Dosen Pengampu :
Oleh :
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala bentuk puja dan puji syukur kita panjatkan atas
kehadirat Allah SWT, yang karena limpahan rahmat dan karunia yang diberikan
pada kita sehingga dapat menyelesaikan sebuah amanah yang diberikan kepada
kita berupa tugas untuk membuat makalah yang berjudul “Prinsip dan asas hukum
islam”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada suri
tauladan kita yakni Baginda Muhammad SAW yang telah menyampaikan syafaat
kepada kita dan membimbing kita menuju jalan yang benar.
Makalah ini ditulis guna memenuhi salah satu tugas yang diembangkan
kepada pemakalah. Pemakalah menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dan terlibat dalam penulisan makalah ini. Semoga apa
yang tercantum dalam makalah ini menjadi bermanfaat khususnya bagi
pemakalah dan kepada pembaca pada umumnya .
Manusia adalah tempatnya salah dan dosa, maka dari itu tidak menutup
kemungkinan juga dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam
penyampaian kata dan sitematika penulisan. Oleh karena itu, pemakalah dengan
senang hati siap menampung kritikan-kritikan yang membangun guna lebih baik
lagi kedepannya.
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama dan cara hidup berdasarkan syari’at Allah yang
terkandung dalam kitab Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Setiap orang
yang mengintegrasikan dirinya kepada Islam wajib membentuk seluruh hidup
dan kehidupannya berdasarkan syari’at atau hukum islam yang termaktub
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah
Hukum Islam mengacu pada pandangan hukum yang mengatakan bahwa
hukum Islam itu diciptakan karena ia mempunyai maksud dan tujuan. Tujuan
dari adanya hukum Islam adalah terciptanya kedamaian di dunia dan
kebahagian di akhirat. Jadi hukum Islam bukan bertujuan meraih
kebahagaiaan yang fana’ dan pendek di dunia semata, tetapi juga
mengarahkan kepada kebahagiaan yang kekal di akhirat kelak.
Sebagaimana hukum pada umumnya, hukum islam juga memiliki prinsip
dan asas yang berperan untuk membentuk hukum islam. Dengan adanya
prinsip dan asas yang dimiliki kita dapat memahami terkait bagaimana hukum
islam ini dibentuk dan sepertia apa tujuan dari hukum islam sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Asas dam Prinsip ?
2. Bagaimana Asas Hukum Islam ?
3. Bagaimana Prinsip Hukum Islam ?
ii
BAB II
PEMBAHASAN
sedangkan Prinsip adalah asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir,
bertindak, dan sebagainya). Secara umum, pengertian prinsip adalah suatu
pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dapat
dijadikan oleh seseorang atau kelompok sebagai pedoman dalam berpikir atau
bertindak.
Contohnya ketika membangun sebuah rumah, maka terdapat tanah yang perlu
ditentukan untuk pembangun rumah tersebut. Tanah disini adalah sebuah asas.
Yang diartikan sebagai pondasi yang paling awal sebagai cikal bakal lahirnya
sebuah tatanan dalam pondasi untuk membuat rumah. Sedangkan prinsip dalam
1
contoh diatas, adalah pondasinya yang dimana kekuatan dari tanah atau asas itu
sendiri sebagai awal untuk melahirkan pondasi (prinsip yang kuat).
1
Muhammad Syukri Albani Nasution. Filsafat Hukum Islam. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2013). 113
2
b. Orang yang tidak kuat berdiri untuk mendirikan sholat maka ia boleh
melakukannya dengan duduk , bahkan boleh melakukan nya sesuai
dengan kondisi kesehatan seseorang, hal ini sesuai dengan hadis Nabi
Muhammad SAW yang artinya : “shalatlah kamu dengan berdiri, maka
jika kamu tidak mampu berdiri duduklah.”
Adapun landasan hukum bagi prinsip ini adalah firman Allah dalam QS
Al-Baqarah :185, yang artinya : “Allah menghendaki keringanan untukmu dn
bukan pula menhendaki kesukaran”. Dan juga firman Allah dalam QS Al-
Haj:78, yang artinya: “dan allah tidak menjadikan untuk kamu dalam agama
suatu kesulitan”.
2. Sedikit Pembebanan
“hai orang orang yang beriman jangan lah kamu bertanya tanya tentang
sesuatu yang kalau diterangkan kepadamu akan menyusahkanmu, tetapi
kalau kamu tanyakan (tentang ayat ayat itu) pada waktu turunya, akan
diterangkan kepadamu Allah memaafkan mu dan Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyabar.
3
Anjuran diatas sesuai dengan Hadis Nabi Muhammad SAW. Yang
artinya: “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban, maka
janganlah kamu melampaui batas batasnya dan ia telah membuat batas
batasnya dan ia telah pula mengharamkan beberapa hal, maka janganlah
kamu melanggarnya. Dan Allah mendiamkan beberapa hal karena rahmat
untuk kamu, bukan karena lupa, maka janganlah kamu membahasnya”.
Secara psikologi manusia tidak akan menerima sesuatu yang baru dan
asing, sehingga harus dipahami setahap demi setahap terlebih dahulu agar
tidak menimbulkan konflik, kesulitan, dan ketegangan batin. Begitulah yang
terjadi pada bangsa Arab dahulu. Ketika Islam datang, adat istiadat mereka
begitu kental sehingga sulit untuk diubah.
4
belum mengharamkan khamar secara total melainkan hanya mengaitkannya
dengan shalat.
Sebagai contoh arah kiblat yang pada mulanya di Baitul Maqdis, namun
setelah enam belas bulan lamanya diperintahkan untuk menghadap ke
Masjidil Haram.
Begitu juga mengenai hukum wasiat. Pada mulanya hukum wasiat adalah
wajib. Kemudian dinasakhkan dengan ayat-ayat tentang faraidh yang terdapat
5
dalam QS An-Nisa: 11-12, 176 Juga dinasakhkan oleh hadis Nabi Saw.
"Tiada wasiat bagi ahli waris."
1. Tauhid3
Prinsip ini menyatakan bahwa semua manusia ada di bawah suatu
ketetapan yang sama, yaitu, ketetapan tauhid yang ditetapkan dalam kalimat
lâ ilâha illa Allâh (Tiada Tuhan selain Allah). Al-Quran memberikan
ketentuan dengan jelas mengenai prinsip persamaan tauhid antar semua umat-
Nya.
Berdasarkan prinsip tauhid ini, pelaksanaan hukum Islam merupakan
ibadah. Ibadah dalam arti penghambaan manusia dan penyerahan diri kepada
Allah sebagai manifestasi pengakuan atas kemahaesaan-Nya dan menifestasi
syukur kepada-Nya. Prinsip tauhid memberikan konsekuensi logis bahwa
manusia tidak boleh saling menuhankan sesama manusia atau sesama
makhluk lainnya. Pelaksanaan hukum Islam merupakan suatu proses
penghambaan,ibadah, dan penyerahan diri manusia kepada kehendak Tuhan.
Konsekuensi prinsip tauhid ini mengharuskan setiap manusia untuk
menetapkan hukum sesuai ketentuan dari Allah (al-Quran dan Sunah). Allah
adalah pembuat hukum (syâri’), sehingga siapa pun yang tidak menetapkan
hukum sesuai dengan ketetapan Allah, maka seseorang tersebut dapat
2
Juhaya S Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Pusat Penerbitan LPPM Universitas Islam
Bandung, 1995). 69
3
Rohidin. Pengantar Hukum Islam. (Yogyakarta : Lintang Rasi Aksara Books, 2016). 22
6
dikategorikan sebagai orang yang mengingkari kebenaran, serta zalim karena
membuat hukum mengikuti kehendak pribadi dan hawa nafsu.
Firman Allah surat al-Maidah: 44, 45, dan 47.
...
44. ...Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan
Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.
2. Keadilan (Al-‘Adl)
Islam mengajarkan agar dalam hidup bermasyarakat ditegakkan keadilan
dan ihsan. Keadilan yang harus ditegakkan mencakup keadilan terhadap diri
sendiri, pribadi, keadilan hukum, keadilan sosial, dan keadilan dunia.4
Keadilan hukum wajib ditegakkan, hukum diterapkan kepada semua
orang atas dasar kesamaan; tidak dibedakan antara orang kaya dan orang
miskin, antara kulit berwarna dan kulit putih, antara penguasa dan rakyat,
4
Azhar Basyir, Pokok-Pokok Persoalan Filsafat Hukum Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2000). 48
7
antara status sosial tinggi dan rendah, antara ningrat dan jelata. Semua
diperlakukan sama di hadapan hukum
Keadilan dalam hukum Islam meliputi berbagai aspek kehidupan;
hubungan manusia dengan Tuhan; hubungan dengan diri sendiri; hubungan
manusia dengan sesama manusia (masyarakat); dan hubungan manusia
dengan alam sekitar. Hingga akhirnya dari sikap adil tersebut seorang
manusia dapat memperoleh predikat takwa dari Allah swt.5
Prinsip ini didasarkan pada al-Quran surat an-Nisa’:135
135. Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-
benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu
sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin,
Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka
5
Muhammad Syukri Albani Nasution, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2013), 118
8
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan
.
3. Amar Makruf Nahi Munkar
Dua prinsip sebelumnya melahirkan tindakan yang harus berdasarkan
kepada prinsip amar makruf nahi munkar. Suatu tindakan di mana hukum
Islam digerakkan untuk merekayasa umat manusia menuju tujuan yang baik,
benar, dan diridhai oleh Allah swt.
Menurut bahasa, amar makruf nahi munkar adalah menyuruh kepada
kebaikan, mencegah dari kejahatan. Amr: menyuruh, ma’rûf: kebaikan,
nahyi: mencegah, munkar: kejahatan. Abul A’la al-Maududi menjelaskan
bahwa tujuan utama dari syariat ialah membangun kehidupan manusia di atas
dasar ma’rifat (kebaikan-kebaikan) dan membersihkannya dari hal-hal yang
maksiat dan kejahatan-kejahatan.6
Dalam filsafat hukum Islam dikenal istilah amar makruf sebagai fungsi
social engineering, sedang nahi munkar sebagai social control dalam
kehidupan penegakan hukum. Berdasar prinsip inilah di dalam hukum Islam
dikenal adanya istilah perintah dan larangan.
Islam memberikan kebebasan bagi setiap penganutnya baik kebebasan
individu maupun kolektif; kebebasan berpikir, kebebasan berserikat,
kebebasan menyampaikan pendapat, kebebasan beragama, kebebasan
berpolitik, dan lain sebagainya. Kebebasan individual berupa penentuan sikap
atas berbuat sesuatu atau tidak. Namun demikian, Islam tetap memberikan
batasan nilai. Artinya, kebebasan yang diberikan oleh Islam tidaklah bebas
value (nilai) atau liberal apalagi sekuler. Setiap individu berhak menentukan
sendiri sikapnya, namun kebebasan atau kemerdekaan seseorang tersebut
tetaplah dibatasi oleh kebebasan dan kemerdekaan orang lain.7
6
Juhaya S Praja. Op Cit., 75
7
Rohidin. Op Cit., 25
9
4. Persamaan atau Egaliter (al-Musâwah)8
Manusia adalah makhluk yang mulia. Kemuliaan manusia bukanlah
karena ras dan warna kulitnya. Kemuliaan manusia adalah karena zat
manusianya sendiri. Sehingga diperjelas oleh Nabi dalam sabdanya.
Artinya: “Setiap orang berasal dari Adam. Adam berasal dari tanah.
Manusia itu sama halnya dengan gigi sisir. Tidak ada keistimewaan antara
orang Arab dan Non Arab kecuali karena ketakwaannya”.
Sehingga di hadapan Tuhan atau di hadapan penegak hukum, manusia
baik yang miskin atau kaya, pintar atau bodoh sekalipun, semua berhak
mendapat perlakuan yang sama, karena Islam mengenal prinsip persamaan
(egalite) tersebut.
5. Tolong-Menolong (at-Ta’âwun)9
Ta’âwun yang berasal dari akar kata ta’âwana-yata’âwanu atau biasa
diterjemah dengan sikap saling tolong-menolong ini merupakan salah satu
prinsip di dalam Hukum Islam. Bantu membantu ini diarahkan sesuai dengan
prinsip tauhid, terutama dalam upaya meningkatkan kebaikan dan ketakwaan
kepada Allah.
Al-Quran surat al-Mâidah: 2
...
2. ...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
8
Ibid., 27
9
Ibid., 28
10
dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-
Nya.
BAB III
KESIMPULAN
Asas adalah hukum dasar, dasar (sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir dan
berpendapat, asas hukum adalah suatu aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum
yang abstrak dan pada umumnya melatarbelakangi peraturan konkret dan
pelaksanaan hukum. Sedangkan prinsip adalah Prinsip adalah asas (kebenaran
yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya). Atau suatu
pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dapat
dijadikan oleh seseorang atau kelompok sebagai pedoman dalam berpikir atau
bertindak.
11
Sedikit Pembebanan
Bertahap dalam menetapkan Hukum
Memerhatikan Kemaslahatan Manusia
Tauhid
Keadilan (Al-‘Adl)
Amar Makruf Nahi Munkar
Persamaan atau Egaliter (al-Musâwah)
Tolong-Menolong (at-Ta’âwun)
DAFTAR PUSTAKA
Praja Juhaya S. 1995. Filsafat Hukum Islam. Bandung: Pusat Penerbitan LPPM
Universitas Islam Bandung.
12