LP Istirahat&tidur Rani
LP Istirahat&tidur Rani
Oleh :
Nama : Rani Eka Suryani
NIM : 010115A099
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Infeksi Saluran Kemih” dengan baik dan tepat waktu sekalipun terdapat
kekurangan di dalamnya.
Kami sangat berharap Laporan Pendahuluan ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan, pengetahuan serta cakrawala mengenai “Kebutuhan Dasar
Manusia Istirahat dan TIdur”. Kami sepenuhnya menyadari bahwa di dalam
Laporan Pendahuluan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran serta usulan demi perbaikan makalah
kami dimasa yang mendatang. Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga Laporan Pendahuluan ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya Laporan Pendahuluan yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun pembaca. Sebelumnya kami mohon maaf,
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan serta kami memohon
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan Laporan
Pendahuluan ini di waktu yang akan datang.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami
atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas
pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu
gaya hidup yang di inginkannya (Lynda, 2012).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari istirahat dan tidur ?
2. Apa fisiologi tidur?
3. Apa etiologi gangguan tidur?
4. Apa manifestasi klinis gangguan tidur?
5. Apa saja gangguan tidur?
6. Bagaimana pathway dari gangguan tidur?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik untuk gangguan tidur?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis untuk gangguan tidur?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada gangguan tidur?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dengan adanya Laporan Pendahuluan ini diharapkan para
pembaca dapat mengerti mengenai kebutuhan dasar manusia
istirahat dan tidur.
2. Tujuan Khusus
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca dapat
mengerti tentang :
a. Definisi dari istirahat dan tidur
b. Fisiologi tidur
c. Etiologi gangguan tidur
d. Manifestasi gangguan tidur
e. Apa saja gangguan tidur
f. Pathway dari gangguan tidur
g. Pemeriksaan diagnostik untuk gangguan tidur
h. Penatalaksanaan medis untuk gangguan tidur
i. Konsep asuhan keperawatan untuk gangguan tidur
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks tanpa stress
emosional, dan bebas dari ansietas. Oleh karena itu, istirahat tidak selalu
bermakna tidak selalu bermakna tidak beraktivitas; pada kenyataannya,
beberapa orang menemukan ketenangan dari beberapa aktivitas tertentu
seperti berjalan-jalan di udara segar (Kozier, 2011)
Sedangkan tidur adalah perubahan status kesadaran yang terjadi
ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur
dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran
yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan penurunan respons
terhadap stimulus eksternal (Mubarak, 2008). Tidur adalah keadaan
gangguan kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan dengan
minimnya aktivitas (Keperawatan Dasar, 2011:203).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami
atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas
pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu
gaya hidup yang di inginkannya (Lynda, 2012).
B. FISIOLOGI TIDUR
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya
hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan
dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas
tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem
yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk
pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan
tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons (Potter & Perry,
2005).
Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberi
rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima
stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir.
Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin
seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya
pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang
otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan
bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak
dan system limbic. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang
mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Potter
& Perry, 2005).
Menurut Wahit & Nurul (2008 : 255-257)
1) Ritme Sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme ( jam biologis) yang berbeda.
Bioritme ini di control oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor
lingkungan ( misalnya: cahaya, kegelapan, gravitasi,dan stimulus
elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling umum adalah ritme
sirkardian yang melengkapi siklus selama 24 jam.
2) Tahapan tidur
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat
elektroensefalogram (EEG), elektro-okologram (EOG) dan
elektromiogram (EMG), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu non
rapid eye movement ( NREM) dan rapid eye movement (REM).
3) Sikus tidur
Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan
ketahap IV selama ± 20 menit. Setelah itu, individu kembali melalui
tahap III dan II selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya
dan berlangsung selama 10 menit.
C. Etiologi
Menurut Potter and Perry (2006 : 1477-1480) sejumlah faktor yang
mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur, seringkali faktor utama tidak
hanya menjadi penyebab masalah tidur. Faktor fisiologis, psikologis dan
lingkungan dapat mengubah kualitas dan kuantitas tidur. Faktor-faktor
yang mempengaruhi tidur :
1. Penyakit fisik
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik (
mis: kesulitan bernafas, atau masalah suasana hati, seperti kecemasan
atau depresi, dapat menyebabkan masalah tidur. Seseorang dengan
perubahan seperti itu mempunyai masalah kesulitan tidur atau tetap
tertidur. Penyakit juga dapat memaksa klien untuk tidur dalam posisi
yang tidak biasa. Sebagai contoh, memperoleh posisi yang aneh saat
tangan atau lengan dimobilisasi pada traksi dapat mengganggu tidur.
2. Obat-obatan dan substansi
L. Triptofan, suatu protein alami ditemukan dalam makanan seperti
susu, keju, dan daging dapat membantu orang tidur. Beberapa jenis
obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain:
Diuretik : menyebabkan insomnia
Antidepresan : menyupresi REM
Kafein : meningkatkan saraf simpatik
Narkotika : menyupresi REM
3. Gaya hidup
Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur. Perubahan lain
dalam rutinitas yang mengganggu pola tidur meliputi kerja berat yang
tidak biasanya. Terlibat dalam aktivitas social pada larut malam dan
perubahan waktu makan malam. Individu yang sering berganti jam
kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang
tepat.
4. Pola tidur yang biasa dan mengantuk yang berlebihan pada siang hari
(EDS)
EDS seringkali menyebabkan kerusakan pada fungsi terjaga,
penampilan kerja atau sekolah yang buruk. Kecelakaan saat
mengemudi atau menggunakan peralatan dan masalah perilaku atau
emosional. Perasaan mengantuk biasanya paling intens saat terbangun
dari atau sesaat sebelum pergi, tidur dan sekitar 12 jam setelah periode
tengah tidur.
5. Stres emosional
Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan
seringkali mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stres juga dapat
menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tertidur,
seringkali terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur.
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. kondisi
ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi
system saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus
tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
6. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan
menghambat tidurnya. Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus
menghambat proses tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya
stimulus yang asing dapat menghambat upaya tidur. Sebagai contoh,
temperatur yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat
mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu
bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.
7. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.
Semakin lelah seseorang,semakin pendek siklus tidur REM yang
dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali
memanjang.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang biasanya muncul pada seseorang yang mengalami
gangguan tidur sperti :
1. Perasaan gelisah
2. Lelah
3. Emosi tidak terkontrol
4. Adanya kehitaman disekitar mata dan bengkak
5. Perhatian tidak fokus
6. Konjungtiva merah dan mata terasa perih dan sakit kepala
E. GANGGUAN TIDUR
Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya
menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga
masalah insomnia yaitu : gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau
ketika terbangun di malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari
( Maslow, 2005).
1. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka
mengalami kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau
tidur pendek atau tidur non retoratif (Edinger dan Sarana, 2005).
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Umumnya ditemui pada individu dewasa.
Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental
seperti perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu
Initial insomnia adalah kesulitan untuk memulai tidur, Intermitten
insomnia adalah kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya
terjaga, terminal insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit untuk
tidur kembali.
2. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang
dewasa. Misalnya tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk,
nokturnal, enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi
bergemeretak).
3. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan
terutama pada siang hari.
4. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara
tiba-tiba pada siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering
mengalami mimpi seperti nyatayang terjadi ketika seseorang tertidur.
Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari kenyataan. Kelumpuhan tidur,
perasaan tidak mampu bergerak, atau berbicara sesaat sebelum bagun
atau tidur adalah gejala lainnya (Guilleminaultt dan Fromberz, 2005).
Latihan
Obat & Stress/ Lingkungan
kelelahan
Substansi Gaya hidup emosional tidak nyaman
Mengubah Mengurangi
Rutinitas & Kecemasan
pola tidur kenyamanan Sulit tidur
bekerja
tidur
Nutrisi & kalori rotasi Tegang/fru
stasi
Gangguan Kesulitan
pencernaan menyesuaikan Motivasi tidur
perubahan Sering
Gangguan
Gangguan Tidur
Lemah&letih proses tidur
Tidak dapat
Butuh lebih Tidak dapat tidur Perbaikan pola
tidur dalam
banyak tidur dengan kualitas baik tidur
periode panjang
Kesiapan
Akibat factor Akibat factor Deprivasi
internal meningkatkan
eksternal tidur
tidur
Gangguan pola
Insomnia
tidur
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Electroencefalogram (EEG) adalah alat untuk mengukur aktivitas
listrik dalam korteks serebral (otak)
2. Electromiogram (EMG) adalah alat untuk mengukur tonus otot
3. Electrookulogram (EOG) adalah alat untuk mengukur gerakan mata
dan memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan
karena penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek
ketergantungan. Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress
yang dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak
membawa pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan
pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian
emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih
dan nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan
tempat tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita
mengikuti irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita
harus disiplin menjalankan waktu-waktu tidurnya.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau
stress berat yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini
dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter psikiatri.
e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si
penderita dalam memandang dirinya, lingkungannya, masa
depannya, dan untuk meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga
si penderita merasa berdaya atau merasa bahwa dirinya masih
berharga.
f. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki
efisiensi tidur si penderita gangguan tidur.
g. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan
waktu bangun pagi si penderita secara reguler dengan
memperhatikan waktu tidur malam dan melarang si penderita
untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.
h. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan
kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur.
i. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si
penderita yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang
menyenangkan.
j. Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari
rokok dan alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu
untuk berekreasi ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan
gunung.
2. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-
obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan
oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk
penanganan gangguan tidur antara lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian
a. Riwayat tidur
Pengkajian riwayat tidur antara lain: kuantitas (lama tidur) dan
kualitas tidur di siang maupun malam hari, aktivitas dan rekreasi
yang dilakukan sebelumnya, kebiasaan sebelum ataupun pada saat
tidur, lingkungan tidur, dengan siapa pasien tidur, obat yang
dikonsumsi sebelum tidur, asupan dan stimulan, perasaan pasien
mengenai tidurnya, apakah ada kesulitan tidur, dan apakah ada
perubahan pola tidur.
b. Gejala klinis
Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis,
adanya kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak,
konjungtiva merah, dan mata perih, perhatian tidak fokus, serta
sakit kepala.
c. Penyimpangan Tidur
Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan
auditorik, meningkatnya kegelisahan, gangguan persepsi,
halusinasi visual dan auditorik, bingung, dan disorientasi tempat
dan waktu, ganguan koordinasi, serta bicara rancu, tidak sesuai,
dan intonasinya tidak teratur.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO NANDA NOC NIC