Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 Hasil

Ekstrak daun kopasanda Ekstrak bunga Biduri


(Chromolaena Odorata (Calotropis gigantean flos)
folium)
IV.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan mengenai ekstraksi.
Secara umum, ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat
aktif dari bagian tanaman obat, hewan, dan beberapa jenis ikan termasuk
biota laut. Metode ekstraksi terdiri atas metode ekstraksi panas, ektraksi
dingin, dan ekstraksi panas-dingin (Harbone, 1987).
Untuk praktikum kali ini, akan dilakukan ekstraksi dingin.
Ekstraksi dingin adalah ekstraksi yang dilakukan tanpa pemanasan, dan
biasanya menggunakan pelarut berupa
Ekstraksi ini dilakukan pada sampel yang mengandung zat aktif
yang tidak tahan panas, sehingga untuk memperoleh ekstraknya
dilakukan penarikan zat tanpa pemanasan. Metode yang biasanya
dilakukan pada ekstraksi dingin adalah metode maserasi dan perkolasi.
Sampel yang digunakan untuk ekstraksi ini biasanya merupakan sampel
simplisia yang bersifat lunak dan mudah hancur, seperti daun, bunga, dan
buah (Harbone, 1987)

18
19

1. Maserasi
Pada sampel simplisia Daun Kopasanda (Chromolaena Odorata
folium) hal pertama yang dilakukan yaitu disiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan kemudian dibersihkan alat menggunakan alkohol
70%. Menurut Voight (1994), tujuan dibersihkan alat dengan alkohol
70% yaitu untuk membersihkan debu dan kotoran yang melekat pada
alat yang akan digunakan karena alkohol 70% bersifat antiseptik dan
disinfektan. Setelah dibersihkan, ditimbang sampel daun sebanyak 50
gram dengan menggunakan timbangan manual kemudian dimasukkan
kedalam toples.
Hal yang dilakukan selanjutnya yaitu penambahan pelarut
kedalam toples. Pelarut yang digunakan sebagai pelarut yaitu metanol
karena menurut Dirjen POM (1986), metanol termasuk ke dalam
pelarut polar, sehingga sebagai pelarut diharapkan dapat menarik zat-
zat aktif yang juga bersifat polar dan non polar. Menurut Sudjadi
(1986), metanol digunakan sebagai cairan penyari karena lebih
selektif, kapang dan khamir sulit tumbuh dalam metanol 20% ke atas,
tidak beracun, netral, dan metanol dapat bercampur dengan air pada
segala perbandingan serta panas yang diperlukan untuk pemekatan
lebih rendah.
Penambahan pelarut diukur sebanyak 2250 ml, tujuan pelarut
dengan jumlah yang besar bertujuan agar semua sampel terendam
dalam pelarut (Sudjadi, 1986). Langkah selanjutnya yaitu pengadukan
secara konstan selama beberapa menit sampai homogen. Tujuan
pengadukan secara konstan menurut jurnal Riny S. dkk (2016) yaitu
apabila gerakannya berubah-ubah maka hasil pengadukan yang
didapatkan kurang akurat atau tidak sepenuhnya homogen. Tujuan
pengadukan selama beberapa menit menurut Adrian (2000), agar
cairan penyari dapat menarik sari-sari simplisia dengan sempurna atau
seluruhnya
20

Langkah berikutnya, sampel disimpan selama dua sampai lima


hari sambil dilakukan pengadukan setiap 3 jam sekali , dengan keadaan
wadah yang ditempati sampel ditutup menggunakan aluminium foil
dengan tujuan agar terlindung dari cahaya. Hal ini dilakukan untuk
mencegah sampel kontaminasi dengan cahaya, karena apabila sampel
kontaminasi dengan cahaya, kemungkinan besar akan ada beberapa
senyawa metabolit sekunder yang terkandung didalam sampel tersebut
yang mudah teroksidasi oleh cahaya sehingga akan terjadi penguraian
oleh cahaya.
Setelah didiamkan selama 3 hari dilakukan penyaringan yang di
dapat di dalam toples kemudian sampel disaring menggunakan kain
putih dan disaring ke dalam wadah yang tertutup rapat, tujuan wadah
tertutup rapat agar dapat menghindari terjadinya penguapan dari
ekstrak yang di dapat (Sudjadi, 1986). Langkah terakhir yaitu sampel
dikocok dengan cara digoyang-goyangkan. Tujuannya menurut
Yulianingtias (2016), agar semua sampel dapat melarut dengan pelarut
sehingga memudahkan pelarut untuk masuk ke dalam sel tanaman.
Setelah itu sampel didiamkan beberapa hari untuk mendapatkan
ekstraknya sambil sesekali dikocok. Tujuannya agar mendapatkan
hasil ekstrak yang maksimal dari simplisia (Yulianingtias, 2016).
Hasil yang didapat setelah sampel ditambahkan pelarut metanol
yaitu terjadi perubahan warna menjadi warna hijau kehitaman. Hal ini
disebabkan oleh adanya pelarut yang mampu melarutkan senyawa-
senyawa metabolit sekunder pada sampel sehingga mempengaruhi
warna larutan penyari pada saat pengocokkan.
2. Perkolasi
Pada sampel simplisia Bunga Biduri (Calotropis gigantean flos)
hal pertama yang dilakukan yaitu disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan kemudian dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%.
Menurut Voight (1994), tujuan dibersihkan alat dengan alkohol 70%
yaitu untuk membersihkan debu dan kotoran yang melekat pada alat
21

yang akan digunakan karena alkohol 70% bersifat antiseptik dan


disinfektan. Setelah dibersihkan, dikeluarkan cairan steril yang ada
didalam botol infus dengan membuat irisan yang tidak terlalu besar
pada salah satu sisinya, kemudian dimasukkan kasa ke dalam botol
infus ditumpuk sebanyak 3 lapis di bagian bawahnya alasan dibagian
bawah di masukkan kasa karena kasa sebagai sekat berpori . Kasa
tersebut dijenuhkan menggunakan metanol , lalu di timbang simplisia
bunga sebanyak 50 gram untuk dua botol infus yang masing-masing
botol infus berisi 25 gram ,.
Setelah itu ditambahkan pelarut ke dalam dua botol infus yang
masing-masing 350 ml. Lalu dibungkus salah satu sisi botol infus yang
diiris tadi menggunakan aluminium foil dan direkatkan dengan lakban
hitam Hal ini dilakukan untuk mencegah sampel kontaminasi dengan
cahaya, kemudian digantung botol infus menggunakan tali rafia dan
dilengkapi botol infus dengan selang infus pada posisi terkunci yang
ujung selangnya dimasukkan kedalam botol wadah yang akan
menampung perkolat , Menurut Abdul rohman (2007) cairan penyari
akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampel
dalam keadaan jenuh, gerakan kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya
beratnya sendiri dan tekanan penyari dari cairan diatasnya. Aliran
penyari menyebabkan adanya pergantian pelarut yang terjadi dengan
larutan yang konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan
derajat perbedaan konsentrasi , Kemudian didiamkan selama 8 jam.
Setelah 8 jam, diletakkan botol yang telah dibungkus
menggunakan alluminium foil sebagai wadah untuk menampung
perkolat. Alasan menggunakan alluminium foil sampel yang diperkolat
tidak terpapar cahaya Abdul Rohman (2007), Selang infus dibuka
kemudian cairan dibiarkan menetes kedalam wadah sampai perkolat
yang di dalam infus habis . Menurut Abdul Rohman (2007), cairan
penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui
sampel dalam keadaan jenuh, gerakan kebawah disebabkan oleh
22

kekuatan gaya beratnya sendiri dan tekanan penyari dari cairan


diatasnya. Aliran penyari menyebabkan adanya pergantian pelarut
yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah sehingga
meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi. Setelah proses ekstraksi
selesai, kemudian ekstrak disimpan di tempat yang sejuk dan
terlindung dari cahaya matahari untuk dilakukan proses selanjutnya.
Hasil yang didapat setelah sampel ditambahkan pelarut dan didiamkan
selama 1 x 24 jam yaitu terjadi perubahan warna dari warna bening
menjadi warna kuning. Hal ini disebabkan oleh adanya pelarut yang
mampu melarutkan senyawa-senyawa metabolit sekunder pada sampel
sehingga mempengaruhi warna larutan penyari pada saat sampel
didiamkan.

Anda mungkin juga menyukai