Anda di halaman 1dari 24

LUKA TEMBAK DARI SENJATA GENGGAM REVOLVER

Ade Rizky Amalia, Anastalia Selly P., Riswani Sendana, Mauluddin

A. PENDAHULUAN
Cedera senjata api dianggap sebagai bentuk khusus trauma tumpul.
Kerusakan pada organisme disebabkan oleh dampak dari satu proyektil (atau
banyak pelet) didorong dari barel oleh gas pembakaran tekanan tinggi dan
menyerang tubuh dengan kecepatan tinggi.1
Di dalam menghadapi kasus kriminal yang melibatkan pemakaian
senjata api sebagai alat yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan
seseorang, maka dokter sebagai orang yang melakukan pemeriksaan
khususnya atas diri korban, perlu secara hati-hati cermat dan teliti di dalam
menafsirkan hasil yang didapatnya, oleh karena pemakaian senjata api untuk
maksud membunuh atau melukai membawa implikasi yang luas, tidak jarang
menimbulkan keresahan dan kesulitan tersendiri bagi mereka yang terlibat.2
Untuk dapat menjelaskan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa maka
dokter harus menjelaskan berbagai hal, diantaranya : apakah luka tersebut
memang luka tembak, yang mana luka tembak masuk dan yang mana yang
keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak tembak, arah tembakan, perkiraan
posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali korban ditembak dan luka
tembak mana yang menyebabkan kematian. Interpretasi yang benar mengenai
luka tembak oleh para ahli patologi tidak hanya memberikan informasi
berharga yang dapat menunjang pelaksanaan hukum selama investigasi, tetapi
juga penting untuk penentuan akhir jenis kematian.2,3,4
Gambaran umum dari semua luka tembak adalah adanya kerusakan
pada jaringan lunak di tempat masuk bersama kehadiran pelek memar di
sekitar pintu masuk luka, yang juga disebut hematoma memar. Tergantung
pada jenis dan energi peluru, dan jarak dari mana putaran itu ditembakkan,
tanda-tanda tambahan mungkin juga terlihat. Misalnya, luka yang diakibatkan
oleh dekat tembakan jarak jauh ditandai dengan kehadiran bubuk mesiu tato

1
partikel bubuk mesiu yang tertanam di kulit dan kulit terbakar karena gas
buang panas dari laras.2,3
Senjata api memiliki beberapa komponen penyusun, yaitu pegas
pelatuk, selongsong, laras dan proyektil. Alat penarik pelatuk memiliki
berbagai ukuran trigger pull yaitu jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk
memberikan tarikan pada trigger agar senjata meletus dan menghasilkan
tenaga yang mendorong proyektil keluar. Selongsong peluru merupakan
tempat mesiu dan proyektil. Pada bagian pangkalnya terletak trigger dimana
pembakaran dimulai. Laras merupakan tabung silinder tempat berjalannya
proyektil yang ditembakkan. Bagian dalam laras senjata api peluru tunggal
dibuat beralur dan berputar agar proyektil yang melewati laras akan
terpengaruh sehingga bergerak memutar seperti bor atau giroskopis. Kaliber
laras sama dengan kaliber proyektil yang dinyatakan dalam ukuran inci atau
millimeter. Karena proyektil melewati bagian dalam laras maka akan timbul
goresan pada proyektil, yang akan selalu sama pada setiap proyektil yang
keluar dari laras tersebut.4
Dalam kasus luka tembak sangat penting untuk mengetahui dari
senjata api mana peluru tersebut ditembakkan. Selongsong juga berguna
untuk identifikasi. Walaupun dokter tidak melakukan pemeriksaan terhadap
peluru, tetapi peranan dokter akan mempengaruhi hasil pemeriksaan benda
bukti di laboratorium, karena dokter yang kurang hati-hati bisa membuat
goresan baru yang akan mengacaukan pemeriksaan identifikasi peluru. Oleh
karena itu jangan mengambil anak peluru maupun selongsong dengan
menggunakan alat-alat seperti: tang, obeng, pinset, scapel dan lain-lain,
karena alat tersebut akan menimbulkan goresan yang dapat mengacaukan
pemeriksaan.
Didalam dunia kriminal senjata api yang biasa dipergunakan adalah
senjata genggam yang beralur, sedangkan senjata api dengan laras panjang
dan senjata yang biasa dipakai untuk berburu yang larasnya tidak beralur
jarang dipakai untuk maksud-maksud criminal.2

2
Dalam praktek banyak terdapat hal tentang luka tembak masuk pada
tubuh manusia. Seperti kita ketahui kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis
dan subkutis. Jika dilihat dari elastisitasnya, epidermis kurang elastis bila
dibandingkan dengan dermis. Bila sebutir peluru menembus tubuh, maka
cacat pada epidermis lebih luas dari pada dermis. Diameter luka pada
epidermis kurang lebih sama dengan diameter anak peluru, sedangkan
diameter luka pada dermis lebih kecil. Keadaan tersebut dikenal sebagai
kelim memar (contusio ring).2,3

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Revolver
Pistol adalah senjata api yang dirancang untuk dioperasikan dengan
satu tangan: pistol memiliki pegangan tangan, pelatuk, laras, dan amunisi
yang dipasang, dan ditembakkan dengan memegang gagang, mengarahkan
pistol, dan menarik pelatuk. Banyak pistol modern mengulangi senjata,
artinya mereka memiliki beberapa butir amunisi yang disimpan di
kompartemen yang dapat ditembakkan secara berturut-turut tanpa memuat
ulang secara manual. Beberapa pistol semi otomatis mengulangi, yang berarti
pistol memiliki mekanisme yang secara otomatis mengeluarkan casing shell
bekas dan menempatkan putaran baru di ruang tembak setelah setiap tarikan
pelatuk, tanpa mekanisme pengokohan manual. Setiap tarikan pelatuk untuk
senjata api semi-otomatis menembakkan satu peluru.2
Ada dua jenis umum pistol berulang yang berbeda dalam cara di mana
amunisi diposisikan ke dalam ruang tembak: pistol dan revolver. Kami
menggunakan istilah pistol untuk merujuk pada pistol yang memiliki ruang
tembak tunggal yang diposisikan di bagian belakang laras pistol, dan revolver
untuk merujuk ke pistol dengan silinder yang berisi beberapa ruang tembak
yang diputar ke posisi di belakang laras untuk setiap tembakan.2
Revolver adalah jenis pistol yang paling umum di Amerika Serikat.
Revolver memiliki silinder berputar yang berisi beberapa ruang, masing-
masing memegang satu peluru. Silinder diputar secara mekanis untuk
menyelaraskan setiap ruang berturut-turut dengan laras dan pin penembakan.
Revolver diproduksi pertama kali oleh Samuel Colt pada tahun 1835-1836.
Ada tiga jenis revolver, yang paling umum adalah "Swingout"
(Gambar 1). Saat menekan kait silinder, biasanya ditemukan sisi kiri bingkai
dan mendorong silinder ke kiri, silinder berayun keluar, memperlihatkan
kamar-kamar. Setiap satu kamar dimuat dengan peluru. Silinder kemudian
diayunkan kembali ke dalam bingkai, menarik kait silinder. Senjata itu

4
sekarang siap untuk ditembakkan. Setelah keluar dari semua peluru, kait
silinder ditekan dan silinder diayunkan keluar.

Gambar 1. (A). Revolver 9 mm, tipe “swing out”, dengan silinder terbuka.
(B) Revolver break top dengan action open.
Batang ejector, ditempelkan di bagian depan silinder, ditekan ke belakang,
mengeluarkan peluru yang ditembakkan. Silinder sekarang siap untuk diisi
ulang. Pada revolver break-top, bingkai berengsel di bagian belakang
sehingga, pada rilis dari tangkapan atas, laras dan silinder berayun ke bawah,
memperlihatkan bagian belakang silinder untuk memuat. Tindakan
pembukaan juga akan mengeluarkan kosong kasing dari silinder. Bentuk
senjata ini relatif tidak umum di Jepang, Amerika Serikat, tetapi merupakan
bentuk revolver tradisional di Britania Raya.

Gambar 2. Revolver
Di antara perbedaan antara pistol dan revolver adalah cara di mana
ruang tembak terhubung ke laras senapan. Pistol biasanya memiliki ruang
tertutup sehingga gas pembakaran yang mengembang terbatas di dalam pistol
dan laras hingga keluar dari moncong. Sebuah revolver, dengan beberapa

5
ruangnya diputar ke posisi untuk menembak, memiliki celah kecil antara
ruang tembak dan laras senapan pada titik di mana silinder berputar dan
bagian belakang laras senapan bertemu. Meskipun dirancang berukuran kecil,
celah seringkali cukup besar sehingga beberapa gas pembakaran bertekanan
tinggi bocor keluar dari celah tabung-silinder dan menyebabkan laporan suara
terpisah sebelum ledakan moncong. Interval waktu antara laporan dari celah
dan laporan dari moncong adalah ~ 200 mikrodetik yang diperlukan untuk
peluru untuk melakukan perjalanan dari ruang tembak ke moncong.

Gambar 3. Celah antara tabung silinder dan barel pada revolver

Gambar 4. Peluru revolver

6
B. KLASIFIKASI LUKA TEMBAK
Yang diperlukan sebenarnya penentuan jarak tembak atau jarak antara
moncong senjata dengan targetnya yaitu tubuh korban. Berdasarkan ciri-ciri
yang khas pada setiap tembakan yang dilepaskan dari berbagai jarak, maka
perkiraan jarak tembak dapat diketahui, dengan demikian dapat dibuat
klasifikasinya. Klasifikasi yang dimaksud antara lain :2,4
1. Luka tembak tempel (contact wounds)
a) Terjadi bila moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan
ditembakkan. Bila tekanan pada tubuh erat disebut “hard contact”,
sedangkan yang tidak erat disebut “soft contact”.
b) Umumnya luka berbentuk bundar yang dikelilingi kelim lecet yang
sama lebarnya pada setiap bagian.
c) Di sekeliling luka tampak daerah yang bewarna merah atau merah
coklat, yang menggambarkan bentuk dari moncong senjata, ini disebut
jejas laras.
d) Rambut dan kulit di sekitar luka dapat hangus terbakar.
e) Saluran luka akan bewarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir
mesiu, jelaga dan minyak pelumas.
f) Tepi luka dapat bewarna merah, oleh karena terbentuknya COHb.
g) Bentuk luka tembak tempel sangat dipengaruhi oleh keadaan /
densitas jaringan yang berada di bawahnya, dengan demikian dapat
dibedakan :
 Luka tembak tempel di daerah dahi
 Luka tembak tempel di daerah pelipis
 Luka tembak tempel di daerah perut
Luka tembak tempel di daerah dahi mempunyai ciri :
a) Luka berbentuk bintang
b) Terdapat jejak laras
Luka tembak tempel di daerah pelipis mempunyai ciri :
a) Luka berbentuk bundar
b) Terdapat jejas laras

7
Luka tembak tempel di daerah perut mempunyai ciri :
a) Luka berbentuk bundar
b) Kemungkinan besar tidak terdapat jejas laras

Gambar 5. Luka tembak tempel3,4

2. Luka tembak jarak dekat (close range wounds)


a) Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban masih
dalam jangkauan butir-butir mesiu (luka tembak jarak dekat),
ataujangkauan jelaga dan api (luka tembak jarak sangat dekat).
b) Luka berbentuk bundar atau oval tergantung sudut masuknya
peluru,dengan di sekitarnya terdapat bintik-bintik hitam (kelim tato)
dan atau jelaga (kelim jelaga).
c) Di sekitar luka dapat ditemukan daerah yang bewarna merah atau
hangusterbakar.
d) Bila terdapat kelim tato, berarti jarak antara moncong senjata
dengankorban sekitar 60 cm (50-60 cm), yaitu untuk senjata genggam.
e) Bila terdapat pula kelim jelaga, jaraknya sekitar 30 cm (25-30 cm).
f) Bila terdapat juga kelim api, maka jarak antara moncong senjata
dengankorban sekitar 15 cm.

8
Gambar 6. Luka Tembak Jarak Dekat 4,5

3. Luka tembak jarak jauh (long range wound)


a) Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban diatas
50 cmatau di luarjangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang
tidak terbakar atauterbakar sebagian.
b) Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya kelim lecet.
c) Bila senjata sering dirawat (diberi minyak) maka pada kelim lecet
dapatdilihat pengotoran bewarna hitam berminyak, jadi ada kelim
kesat ataukelim lemak.
d) Dalam jarak 60-90 cm, lubang luka bundar; dengan bertambahnya
jarak (semakin menjauh), maka pellet akan menyebar dan
menimbulkan lubanglubang luka disekitar lubang yang besar.
e) Pada jarak 90-270 cm, akan tampak lubang yang besar dengan tepi
tidak rata disebabkan oleh pellet-pellet.
f) Pada jarak yang lebih jauh, akan tampak lubang luka utama yang
dikelilingi oleh lubang kecil-kecil akibat pellet.
g) Dari penyebaran pellet-pellet tersebut bisa diperkirakan jarak
tembaknya; tentunya setelah dilakukan tembakan percobaan.

9
Gambar 7. Luka Tembak Jarak Jauh 3,4

4. Luka Tembak Masuk


Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai
sasaran yaitu tubuh korban, maka pada tubuh korban tersebut akan
didapatkan perubahan yang diakibatkan oleh berbagai unsur atau
komponen yang keluar dari laras senjata api tersebut.2,4
Adapun komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap
penembakan adalah:2,5
 anak peluru
 butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar
 asap atau jelaga
 api
 partikel logam
Bila senjata yang dipergunakan sering diberi minyak pelumas,
maka minyak yang melekat pada anak peluru dapat terbawa dan melekat
pada luka. Bila dilakukan dengan posisi moncong senjata menempel
dengan erat pada tubuh korban, maka akan terdapat jejas laras. Selain itu
bila senjata yangdipakai termasuk senjata yang tidak beralur (smooth
bore), maka komponen yang keluar adalah anak peluru dalam satu
kesatuan atau tersebar dalam bentuk pellet,tutup dari peluru itu sendiri
juga dapat menimbulkan kelainan dalam bentukluka.2,5
Komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap peristiwa
penembakan akan menimbulkan kelainan pada tubuh korban sebagai
berikut:2,4,5

10
a) Akibat anak peluru (bullet effect): luka terbuka.
Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
- Kecepatan
- Posisi peluru pada saat masuk ke dalam tubuh
- Bentuk dan ukuran peluru
- Densitas jaringan tubuh di mana peluru masuk
Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity),
akan menimbulkan luka yang relatif lebih kecil bila dibandingkan
dengan peluru yangkecepatannya lebih rendah (low velocity).
Kerusakan jaringan tubuh akan lebih berat bila peluru mengenai
bagian tubuh yang densitasnya lebih besar.
Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan
kandung kencing, bilaterkena tembakan dan kedua organ tersebut
sedang terisi penuh (jantung dalam fase diastole), maka kerusakan
yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan dengan jantung
dalam fase sistole dan kandung kencing yang kosong; hal tersebut
disebabkan karena adanya penyebaran tekanan hidrostatik ke
seluruh bagian. Mekanisme terbentuknya luka dan kelim lecet
akibat anak peluru antara lain:
- Pada saat peluru mengenai kulit, kulit akan teregang
- Bila kekuatan anak peluru lebih besar dari kulit maka akan terjadi
robekan
- Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang
beraluratau rifle bore), terjadi gesekan antara badan peluru dengan
tepi robekansehingga terjadi kelim lecet (abrasion ring)
- Oleh karena tenaga penetrasi peluru dan gerakan rotasi akan
diteruskan kesegala arah, maka sewaktu anak peluru berada dan
melintas dalam tubuhakan terbentuk lubang yang lebih besar dari
diameter peluru

11
- Bila peluru telah meninggalkan tubuh atau keluar, lubang atau
robekan yang terjadi akan mengecil kembali, hal ini dimungkinkan
oleh adanya elastisitas dari jaringan
- Bila peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim
lecet yang terbentuk akan sama lebarnya pada setiap arah
- Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan
dapat diketahui dari bentuk kelim lecet
- Kelim lecet paling lebar merupakan petunjuk bahwa peluru masuk
dariarah tersebut
- Pada senjata yang dirawat baik, maka pada klim lecet akan
dijumpai pewarnaan kehitaman akibat minyak pelumas, hal ini
disebut kelim kesat atau kelim lemak (grease ring/ grease mark)
- Bila peluru masuk pada daerah di mana densitasnya rendah, maka
bentuk luka yang terjadi adalah bentuk bundar, bila jaringan di
bawahnya mempunyai densitas besar seperti tulang, maka sebagian
tenaga daripeluru disertai pula dengan gas yang terbentuk akan
memantul danmengangkat kulit di atasnya, sehingga robekan yang
tejadi menjadi tidak beraturan atau berbentuk bintang
- Perkiraan diameter anak peluru merupakan penjumlahan antara
diameter lubang luka ditambah dengan lebar kelim lecet yang tegak
lurus dengan arah masuknya peluru
- Peluru yang hanya menyerempet tubuh korban akan menimbulkan
robekan dangkal, disebut bullet slap atau bullet graze
- Bila peluru menyebabkan luka terbuka dimana luka tembak masuk
bersatu dengan luka tembak keluar, luka yang terbentuk disebut
gutter wound

b) Akibat butir-butir mesiu (gunpowder effect): tattoo, stipling


- Butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar
akan masuk ke dalam kulit

12
- Daerah di mana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak
berbintik-bintik hitam dan bercampur dengan perdarahan
- Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka
bintik-bintik hitam tersebut tidak dapat dihapus dengan kain dari
luar
- Jangkauan butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar
sekitar 60 cm
- Black powder adalah butir mesiu yang komposisinya terdiri dari
nitrit,tiosianat, tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, kalium
sulfida,sedangkan smoke less powder terdiri dari nitrit dan
selulosa nitrat yangdicampur dengan karbon dan gravid

c) Akibat asap (smoke effect): jelaga


- Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna, maka
terbentuk asap atau jelaga
- Jelaga yang berasal dari black powder komposisinya CO2 (50%)
nitrogen35%, CO 10%, hydrogen sulfide 3%, hydrogen 2 %
serta sedikit oksigendan methane
- Smoke less powder akan menghasilkan asap yang jauh lebih
sedikit
- Jangkauan jelaga untuk senjata genggam berkisar sekitar 30 cm
- Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya menempel pada
permukaan kulit, sehingga bila dihapus akan menghilang

d) Akibat api (flame effect): luka bakar


- Terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas
panas yang akan mengakibatkan kulit akan tampak hangus
terbakar (scorching,charring)
- Jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut
akan terbakar

13
- Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam sekitar
15 cm,sedangkan untuk senjata yang kalibernya lebih kecil,
jaraknya sekitar 7,5 cm

e) Akibat partikel logam (metal effect): fouling


- Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras,
maka sewaktu peluru bergulir pada laras yang beralur akan
terjadi pelepasan partikellogam sebagai akibat pergesekan
tersebut
- Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka
lecet atau luka terbuka dangkal yang kecil-kecil pada tubuh
korban
- Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada
pakaian Korban

f) Moncong senjata (muzzle effect): jejas laras


- Jejas laras dapat terjadi pada luka tembak tempel, baik luka
tembak temple yang erat (hard contact) maupun yang hanya
sebagian menempel (softcontact)
- Jejas laras dapat terjadi bila moncong senjata ditempelkan pada
bagian tubuh, dimana di bawahnya ada bagian yang keras
(tulang)
- Jejas laras terjadi oleh karena adanya tenaga yang terpantul oleh
tulang dan mengangkat kulit sehingga terjadi benturan yang
cukup kuat antara kulit dan moncong senjata
- Jejas laras dapat pula terjadi jika si penembak memukulkan
moncong senjatanya dengan cukup keras pada tubuh korban,
akan tetapi hal ini jarang terjadi
- Pada hard contact, jejas laras tampak jelas mengelilingi lubang
luka, sedangkan pada soft contact, jejas laras sebetulnya luka

14
lecet tekan tersebut akan tampak sebagian sebagai garis
lengkung
- Bila pada hard contact tidak akan dijumpai kelim jelaga atau
kelim tato, oleh karena tertutup rapat oleh laras senjata, maka
pada soft contact jelagadan butir mesiu ada yang keluar melalui
celah antara moncong senjata dan kulit, sehingga terdapat
adanya kelim jelaga dan kelim tato
Jika tembakan mengenai tubuh korban yang ditutup pakaian, dan
pakaiannya cukup tebal, maka dapat terjadi: 2,6
- Asap, butir-butir mesiu dan api dapat tertahan pakaian
- Fragmen atau partikel logam dapat tertahan oleh pakaian
- Serat-serat pakaian dapat terbawa oleh peluru dan masuk ke
dalam lubang luka tembak

5. Luka Tembak Keluar


Jika peluru yang ditembakan dari senjata api mengenai tubuh
korban dan kekuatannya masih cukup untuk menembus dan keluar pada
bagian tubuh lainnya,maka luka tembak dimana peluru meninggalkan
tubuh itu disebut luka tembak keluar. Bilamana peluru yang masuk ke
dalam tubuh korban tidak terbentur pada tulang, maka saluran luka yang
terbentuk yang menghubungkan luka tembak masuk dan luka tembak
keluar dapat menunjukkan arah datangnya peluru yangdapat disesuaikan
dengan arah tembakan.2
Luka tembak keluar mempunyai ciri khusus yang sekaligus sebagai
perbedaan pokok dengan luka tembak masuk. Ciri tersebut adalah tidak
adanya kelim lecet pada luka tembak keluar, dengan tidak adanya kelim
lecet, kelim-kelim lainnya juga tentu tidak ditemukan.2,5
Ciri lain dari luka tembak keluar yang dapat dikatakan agak khas,
oleh karena hampir semua luka tembak keluar memiliki ciri ini, adalah
luka tembak keluar pada umumnya lebih besar dari luka tembak masuk.2,4

15
Gambar 8. Luka tembak keluar7

Adapun faktor –faktor yang menyebabkan luka tembak keluar


lebih besardari luka tembak masuk adalah :2
a) Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu
peluruberada dalam tubuh dan membentur tulang.
b) Peluru sewaktu berada dalam tubuh mengalami perubahan gerak,
misalnya karena terbentur bagian tubuh yang keras, peluru
bergerak berputar dariujung ke ujung (end to end), keadaan ini
disebut “tumbling”.
c) Pergerakan peluru yang lurus menjadi tidak beraturan, disebut
“yawing”.
d) Peluru pecah menjadi beberapa fragmen. Fragmen-fragmen ini
menyebabkan luka tembak keluar menjadi lebih besar.
e) Bila peluru mengenai tulang dan fragmen tulang tersebut turut
terbawa keluar, maka fragmen tulang tersebut akan membuat
robekan tambahansehingga akan memperbesar luka tembak
keluarnya.

16
C. CARA PENGUKURAN JARAK TEMBAK DALAM VISUM ET
REPERTUM

Bila pada korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas adanya jejas
laras, kelim api, kelim jelaga atau kelim tato, maka perkiraan penentuan jarak
tembak tidak sulit. Kesulitan timbul bila tidak ada kelim-kelim tersebut selain
kelim lecet.1
a) Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 30
cm.
b) Bila ada kelim tato berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 60 cm
dan seterusnya.
c) Bila hanya ada kelim lecet, cara pengukurannya adalah sebagai berikut
:“berdasarkan sifat lukanya luka tembak tersebut merupakan luka tembak
jarak jauh”, ini mengandung arti:
- Memang korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti di luar jangkauan
atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau terbakar
sebagian.
- Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara
korban dan moncong senjata ada penghalang seperti bantal dan lain
sebagainya.
d) Bila ada kelim api, berarti bahwa korban ditembak dari jarak yang sangat
dekat sekali, yaitu maksimal 15 cm.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Khusus Pada Luka Tembak Masuk. Pada beberapa
keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk, sering dipersulit oleh
adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat dilakukan
dengan baik, akibat penafsiran atau kesimpulan mungkin sekali tidak tepat.
Untuk menghadapi penyulit pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan
prosedur sebagai berikut: Luka tembak dibersihkan dengan hidrogen
perokside (3% by volume). Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air,

17
untuk membersihkan busa yang terjadi dan membersihkan darah. Dengan
pemberian hidrogen perokside tadi, luka tembak akan bersih, dan tampak
jelas, sehingga diskripsi dari luka dapat dilakukan dengan akurat. Selain
secara makroskopik, yaitu dengan karakteristik pada luka tembak masuk,
tidak jarang diperlukan pemeriksaan khusus untuk menentukan secara pasti
bahwa luka tersebut luka tembak masuk; ini disebabkan oleh karena tidak
selamanya luka tembak masuk memperlihatkan ciri-ciri yang jelas. Adapun
pemeriksaan khusus yang dimaksud adalah: pemeriksaan mikroskopik,
pemeriksaan kimiawi, dan pemeriksaan radiologik.2
1) Pemeriksaan Kimiawi
Pada “black gun powder” dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit,
nitrat, sulfis, sulfat, karbonat, tiosianat dan tiosulfat. ,Pada“smokeles gun
powder” dapat ditemukan nitrit dan selulosa nitrat. Pada senjata api yang
modern, unsur kimia yang dapat ditemukan ialah timah, barium, antimon, dan
merkuri.Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan dari peluru
sendiri dapat di temukan ialah timah, antimon, nikel, tembaga, bismut perak
dan thalium. Pemeriksaan atas unsur-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap
pakaian, didalam atau di sekitar luka. Pada pelaku penembakan, unsur-unsur
tersebut dapat dideteksi pada tangan yang menggenggam senjata.2
2) Pemeriksaan dengan Sinar-X
Pemeriksaan secara radiologik dengan sinar-X ini pada umumnya
untuk memudahkan dalam mengetahui letak peluru dalam tubuh korban,
demikian pula bila ada partikel-partikel yang tertinggal. Pada “tandem bullet
injury” dapat ditemukan dua peluru walaupun luka tembak masuknya hanya
satu. Bila pada tubuh korban tampak banyak pellet tersebar, maka dapat
dipastikan bahwa korban ditembak dengan senjata jenis “shoot gun” , yang
tidak beralur, dimana dalam satu peluru terdiri dari berpuluh pellet. Bila pada
tubuh korban tampak satu peluru, maka korban ditembak oleh senjata jenis
rifled. Pada keadaan dimana tubuh korban telah membusuk lanjut atau telah
rusak sedemikian rupa, sehingga pemeriksaan sulit, maka dengan

18
pemeriksaan radiologi ini akan dengan mudah menentukan kasusnya, yaitu
dengan ditemukannya anak peluru pada foto rongent.2
3) Pemeriksaan Mikroskopik2,8
Perubahan mikroskopis yang tampak diakibatkan oleh dua faktor,
yaitu akibat trauma mekanis dan termis.
Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat :
- Kompresi ephitel,di sekitar luka tampak epithel yang normal dan yang
mengalami kompresi,elongasi,dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal
serta elongasi dari inti sel,
- Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan
butir-butir mesiu.
- Epitel mengalami nekrose koagulatif, epitel sembab, vakuolisasi sel-
sel basal,
- Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan
lebih banyak mengambil warna biru (basofilik staining)
- Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini
paling dominan), dan adanya butir-butir mesiu
- Sel-sel pada dermis intinya mengkerut, vakuolisasi dan pignotik
- Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna
hitam atau hitam kecoklatan
- Pada luka tembak tempel “hard contact” permukaan kulit sekitar luka
tidak terdapat butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali, butir-butir
mesiu akan tampak banyak dilapisan bawahnya, khususnya
disepanjang tepi saluran luka
- Pada luka tembak tempel “soft contact” butir-butir mesiu terdapat
pada kulit dan jaringan dibawah kulit.
- Pada luka tembak jarak dekat, butir-butir mesiu terutama terdapat
pada permukaan kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan
kulit

19
E. KARAKTERISTIK DARI LUKA TEMBAK
Luka tembak tempel, kecuali bila kontak antara moncong senjata
dengan sangat erat tertekan, kita tidak akan menjumpai luka tembak tempel
yang khas, berbentuk bintang,oleh karena adanya gas yang keluar dari alat
peredam. Pada luka tembak tempel yang tidak erat (soft contact, loose
contact), hanya memperlihatkan sedikit perbedaan dengan luka akibat senjata
tanpa alat peredam suara. Lubang luka yang berbentuk bundar yang
dikelilingi kelim lecet, fouling disekitar kelim lecet dan jelaga serta butir-
butir mesiu juga ditemukan dalam saluran luka. Perbedaan yang bermakna
terletak pada karakter dan ukuran dari jejas laras.2,4,5
Kelim lecet pada luka tembak dengan alat peredam merupakan daerah
lingkaran yang eritematosus, dengan batas yang tegas; pada beberapa kasus
kelim tersebut dapat hanya merupakan bagian dari lingkaran.2,5
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak perbedaan yang sangat kontras
dimana pada jejas laras kerusakan karena efek thermis atau mekanis minimal
sekali atau tidak ada. Pada pembesaran yang lebih besar tampak dilatasi
kapilerkapiler pada epidermis pada area dimana terdapat jejas laras, hal mana
tidak akan tampak pada luka tembak tempel dengan senjata api tanpa alat
peredam.9
Dapat ditambahkan bahwa salah satu ciri dipergunakannya alat
peredam adalah adanya perbedaan yang menyolok antara diameter luka serta
kelim lecet dengan jejas laras; misalnya diameter jejas laras 40 mm,
sedangkan diameter kelim hanya 5 mm.2
Luka tembak yang bukan tembak tempel (Noncontact Wounds) tidak
banyakmenunjukkan perbedaan dengan luka tembak yang disebabkan oleh
senjata apitanpa alat peredam. Ciri yang paling bermakna dan amat
membantu di dalammemeriksa luka tembak yang bukan luka tembak tempel
adalah: luka tembakmasuk yang atipikal/ tidak khas, dengan ciri bentuk yang
irreguler atau luka yangberbentuk celah (slit-like defects), sering disertai
dengan kelim lecet yangeksentrik dan beberapa laserasi di sekitar lubang luka

20
tembak. Satu hal yang perludipikirkan di sini adalah kemungkinan luka
tembak ricochet.2,5
Adanya fragmen-fragmen logam yang berasal dari peluru atau
yangmemberi kesan adanya deformitas anak peluru bukanlah merupakan
tanda bahwapeluru tersebut ditembakkan dari senjata api yang diberi alat
peredam.5

F. MEDIKOLEGAL
Luka tembak bisa terjadi karena: 10,11
1. Pembunuhan
2. Bunuh diri
3. Kecelakaan
Dalam membuat kesimpulan luka, sebaiknya dokter menentukan
derajat keparahan luka yang dialami korban atau disebut juga derajat
kualifikasi luka. Penentuan luka berat harus disesuaikan dengan
ketentuan undang – undang yaitu yang diatur dalam KUHP 90.
KUHP Pasal 90
Luka berat berarti :
1. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan
sembuh sama sekali atau yang dapat menimbulkan bahaya maut.
2. Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencaharian
3. Kehilangan salah satu panca indera
4. Mendapat cacat berat
5. Menderita sakit lumpuh
6. Terganggu daya piker selama 4 minggu atau lebih
7. Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan

21
KUHP Pasal 351

1. Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya dua


tahun delapan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.
2. Jika perbuatan itu menjadikan luka berat yang bersalah diancam pidana
penjara paling lama lima tahun.
3. Jika mengakibatkan mati diancam dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun
4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja mesrusak kesehatan

Yang dimaksudkan dengan penganiyaan ringan diatur dalam :


KUHP pasal 352 :
1) Kecuali yang tersebut ddalam pasal 353 dan 356 maka
penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian diancam
sebagai penganiayaan ringan dengan pidana penjara paling lama 3
bulan atau pidana denda empat ribu lima ratus rupiah

Penganiyaan sedang diatur dalam pasal 351 ayat 1 juga pada:


KUHP pasal 353:
1) Penganiayaan yang dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu
dihukum penjara selama-lamanya empat tahun.
Penganiyaan berat terdapat dalam KUHP pasal 351 ayat 2, pasal 354 ayat
satu, pasal355 ayat 1.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Grosse Perdekamp, M., Vennemann, B., Mattern, D., Serr, A. & Pollak, S.
Tissue defect at the gunshot entrance wound: what happens to the skin?
Internasional Journal of Legal Medicine 119(4). 2002 217–222.
2. Maio JM Vincent. An Introduction to the Classification of Gunshot. In: Maio,
JM Vincent Editors. Gunshot Wounds: Practical Aspects of Firearms,
Ballistics, and Forensic Techniques, Second Edition. United State of
America: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data; 2000. p. 82-
135
3. Dix Jay. Shotgun Injuries. In: Dix Jay Editors. Color Atlas of Forensic
Pathology. United State of America: Library of Congress Cataloging-in-
Publication Data; 2000. p. 90-8
4. Lew Emma, Dolinak David, Matshes Evan. Firearm Injuries. In: Dolinak
David, Matshes Evan, Lew Emma Editors. Forensic Pathology: Principles
and Practice. United State of America: Elsevier Academic Press; 2005. p.192-
6.
5. Vij Krishan. Injuries by firearms. In: Vij Krishan Editors. Textbook of
Forensic Medicine and Toxicology: Principle and Practice, Fifth Edition.
United State of America: Elsevier Academic Press; 2011. p.234-56.
6. Ramsay A David, Shkrum Michael. Penetrating Trauma: Close-Range
Firearm Wounds. In: Ramsay A David, Shkrum Michael Editors. Forensic
Pathology of Trauma: Common Problems for the Pathologist. New Jersey:
Humana Press; 2007. p.295-306.
7. Oehmichen Manfred, Auer N Roland, Konig Gunter Hans. Open Brain
Injuries: Gunshot Wounds. In: Oehmichen Manfred, Auer N Roland, Konig
Gunter Hans Editors. Forensic Neropathology and Neurology. Germany:
Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2006. p.154-70.

23
8. Saukko Pekka, Knight Bernard. The Pathology of Wounds. In: Saukko Pekka,
Knight Bernard Editors. Knights: Forensic Pathology. London: Hodder
Arnold; 2004. p.170-2
9. Knight Bernard. Ballistic Injuries. In: Knight Bernard Editors. Simpson’s
Forensic Medicine: Eleventh Edition. London: Hodder Arnold; 2001.
10. Prof. Dr. Amri Amir Sp.F(K)., 2011. Ilmu Kedokteran Forensik
Edisi 2. Ms:91-1032.Prof Dr. Amri Amir Sp.F(K)., 2011. Autopsi
Medikolegal Edisi 2. Ms: 40-2
11. Di Maio, V.J.M. 1999. Gunshot Wounds Practical Aspects of
Firearms, Ballistics, and Forensic Techniques. Second Edition. New
York : CRC Press.

24

Anda mungkin juga menyukai