TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Ekstraksi merupakan proses penyarian senyawa aktif tumbuhan,
hewan, maupun mineral menggunakan penyari yang sesuai. Ekstrak adalah
sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia
hewani maupun simplisia nabati menggunakan penyari yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua penyari diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang
ditetapkan (Depkes RI, 1989).
Ada beberapa metode ekstraksi yaitu (Depkes RI, 1995) :
1. cara panas
Ekstraksi secara panas dilakukan untuk
mengekstraksi komponen kimia yang tahan terhadap
pemanasan seperti glikosida, saponin dan minyak-minyak
menguap yang mempunyai titik didih yang tinggi, selain itu
pemanasan juga diperuntukkan untuk membuka pori-pori sel
simplisia sehingga pelarut organik mudah masuk ke dalam sel
untuk melarutkan komponen kimia. Metode ekstraksi yang
termasuk cara panas yaitu (Tobo :2001)
a. Metode soxhletasi
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara
berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga
menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-
molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia
dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam
labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Proses ini
berlangsung hingga penyarian zat aktif sempurna yang
ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa
sifon atau jika diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis
tidak memberikan noda lagi. (Ditjen POM, 1986).
3
4
b. Metode refluks
Metode refluks adalah termasuk metode berkesinambungan
dimana cairan penyari secara kontinyu menyari komponen kimia
dalam simplisia cairan penyari dipanaskan sehingga menguap dan
uap tersebut dikondensasikan oleh pendingin balik, sehingga
mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh
kembali ke labu alas bulat sambil menyari simplisia. Proses ini
berlangsung secara berkesinambungan dan biasanya dilakukan 3
kali dalam waktu 4 jam. (Ditjen POM, 1986)
2. Cara dingin
Metode ekstraksi secara dingin adalah metode ekstraksi yang
didalam proses kerjanya tidak memerlukan pemanasan. Metode ini
dipergunakan untuk bahan-bahan yang tidak tahan terhadap pemanasan
dan bahan-bahan yang mempunyai tekstur yang lunak atau tipis.
Metode ini terbagi menjadi:
a. Maserasi, merupakan proses ekstraksi simplisia dengan
menggunakan penyari dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan. Remaserasi berarti
dilakukan penambahan penyari setalah dilakukan penyaringan
maserasi pertama dan seterusnya (Depkes RI, 1995).
Keuntungan metode ekstraksi ini yaitu peralatan yang
sederhana dan mudah di dapat. Namun, kekurangannya ialah waktu
yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan
penyari yang digunakan lebih banyak dari pada penyari yang
dibutuhkan untuk metode lain, tidak dapat digunakan untuk bahan-
bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan
lilin (Depkes, 1986).
Metode maserasi dapat dilakukan modifikasi seperti
berikut:
5
Keterangan :
B : Penutup
b. Perkolasi
Perkolasi adalah suatu metode ekstraksi diletakkan dalam
bejana atau wadah dan dialiri dengan cairan penyari dari atas
ke bawah, di mana alatnya dilengkapi dengan kran (Pangestu,
2011)
Keuntungan dari metode ini adalah tidak terjadinya
kejenuhan dan pengalirannya dapat meningkatkan difusi
(dengan dialiri cairan penyari sehingga zat seperti terdorong u/
keluar dari sel). Sedangkan kerugian dari metode ini adalah
cairan penyari yang dibutuhkan lebih banyak dari pada metode
panas dan resiko cemaran mikroba untuk penyari air lebih
tinggi karena dilakukan secara terbuka (Pangestu, 2011)
Keterangan :
A : Perkolator
C : Keran
G : Botol perklorat
8
4. Manfaat
Tanaman ini dilaporkan memiliki aktivitas analgesik, aktivitas
antimikroba, aktivitas anthelmintik, aktivitas antioksidan, aktivitas
antipiretik, aktivitas insektisida, aktivitas sitotoksisitas, aktivitas
hepatoprotektif, sifat pencahar, aktivitas prokoagulan, dan aktivitas
penyembuhan luka (Sarkar et al., 2014).
II.2.2 Tanaman Daun Kopasanda (Chromolaena odorata (L.) folium)
1. Klasifikasi tanaman menurut Medanense
(2015):
Regnum : Plantae.
Divisi : Spermatophyta.
Kelas : Dicotyledonae.
Ordo : Asterales.
Gambar 1.3
Famili : Asteraceae. Kopasanda
Genus : Chromolaena. (Chromolaena
Spesies : Chromolaena odorata (L.). odorata (L.))
2. Morfologi
Tumbuhan ini tumbuh tegak dengan tinggi 1-2 meter, batang tegak,
berkayu, ditumbuhi rambut-rambut halus, bercorak garis-garis
membujur yang paralel. Helai daun berbentuk segitiga/bulat panjang
dengan pangkal agak membulat dan ujung tumpul atau agak runcing,
tepinya bergigi, mempunyai tulang daun tiga sampai lima,
permukaannya berbulu pendek, dan bila diremas terasa bau yang
menyengat. Perbungaan majemuk, berbentuk malai rata (corymbus)
yaitu kepala bunga kira-kira berada pada satu bidang, lebarnya 6-15
cm, berbentuk bongkolan, warnanya lembayung kebiru-biruan
(Nasution, 1986).
3. Kandungan kimia
Senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada daun
kopasanda adalah alkaloid pyrolizidine, glikosida kardiak, tanin,
terpenoid, saponin avenacin, senyawa fenol seperti protokatecin, p-
11