Anda di halaman 1dari 6

CORPORATE GOVERNANCE

RINGKASAN MATERI KULIAH


PERLINDUNGAN TERHADAP HAK PEMEGANG SAHAM

Oleh:

Ni Kadek Budi Arsani (1707532067)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2019
PERLINDUNGAN TERHADAP HAK PEMEGANG SAHAM

Prinsip Perlindungan terhadap Hak Pemegang Saham


Prinsip GCG yang disusun OECD terdiri dari lima prinsip yang dianggap ideal yang
harus tercakup dalam setiap penerapan corporate governance. Jika kelima prinsip tersebut
dijabarkan dan dianalisis ke dalam hukum Perseroan Terbatas di Indonesia , dapat diketahui hal-
hal sebagai berikut:
1. Perlindungan Terhadap hak-hak Pemegang Saham
UUPT mengenal beberapa prinsip ini, misalnya prinsip pencatatan saham atau bukti
pemilikan maupun prinsip perolehan informasi yang relevan mengenai perseroan pada waktu
yang tepat, demikian juga pada perusahaan publik.
2. Persamaan Perlakuan terhadap Seluruh Pemegang Saham
Hukum Perusahaan di Indonesia telah mengatur prinsip ini, seperti yang diatur dalam
UUPT ditegaskan bahwa : Saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk:
a. menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;
b. menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi;
c. menjalankan hak lainnya berdasarkan UUPT;
Tetapi perlindungan terhadap setiap pemegang saham ternyata belum equel. Jika ditelusuri
lebih jauh, prinsip ini salah satu aspek yang perlu diprioritaskan dalam penerapan dan atau
pengaturan corporate governance di Indonesia. Dalam praktinya masalah perlindungan
pemegang saham minoritas masih sarat kontrovesi, dan sering sekadar hanya merupakan
wacana normatif. Contoh lain, penerapan Pasal 62 ayat (1) UUPT, yang menentukan bahwa.
“Setiap pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan
harga yang wajar, apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan yang
merugikan pemegang saham atau perseroan, berupa: perubahan anggaran dasar, pengalihan
atau penjaminan kekayaan.
Perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50% (lima puluh persen) kekayaan bersih
Perseroan; atau , penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan”. Ketentuan
pasal ini sangat limitatif dan tidak menentukan secara imperative mewajibkan perseroan
membeli saham dari pemegang saham minoritas, maupun sanksi jika perseroan menolak
membeli saham tersebut, dengan kata lain pemegang saham minoritas tertutup untuk
memanfaatkan pasal 62 UUPT.
3. Peranan Stakeholders dan Corporate Governance,
Prinsip ini merupakan wacana baru dalam praktik bisnis di Indonesia di bawah payung
UUPT, tidak ada ketentuan hukum perusahaan yang secara jelas dan tegas mengatur
hubungan organisasi perseroan dengan stakeholder di luar Perseroan Terbatas, kecuali
atuturan tanggungjawab social perusahaan (pasal 74) UUPT.
4. Keterbukaan dan Transparansi,
Hukum Perusahaan yang berlaku di Indonesia tampaknya baru mengakomodir
prinsip disclosure and transparancy bahwa kewajiban Direksi dan Komisaris dalam
menjalankan tugas-tugasnya harus dilandasi iktikad baik, tidak ada ketentuan yang jelas
mengatur kewajiban, atau sanksi apabila perseroan tidak menerapkan keterbukaan dan atau
transparansi.
5. Akuntabilitas Dewan Komisaris (Board of Directors),
Kerangka Corporate Governace harus menjamin adanya pedoman strategis perusahaan,
pengawasan yang efektif terhadap manajemen yang dilaksanakan oleh dewan komisaris, serta
akuntabilitas dewan komisaris terhadap pemegang saham maupun perseroan.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG SAHAM


1. Perlindungan dari Peundang-Undangan
Secara mendasar bahwa sejak awal perusahaan akan melakukan aktivitas di pasar modal,
sudah disiapkan seperangkat peraturan yang maksudnya sebagai rangkaian tindakan preventif,
agar emiten adalah benar-benar emiten yang dapat dipertanggung jawabkan dengan itikad
baik akan membagi power dan intensisnya kepada masyarakat. Peraturan yang mengatur
tentang syarat materil maupun formal, prosedur dan pelaksanaan emisi saham tersebut
merupakan upaya awal kepada pemegang saham publik, perlindungan tahap berikutnya ada
dan antisipasi oleh peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh bappepam sebagai institusi
yang berwenang untuk mengawasi pasar modal di Indonesia. Bapepam adalah otoritas dari
pasar modal yang berwenang untuk mengawasi jalannya aktivitas di pasar modal.Karena
seperti dijelaskan diatas bahwa kepentingan pemegang saham harus dilindungi untuk
menciptakan citra pasar modal yang baik agar dapat lebih menarik investor untuk
menanamkan modalnya di pasar modal. Dengan kata lain bahwa sebagian dari sistem
perlindungan hukum bagi pemegang saham publik berada di tangan Bapepam.
2. Perlindungan dari Penerapan Good Corporate Governance
Penerapan GCG dalam pengelolaan perusahaan dapat memberikan perlindungan terhadap
pemegang saham karena dalam GCG terdapat prinsip-prinsip yang dapat melindungi
kepentingan perusahaan, pemegang saham, manajemen, dan investor sertapihak-pihak yang
terkait dengan perusahaan.Ide dasar dari GCG adalah memisahkan fungsi dan kepentingan
diantara para pihak dalam suatu perusahaan, seperti perusahaan yang menyediakan modal atau
pemegang saham, pengawas dan pelaksana sehari-hari usaha perusahaan dan masyarakat luas.
Dan GCG juga dijadikan sebagai suatu aturan atau standar yang mengatur perilaku pemilik
perusahaan,Direksi, Manajer, dengan merinci tugas dan wewenang serta bentuk pertanggung
jawaban kepada pemegang saham. Melindungi kepentingan pemegang saham minoritas yang
beresiko dirugikan oleh kekuasaan pemegang saham mayoritas. Ini beberapa pasal yang dapat
berusaha mengatur kepentingan pemegang saham baik mayoritas dan minoritas:
(1) Tindakan Derivatif
Ketentuan ini mengatur bahwa Pemegang saham dapat mengambil alih untuk
mewakili urusan perseroan demi kepentingan perseroan, karena ia menganggap Direksi
dan atau Komisaris telah lalai dalam kewajibannya terhadap perseroan. (a) Pemegang
saham dapat melakukan tindakan-tindakan atau bertindak selaku wakil perseoran dalam
memperjuangkan kepentingan perseroan terhadap tindakan perseroan yang merugikan,
sebagai akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh anggota Direksi dan atau pun
oleh komisaris, (b) Melalui ijin dari Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya
meliputi kedudukan perseroan, pemegang saham dapat melakukan sendiri pemanggilan
RUPS (baik RUPS tahunan maupun RUPS lainnya) apabila direksi ataupun komisaris
tidak menyelenggarakan RUPS atau tidak melakukan pemanggilan RUPS.
(2) Hak Pemegang Saham Minoritas
Pada dasarnya ketentuan-ketentuan di bawah ini terutama ditujukan untuk
melindungi kepentingan pemegang saham minoritas dari kekuasaan pemegang saham
mayoritas.
(a) Hak Menggugat, setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan
melalui Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi kedudukan perseroan, bila
tindakan perseroan merugikan kepentingannya
(b) Hak Atas Akses Informasi Perusahaan, Pemegang saham dapat melakukan pemeriksaan
terhadap perseroan, permintaan data atau keterangan dilakukan apabila ada dugaan
bahwa perseroan dan atau anggota direksi atau komisaris melakukan perbuatan melawan
hukum yang merugikan pemegang saham atau pihak ketiga
(c) Hak Atas Jalannya Perseroan, Pemegang saham dapat mengajukan permohonan kepada
Pengadilan Negeri untuk membubarkan perseroan (lihat ps.117 UUPT).
(d) Hak Perlakuan Wajar, Pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar
sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui
tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau perseroan
Refrensi:
Fekool, 2016, Perlindungan terhadap Hak Pemegang Saham,
http://fekool.blogspot.com/2016/05/corporate-governance-perlindungan.html, dikutip
pada 29 September 2019, pukul 1:28

Anda mungkin juga menyukai