Anda di halaman 1dari 19

PEMERINTAH KOTA SEMARANG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


K.R.M.T. WONGSONEGORO
Jl. Fatmawati No. 1 Telp. 6711500, Fax. 6717755 Semarang - 50272

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG

NOMOR TAHUN 2018

TENTANG

PANDUAN PENGELOLAAN OBAT KEWASPADAAN TINGGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH K.R.M.T WONGSONEGORO


SEMARANG,
Menimbang : a. bahwa Obat merupakan salah satu
bagian dalam peningkatan kualitas hidup pasien
sehingga diperlukan adanya manajemen yang harus
berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan
pasien;
b. bahwa Rumah Sakit perlu
memperhatikan dan mengelola obat kewaspadaan
tinggi karena obat-obatan yang termasuk dalam daftar
obat kewaspadaan tinggi atau HAM (High Alert
Medication) yang berisiko tinggi membahayakan pasien
jika terjadi kesalahan dalam pemberiannya;
c. bahwa obat dengan nama rupa dan
ucapan mirip perlu digolongkan dalam Penggolongan
Obat NORUM yang didasarkan kepada obat dengan
nama, rupa, wadah dan ucapan yang memiliki
kemiripan antara satu dengan yang lain;
d. bahwa untuk melaksanakan
sebagaimana yang dimaksud di atas, perlu menetapkan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
K.R.M.T Wongsonegoro Semarang tentang Panduan
Obat Kewaspadaan Tinggi Rumah Sakit Umum Daerah
K.R.M.T Wongsonegoro Semarang.

Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah–Daerah Kota Besar dalam
Lingkungan Propinsi Djawa Timur, Djawa Tengah,
Djawa Barat dan Daerah Istimewa Jogjakarta;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976
tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II
Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3079);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992
tentang Pembentukan Kecamatan di Wilayah
Kabupaten-Kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga,
Cilacap, Wonogiri, Jepara dan Kendal serta Penataan
Kecamatan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II
Semarang dalam Wilayah Proponsi Daerah Tingkat I
Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
1992 Nomor 89);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5044);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam
Medis;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 194/MENKES/SK/II/2003 tentang Peningkatan
Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Milik Pemerintah Kota Semarang;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.03.01/C.III/SK/980/2010 tentang
Pemberian Status Akreditasi Penuh Tingkat Lengkap
Kepada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang di
Kotamadya Semarang, Provinsi Jawa Tengah;
16. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Teknis Daerah dan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu
Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang
Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah
Kota Semarang Nomor 23);
17. Peraturan Walikota Semarang Nomor 37 A Tahun
2013 tentang Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital
By Laws) Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
(Berita Daerah Kota Semarang tahun 2013 Nomor
37A);
18. Keputusan Walikota Semarang Nomor
445/0174/2007 tentang Penetapan Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Semarang Sebagai Badan Layanan
Umum (BLU).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PANDUAN OBAT


KEWASPADAAN TINGGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG.

KESATU : Panduan Obat Kewaspadaan Tinggi Rumah Sakit Umum


Daerah K.R.M.T Wongsonegoro Semarang sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini.

KEDUA : Panduan Obat Kewaspadaan Tinggi sebagaimana


dimaksud Diktum KESATU digunakan sebagai acuan bagi
rumah sakit dan tenaga kesehatan dalam
menyelenggarakan pelayanan Obat Kewaspadaan Tinggi di
Rumah Sakit Umum Daerah K.R.M.T Wongsonegoro
Semarang.
KETIGA :
Segala biaya yang timbul sebagai akibat diterbitkannya
keputusan ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Rumah Sakit Umum Daerah K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang.
KEEMPAT :
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila dikemudian hari ternyata ada kesalahan dalam
penetapannya, akan diadakan perubahan sesuai peraturan
yang berlaku.

Ditetapkan di Semarang
Pada tanggal

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG

SUSI HERAWATI

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR


RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO
SEMARANG
Nomor : TAHUN 2018
TanggaL :

PANDUAN OBAT KEWASPADAAN TINGGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG

BAB I
DEFINISI

DEFINISI

1. HAM (High Alert Medication) atau obat


kewaspadaan tinggi adalah obat-obatan yang termasuk dalam obat
yang dapat menyebabkan resiko tinggi membahayakan pasien secara
segnifikan apabila terjadi kesalahan penggunaan (dosis, interval dan
pemilihannya).

2. Obat NORUM (Nama obat rupa dan ucapan mirip)


obat yang berisiko menimbulkan kesalahan karena nama obat yang
membingungkan yaitu obat yang memiliki Nama, Rupa/Bentuk,
ucapan yang memiliki kemiripan dengan obat lain serta obat yang
memiliki dosis/kekuatan obat lebih dari satu jenis.

3. Obat merupakan salah satu komponen yang tak


tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Obat merupakan sediaan
atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sisitem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi
(Anonim, 2006).
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pengelolaan obat kewaspadaan tinggi dan NORUM yaitu:

1. Instalasi Farmasi

a. Seluruh penyimpanan obat kewaspadaan tinggi yang ada di


farmasi termasuk juga obat NORUM.

Setiap petugas harus mengetahui pasti cara penyimpanan dan


pengelolaan lainnya yang akan disebarkan dalam tatalaksana

b. Pelabelan obat kewaspadaan tinggi dan NORUM dilakukan oleh


petugas Farmasi

2. Bangsal/Ruang Perawatan

a. Perawat dan atau bidan harus melakukan independent double


check pada pemberian obat kewaspadaan tinggi yang sesuai
dengan kebijakan pengelolaan obat kewaspadaan tinggi.

b. Perawat dan atau bidan harus meningkatkan kewaspadaan


terkait pemberian label NORUM pada kemasan obat serta
harus memastikan bahwa obat yang diberikan sesuai dengan
permintaan dokter penulis resep.
BAB III
TATA LAKSANA

A. Golongan OBAT KEWASPADAAN TINGGI

NO GOLONGAN NAMA OBAT


1. Adregenik Agonis 1. Atropin
Injeksi 2. Epinephrine
3. Norepinephrine, contoh : vascon,
norepinephrine bitartrat
4. Phenylepinephrine, contoh :
pehacain
5. Lidocain, Contoh : xylocain
2. Adrenergik Antagonis 1. Labetalol
Injeksi 2. Metoprolol
3. Propanolol
3. Agen Radiokontras 1. Lopamiro
Injeksi 2. Omnipague
4. Anti aritmia injeksi 1. Amiodaron, contoh: Cordaron,
Kendaron.
5. Anestesi Umum injeksi 1. Bupivacain, contoh: buvanest
2. Ketamin, contoh: ketamine Halmen,
anesjec
3. Midazolam contoh: Anesfar,
Dormicum, Fortanest, Hipnos,
Milos, Sedacum, Sezolam.
4. Propofol contoh: diprivan, recofol,
fresofol MCT/LCT, Proanes
MCT/LCT, safol, trivam.
5. Sevoflouran contoh: sevodex,
sevoflurane baxter, sevorene,
sojourn.
6. Anti Retroviral 1. Lamivudine
Oral/Injeksi 2. Stavudin
3. Zidofudin
7 Antikoagulan injeksi 1. Epoetin α, contoh : Eprex, Hemapo
2. Epoetin β, contoh : Recormon
3. Erythropoetin, contoh : Epotrex
4. Fondaparinux sodium, contoh :
Arixtra
5. Heparin, contoh: inviclot
8 Calcium Antagonist 1. Ditiazem, contoh : Herbesser.
injeksi Farmabest
2. Nicardipin, contoh : perdipin,
nicardipin
9 Elektrolit Pekat injeksi 1. Dextrose 40%
2. Kalium Klorida 7,46% (KCL 7,6%)
3. Magnesium Sulfat 20% (MgSO420%)
4. Magnesium Sulfat 40% (MgSO440%)
5. Meylon
6. Natrium Klorida 3% (NaCl 3%)
10 Ionotropik intramuskar 1. Insulin lispro, contoh : Humalog
catridge
2. Insulin Lispro protamine + insulin
lispro, contoh : Humalog MIX 25
cartidge
3. Basal human insulin, contoh:
Humulin N
4. Bolus human insulin (regular
soluble human insulin) contoh:
Humulin R
5. Insulin glargine, contoh: Lantus
Solostar flexpen100 lu/ml
6. Insulin detemir, contoh : Levemir
flexpen
7. Insulin aspart, contoh : novorapid
flexpen
11 Narkotika 1. Codein
oral/injeksi/transdermal 2. Codipront
3. Codipront cum expectorant
4. Fentanyl
5. Morpine HCL
6. MST Continius
7. Pethidin HCL
8. Durogesic 12,5/ 25
12 Psikotropik oral/Injeksi 1. Alprazolam
2. Chlorpromazin, contoh : Cepezet
3. Diazepam, contoh: analsik,
metaneuron, stesolid, valisanbe,
valium.
4. Haloperidol, contoh: Lodomer,
haldol.
5. Trihexypenidil
13 Relaxan otot 1. Atricurium bensylate, contoh:
tracrium, atracurium
2. Rocuronium Br, contoh : noveron
3. Vecuronium bromide, contoh: ecron
B. Prinsip dalam pengelolaan obat kewaspadaan tinggi

1. Kurangi atau eliminasi kemungkinan terjadi


kesalahan, dengan cara:

a. mengurangi jumlah high alert medication


yang disimpan di suatu unit

b. mengurangi konsentrasi dan volume yang


tersedia

c. hindari penggunaan high alert medication


sebisa mungkin

2. Lakukan pengecekan ganda dalam penggunaan


obat kewaspadaan tinggi

3. Minimalisasi konsekuesi kesalahan, misalnya:


kesalahan fatal terjadi di mana vial 50ml berisis lidokain 2% tertukar
dengan manitol (kemasan dan obat serupa). Solusinya: sediakan
lidokain 2% dalam vial 10ml, sehingga apabila terjadi salah
pemberian, jumlah lidokain yang diinjeksikan kurang berdampak
fatal.

4. Minimalisasi instruksi verbal dan hindari


penggunaan singkatan.

5. Batasi akses terhadap obat kewaspadaan tinggi.

C. Penyimpanan

Penyimpanan obat kewaspadaan tinggi yang termasuk dalam


daftar obat kewaspadaan tinggi di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro
Semarang disimpan dengan standar penyimpanan khusus
dibandingkan penyimpanan obat lainnya. Penyimpanan dilakukan
dengan cara:

1. Obat kewaspadaan tinggi disimpan di Intalasi


Farmasi pada lemari terpisah dengan diberikan label lemari obat
kewaspadaan tinggi.
2. Bangsal keperawatan dapat menyimpan obat
kewaspadaan tinggi disimpan dalam tempat terpisah (almari/troli
emergency) dan terkunci.

3. Penyimpanan disesuaikan dengan persyaratan


penyimpanan yang dicantumkan dalam brosur obat dan dalam
kebijakan penyimpanan obat.

4. Obat kewaspadaan tinggi yang disimpan di


Instalasi Farmasi diberi label tanda peringatan dengan label
berwarna merah pada tempat penyimpanan, wadah kemasan asli
dan obat telah dikeluarkan dari kemasan asli.

5. Obat narkotika dan psikotropika yang merupakan


daftar obat kewaspadaan tinggi harus memiliki kartu stok manual
yang berisi tanggal, jumlah obat yang diambil, jumlah obat yang
ditambah, jumlah stok dan nama pasien pemakai.

D. PELABELAN OBAT

1. Pelabelan Obat Kewaspadaan Tinggi

a. Obat kewaspadaan tinggi yang disimpan di Instalasi Farmasi


diberi label tanda peringatan dengan label obat kewaspadaan
tinggi pada tempat penyimpanan, wadah kemasan asli dan
obat yang telah dikeluarkan dari kemasan asli.

Gambar 1. Label peringatan untuk obat kewaspadaan tinggi

Penyimpanan obat Wadah Asli


Gambar 2. Label peringatan untuk obat kewaspadaan tinggi

b. Obat kewaspadaan tinggi untuk sediaan injeksi, oral, dan


transdermal yang telah dikeluarkan dari kemasan asli diberi
peringatan dengan tidak menutupi nama, dosis dan tanggal
kadaluarsa obat.

Gambar 3. Label untuk sediaan injeksi, oral dan transdermal


yang telah dikeluarkan dari kemasan asli

c. Obat kewaspadaan tinggi larutan konsentrasi tinggi diberikan


label obat kewaspadaan tinggi

Gambar 4.Label peringatan pada larutan konsentrasi tinggi

d. Pada pemberian obat dengan continous infusion/drip infuse


yang ditambahkan dengan salah satu obat daftar kewaspadaan
tinggi, maka kolf infuse harus diberi label.
Gambar 5. Stiker untuk kolf infus

e. Obat yang diberikan kepada pasien secara langsung tidak perlu


diberikan label peringatan.

E. PERMINTAAN OBAT KEWASPADAAN TINGGI

1. Permintaan obat kewaspadaan tinggi disiapkan berdasarkan resep


permintaan dokter.

2. Jangan berikan instruksi hanya secara verbal mengenal obat


kewaspadaan tinggi.

3. Jika terpaksa mendapatkan instruksi secara verbal dan dalam


keadaan mendesak, lakukanlah TBK (Tulis, Baca kembali dan
Konfirmasi) instruksi ini harus mencakup minimal :

a. Nama pasien dan tanggal lahir

b. Tanggal dan waktu instruksi dibuat

c. Nama obat(generic), dosis dan jalur pemberian

4. Penulisan resep obat NORUM tidak diperkenankan menggunakan


singkatan.

5. Meminimalisir permintaan obat yang termasuk ke dalam obat


NORUM secara lisan atau melalui telfon

6. Permintaan obat NORUM harus dilakukan secara tertulis. Jika


mendesak dan permintaan obat terpaksa dilakukan secara lisan,
harus dilakukan pengulangan dan pengejaan obat yang diminta dan
pada saat visite dokter memastikan ulang bahwa obat yang diminta
sesuai.
7. Jika terdapat keraguan atau ketidak jelasan dalam peresepan obat
kewaspadaan tinggi, bagian keperawatan dan atau bagian instalasi
farmasi melakukan konfirmasi ulang dengan dokter penulis resep
dengan cara :

a. Menyebutkan ulang obat yang ditulis dengan cara mengeja


obat yang ditulis dokter

b. Jika indikasi obat berbeda, dapat menyebutkan indikasi obat


yang dimaksudkan

c. Jika obat merk dagang dapat menyebutkan isi obat atau nama
generic obat

F. PENERIMAAN OBAT KEWASPADAAN TINGGI

1. Penerimaan obat kewaspadaan tinggi dari instalasi farmasi dengan


ruang perawatan dilakukan double check kembali oleh perawat
ruang/bagian/unit yang menerima obat dengan resep dokter.

2. Pengecekan ganda diperlukan sebelum penerimaan/memberikan


obat kewaspadaan tinggi tertentu/spesifik dan di saat pelaporan
pergantian jaga atau saat melakukan transfer pasien.

3. Kebutuhan minimal untuk melakukan pengecekan ganda/verifikasi


oleh orang kedua dilakukan pada kondisi-kondisi seperti berikut :

a. Setiap akan memberikan injeksi

b. Untuk infuse :

1) Saat terdapat perubahan konsentrasi obat

2) Saat pemberian bolus

3) Setiap pergantian jaga perawat atau transfer pasien

4) Setiap terjadi perubahan dosis obat

5) Pengecekan tambahan dapat dilakukan sesuai dengan


instruksi dari dokter

4. Pada pemberian obat kewaspadaan tinggi perawat kedua yang


melakukan independent double check adalah kepala ruang atau CI
(Clinical Instructure) atau ketua tim atau ketua shift.
G. PEMBERIAN OBAT KEWASPADAAN TINGGI

1. Perawat memastikan obat yang disiapkan oleh farmasi sesuai dengan


permintaan dokter penulis resep dan sesuai dengan indikasi obat
yang diberikan.

2. Perawt meningkatkan kewaspadaan saat pemberian obat dengan


label kewaspadaan tinggi dan label NORUM pada etiket obat.

3. Pemberian obat kewaspadaan tinggi sebaiknya menggunakan infuse/


syringe pump

4. Pada pemberian CITO atau kebutuhan mendesak, independent


double check dapat dilakukan pada saat serah terima obat dari
instalasi farmasi ke perawat atau bidan.

5. Pada situasi emergensi, di mana pelabelan dan prosedur pengecekan


ganda dapat menghambat/menunda penatalaksanaan dan
berdampak negative terhadap pasien, perawat atau dokter pertama
harus menentukan dan memastikan bahwa kondisi klinis pasien
benar-benar bersifat emergensi dan perlu ditatalaksana segera
sedemikian rupa sehingga pengecekan ganda dapat ditunda. Petugas
yang memberikan obat harus menyebutkan dengan lantang semua
terapi obat yang diberikan sebelum memberikanya kepada pasien.

H. PELAPORAN KESALAHAN PEMBERIAN OBAT

1. Pelaporan kesalahan pemberian obat kewaspadaan tinggi


menggunakan cara pelaporan kesalahan obat (medication error) dan
pelaporan kesalahan obat

PENGELOLAAN OBAT NORUM

A. Penggolongan obat NORUM

Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM) adalah obat-obat


yang memiliki nama, bentuk, dan atau wadah dan ucapan yang
memiliki kemiripan antara satu dengan yang lain serta obat memiliki
dosis lebih dari satu jenis. Daftar obat NORUM yang ditetapkan dalam
kebijakan pengelolaan obat Nama Obat Rupa dan Ucapan mirip
terdapat dalam lampiran panduan ini.

Daftar Obat NORUM yang telah ditetapkan disosialisasikan kepada


tenaga kesehatan diantaranya dokter, bidan, farmasi dan perawat.
Setiap ada perubahan daftar obat NORUM akan segera diinformasikan
pada bagian terkait.

B. Penyimpanan Obat NORUM

1. Obat-obat NORUM disimpan sesuai dengan persyaratan


penyimpanan yang dicantumkan dalam brosur obat.

2. Penyimpanan obat NORUM diletakan di almari yang terpisah


dengan obat lain di instalasi farmasi dengan tidak diletakkan
pada tempat yang berdekatan minimal dengan jeda satu jenis
obat yang berbeda atau diberikan sekat, sedangkan di bangsal
keperawatan obat NORUM disimpan dengan diberi label pada
obat NORUM.

3. Penyimpanan obat NORUM DOSIS tidak diletakan terpisah


namun dengan diberikan jarak minimal 1 jeda nama obat yang
berbeda.

4. Obat NORUM yang disimpan di instalasi farmasi dalam suhu 2 o-


8oC disimpan dalam kulkas dengan diberikan label NORUM.

5. Obat-obat NORUM dituliskan dengan system Tall Man


Lettering(menuliskan bagian yang menunjukan perbedaan
pelafalan obat diberi penegasan pada almari penyimpanan obat)
atau tempat penyimpanan dalam bentuk daftar obat.

Contoh : HISTApan dengan HEPTAsan

C. Peresepan Obat NORUM

1. Penulisan resep Obat NORUM tidak diperkenankan


menggunakan singkatan.

2. Meminimalkan permintaan obat yang termasuk ke


dalam Obat NORUM secara lisan maupun telefon. Jika
permintaan Obat NORUM dilkukan secara lisan dilakukan
pengulangan pengejaan obat yang diminta dan pengulangan saat
visite dokter untuk memastikan obat yang diminta sudah sesuai.

3. Jika mengalami keraguan terhadap resep yang


dituliskan, dilakukan verifikasi ulang kepada dokter yang menulis
resep dengan cara:

a. menyebut ulang dengan cara mengeja obat yang di


tulis dokter.

b. jika indikasi obat berbeda, dapat menyebut


indikasi yang di maksud.

c. jika obat merk dagang, dapat menyebut isi obat


atau nama generik.

D. Pelabelan Obat NORUM

1. Obat yang memiliki rupa yang hampir sama diberi label


peringatan pada almari, wadah atau kemasan asli obat dan obat
yang telah dikeluarkan dari kemasan asli.

Gambar 6. Label obat Almari NORUM

Gambar 7. Label untuk wadah obat/kotak kemasan asli obat


NORUM
2. Obat NORUM yang telah dikeluarkan dari almari norum atau
kemasan asli diberikan label peringatan dengan tidak menutupi
nama, dosis dan tanggal kadaluarsa obat.

Gambar 7. Label NORUM untuk obat yang telah dikeluarkan dari


kemasan asli

E. PELAPORAN KESALAHAN PEMBERIAN OBAT

1. Pelaporan kesalahan pemberian obat kewaspadaan


tinggi menggunakan cara pelaporan kesalahan obat (medication error)
dan pelaporan kesalahan obat.
BAB IV
DOKUMENTASI

A. Kebijakan pengelolaan Obat kewaspadaan Tinggi

B. Kebijakan Pengelolaan Obat Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip

C. Sistem pelaporan

1. hal yang dilaporkan

a. kejadian nyaris cidera

b. kejadian tidak diharapkan

c. sentinel events

d. indikator keselamatan pasien

2. waktu pelaporan

a. setiap terjadi KTD dilaporkan ke Tim ke KPRS dalam


waktu 24jam

b. indikator keselamatan pasien dilaporkan 3bln ke Tim


KPRS
BAB V
PENUTUP

Demikian panduan ini disusun sebagai pedoman dalam pengelolaan


Obat Kewaspadaan Tinggi dan Obat NORUM. Panduan ini jauh dari
sempurna, oleh sebab itu panduan akan dievaluasi setiap 3 tahun sesuai
dengan tuntutan layanan dan standart akreditasi.

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG

SUSI HERAWATI

Anda mungkin juga menyukai