Anda di halaman 1dari 9

Persentase Keakuratan Identifikasi Bite Mark oleh

Mahasiswa Profesi RSGM UMY Angkatan Tahun


2016
(Kajian di RSGM UMY)

Percentage of the Accuracy of Bite Mark Identification


by Clinical Student Class of 2016 in rsgm umy

(a Study at UMY Dental Hospital)

Atiek Yusefa1 , Erwin Setyawan2


1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Gigi FKIK Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
2 Dosen Pembimbing Program Studi Pendidikan Dokter Gigi FKIK Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
atiekyusefa@ gmail.com

Abstrak

Latar belakang: Kedokteran gigi forensik berperan penting dalam membantu


proses identifikasi pada bencana alam, kasus kriminal, dan kekerasan seksual.
Kasus tindak kekerasan seksual dapat ditemukan adanya kontak fisik berupa tanda
atau luka, apabila membentuk pola gigitan maka tanda atau luka tersebut
dinamakan bite mark. Dokter gigi dapat menyisihkan atau menyertakan orang yang
diduga menyebabkan bite mark . Mahasiswa profesi sebagai calon dokter gigi harus
dapat melakukan salah satu identifikasi odontologi forensik, salah satunya
identifikasi bite mark .Tujuan penelitian: untuk mengetahui pemanfaatan bite
mark dalam proses identifikasi kedokteran gigi forensik dan untuk mengetahui
gambaran kemampuan mahasiswa profesi dalam identifikasi bite mark . Desain
penelitian: Penelitian ini dilakukan dengan observasi dan data didapat dari
identifikasi bite mark , pencocokan antara overlay dan gambar bite mark
menggunakan metode odontometric triangle. Dalam penelitian didapatkan 21
sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian: dari 21 sampel diperoleh
persentase keakuratan identifikasi bite mark oleh mahasiswa profesi RSGM UMY
angkatan tahun 2016 sebesar 66,65 %.

Kata Kunci: Kedokteran Gigi Forensik, Bite mark , Keakuratan, Odontometric


triangle

1|P age
Abstract

Background: Forensic dentistry has an important role to help identify in disaster,


criminal cases, and sexual violence. Cases of sexual violence can be found in
physical contact in the form of marks or wounds. When forming a bite pattern then
the mark or wound is called a bite mark . Dentists may exclude or include suspected
persons of causing a bite mark. Clinical students as future dentist should be able to
perform one of the forensic odontology identification, one of which is the bite mark
identification. The research objective: is to know the utilization of the bite mark in
the process of identification of forensic dentistry and to know the description of the
clinical students ability in bite mark identification. Methode: This research was
conducted with observation and data obtained from bite mark identification,
matching between overlay and bite mark image using odontometric triangle
method. In the study, there were 21 samples that fulfilled the inclusion criteria.
Result: from 21 samples, got percentage of the accuracy of bite mark identification
by clinical student class of 2016 equal to 66,65%.
Keyword: Forensic Dentistry, Bite Mark, Accuracy, Odontometric Triangle.

Pendahuluan
Odontologi forensik atau kedokteran gigi forensik merupakan suatu
bentuk aplikasi dari semua disiplin ilmu kedokteran gigi untuk kepentinga n
peradilan1 . Contoh dari aplikasi kedokteran gigi forensik adalah membantu proses
identifikasi dalam kasus kriminal dan bencana massal2 . Karakteristik gigi- gigi yang
sangat individualistik sering memberikan informasi berharga dalam pengembanga n
post mortem identifikasi personal yang belum diketahui3 .
Di Indonesia, berdasarkan catatan tahunan komisi perlindungan perempuan
terdapat kasus kekerasan terhadap perempuan sebesar 293.220 pada tahun 2014
kemudian jumlah ini meningkat sebesar 321.752 pada tahun 2015 4 . Kasus tindak
kekerasan seksual dapat ditemukan adanya kontak fisik berupa tanda atau luka,
apabila membentuk pola gigi- gigi maka tanda atau luka tersebut dinamakan bite
mark 5 . Berdasarkan data kriminalitas komisi perlindungan perempuan yang terus
meningkat, maka semakin banyak dokter gigi yang dibutuhkan untuk terlibat dalam
identifikasi forensik.

Bite mark merupakan pola luka yang dapat menunjukkan identitas penggigit
dengan membandingkan bentuk dan ukuran gigi-gigi sebuah gigitan dengan orang
yang dicurigai. Bite mark juga berguna untuk keperluan penyidikan, karena dapat

2|P age
membantu merekonstruksi peristiwa yang terjadi dalam proses penggigitan. Dokter
gigi forensik dapat menyisihkan atau menyertakan orang yang diduga
menyebabkan bite mark 6 . Bite mark sebagai tanda yang telah terjadi akibat dari
perubahan fisik yang disebabkan oleh kontak gigi adalah bukti yang sangat penting
selain sidik jari dan identifikasi DNA pada pemeriksaan forensik. Tanda gigita n
manusia mampu bertahan terhadap kondisi ekstrim dari lingkungan dan merupakan
sumber informasi yang dapat diidentifikasi bahkan pada individu yang telah
meninggal dunia7 .

Identifikasi korban yang telah meninggal merupakan tugas yang paling


sering dilakukan dokter gigi forensik, namun bidang ilmu kedokteran gigi forensik
yang paling menantang adalah analisis bite mark manusia atau hewan yang
ditemukan pada kulit atau objek-objek pada tempat kejadian perkara8 . Seorang
hakim dapat meminta seorang ahli dari profesi dokter gigi untuk memantapkan
keputusan sebuah perkara dalam suatu sidang peradilan apabila pada tubuh k orban
terdapat pola bekas gigitan, menggunakan gigi palsu, dan terdapat data-data gigi
lainnya9 . Bantuan dokter gigi dalam identifikasi bite mark merupakan alat bukti
yang sah, dapat membantu terangnya suatu kasus kejahatan, misalnya pada
peristiwa terbunuhnya pelukis nasional Basuki Abdullah10 .

Dokter gigi umum harus memiliki pengetahuan dan keahlian dasar forensik
kedokteran gigi. Mahasiswa profesi sebagai calon dokter gigi harus memenuhi
area kompetensi atau domain dari standar kompetensi dokter gigi. Salah satu area
kompetensi yang harus dipenuhi adalah domain satu, yaitu profesionalisme, poin
etik dan jurisprudensi. Dokter gigi harus memahami masalah- masalah hukum yang
berhubungan dengan praktek kedokteran gigi11 . Salah satu praktek kedokteran gigi
yang berhubungan dengan hukum adalah identifikasi odontologi forensik.
Mahasiswa kedokteran gigi yang sedang dalam pendidikan profesi diharapkan
dapat melakukan salah satu identifikasi odontologi forensik.

Metode dan bahan


Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan
rancangan cross sectional. Penelitian ini dilakukan dengan observasi dan data
didapat dari identifikasi bite mark , pencocokan antara overlay dan gambar bite
mark menggunakan metode odontometric triangle di RSGM UMY bulan Februari
– April 2017. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel.
Identifikasi pada penelitian ini dilakukan dua kali. Pada identifikasi pertama
mahasiswa profesi mengindentifikasi overlay atau gambar model gigi dengan
gambar bite mark yang memang pasangannya. Identifikasi kedua, mahasiswa
profesi mengidentifikasi overlay atau gambar model gigi dengan gambar bite mark

3|P age
yang bukan pasangannya. Data yang didapat dipaparkan dalam bentuk tabel
persentase dan diuraikan secara deskriptif.

Hasil
Hasil penelitian diperoleh 21 mahasiswa profesi angkatan 2016 yang telah
melakukan identifikasi bitemark menggunakan metode odontometric triangle.
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, identifikasi dapat dikategorikan dalam
positive identification, possible identification, dan negative identification.

Pada identifikasi pertama adalah identifikasi antara overlay atau gambar


model gigi dengan gambar bite mark yang memang benar pasangannya, sehingga
positive identification dinyatakan sebagai match, possible identification tetap
dinyatakan sebagai identifikasi yang memungkinkan, dan negative identification
dinyatakan sebagai non-match. Identifikasi kedua adalah identifikasi antara overlay
atau gambar model gigi dengan gambar bite mark yang bukan pasangannya,
sehingga positive identification dinyatakan sebagai non-match, possible
identification tetap dinyatakan sebagai identifikasi yang memungkinkan, dan
negative identification dinyatakan sebagai match.

TABEL 1 Data hasil identifikasi tahap pertama antara overlay dan gambar
bite mark yang memang pasangannya oleh mahasiswa profesi angkatan 2016 di
RSGM UMY
Hasil Jumlah Persentase
Identifikasi Mahasiswa

Match 12 57, 1 %
Possible 3 14, 3 %
Non-match 6 28, 6 %
Total 21 100 %

Pada tabel 1 didapatkan persentase hasil identifikasi match sebesar 57, 1 %


dengan jumlah mahasiswa 12, persentase hasil identifikasi possible atau
memungkinkan sebesar 14, 3 % dengan jumlah mahasiswa 3, dan persentase hasil
identifikasi non-match sebesar 28, 6 % dengan jumlah mahasiswa 6.

TABEL 2 Data hasil identifikasi tahap kedua antara overlay dan gambar bite
mark yang bukan pasangannya oleh mahasiswa profesi angkatan 2016 di RSGM
UMY

4|P age
Hasil Jumlah Persentase
Identifikasi Mahasiswa

Non-match 2 9, 5 %
Possible 3 14, 3 %
Match 16 76, 2 %
Total 21 100 %

Pada tabel 2 didapatkan persentase hasil non-match sebesar 9, 5 % dengan


jumlah mahasiswa 2, persentase hasil identifikasi possible sebesar 14,3 % dengan
jumlah mahasiswa 3, dan persentase hasil identifikasi match sebesar 76, 2 % dengan
jumlah mahasiwa 16.
Maka persentase (P) keakuratan identifikasi bite mark oleh mahasiswa
profesi RSGM UMY angkatan tahun 2016 adalah :
P = Hasil identifikasi match pertama + Hasil identifik asi match kedua
2
= 57, 1 + 76, 2 %
2
= 66, 65 %

Diskusi
Penelitian persentase keakuratan identifikasi bite mark oleh mahasiswa
profesi RSGM UMY angkatan tahun 2016 dilakukan pada bulan Februari hingga
bulan April di RSGM UMY, data yang dikumpulkan adalah hasil observasi
identifikasi bite mark menggunakan metode odontometric triangle.

Literatur yang membahas metode odontometric triangle ini belum banyak,


namun dengan membandingkan lebar gigitan, lebar bizygomatic, dan bigonia l,
dimensi fasial dari seseorang dapat diketahui12 . Metode odontometric triangle
merupakan metode pengukuran dan perbandingan sederhana yang mudah
dipahami.

Hasil penelitian pada identifikasi pertama didapatkan persentase identifikas i


match sebesar 57, 1 % dan hasil identifikasi kedua didapatkan persentase match
sebesar 76, 2 %. Hasil ini menunjukkan bahwa mahasiswa profesi RSGM UMY
angkatan tahun 2016 mempunyai perspektif yang berbeda dalam melakukan
identifikasi bite mark. Kemungkinan penyebab perbedaan hasil identifikasi bite
mark antara lain:

5|P age
1. Ketelitian tiap mahasiswa profesi dalam melakukan identifikasi bite
mark berbeda. Persepsi visual mahasiswa profesi dalam melihat suatu
objek juga dapat berbeda dan proses analisis bite mark itu sendiri hampir
sepenuhnya subjektif.

2. Tingkat pengetahuan dan keahlian mahasiswa profesi tentang


identifikasi bite mark. Mahasiswa profesi telah melewati jenjang strata-
1 pendidikan dokter gigi, dimana kurikulum jenjang sarjana kedokteran
gigi PSPDG-FKIK UMY terdiri dari 24 blok, Salah satu blok yang harus
terpenuhi adalah Blok Etika dan Hukum Kedokteran Gigi.

Pembuatan overlay dan gambar bite mark sebisa mungkin telah mengik ut i
prosedur yang ada. Overlay pada penelitian ini menggunakan metode xerografis,
model gigi rahang atas dan bawah diproses sedemikian rupa menggunakan scanner
dan dicetak menggunakan kertas transparan printable. Metode xenografis lebih
akurat dari metode hand-tracing13 . Pembuatan gambar bite mark pada penelitian ini
menggunakan malam sebagai pengganti kulit manusia, Bite mark pada makanan
dapat juga memainkan peran penting dalam penyelidikan forensik karena gigita n
pada makanan cenderung lebih akurat, namun biasanya fokus utama adalah
menganalisis bite mark pada tubuh manusia14 .

Sejak tahun 1950, bukti bite mark dan dokter gigi telah mempunyai peran
dalam sistem peradilan. Dasar ilmiah analisis bite mark berakar pada premis
individualitas gigi manusia, keyakinan bahwa tidak ada dua manusia yang memilik i
gigi identik15 .

Persentase terbesar pada penelitian ini berada pada identifikasi kedua, 76,2
% identifikasi match. Artinya, 16 mahasiswa mengidentifikasi secara tepat pada
overlay dan bite mark yang memang bukan pasangannya Hal ini sejalan dengan
pernyataan bahwa analisis bite mark seharusnya tidak diizinkan untuk mengarah
pada vonis bersalah, tetapi membuka kesempatan untuk mengecualikan seorang
tersangka dari tuduhan kejahatan16 .

Kesimpulan
Pada identifikasi pertama adalah identifikasi antara overlay atau gambar
model gigi dengan gambar bite mark yang memang benar pasangannya, sehingga
positive identification dinyatakan sebagai match, possible identification tetap
dinyatakan sebagai identifikasi yang memungkinkan, dan negative identification
dinyatakan sebagai non-match. Identifikasi kedua adalah identifikasi antara overlay
atau gambar model gigi dengan gambar bite mark yang bukan pasangannya,

6|P age
sehingga positive identification dinyatakan sebagai non-match, possible
identification tetap dinyatakan sebagai identifikasi yang memungkinkan, dan
negative identification dinyatakan sebagai match.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa persentase keakuratan identifikasi bite mark oleh mahasiswa
profesi RSGM UMY angkatan tahun 2016 adalah sebesar 66, 65 %.

Saran
Perlu penelitian lebih lanjut tentang metode identifikasi bite mark dan
penelitian dengan sampel yang lebih banyak.

7|P age
Daftar pustaka

1 Lukman, D. (2006). Ilmu kedokteran gigi forensik (2nd ed.). Jakarta: CV Sagung
Seto.
2 Chairani, S., & Auerkari, E. I. (2008). Pemanfaatan ruga palatal untuk identifika s i
forensik. Indonesian Journal of Dentistry, 15 (3). 261-269.
3 Auerkari, E. (2008). Recent trends in dental forensics. Indonesian Journal of Legal
and Forensic Sciences, 1 (1). 5-12.
4 Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. (2016). Lembar fakta
catatan tahunan. Diakses 5 Mei 2016, dari
https://www.ko mnaspere mp ua n. go. id/le mbar- fak ta-catata n-ta huna n-
catahu-2016-7-maret-2016/
5 Sweet, D., & Pretty, I. A. (2001). The role of teeth in the determination of human
identity. British Dental Journal, 190 (7).
6 Al-Ahmad, S. H. (2009). Forensic odontology. Smile Dental Journal, 4 (1).
7 Daniel, M. J., Bhardwaj, N., Srinivasan, S. V., Jimsha, V. K, Marak, F. (2015).
Comprative study of three different methods of overlay generation in bite
mark analysis. J Indian Acad Forensic Med, 37 (1).
8 Hinchliffe, J. (2011). Forensic odontology, part 1 : dental identification. British
Dental Journal, 210 (5). 219-224.
9 Lukman, D. (2006). Ilmu kedokteran gigi forensik (2nd ed.). Jakarta: CV Sagung
Seto.
10 Astuti, N. L. P., Solichin, S., Lutviandari, W. W. (2010). Identifikasi bite mark
sebagai alat bukti yang sah di sidang pengadilan [Abstrak}. Pro Justisia, 12
(4).
11 Konsil Kedokteran Indonesia. (2015). Standar kompetensi dokter gigi. Jakarta.
12 Sharma, G., Yadav, M., Singh, H., Aggarwal, A.D., Sandhu, R. (2006). Bite Mark
Analysis - An important tool in crime investigation. Journal of Indian
Academy of Forensic Medicine, 28 (2).
13 Maloth, S., & Ganapathy, K. (2011). Comparison between five commonly used
two-dimensional methods of human bite mark overlay production from the
dental study casts. Indian Journal of Dental Research, 22 (3).
14 Daniel, M. J., Bhardwaj, N., Srinivasan, S. V., Jimsha, V. K, Marak, F. (2015).
Comprative study of three different methods of overlay generation in bite
mark analysis. J Indian Acad Forensic Med, 37 (1).
15 Verma, A. K., Kumar, S., Bhattacharya, S. (2013). Identification of a person with
the help of bite mark analysis. Journal of oral biology and craniofacial
researh, 3. 88-91.

8|P age
16 Valden, A. V. D., Spiessens, M., Willems, G. (2006). Bite mark analysis and
comparison using image perception technology. The journal of Forensic
Odonto-Stomatology, 24 (1).

9|P age

Anda mungkin juga menyukai