Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan

barometer pelayanan kesehatan disuatu Negara. Apabila angka kematian ibu

(AKI) dan angka kematian bayi (AKB) masih tinggi disuatu tempat masih

tinggi maka dapat diartikan pelayanan kesehatan ditempat tersebut belum

baik. Dengan kata lain dapat dikatakan AKI dan AKB adalah tolok ukur yang

sensitif dari semua upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah

khususnya di bidang kesehatan. (BPS, 2004).

Angka kematian ibu hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan

di dunia, menurut data statistic kesehatan WHO secara global menunjukkan

angka kematian ibu adalah 216 per 100 000 kelahiran hidup (WHO, 2017).

AKI di Indonesia,Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) oleh badan

pusat statistik tahun 2015 adalah 305 per 100.000 kelahiran hidup. Di

Sulawesi Tenggara sediri Angka Kematian Ibu tahun 2015 adalah 131 per

100.000 kelahiran hidup. Walau dalam waktu lima tahun terakhir

menunjukkan trend menurun dari tahun 2013 sampai 2015. Bila dibandingkan

dengan target MDG’s 2015 yaitu sebesar 105 per 100.000 kelahiran hidup maka

dapat dikatakan target tidak tercapai terlebih angka ini mengalami peningkatan

menjadi 149 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2016 dan 2017. Dimana dari

1
data yang ada angka kematian ibu tahun 2017 menunjukkan Kota Kendari

memiliki AKI terendah yaitu sebesar 61 per 100.000 kelahiran hidup dan yang

tertinggi adalah Muna Barat dengan total AKI 426 per 100.000 kelahiran

hidup. (Profil Kesehatan SULTRA, 2017)

Angka kematian bayi secara global menurut data WHO pada tahun

2017 adalah 29 per 1000 kelahiran hidup. Hasil Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan dari tahun ke tahun AKB

mengalami penurunan signifikan. Dari 68 kematian per 1.000 kelahiran hidup

pada 1991, hingga 24 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2017.

Untuk kasus angka kematian bayi baru lahir (neonatal) di Sulawesi tenggara

menunjukkan kecendrungan menurun, dari 390 kasus di tahun 2013 turun

hingga 318 kasus pada tahun 2017, walaupun mengalami penurunan jumlah

kematian neonatal di Sulawesi Tenggara masih relatif tinggi. angka kematian

neonatal di Sulawesi Tenggara per 1000 kelahiran menunjukka tren yang

sama, pada tahun 2013 dengan 7 per 1000 kelahiran dan pada tahun 2017

sebesar 3 per 1000 kelahiran. Dari data tersebut angka kasus terjadi tertinggi

ada di kabupaten muna barat kurang lebih terjadi 8 kasus. (Profil Kesehatan

SULTRA, 2017)

Di Sulawesi tenggara baik AKI maupun AKB tertinggi terjadi

dikabupaten muna barat

2
B. Kajian Masalah

indikator kinerja cakupan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil k4 pada

tahun 2017 sulawesi tenggara hanya mencapai 73,87%, sedikit lebih

rendah dari cakupan tahun sebelumnya yang mencapai 73,96%. hasil ini

masih berada di bawah target program kia tahun 2017 sebesar 74%, dan

masih jauh di bawah target renstra kemenkes yang sebesar 95%.

cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (pn) menurut

kabupaten/kota provinsi sulawesi tenggara tahun 2017 menunjukakan

data muna barat 64,10 % dibawah target provinsi 77%.

cakupan ibu bersalin/nifas mendapat yankes nifas (kf3) provinsi

sulawesi tenggara tahun 2017 di muna barat 60,43% dibaah arget

provinsi 81%.

cakupan penanganan komplikasi kebidanan menurut kabupaten/kota

provinsi sulawesi tenggara tahun 2017

secara teori rendahnya cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anak

disebabkan tenaga, dana dan sarana dan faktor lingkungan terkait

kebijakan dan manajemen. (azrul azwar, 1994)

C. Tujuan Penelitian

1. Umum

Untuk mengetahui hubungan pelayanan kesehatan dengan

kematian ibu dan kematian bayi di kabupaten Muna Barat.

2. Khusus

3
a. Untuk menganalisis hubungan antara tenaga kesehatan dengan

cakupan pelayanan kesehatan dengan kematian ibu dan kematian

bayi di kabupaten muna barat.

b. Untuk menganalisis hubungan antara dana kesehatan dengan

cakupan pelayanan kesehatan dengan kematian ibu dan kematian

bayi di kabupaten muna barat.

c. Untuk menganalisis hubungan antara sarana kesehatan dengan

cakupan pelayanan kesehatan dengan dengan kematian ibu dan

kematian bayi di kabupaten muna barat.

d. Untuk menganalisis hubungan antara kebijakan kesehatan dengan

cakupan pelayanan kesehatan dengan kematian ibu dan kematian

bayi di kabupaten muna barat.

e. Untuk menganalisis hubungan antara Manajemen kesehatan

dengan cakupan pelayanan kesehatan dengan kematian ibu dan

kematian bayi di kabupaten muna barat.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis.

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk

mengetahui penyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi.

2. Penelitian ini dapat menjadi acuan dalam upaya untuk

menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

4
3. Bagi peneliti selanjutnya , penelitian ini dapat menjadi acuan untuk

melanjutkan peneltian yang relevan dengan penelitian ini.

b. Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan Informasi bagi pihak kabupaten Muna Barat

dalam menetapkan masalah terkait dengan angka kematian ibu

dan bayi.

2. Sebagai sumber informasi permasalahan yang terjadi di

Kabupaten Muna Barat terkait dengan kematian ibu dan bayi.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis Tentang Angka Kematian Ibu dan Bayi

Angka kematian ibu dalam Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) diperoleh dengan mengumpulkan informasi dari saudara perempuan

yang meninggal semasa kehamilan, persalinan, atau setelah melahirkan.

Tahun 1991, angka kematian ibu di Indonesia sebesar 390 per 100.000

kelahiran hidup.1 Meskipun hasil survei menunjukkan bahwa AKI di Indonesia

telah turun menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup antara 1998–20021, hal

itu perlu ditafsirkan secara hati-hati mengingat keterbatasan metode

penghitungan yang digunakan. Dari lima juta kelahiran yang terjadi di

Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat

komplikasi kehamilan atau persalinan.

Terdapat perbedaan AKI antarwilayah di Indonesia. Estimasi AKI

menggunakan pendekatan PMDF (proportion of maternal deaths of female

reproductive age) tahun 1995 di lima provinsi menunjukkan bahwa Jawa

Tengah mempunyai AKI yang lebih rendah, yaitu 248, dibandingkan adalah

Papua sebesar 1.025, Maluku sebesar 796, Jawa Barat sebesar 686, dan

NTT sebesar 554 per 100.000 kelahiran hidup.

6
Penyebab kematian ibu. Adalah perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat

tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi, dan

infeksi. Perdarahan, yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara

mendadak, bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu. Sebagian besar

kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena retensio plasenta dan

atonia uteri. Hal ini mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap ketiga

proses kelahiran dan pelayanan emergensi obstetrik dan perawatan neonatal

yang tepat waktu. Eklampsia merupakan penyebab utama kedua kematian

ibu, yaitu 24 persen kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia adalah 12

persen). Pemantauan kehamilan secara teratur sebenarnya dapat menjamin

akses terhadap perawatan yang sederhana dan murah yang dapat mencegah

kematian ibu karena eklampsia.

Aborsi yang tidak aman. Bertanggung jawab ter hadap 11 persen

kematian ibu di Indonesia (ratarata dunia 13 persen). Kematian ini

sebenarnya dapat dicegah jika perempuan mempunyai akses terhadap

informasi dan pelayanan kontrasepsi serta perawatan terhadap komplikasi

aborsi. Data dari SDKI 2002–2003 menunjukkan bahwa 7,2 persen kelahiran

tidak diinginkan.

Prevalensi pemakai alat kontrasepsi. Kontrasepsi modern memainkan

peran penting untuk menurunkan kehamilan yang tidak diinginkan. SDKI

2002–2003 menunjukkan bahwa kebutuhan yang tak terpenuhi (unmet need)

7
dalam pemakaian kontrasepsi masih tinggi, yaitu sembilan persen dan tidak

mengalami banyak perubahan sejak 1997. Angka pemakaian kontrasepsi

(Contraceptive Prevalence Rate) di Indonesia naik dari 50,5 persen pada

1992 menjadi 54,2 persen pada 20026 (Gambar 2 dan Tabel 1). Untuk

indikator yang sama, SDKI 2002–2003 menunjukkan angka 60.3 persen.4

Pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan terlatih. Pola

penyebab kematian di atas menunjukkan bahwa pelayanan obstetrik dan

neonatal darurat serta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih

menjadi sangat penting dalam upaya penurunan kematian ibu. Walaupun

sebagian besar perempuan bersalin di rumah, tenaga terlatih dapat

membantu mengenali kegawatan medis dan membantu keluarga untuk

mencari perawatan darurat. Proporsi persalinan yang ditolong oleh tenaga

kesehatan terlatih terus meningkat dari 40,7 persen pada 1992 menjadi 68,4

persen pada 2002.7 Akan tetapi, proporsi ini bervariasi antarprovinsi dengan

Sulawesi Tenggara sebagai yang terendah, yaitu 35 persen, dan DKI Jakarta

yang tertinggi, yaitu 96 persen, pada 20028 (Tabel 2 dan 3). Proporsi ini juga

berbeda cukup jauh mengikuti tingkat pendapatan. Pada ibu dengan dengan

pendapatan lebih tinggi, 89,2 persen kelahiran ditolong oleh tenaga

kesehatan, sementara pada golongan berpendapatan rendah hanya 21,39

persen. Hal ini menunjukkan tidak meratanya akses finansial terhadap

8
pelayanan kesehatan dan tidak meratanya distribusi tenaga terlatih terutama

bidan.

Penyebab tidak langsung. Risiko kematian ibu dapat diperparah oleh

adanya anemia dan penyakit menular seperti malaria, tuberkulosis (TB),

hepatitis, dan HIV/AIDS. Pada 1995, misalnya, prevalensi anemia pada ibu

hamil masih sangat tinggi, yaitu 51 persen, dan pada ibu nifas 45 persen.10

Anemia pada ibu hamil mempuyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak

dalam kandungan, meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi

dengan berat lahir rendah, serta sering menyebabkan kematian ibu dan bayi

baru lahir. Faktor lain yang berkontribusi adalah kekurangan energi kronik

(KEK). Pada 2002, 17,6 persen wanita usia subur (WUS) men derita KEK.11

Tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, faktor budaya, dan akses

terhadap sarana kesehatan dan transportasi juga berkontribusi secara tidak

langsung terhadap kematian dan kesakitan ibu. Situasi ini diidentifikasi

sebagai “3 T” (terlambat). Yang pertama adalah terlambat deteksi bahaya dini

selama kehamilan, persalinan, dan nifas, serta dalam mengambil keputusan

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan neonatal. Kedua, terlambat

merujuk ke fasilitas kesehatan karena kondisi geografis dan sulitnya

transportasi. Ketiga, terlambat mendapat pelayanan kesehatan yang

memadai di tempat rujukan.

9
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia

dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun

tertentu.Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi

lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang

dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya,

kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi

endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah

kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan

umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang

diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama

kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah

kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia

satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan

pengaruh lingkungan luar. Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate)

merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam mendeskripsikan

tingkat pembangunan manusia di sebuah negara dari sisi kesehatan

masyarakatnya.

Kajian Pustaka

B. Tinjauan teoritis tentang Mutu Pelayanan Kesehatan

Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan Mutu adalah tingkat dimana

pelayanan kesehatan pasien ditingkatkan mendekati hasil yang

10
diharapkan dan mengurangi faktor-faktor yang tidak diinginkan. Mutu

pelayanan kesehatan atau pemeliharaan kesehatan diterima dan

didefinisikan dalam banyak pengertian. Menurut Djoko Wijono(1999:25)

mutu pelayanan kesehatan dapat semata-mata dimaksudkan adalah dari

aspek teknis medis yang hanya berhubungan langsung antara pelayanan

medis dan pasien saja, atau mutu kesehatan dari sudut pandang sosial

dan sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan, termasuk akibat-

akibat manajemen administrasi, keuangan, peralatan dan tenaga

kesehatan lainnya.

faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan menurut

Azrul Azwar (1994:21) adalah :

1) Unsur Masukan.

Unsur masukan adalah tenaga, dana dan sarana. Secara

umum isebutkan apabila tenaga dan sarana tidak sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan, serta jika dana yang

tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan, maka sulitlah

diharapkan baiknya mutu pelayanan.

2) Unsur Lingkungan.

Unsur lingkungan adalah kebijakan, organisasi dan

manajemen.

11
3) Unsur Proses.

Unsur proses adalah tindakan medis dan tindakan non-

medis.

12
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan Mutu adalah tingkat dimana

pelayanan kesehatan pasien ditingkatkan mendekati hasil yang

diharapkan dan mengurangi faktor-faktoryang tidak diinginkan. Mutu

pelayanan kesehatan atau pemeliharaan kesehatan diterima dan

didefinisikan dalam banyak pengertian. Menurut Djoko Wijono(1999:25)

mutu pelayanan kesehatan dapat semata-mata dimaksudkan adalah dari

aspek teknis medis yang hanya berhubungan langsung antara pelayanan

medis dan pasien saja, atau mutu kesehatan dari sudut pandang sosial

dan sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan, termasuk akibat-

akibat manajemen administrasi, keuangan, peralatan dan tenaga

kesehatan lainnya.

Teori diatas bisa dilihat sebagaimana gambar berikut :

13
Kualitas tenaga

Dana

Sarana
Kematian ibu dan
Kematian Bayi

Kebijakkan

Manajemen

Sumber : Azrul Azwar (1994)

Hipotesis :

1. Ada hubungan kualitas tenaga kesehatan dengan kematian

ibu dan kematian bayi di kabupaten muna barat.

2. Ada hubungan dana kesehatan dengan cakupan pelayanan

kesehatan dengan kematian ibu dan kematian bayi di

kabupaten muna barat.

3. Ada hubungan sarana kesehatan dengan cakupan pelayanan

kesehatan dengan kematian ibu dan kematian bayi di

kabupaten muna barat.

14
4. Ada hubungan kebijakan kesehatan dengan cakupan

pelayanan kesehatan dengan kematian ibu dan kematian bayi

di kabupaten muna barat.

5. Ada hubungan Manajemen kesehatan dengan cakupan

pelayanan kesehatan dengan kematian ibu dan kematian bayi

di kabupaten muna barat.

15
KEPUSTAKAAN

Arikunto S,2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek, Yogyakarta:

Rineka Cipta.

Azwar, Azrul, 1994. Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan (Aplikasi.

Prinsip Lingkaran Pemecahan Masalah), Yayasan Penerbitan Ikatan.

Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara,2017.Profil Kesehatan Propinsi

Sulawesi Tenggara, Kendari.

Dinas Kesegatan Kabupaten Kolaka, 2018. Profil Kesehatan Kabupaten

Kolaka, Kolaka

Notoadmojo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka

Cipta.

Prawiroharjo dkk, 2006. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga Cetakan Kedelapan,

Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.

16

Anda mungkin juga menyukai