance” yang menekankan tugas
dan persyaratan kerja dibandingkan penekanan pada manusia. Dalam jangka panjang, gaya
kepemimpinan ini menyebabkan rendahnya semangat kerja dan menurunnya efisiensi.
Kedua, “gaya manajemen country club“, tidak menekankan kepada proses produksi, tetapi
lebih mementingkan hubungan kerja yang bersifat manusiawi (inner relationship). Gaya
kepemimpinan country club menghasilkan semangat kerja yang tinggi, tetapi tetap
menghasilkan tingkat efisiensi produksi rendah. Ketiga, “impoverished management“, suatu
gaya kepemimpinan yang menggunakan usaha yang sangat minim untuk mencapai tujuan atau
mempertahankan tingkat kepuasan kerja. Gaya kepemimpinan ini sangat lemah dan
menghasilkan semangat biasa-biasa saja, kinerja yang buruk dan standar etika yang tidak
bagus. Keempat, “team management“. Gaya ini melibatkan orang yang bekerja bersama-
sama melalui visi bersama dan juga adanya hubungan saling percaya dan menghormati antara
pemimpin dan pengikutnya. Diyakini bahwa gaya kepemimpinan “team management” dapat
meningkatkan kepuasan kerja, moral kerja, sekaligus mempertinggi efisiensi produksi.
Kelima dan terakhir, “middle-of-the-road management“, gaya ini memadukan penekanan
pada keseimbangan antara kinerja organisasi dengan kepuasan kerja. Mengingat adanya
keseimbangan antara kinerja organisasi dengan kepuasan kerja, pendekatan ini idealnya
adalah pendekatan yang efektif. Di dalam kenyataan, fakta yang terjadi tidak demikian.
pendekatan ini malahan tidak efektif, dan malahan mengarah ke kinerja dan kepuasan kerja
yang normal, tidak istimewa.
C. Model Kepemimpinan
Terdapat beberapa model kepemimpinan yang muncul sesuai dengan kronologinya, yaitu
charismatic leadership, transactional leadership, transformational leadership, servant
leadership, dan situational leadership. Pertama, charismatic leaders adalah pemimpin yang
memiliki karakteristik antara lain dengan memberikan contoh yang kuat di dalam
menginspirasi pengikut dan secara langsung mengarahkan pengikutnya dengan membangun
atau menciptakan komitmen untuk berbagi visi. Kedua, transactional leaders dimana
pemimpin terlibat dalam suatu proses pertukaran sosial dan setiap hal dilakukan berdasarkan
transaksi imbalan dengan pengikut. Transactional leaders adalah pemimpin yang bekerja
dengan menekankan pada standar kerja, penugasan, dan berorientasi pada tugas. Transactional
leadership terjadi ketika pemimpin memberikan imbalan dan penghargaan kepada pengikut
sebagai persyaratan perjanjian, mengetahui kebutuhan para pengikutnya dan juga
mendefinisikan proses perubahan yang ada untuk memenuhi kebutuhan perjanjian tersebut.
Model kepemimpinan ini menempatkan hubungan antara leader dan follower didasarkan pada
work performance sebagai kriteria untuk memberikan penghargaan atau sanksi, menggunakan
kekuasaan untuk memaksa pengikut. Pemaksaan tersebut dapat berupa materialistic atau
symbolic, immediate atau delayed, partial atau whole, dan dalam bentuk resources atau
rewards. Ketiga, transformational leaders didefinisikan sebagai pemimpin yang dapat
mengidentifikasi potensi yang dimiliki pengikutnya. Transformational leadership adalah gaya
kepemimpinan yang menginspirasi pengikut untuk berbagi visi dan memberdayakan mereka
untuk mencapai tujuan dengan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk
mengembangkan potensi pribadi bawahannya. Gaya kepemimpinan transformational
berfokus pada team-building, motivati dan kolaborasi dengan karyawan pada berbagai level
di dalam organisasi di dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Pemimpin
transformasional menetapkan tujuan dan insentif untuk mendorong bawahan mencapai kinerja
lebih tinggi, sambil memberikan kesempatan untuk pertumbuhan pribadi dan profesional,
serta memungkinkan pengikut untuk melihat melampaui kepentingan mereka sendiri. Kondisi
ini dapat terjadi pada saat pemimpin berhasil memberikan penyadaran kepada pengikut bahwa
keberhasilan untuk mencapai tujuan organisasi dengan sendirinya akan membuat tujuan
individu juga akan terapai. Dengan demikian, pengikut menjadi sadar dan mau menerima
tujuan dan misi organisasi dan memberikan kontribusi yang jauh lebih baik bagi kepentingan
organisasi dibandingkan kepentingan individu Keempat, servant leadership adalah model
kepemimpinan yang mementingkan kepentingan pengikut, menekankan kepada
pengembangan pribadi karyawannya, dan memberdayakan bawahannya. Servant leader
membantu orang lain berkembang, menyediakan visi, mendapatkan kredibilitas dan
kepercayaan dari pengikutnya, dan dapat mempengaruhi orang lain. Kelima dan terakhir,
situational leadership yaitu model kepemimpinan yang menyatakan bahwa pendekatan
kepemimpinan yang paling tepat tergantung pada situasi atau lingkungan yang dihadapi, dan
model-model yang sesuai bersifat fleksibel yang dapat mencakup satu atau beberapa model
kepemimpinan yang telah dibahas sebelumnya.
D. Evolusi Teori Dyadic
Dyadic adalah hubungan individual antara pemimpin dan pengikut masing-masing unit
kerja. Teori dyadic berfokus pada pengembangan dan efek dari hubungan dyadic terpisah
antara pemimpin dengan pengikut. Teori diadik merupakan pendekatan kepemimpinan yang
mencoba untuk menjelaskan mengapa pemimpin bervariasi dalam perilaku mereka kepada
pengikut . Seorang pemimpin tunggal akan membentuk hubungan yang berbeda dengan
pengikut yang berbeda (hubungan heterogenitas).
E. Teori “Vertical Dyadic Linkage” (VDL)
VDL menggambarkan situasi dimana seorang pemimpin membentuk hubungan diadik
kelompok dalam (in-group) dengan beberapa pengikut dan hubungan diadik kelompok luar
(out-group) dengan pengikut lainnya. Oleh karena itu, teori vertical dyadic linkage (VDL)
meneliti bagaimana para pemimpin membentuk satu-satu hubungan dengan pengikut, dan
bagaimana sering membuat kelompok dalam (in-group) dan kelompok luar (out-group) dalam
unit kerja pemimpin.
Yang termasuk pengikut kelompok dalam (in-group) dengan ikatan sosial yang kuat
untuk pemimpin mereka dalam hubungan mendukung yang ditandai dengan saling percaya
yang tinggi, rasa hormat, kesetiaan, dan pengaruh. pemimpin terutama menggunakan ahli,
rujukan, dan kekuasaan penghargaan untuk mempengaruhi anggota kelompok dalam (in-
group).
Kelompok luar (out-group) mencakup pengikut dengan sedikit atau tanpa ikatan sosial
untuk pemimpin mereka, dengan berpusat kepada tugas (task-oriented). Hubungan ditandai
dengan pertukaran yang rendah dan pengaruh top-down. Pemimpin kebanyakan
menggunakan hadiah, serta kekuasaan yang sah dan koersif, untuk mempengaruhi anggota
kelompok luar ini. Untuk memenuhi persyaratan dari hubungan pertukaran, pengikut out-
group hanya perlu memenuhi peran formal (seperti tugas, aturan, prosedur standar, dan arah
yang sah dari pemimpin). Selama kepatuhan tersebut dilakukan maka pengikut out-group
menerima manfaat standar untuk pekerjaan (seperti gaji) dan tidak lebih.
Anggota kelompok dalam (in-group) diundang untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan penting , diberi tanggung jawab tambahan , dan memiliki akses lebih besar kepada
pemimpin . anggota dari kelompok luar (out-group) dikelola sesuai dengan persyaratan kerja
yang kontrak .

F. Teori “Leader–Member Exchange” (LMX)


Tahap evolusi berikutnya dalam pendekatan diadik adalah teori LMX. Berhadap-
hadapan interaksi pemimpin-anggota memainkan peran penting dalam kehidupan organisasi.
Sayangnya, efek tersebut juga dapat menjadi penyebab utama penderitaan karyawan. Yang
mendasari asumsi teori LMX adalah bahwa para pemimpin atau atasan memiliki jumlah
terbatas dalam sumber daya sosial, pribadi, dan organisasi (seperti energi, waktu, perhatian,
dan kebijaksanaan), dan sebagai hasilnya cenderung untuk mendistribusikan mereka di antara
pengikut. Pemimpin tidak berinteraksi dengan semua pengikut yang sama, yang akhirnya hasil
dalam pembentukan LMXs dalam kualitas bervariasi.
G. Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota (Leader Member Exchange Theory)
Teori ini adalah salah satu teori yang menguji bagaimana pemimpin mempengaruhi
perilaku anggota.Berdasar teori ini,pemimpin dari pertukaran sosial tinggi (berdasar
kepercayaan dan kesukaan ) dengan beberapa anggota dan pertukaran ekonomi berkualitas
rendah dengan yang lain tidak memperpanjang melebihi kontrak pekerjaan. etika kerja
karyawan,produk berkualitas LMX berefek pada produktifitas,kepuasan,dan persepsi.

Anda mungkin juga menyukai