Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

DEWASA DENGAN DEPRESI

Disusun Oleh :
Kelompok 6

Arvian Putra R Retno Wulandari


Eldha Kumalasari Ulfi Asmaroh
Ilham Azis Purnama Yoanita Putri
Indah Novitasari

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yangmemungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UUKesehatan No. 23 th 1992 ).
Sedangkan kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yangmemungkinkan perkembangan fisik,
intelektual dan emosional yang optimal dariseseorang dan perkembangan itu berjalan
selaras dengan keadaan orang lain (UU No. 3 th 1966 pasal 1 ).
Dengan melihat kedua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan diantaranya mengenai
jiwa yang merupakan bagian integral dari bagian lainnya baik fisik,sosial maupun
ekonomi. Dan ketika seseorang dalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak optimal
baik fisik, intelektual dan emosionalnya dalamkeselarasan dengan orang lain maka dapat
dikatakan bahwa individu tersebutmengalami kelainan jiwa.
Dalam kenyataannya, ada individu yang mampu mencapai derajat kesehatansecara
optimal sehingga bisa selaras dan beradaptasi dengan lingkungannya. Namun terdapat
pula individu yang tidak mampu mencapai derajat kesehatansecara optimal dalam
pertumbuhan dan perkembangannya sehingga terjadilahkonflik dalam dirinya dan dengan
ketidakmampuannya tersebut membawadampak pada kelainan jiwa.
Jenis gangguan jiwa yang terjadi dapat berupa Neurosa, Psikosomatik,Gangguan
Kepribadian, Mental Retardasi, Gangguan Akibat Zat Psiko Aktif danPsiko Adiktif serta
Psikosa, dimana Psikosa ini terbagi 2 bagian yaitu PsikosaOrganik (terjadi pada otak :
Meningitis, Ensepalitis, Tumor Otak) dan PsikosaFungsional terdiri dari Schizofrenia,
Afektif dan Paranoid. Penyakit Schizofreniamasih dapat dibagi-bagi lagi menjadi
Schizofrenia Simpleks, SchizofreniaHebefrenik, Schizofrenia Katatonik, Schizofrenia
Paranoid, SchizofreniaResidual, Episode Schizofrenia Akut dan Schizofrenia tak
tergolongkan.
Depresi menyerang hampir 10 juta orang Amerika dari semua kelompok usia,
kelas sosial ekonomi, ras dab budaya. Studi yang paling tepat menyatakan bahwa gejala-
gejala penting dari depresi menyerang kira-kira 10 sampai 15% dari semua orang yang
berusia lebih dari 65 tahun yang tiak diinstitusionalisasi. Gejala-gejala depresif ini sering
berhubungan dengan penyesuaian yang terlambat terhadap kehilangan dalam hidup dan
stresor-stresor (mis, pensiun yang terpaksa, kematian pasangan) dan penyakit-penyakit
fisik. Angka depresi meningkat secara drasis diantara lansia yang berada di institusi,
dengan sekitar 50% sampai 75% penghuni perawatan jangka panjang memiliki gejala
depresi ringan sampai sedang. Dari jumlah angka itu, angka yang signifikan dari orang
dewasa yang tidak terganggu secara kognitif (10 sampai 20%) mengalami gejala-gejala
yang cukup parah untuk memenuhi kriteria diagnostik depresi klinis. Oleh karena itu,
depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan; merupakan gangguan
psikiatrik yang paling banyak terjadi pada lansia tetapi untungnya paling dapat diobati.
Hampir 80% penderita depresi serius berhasil diobati dan kembali sehat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan masa dewasa?
2. Apa saja penyesuaian pada masa dewasa?
3. Apa yang dimaksud dengan depresi?
4. Apa saja etiologi dari depresi pada dewasa?
5. Bagaimana gambaran klinik dari depresi pada usia dewasa?
6. Apa saja tingkatan depresi pada dewasa?
7. Apa saja dampak dari depresi?
8. Bagaimana penatalaksaan dalam mengatasi depresi?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada dewasa dengan depresi?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari masa dewasa
2. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja penyesuaian pada masa dewasa
3. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari depresi.
4. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari depresi pada dewasa.
5. Mahasiswa mengetahui gambaran klinik dari depresi pada usia dewasa.
6. Mahasiswa mengetahui tingkatan dampak dari depresi depresi pada dewasa.
7. Mahasiswa mengetahui dampak dari depresi
8. Mahasiswa mengetahui penatalaksaan dalam mengatasi depresi
9. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada dewasa dengan depresi
BAB II
PEMBAHASAN

I. Konsep Dewasa
A. Pengertian Dewasa
Masa dewasa adalah salah satu fase dalam rentang kehidupan individu setelah
masa remaja.

1. Dewasa Awal ( Young Adulthoud)

Erickson (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2010) mengatakan bahwa


seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap
hubungan hangat, dekat dan komunikatif dengan atau tidak melibatkan kontak
seksual. Bila gagal dalam bentuk keintiman maka ia akan mengalami apa yang
disebut isolasi (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri
karena berbeda dengan orang lain).

Hurlock (2009) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada umur 18


tahun samapi kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan
psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Namun Secara
umum, mereka yang tergolong dewasa muda ialah mereka yang berusia 20-40
tahun.

2. Dewasa tengah/Dewasa Madya (Middle adulthoud)

Banyak pendapat yang variatif sehubungan dengan bilangan usia dewasa


tengah. Hurlock (1992) membatasi usia dewas tengah adalah sekitar 40 – 60
tahun. Ia membagi 2 fase, yaitu usia tengah baya dini ( 40-50 tahun) dan usia
tengah baya lanjut (50 -60 tahun). Mappiare (1982) sepakat dengan batasan usia
tersebut. Gunarsa (1988) menduga bahwa usia tengah baya berlangsung lebih
cepat 5 tahun dari perkiraan orang. Menurutnya usia tengah baya adalah pada
umur 35 – 60 th. Sementara Jim & Sally (1987), membatasi bahwa usia tengah
baya adalah antara 33 – 70 tahun. Akan tetapi sekalipun terdapat beberapa
perbedaan, yang jelas para ahli umum-nya sepakat bahwa dewasa tengah
berlangsung dari sekitar usia 40 – 45 sampai sekitar usia 65 tahun.

Dalam banyak hal, periode dewasa tengah adalah waktu timbulnya


tekanan emosional. Oleh Bernice Nengeartein (dalam Callhoun dan Acocella,
l990) dikatakan bahwa peroiode ini merupakan suatu masa ketika orang dapat
merasa puas dengan keberhasilannya. Meskipun bagi orang lain ada kalanya
periode ini justru merupakan permulaan kemunduran. Bagi Erik Erikson
(Callhoun dan Acocella, l990), dalam periode ini individu memiliki antara
kearifan dan penyerapan pribadi. Kearifan yang dimaksud adalah kapasitas untuk
mengembangkan perhatian terhadap orang lain atau masyarakat sekitar. Orang
yang gagal mengembangkan kapasitas kearifan ini mungkin menjadi semakin
terserap pada diri mereka sendiri seperti larut dalam kehidupan duniawi dan
bendawi saja. Teori Erikson ini berpijak pada kenyataan yang dia sinyalir bahwa
dalam setiap tingkat kehidupan selalu dicirikan dengan pilihan-pilihan antara 2
pendekatan terhadap kehidupan, satu positif dan satunya negatif. Tampaknya
tengah baya merupakan salah satu waktu dalam hidup seseorang dimana banyak
terjadi peristiwa besar yang memaksanya untuk mengadakan penataan kembali.
Penataan kembali itu kiranya terjadi karena adanya beberapa perubahan besar
dalam hal fisiologis, psikologis, seksual dan perubahan-perubahan sosial yang
menyerta ketiga perubahan itu.

3. Dewasa Akhir (fnal adulthoud)

Memasuki lanjut usia merupakan periode akhir dalam rentang kehidupan


manusia di dunia ini. Banyak hal penting yang perlu diperhatikan guna
mempersiapkan memasuki masa lanjut usia dengan sebaik-baiknya. Kisaran usia
yang ada pada periode ini adalah enam puluh tahun ke atas. Ada beberapa orang
yang sudah menginjak usia enam puluh, tetapi tidak menampakkan gejala-gejala
penuaan fisik maupun mental. Oleh karena itu, usia 65 dianggap sebagai batas
awal periode usia lanjut pada orang yang memiliki kondisi hidup yang baik.
B. Penyesuaian Terhadap Peristiwa kehidupan
1. Penyesuaian Terhadap Perkembangan Fisik
a. Kesehatan badan

Awal masa dewasa ditandai dengan memuncaknya kemampuan dan


kesehatan frsik. Mulai dari sekitar usia 18 hingga 25 tahun, individu memiliki
kekuatan yang terbesar, gerak-gerak reflek mereka sangat cepat. Lebih dari itu,
kemampuan reproduktif mereka berada di tingkat yang pailing tinggi.

b. Sensori

Pada masa dewasa tengah perubahan-perubahan dalam penglihatan dan


pendengaran merupakan dua perubahan fisik yang paling menonjol. Pada usia
antara 40 dan 59 tahun, daya akomodasi mata mengalami penurunan paling
tajam. Karena itu, banyak orang pada usia setengah baya mengalami kesulitan
dalam melihat objek objek yang dekat (Kline & Schieber, 1985).

c. Otak.

Mulai masa dewasa awal, sel-sel otak juga berangsur-angsur berkurang.


Khususnya bagi orang-orang yang tetap aktif, membantu mengganti sel-sel
yang hilang. Hal ini membantu menjelaskan pendapat umum bahwa orang
dewasa yang tetap aktif, baik secara fisik, seksual, maupun secara mental,
menyimpan lebih banyak kapasitas mereka untuk melakukan aktivitas-aktivitas
demikian pada tahun-tahun selanjutnya.

2. Penyesuaian Terhadap Perkembangan Agama


a. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang
matang, bukan sekedar ikut-ikutan.
b. Cenderung bersifat realitas, sehinggga norma-norma agama lebih banyak
diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
c. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan berusaha untuk
mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
d. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab
diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
e. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas. Dll

3. Penyesuaian Terhadap Perkembangan Emosi

Kedewasaan emosi dibangun melalui evaluasi terhadap diri, gaya hidup,


dan pengalamannya untuk meningkatkan kualitas hidupnya (keberhasilan dan
kebermaknaan).

4. Penyesuaian Terhadap Perkembangn Cinta

Altruisme (perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa


memperhatikan diri sendiri),Persahabatan,

5. Penyesuaian Terhadap Perkembangn Seksual


a. Anak Laki-Laki Menjadi Lelaki

Setelah aktivitas testis terbentuk pada masa pubertas, secara normal


berlanjut sepanjang sisa umur dengan hanya sedikit pelemahan pada tahun-tahun
mendatang. Pada usia tua ada sedikit pengurangan sperma dan androgen. Hal ini
dikaitkan dengan beberapa perubahan degenerasi di dalam testis, tetapi tidak ada
penurunan testikel yang tiba-tiba dibandingkan dengan daya klimaks wanita.

b. Anak Perempuan Menjadi Wanita


Pada tahap terakhir kedewasaan, biasanya setelah menstruasi, tubuh anak
perempuan mulai membentuk tubuh wanita. Perubahan yang dialami anak
perempuan secara langsung berhubungan dengan sekresi hormon wanita,
estrogen dan progesteron.

II. Konsep Depresi


A. Pengertian Depresi
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan
kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya
kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing
Ability, masih baik), kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami keretakan
kepribadian (Splitting of personality), prilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-
batas normal (Hawari Dadang, 2011).
Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen
psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan
penyesalan atau berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Wahyulingsih dan
ukamto, 2014).
Depresi adalah suatu bentuk gangguan suasana hati yang mempengaruhi
kepribadian seseorang. Depresi juga merupakan perasaan sinonim dengan perasaan sedih,
murung, kesal, tidak bahagia dan menderita. Individu umumnya menggunakan istilah
depresi untuk merujuk pada keadaan atau suasana yang melibatkan kesedihan, rasa kesal,
tidak mempunyai harga diri, dan tidak bertenaga. (Suryantha Chandra, 2009:8)

B. Etiologi
Etiologi diajukan para ahli mengenai depressi pada dewasa khususnya
di usia lanjut (Damping, 2010) adalah:
a. Polifarmasi
Terdapat beberapa golongan obat yang dapat
menimbulkan depresi, antara lain: analgetika, obatanti-
inflamasi nonsteroid, antihipertensi,antipsikotik, antikanker, ansiolitika, dan lain-
lain

b. Kondisi medis umum


Beberapa kondisi medis umum yang berhubungan dengan
depresi adalah gangguan endokrin,neoplasma, gangguan neurologis, dan lain-
lain.
c. Teori neurobiology
Para ahli sepakat bahwa faktor genetik berperan pada depresi lansia.Pada
beberapa penelitian juga ditemukan adanya perubahan neurotransmiter pada
depresi lansia, seperti menurunnya konsentrasi
serotonin, norepinefrin, dopamin, asetilkolin, serta meningkatnya
konsentrasi monoamin oksidase otak akibat proses penuaan. Atrofi otak juga
diperkirakan berperan pada depresi lansia.
d. Teori psikodinamik
Elaborasi Freud pada teori KarlAbraham tentang
proses berkabung menghasilkan pendapat bahwa hilangnya objek cinta di
introjeksikan ke dalam individu tersebut sehingga menyatu atau merupakan
bagiandari individu itu. Kemarahan terhadap objek
yang hilang tersebut ditujukan kepada diri sendiri.Akibatnya terjadi perasaan bers
alah atau menyalahkan diri sendiri, merasa diri tidak berguna,dan sebagainya.
e. Teori kognitif dan perilaku
Konsep Seligman tentang learned helplessnessmenyatakan bahwa terdapat hubun
gan antarakehilangan yang tidak dapat dihindari akibat prosespenuaan seperti kea
daan tubuh, fungsi seksual, dansebagainya dengan sensasi passive helplessness pa
dapasien usia lanjut. Salah satu teori psikologis tentang terjadinya gangguan
depresif adalah terjadinya distorsi kognitif. Dalam hal ini berkaitan dengan
bagaimana interpretasi seseorang terhadap peristiwa-peristiwa kehidupan yang
dialaminya.
f. Teori psikoedukatif
Hal-hal yang dipelajari atau diamati individu padaorang tua usia lanjut
misalnya ketidakberdayaan mereka, pengisolasian oleh keluarga, tiadanya sanak
saudara ataupun perubahan-perubahan fisik yang
diakibatkan oleh proses penuaan dapat memicu terjadinya depresi.
g. Dukungan sosial yang buruk dan kegiatan religious yang kurang dihubungkan
dengan terjadinya depresi. Gejala- gejala depresif
tertentu, yaitu kehilangan ketertarikan,
perasaan tidak berguna, penarikan diri dari interaksi sosial,
kehilangan harapan, dan gejala- gejala kognitif lain pada depresi (Blazer, 2009).

C. Gambaran Klinik
Individu dengan depresi juga harus mengalami
paling sedikit empat gejala tambahan yang ditarik darisuatu daftar yang meliputi
perubahan-perubahan dalam nafsu makan atau berat badan, tidur, dan aktivitas psi
komotorik; energi yang berkurang; perasaan tidak
berharga atau bersalah; kesulitan dalam berpikir,berkonsentrasi, atau membuat keput
usan; atau pemikiran-pemikiran berulang tentang kematian ataupemikiran, rencana-
rencana, atau usaha untuk bunuhdiri (American Psychiatric Association).
Dalam Gallo & Gonzales (2001) disebutkan gejala-
gejala depresi lain pada lanjut usia:
a. Kecemasan dan kekhawatiran
b. Keputusasan dan keadaan tidak berdaya
c. Masalah-masalah somatik yang tidak dapatdijelaskan
d. Iritabilitas
e. Kepatuhan yang rendah terhadap terapi medis ataudiet
f. Psikosis

Manifestasi depresi pada lansia berbeda dengan


depresi pada pasien yang lebih muda.Gejala-gejala depresi sering berbaur dengan
keluhan somatik.Keluhan somatik cenderung lebih dominan dibandingkan
dengan mood depresi. Gejala fisik yangdapat menyertai depresi dapat bermacam-
macam seperti sakit kepala, berdebar-
debar, sakit pinggang,gangguan gastrointestinal dan sebagainya.
Sedangkan menurut Greg Wilkinson, tanda dan gejala depresi terbagi atas:
1) Suasana Hati
a) Sedih
b) Kecewa
c) Murung
d) Putus Asa
e) Rasa cemas dan tegang
f) Menangis
g) Perubahan suasana hati
h) Mudah tersinggung
2) Fisik
a) Merasa kondisi menurun, lelah
b) Pegal-pegal
c) Sakit
d) Kehilangan nafsu makan
e) Kehilangan berat badan
f) Gangguan tidur
g) Tidak bisa bersantai
h) Berdebar-debar dan berkeringat
i) Agitasi
j) Konstipasi.

C. Tingkatan Depresi
Menurut Depkes RI tahun 2001 tingkatan depresi yaitu:
a. Depresi ringan
Suasana perasaan yang depresif, Kehilangan minat, kesenangan dan mudah lelah,
konsentrasi dan perhatian kurang, harga diri dan kepercayaan diri kurang,
perasaan salah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram, gagasan
dan perbuatan yang membahayakan diri, tidak terganggu dan nafsu makan kurang.
b. Depresi Sedang
Kesulitan nyata mengikuti kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga
c. Depresi berat tanpa gejala manic
Biasanya Gelisah, kehilangan harga diri dan perasaan tidak berguna, keinginan
bunuh diri
Gangguan depresi dibedakan dalam depresi ringan, sedang dan berat sesuai
dengan banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan
seseorang. Menurut ICD 10, pada gangguan depresi ada 3 gejala utama yaitu:
a. Mood terdepresi (suasana perasaan hati murung/sedih),
b. Hilang minat atau gairah,
c. Hilang tenaga dan mudah lelah, yang disertai dengan gejala lain seperti:
1) Konsentrasi menurun,
2) Harga diri menurun,
3) Perasaan bersalah,
4) Pesimis memandang masa depan,
5) Ide bunuh diri atau menyakiti diri sendiri,
6) Pola tidur berubah,
7) Nafsu makan menurun

D. Dampak Depresi Pada Lansia


Pada depresi dapat dijumpai hal-hal seperti dibawah ini (Mudjaddid, 2010):
a. Depresi dapat meningkatkan angka kematian pada pasien dengan penyakit
kardiovaskuler.
b. Pada depresi timbul ketidakseimbangan hormonal yang dapat memperburuk
penyakit kardiovaskular (Misal: peningkatan hormone
adrenokortikotropin akan meningkatkan kadarkortisol).
c. Metabolisme serotonin yang terganggu padadepresi akan menimbulkan efek tro
mbogenesis.
d. Perubahan suasana hati (mood) berhubungandengan gangguan respons
imunitas termasukperubahan fungsi limfosit dan penurunan jumlah limfosit.
e. Pada depresi berat terdapat penurunan aktivitas selnatural killer.
f. Pasien depresi menunjukkan kepatuhan yang burukpada program
pengobatan maupun rehabilitasi.
Depresi pada lansia yang tidak ditangani dapatberlangsung bertahun-tahun
dan dihubungkan dengan kualitas hidup yang jelek, kesulitan dalam fungsi sosial
dan fisik, kepatuhan yang jelek terhadap terapi, danmeningkatnya morbiditas
dan mortalitas akibat bunuhdiri dan penyebab lainnya (Unützer, 2007). Beberapap
enelitian menunjukkan bahwa depresi pada lansia menyebabkan
peningkatan penggunaan rumah sakitdan outpatient medical services (Blazer, 2003).

E. Penatalaksanaan Depresi Pada usia Lanjut


1. Terapi fisik
a. Obat
Secara umum, semua obat antidepresan sama efektivitasnya. Pemilihan
jenis antidepresan ditentukan oleh pengalaman klinikus dan pengenalan
terhadap berbagai jenis antidepresan. Biasanya pengobatan dimulai dengan
dosis separuh dosis dewasa, lalu dinaikkan perlahan-lahan sampai ada
perbaikan gejala.
b. Terapi Elektrokonvulsif (ECT)
Untuk pasien depresi yang tidak bisa makan dan minum, berniat bunuh
diri atau retardasi hebat maka ECT merupakan pilihan terapi yang efektif dan
aman. ECT diberikan 1- 2 kali seminggu pada pasien rawat nginap, unilateral
untuk mengurangi confusion/memory problem.Terapi ECT diberikan sampai
ada perbaikan mood(sekitar 5 - 10 kali), dilanjutkan dengan anti depresan
untuk mencegah kekambuhan.
c. Terapi Psikologik
1) Psikoterapi
Psikoterapi individual maupun kelompok paling efektif jika dilakukan
bersama-sama dengan pemberian antidepresan. Baik pendekatan
psikodinamik maupun kognitif behavior sama keberhasilannya. Meskipun
mekanisme psikoterapi tidak sepenuhnya dimengerti, namun kecocokan
antara pasien dan terapis dalam proses terapeutik akan meredakan gejala
dan membuat pasien lebih nyaman, lebih mampu mengatasi persoalannya
serta lebih percaya diri.
2) Terapi kognitif
Terapi kognitif - perilaku bertujuan mengubah pola pikir pasien yang
selalu negatif (persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, tak
mampu dan sebagainya) ke arah pola pikir yang netral atau positif.
Ternyata pasien usia lanjut dengan depresi dapat menerima metode ini
meskipun penjelasan harus diberikan secara singkat dan terfokus. Melalui
latihan-latihan, tugas-tugas dan aktivitas tertentu terapi kognitif bertujuan
merubah perilaku dan pola pikir.
3) Terapi keluarga
Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit depresi,
sehingga dukungan terhadap keluarga pasien sangat penting. Proses
penuaan mengubah dinamika keluarga, ada perubahan posisi dari dominan
menjadi dependen pada orang usia lanjut. Tujuan terapi terhadap keluarga
pasien yang depresi adalah untuk meredakan perasaan frustasi dan putus
asa, mengubah dan memperbaiki sikap/struktur dalam keluarga yang
menghambat proses penyembuhan pasien.
4) Penanganan Ansietas (Relaksasi)
Teknik yang umum dipergunakan adalah program relaksasi progresif baik
secara langsung dengan instruktur (psikolog atau terapis okupasional) atau
melalui tape recorder. Teknik ini dapat dilakukan dalam praktek umum
sehari-hari. Untuk menguasai teknik ini diperlukan kursus singkat terapi
relaksasi.

Penanganan depresi dapat dilakukan pada lansia itu sendiri, keluarga lansia dan
masyarakat, yaitu:
a. Diri Sendiri
1) Berfikir positif
2) Terbuka bila ada masalah
3) Menerima kondiri apa adanya
4) Ikut Kegiatan pengajian
5) Tidur yang cukup
6) Olahraga teratur
7) Optimis
8) Rajin beribadah
9) Latihan relaksasi
10) Ikut beraktivitas dan bekerja sesuai kemampuan
b. Keluarga
1) Dukung lansia tetap berkomunikasi
2) Ajak lansia berdiskuasi setiap minggu sekali
3) Mendengarkan keluahan lansia
4) Berikan bantuan ekonomi
5) Dukung kegiatan lansia
6) Ikut serta anak dan cucu merawat lansia
7) Memberikan kesempatan lansia beraktivitas sesuai dengan kemampuan
c. Masyarakat
1) Sediakan sarana posbindu untuk pelayanan kesehatan lansia
2) Siapkan tempat dan waktu latihan aktivitas lansia
3) Support group
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas diri klien
b. Struktur keluarga : Genoogram
c. Riwayat Keluarga
d. Riwayat Penyakit Klien
Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala karakteristik
yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
a. Kaji adanya depresi.
b. Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat, seperti geriatric
depresion scale.
c. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan
d. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.
Lakukan observasi langsung terhadap:
a. Perilaku.
1) Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan aktivitas hidup
sehari-hari?
2) Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat di-terima secara sosial?
3) Apakah klien sering mengluyur danmondar-mandir?
4) Apakah ia menunjukkan sundown sindrom atau perseveration phenomena?
b. Afek
1) Apakah kilen menunjukkan ansietas?
2) Labilitas emosi?
3) Depresi atauapatis?
4) lritabilitas?
5) Curiga?
6) Tidak berdaya?
7) Frustasi?
c. Respon kognitif
1) Bagaimana tingakat orientasi klien?
2) Apakah klien mengalamikehilangan ingatan tentang hal-hal yang baru saja atau yang
sudah lama terjadi?
3) Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau meng-abstrakan?
4) Kurang mampu membuat penilaian?
5) Terbukti mengalami afasia, agnosia atau apraksia?
Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga
a. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia sudah menjadi
pemberi asuhan dikeluarga tersebut.
b. Identifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan anggota keluarga yang
lain.
c. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber daya komunitas (catat
hal-hal yang perlu diajarkan).
d. Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.
e. Identilikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran pemberiasuhan tentang
dirinya sendiri.

2. Mengkaji Klien Dengan Depresi


a. Membina hubungan saling percaya dengan klien lansia
Untuk melakukan pengkajian pada lansiadengan depresi, pertama-tama saudara harus
membina hubungan saling percaya dengan pasien lansia.
Untuk dapat membina hubngan saling percaya, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Selalu mengucapkan salam kepada pasien seperti: selamat pagi/siang/sore/malam atau
sesuai dengan konteks agama pasien.
2) Perkenalkan nama saudara (nama panggilan) saudara, termasuk menyampaikan
bahwa saudara adalah perawat yang akan merawat pasien.
3) Tanyakan pula nama pasien dan nama panggilan kesukaannya.
4) Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktivitas yang akan dilakukan.
5) Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitas tersebut.
6) Bersikap empati dengan cara:
a) Duduk bersama klien, melakukan kontak mata, beri sentuhan dan menunjukkan
perhatian
b) Bicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk berpikir dan menjawab
c) Perawat mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik
d) Bersikap hangat, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada klien.

b. Mengkaji pasien lansia dengan depresi


Untuk mengkaji pasien lansia dengan depresi, saudara dapat menggunakan tehnik
mengobservasi prilaku pasien dan wawancara langsung kepada pasien dan keluarganya.
Observasi yang saudara lakukan terutama untuk mengkaji data objektif depresi. Ketika
mengobservasi prilaku pasien untuk tanda-tanda seperti:
1) Penampilan tidak rapi, kusut dan dandanan tidak rapi, kulit kotor (kebersihan diri
kurang)
2) Interaksi selama wawancara: kontak mata kurang, tampak sedih, murung, lesu, lemah,
komunikasi lambat/tidak mau berkomunikasi.
Berikut ini adalah aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat yaitu apakah lansia
mengalami kebingungan, kecemasan, menunjukkan afek yang labil, datar atau tidak sesuai,
apakah lansia mempunyai ide untuk bunuh diri. Bila data tersebut saudara peroleh, data
subjektif didapatkan melalui wawancara dengan menggunakan skala depresi pada lansia
(Depresion Geriatric Scale).

3. Klasifikasi Data
a. Data Subjektif
1) Lansia Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.
2) Sering mengemukakan keluhan somatik seperti: nyeri abdomen dan dada, anoreksia,
sakit punggung, pusing.
3) Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa
putus asa dan cenderung bunuh diri.
4) Pasien mudah tersinggung dan ketidakmampuan untuk konsentrasi.
b. Data Objektif
1) Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap
yang merosot.
2) Ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang diseret.
3) Kadang-kadang dapat terjadi stupor.
4) Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis.
5) Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu,
tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal.
Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak
masuk akal (irasional), waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang pasien
suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable) dan tidak
suka diganggu. Pada pasien depresi juga mengalami kebersihan diri kurang dan
keterbelakangan psikomotor.

4. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.
b. Risiko bunuh diri
c. Gangguan pola tidur

5. Rencana Tindakan Keperawatan


a. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptive
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam lansia merasa tidak
stres dan depresi.
Kriteria Hasil:
1) Klien dapat meningkatkan harga diri
2) Klien dapat menggunakan dukungan social
3) Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat

No Intervensi Rasional
1 Bantu untuk memahami bahwa klien dapat Membangun motivasi pada
mengatasi keputusasaannya. lansia
2 Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal Individu lebih percaya diri
individu
3 Bantu mengidentifikasi sumber-sumber Menumbuhkan semangat
harapan (misal: hubungan antar sesama, hidup lansia
keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan). Klien dapat menggunakan
dukungan sosial
4 Kaji dan manfaatkan sumber-sumber Lansia tidak merasa sendiri
ekstemal individu (orang-orang terdekat, tim
pelayanan kesehatan, kelompok pendukung,
agama yang dianut).
5 Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, Meningkatkan nilai spiritual
pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, lansia
kepercayaan agama).
6 Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal: Untuk menangani klien
konseling pemuka agama). secara cepat dan tepat
7 Diskusikan tentang obat (nama, dosis, Klien dapat menggunakan
frekuensi, efek dan efek samping minum obat dengan benar dan tepat
obat). Untuk memberi pemahaman
kepada lansia tentang obat
8 Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 Prinsip 5 benar dapat
benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu). memaksimalkan fungsi obat
secara efektif
9 Anjurkan membicarakan efek dan efek Menambah pengetahuan
samping yang dirasakan. lansia tentang efek-efek
samping obat.
10 Beri reinforcement positif bila menggunakan Lansia merasa dirinya lebih
obat dengan benar. berharga

b. Resiko Bunuh Diri berhubungan dengan depresi


Tujuan:
1) Klien tidak membahayakan dirinya sendiri
2) Pasien mempunyai alternatif penyelesaian masalah yang konstruktif.
Kriteria hasil:
1) Mampu mengungkapkan ide bunuh diri
2) Mengenali cara-cara untuk mencegah bunuh diri
3) Mendemonstrasikan cara menyelesaikan masalah yang konstruktif

No Intervensi Rasional
1. Diskusikan dengan pasien tentang Menggali ide dalam pikiran klien
ide-ide bunuh diri tentang bunuh diri
2 Buat kontrak dengan pasien untuk Meminimalkan resiko pasien
tidak melakukan bunuh diri bunuh diri
3 Bantu pasien mengenali perasaan Menggali perasaan pasien tentang
yang menjadi penyebab timbulnya penyebab bunuh diri
ide bunuh diri
4 Ajarkan beberapa alternatif cara Membantu pasien dalam
penyelesaian masalah yang membentuk koping adaptif
konstruktif
5 Bantu pasien untuk memilih cara Meringankan masalah pasien
yang paling tepat untuk
menyelesaikan masalah secara
konstruktif.
6 Beri pujian terhadap pilihan yang Pujian dapat menyenangkan
telah dibuat pasien dengan tepat. perasaan pasien

Tindakan pada Keluarga


Tujuannya agar keluarga mampu:
1) Mengidentifikasi tanda-tanda perilaku bunuh diri pasie
2) Menciptakan lingkungan yang aman untuk mencegah perilaku bunuh diri
3) Membantu pasien menggunakan cara penyelesaian masalah yang konstruktif
Tindakan:
1) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda perilaku klien saat muncul ide bunuh
diri
2) Diskusikan tentang cara mencegah perilaku bunuh diri pada pasien:
a) Ciptakan lingkungan yang aman untuk pasien, singkirkan semua benda-benda yang
memiliki potensi untuk membahayakan klien (benda tajam, tali pengikat, ikat
pinggang, dan benda-benda lain yang terbuat dari kaca)
b) Antisipasi penyebab yang dapat membuat pasien bunuh diri
c) Lakukan pengawasan secara terus menerus
d) Anjurkan keluarga meluangkan waktu bersama klien
e) Mendiskusikan dengan keluarga koping positif yang pernah dimiliki klien dalam
menyelesaikan masalah
f) Anjurkan keluarga untuk membantu klien untuk menggunakan koping positif dalam
menyelesaikan masalah
g) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap penggunaan koping positif yang
telah digunakan oleh klien.
c. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kecemasan
Tujuan:
1) Klien mampu mengidentifikasi penyebab gangguan pola tidur
2) Klien mampu memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
Kriteria Hasil:
1) Klien mampu memahami faktor penyebab gangguan pola tidur.
2) Klien mampu memahami rencana khusus untuk menangani atau mengoreksi
penyebab tidur tidak adekuat.
3) Klien mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap
pikiran yang melayang-layang (melamun).
4) Klien tampak atau melaporkan dapat beristirahat yang cukup.

No Intervensi Rasional
1 Bersama klien mengidentifikasi gangguan Untuk mengetahui apa saja
pola tidur penyebab gangguan pola
tidur pada pasien
2 Diskusikan cara-cara utuk memenuhi Mempermudah pasien untuk
kebutuhan tidur (Minum air hangat atau susu memperoleh kebutuhan tidur
hangat sebelum tidur, hindarkan minum yang yang baik
mengandung kafein dan coca cola,
dengarkan musik yang lembut sebelum
tidur)
3 Anjurkan pasien untuk memilih cara yang Cara-cara yang sesuai dapat
sesuai dengan kebutuhannya mempermudah pasien
4 Berikan lingkungan yang nyaman untuk Agar pasien dapat kualitas
meningkatkan tidur. tidur yang baik

Tindakan untuk Keluarga


Tujuan
1) Keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala gangguan pola tidur
2) Keluarga dapat membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan tidur
Tindakan
1) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala gangguan pola tidur pada pasien
2) Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang tenang untuk memfasilitasi
agar pasien dapat tidur.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa dewasa adalah salah satu fase dalam rentang kehidupan individu setelah
masa remaja. Masa dewasa meliputi masa dewasa awal, masa dewasa pertengahan dan
masa dewasa akhir.
Depresi adalah suatu bentuk gangguan suasana hati yang mempengaruhi
kepribadian seseorang. Depresi juga merupakan perasaan sinonim dengan perasaan sedih,
murung, kesal, tidak bahagia dan menderita. Depresi tidak hanya terjadi pada usia dewasa
baik dewasa awal, dewasa pertengahan maupun dewasa akhir tetapi depresi dapat
menyeramng semua kelompok usia.

B. Saran
Pada dewasa yang mengalami gangguan depresi seharusnya mendapatkan
dukungan moral baik itu dari keluarga dan kerabat klien sehingga dapat mengurangi
beban psikologis pada pasien dengan depresi.
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E. dkk. 2009. Askep Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Elvy Hadaming. Askep Lansia Dengan Masalah Psikologis. Rabu, 23 April 2014

Hawari, D. 2011. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: EGC

Kaplan, H. I. dkk. 2012. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara.

Keliat, B.A. 2010. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Maramis, W. F. 2009. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

Nuzulul Wahyudi. Askep Kritikal Pada Lansia Pada Kasus Depresi. Sabtu, 02 November
2013

Anda mungkin juga menyukai