Modern
Unsur-unsur dalam tabel sistem periodik modern disusun berdasarkan kenaikan nomor
atom. Karena sistem periodik yang disusun berbentuk panjang, maka tabel periodik yang
sekarang ini disebut tabel periodik panjang. Terkadang disebut pula tabel periodik
modern, dikarenakan disusun oleh konsep-konsep yang sudah modern.
Berbeda dengan tabel periodik Mendeleyev, karena berbentuk pendek, maka sering disebut
sistem periodik pendek. Pada sistem periodik bentuk panjang, sifat unsurnya merupakan
fungsi periodik dari nomor atomnya. Hal ini berarti bahwa sifat unsur tergantung dari
nomor atomnya.
Pada tabel periodik bentuk panjang, juga dikenal istilah periode dan golongan. Penyusunan
unsur dengan arah mendatar ke kanan disebut periode, sedangkan penyusunan unsur
dengan arah ke bawah disebut golongan. Tabel periodik bentuk panjang terdiri atas 7
periode dan 8 golongan. Adapun tampilan fisik tabel Sistem Periodik Modern, adalah
sebagai berikut :
SPU Modern
1. a. Golongan
Golongan unsur pada sistem periodik unsur modern disusun berdasarkan jumlah elektron
valensi (elektron yang terletak pada kulit terluar). Unsur dalam satu golongan mempunyai
sifat yang cenderung sama dan ditempatkan dalam arah vertikal (kolom).
Pada sistem periodik unsur modern, golongan dibagi menjadi 18 berdasarkan aturan
IUPAC. Berdasarkan aturan Amerika, sistem periodik unsur modern dibagi dua golongan
yaitu golongan A dan B. Jadi, golongan unsur dari kiri ke kanan ialah IA, IIA, 11113, IVB,
VB, VIB, VIIB, VIIIB, IB, 1113, IIIA, IVA, VA, VIA, VIIA, dan VIIIA. Umumnya,
digunakan pembagian golongan menjadi A dan B.
Golongan unsur pada sistem periodik unsur modern mempunyai nama khusus yaitu sebagai
berikut :
1. b. Periode
Periode unsur pada sistem periodik unsur modem disusun dalam arah horisontal (baris)
untuk menunjukkan kelompok unsur yang mempunyai jumlah kulit sama.
Golongan IIIB periode 6 berisi 14 unsur dengan sifat mirip yang dinamakan golongan
lantanida.
Begitu juga golongan IIIB periode 7 berisi 14 unsur dengan sifat mirip dinamakan
golongan aktinida.
Unsur golongan aktinida dan lantanida biasanya dituliskan terpisah di bawah. Golongan
lantanida dan aktinida disebut golongan transisi dalam.
Golongan dan periode dapat ditentukan dengan cara menuliskan konfigurasi elektron.
Konfigurasi elektron adalah penataan elektron dalarn atom yang ditentukan berdasarkan
jumlah elektron.
Anda disarankan membaca seluruh halaman ini, meskipun anda belum tertarik untuk
mempelajari pokok bahasan yang disajikan sebab beberapa pembahasan pada halaman ini
cenderung berulang sepanjang pembahasan mengenai sifat-sifat atom dan penjelasan
terdahulu akan membantu anda dalam memahami penjelasan-penjelasan selanjutnya.
Kecenderungan Jari-Jari Atom
Pada gambar di atas anda bisa melihat bahwa semakin ke bawah Golongan, jari-jari atom
semakin meningkat.
Li 1s22s1
Na 1s22s22p63s1
Pada masing-masing unsur, elektron terluarnya mengalami tarikan sebesar 1+ dari inti.
Muatan positif pada inti berkurang akibat kenegatifan elektron-elektron terdalam.
Ini juga berlaku bagi atom-atom lain dalam Golongan 1. Anda bisa membuktikan untuk
unsur Kalium jika anda merasa kurang yakin.
Dengan demikian, satu-satunya faktor yang akan mempengaruhi ukuran atom adalah
jumlah kulit elektron terdalam yang harus terdapat di sekitar atom. Jadi, semakin banyak
kulit elektron, maka semakin banyak ruang yang diisi karena elektron saling menolak satu
sama lain. Ini berarti bahwa atom-atom semakin kebawah Golongan akan semakin besar.
Energi ionisasi pertama adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron yang
paling lemah ikatannya dari masing-masing satu mol atom gas untuk menghasilkan satu
mol ion gas yang bermuatan tunggal – dengan kata lain, untuk 1 mol proses ini berlaku
persamaan berikut:
Perhatikan bahwa energi ionisasi pertama semakin ke bawah Golongan semakin berkurang.
Semakin kebawah Golongan, peningkatan muatan inti pasti diimbangi dengan peningkatan
jumlah elektron terdalam. Seperti pada pembahasan tentang jari-jari atom sebelumnya, pada
masing-masing unsur dalam Golongan ini, elektron-elektron terluar mengalami tarikan
sebesar 1+ dari inti.
Akan tetapi, semakin ke bawah Golongan, jarak antara inti dan elektron terluar semakin
meningkat sehingga elektron-elektron tersebut semakin mudah terlepas, akibatnya energi
ionisasi berkurang.
Kecenderungan Keelektronegatifan
Coba anda bayangkan sebuah ikatan yang terbentuk antara satu atom natrium dengan satu
atom klorin. Anggap ikatan ini terbentuk sebagai ikatan kovalen – yaitu memiliki satu
pasang elektron bersama. Pasangan elektron ini akan tertarik ke arah klorin karena terdapat
tarikan yang jauh lebih besar dari inti klorin dibanding dari inti natrium.
Pasangan elektron ini tertahan pada jarak yang begitu dekat ke klorin sehingga terjadi
transfer satu elektron ke klorin – ion-ion terbentuk.
Tarikan besar dari inti klorin inilah yang menyebabkan mengapa klorin jauh lebih
elektronegatif dibanding natrium.
Sekarang bandingkan ikatan di atas dengan ikatan antara lithium dan klorin.
Tarikan dari masing-masing ujung ikatan sama seperti pada ikatan sebelumnya antara
natrium dan klorin, tapi perlu diingat bahwa atom lithium lebih kecil dari atom natrium. Ini
berarti bahwa pasangan elektron akan lebih dekat ke muatan 1+ dari ujung lithium, dan
dengan demikian lebih kuat tertarik ke lithium.
Pada beberapa senyawa lithium, sering terdapat sebuah karakteristik ikatan kovalen yang
tidak ditemukan pada senyawa unsur-unsur lain dalam Golongan ini. Sebagai contoh,
lithium iodida dapat larut dalam pelarut organik, sedangkan ini merupakan sebuah ciri khas
dari senyawa-senyawa kovalen. Ini disebabkan karena atom iodin dalam senyawa lithium
iodida cukup besar sehingga tarikan dari inti iodin terhadap pasangan elektron relatif
lemah, sehingga tidak terbentuk ikatan ionik sempurna.
Apabila atom-atom logam menjadi lebih besar, setiap pasangan elektron ikatan akan terus
menjauh dari inti logam, sehingga kurang kuat tertarik ke inti logam tersebut. Dengan kata
lain, semakin ke bawah golongan, unsur-unsur menjadi semakin kurang elektronegatif.
Dari gambar di atas kita bisa melihat bahwa baik titik lebur maupun titik didih semakin ke
bawah Golongan, semakin berkurang.
Jika anda meleburkan logam manapun dari Golongan 1, ikatan logamnya akan menjadi
cukup lemah sehingga atom-atomnya bisa bergerak bebas, dan kemudian ikatannya
menjadi putus apabila logam dididihkan.
Penurunan titik lebur dan titik didih berarti menunjukkan penurunan kekuatan ikatan
logam.
Atom-atom dalam sebuah logam dipertahankan oleh gaya tarik inti terhadap elektron-
elektron yang terdelokalisasi. Ketika atom menjadi lebih besar, inti semakin menjauh dari
elektron-elektron terdelokalisasi tersebut, sehingga gaya tarik berkurang. Ini berarti bahwa
atom-atom lebih mudah terpisah untuk membentuk wujud cair dan pada akhirnya
membentuk wujud gas.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, masing-masing atom ini memiliki tarikan dari inti
sebesar 1+. Muatan yang meningkat pada inti semakin ke bawah Golongan diimbangi
dengan bertambanya jumlah elektron screening/penyekat. Yang terpenting adalah jarak
antara inti dengan elektron-elektron ikatan.
Kecederungan Berat Jenis
Perlu diketahui bahwa logam-logam pada Golongan 1 ini adalah logam-logam ringan –
bahkan tiga logam pertama dalam Golongan ini lebih kecil berat jenisnya daripada air
(kurang dari 1 g cm-3). Ini berarti bahwa tiga logam pertama akan mengapung dalam air,
sedangkan yang lainnya akan tenggelam.
Cukup sulit untuk memberikan sebuah penjelasan sederhana tentang kecenderungan berat
jenis ini, karena berat jenis tergantung pada dua faktor, dimana kedua faktor ini semakin ke
bawah golongan akan mengalami perubahan.
Semua logam pada Golongan 1 memiliki tatanan atom yang sama dalam molekulnya,
sehingga yang harus dipertimbangkan adalah berapa banyak atom yang bisa termuat dalam
sebuah volume tertentu, dan berapa massa masing-masing atom. Banyaknya atom yang bisa
dimuat tentu saja tergantung pada volumenya – dan volume ini tergantung pada jari-jari
atomnya.
Semakin ke bawah Golongan, jari-jari atom semakin meningkat, sehingga volume atom
juga meningkat. Ini berarti bahwa jumlah atom natrium yang sama banyaknya dengan
jumlah atom lithium tidak bisa dimuat pada volume tertentu yang sama.
Akan tetapi, semakin ke bawah Golongan, massa atom semakin meningkat. Ini berarti
bahwa dalam jumlah yang sama, atom natrium memiliki massa yang lebih berat dibanding
atom lithium.
Jadi 1 cm3 natrium akan mengandung lebih sedikit atom dibanding 1 cm3 lithium, meski
setiap atom natrium memiliki massa yang lebih berat.
Pada halaman ini akan dijelaskan beberapa tren pada sifat fisik dan sifat atom dari unsur-
unsur golongan II – berilium, magnesium, kalsium, strontium, dan barium.
Seperti terlihat di atas, semakin ke bawah jari-jari atom meningkat. Perhatikan bahwa
berilium memiliki bentuk atom terkecil dibanding atom lain di golongan ini.
Untuk atom golongan II, dua elektron di kulit terluar mendapat gaya tarik total 2+ dari inti
atom. Muatan positif dari nukleus dihilangkan atau dikurangi oleh muatan negatif dari
elektron yang terletak dikulit dalam.
Satu-satunya faktor yang mempengaruhi ukuran atom adalah jumlah kulit atom yang terisi
elektron. Jelas sekali, semakin banyak kulit atom semakin banyak ruang yang dibutuhkan
atom, mengingat elektron saling tolak-menolak. Ini berarti semakin kebawah (nomor atom
makin besar) ukuran atom harus semakin besar.
Energi ionisasi pertama adalah energi yang diperlukan untuk memindahkan elektron yang
paling lemah ikatannya, dari 1 mol atom menjadi ion bermuatan. Dengan kata lain, yang
diperlukan untuk 1 mol proses ini:
Perhatikan bahwa semakin kebawah energi ionisasi pertama semakin menurun.
Semakin ke bawah dalam golongan, peningkatan muatan inti atom diimbangi oleh
peningkatan jumlah elektron dalam. Jadi, seperti telah dijelaskan sebelumnya, atom terluar
tetap mendapat gaya tarik total 2+ dari inti atom.
Tetapi, semakin ke bawah jarak antara inti atom dengan elektron terluar meningkat,
sehingga elektron semakin mudah dipindahkan, energi ionisasi yang diperlukan menurun.
Anda mungkin tidak setuju dengan tren penurunan keelektronegatifan ini, karena pada tabel
di atas terlihat kalsium dan strontium sama-sama memiliki keelektronegatifan 1,0. Ini dapat
dijelaskan bahwa keelektronegatifan dicatat sampi 1 desimal saja. Misal kalsium memiliki
keelektronegatifan 1,04 dan strontium 0,95 (angka permisalan!), keduan atom itu akan
tercatat mempunyai keelekronegatifan 1,0.
Bayangkan ikatan antara atom magnesium dan atom klorin. Dimulai dengan ikatan
kovalen- dengan sepasang elektron koordinasi. Pasangan elektron akan tertarik ke arah
klorin yang memiliki gaya tarik lebih besar dari inti atom klorin dibanding dari inti atom
magnesium.
Pasangan elektron berada dekat dengan klorin sehingga terjadi transfer satu elektron kepada
klorin, dan terbentuk ion.
Gaya tarik dari inti atom klorin yagn besar adalah sebab mengapa klorin memiliki
keelektronegatifan yang lebih besar dari magnesium.
Selanjutnya bandingkan dengan ikatan antara berilium dan klorin. Gaya tarik total dari tiap
atom sama dengan contoh pertama tadi. Tapi harus diingat, berilium memiliki ukuran atom
yang lebih kecil dibanding magnesium. Ini berarti pasangan elektron akan berada lebih
dekat dengan muatan total 2+ dari berilium, jadi lebih kuat terikat pada berilium.
Pada contoh ini, pasangan elektron tidak tertarik cukup dekat pada klorin untuk membentuk
ikatan ion. Karena ukurannya yang kecil, berilium membentuk ikatan kovalen, bukan ikatan
ion. Gaya tarik antara inti berilium dengan pasangan elektron terlalu besar untuk dapat
membentuk ikatan ion.
Kesimpulan tren ke bawah Golongan II
Semakin besar ukuran atom, setiap pasangan elektron semakin menjauh dari inti atom
logam, jadi elektron kurang kuat untuk tertarik ke inti atom. Dengan kata lain, semakin
kebaah dalam golongan, unsur semakin kurang elektronegatif.
Semakin ke bawah dalam golongan, ikatan yang terbentuk antara unsur-unsur ini dengan
unsur lain, seperti klorin, menjadi semakin ionik. Pasangan elektron semakin mudah
tertarik dari unsur golongan II ke unsur klorin (atau unsur lain).
Terlihat pada tabel di atas bahwa (dengan perkecualian pada magnesium) semakin ke
bawah titik didih semakin menurun.
Penjelasan tentang kecenderungan tren pada titik leleh ini sangat sulit. Mungkin anda
berpikir bahwa (kecuali magnesium) semakin rendah titik leleh semakin lemah ikatan
logamnya, tetapi tidak, dan akan berbahaya untuk berpikir seperti itu. Ikatan logam tidak
tidak dirusak oleh pelelehan. Tetapi dengan titik didih biasanya tolak ukur yang lebih baik
dalam hal kekuatan ikatan yang terlibat.
Untuk titik leleh magnesium yang rendah, anda mungkin menemukan penjelasan adalah
karena atom magnesium tersusun berbentuk kristal. Dan memang titik didih magnesium
juga rendah. Tetapi pemikiran tentang susunan ini akan tidak relevan untuk unsur bentuk
cairan. Untuk magnesium, pasti ada hal lain yang mempengaruhi lemahnya ikatan logam
magnesium.
Untuk titik didih, tidak ada pola yang jelas dalam golongan II ini. Jadi, tidak ada pola yang
jelas pula untuk kekuatan ikatan logam.
Ukuran lain yang mungkin digunakan untuk kekuatan ikatan logam adalah energi ionisasi.
Energi ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk menghasilkan 1 mol atom dalam
keadaan gas dari keadaan awalnya (yaitu keadaan dalam kondisi suhu dan tekanan ruang/
standar).
Hubungan Antara Golongan Dengan Konfigurasi Elektron
Unsur yang terletak pada satu golongan mempunyai sifat-sifat kimia yang mirip
(hampir sama).
Unsur-unsur golongan A disebut golongan utama, sedangkan unsur-unsur golongan B
disebut unsur
transisi (peralihan), semua unsur transisi diberi simbol B kecuali untuk triade besi,
paladium dan platina
disebut "golongan VIII''.
- LAMBANG UNSUR-UNSUR GOLONGAN A
Lambang
Golongan
Nama Golongan Konfigurasi Elektron Orbital Terluar