Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Logam berat adalah unsur-unsur kimia yang memiliki kepadatan relatif


lebih besar dari 5 gr/cm³. Paparan kronis dosis toksik logam-logam ini pada
manusia menghasilkan berbagai komplikasi dalam sistem saraf, sistem
pernapasan, sistem ginjal, sistem hati serta sistem reproduksi. Logam juga
dilaporkan menyebabkan alergi dan kontak jangka panjang berulang dengan
beberapa logam atau senyawanya bahkan dapat membuktikan karsinogenik.
Sebagian besar logam berat dikenal sebagai agen toksik dan karsinogenik dan
merupakan ancaman serius bagi populasi manusia, fauna dan flora dari badan
air penerima karena mereka gigih dan tidak dapat terurai secara hayati. Logam
berat yang ada didalam air limbah yang dikeluarkan dari laboratorium dan
industri menjadi perhatian utama untuk masalah lingkungan. Ketika ion-ion
logam ini hadir pada tingkat yang berlebihan dalam pelepasan air, aliran tetap
tidak dapat digunakan karena efek buruk yang terkait dengan konsumsi . Ion-
ion logam ini sangat beracun dan jika langsung dibuang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan lingkungan dan dapat merusak berikutnya. perawatan yang
terkait dengan pabrik pemurnian air limbah. Oleh karena itu, metode pemurnian
atau perbaikan air limbah yang murah dan efisien harus dilakukan untuk
menyesuaikan persyaratan baru. Oleh karena itu diperlukan metode yang efisien
dan efektif terutama untuk laboratorium kimia dan industri.
Limbah cair laboratorium merupakan limbah sisa-sisa bahan kimia yang
telah digunakan, sisa-sisa sampel yang telah diuji ataupun air bekas cucian
peralatan. Karakteristik limbah cair laboratorium dapat dikategorikan sebagai
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Sebagian besar unsur-unsur yang
berbahaya yang terdapat dalam limbah cair laboratorium adalah logam berat
seperti besi (Fe), mangan (Mn), krom (Cr), timbal (Pb), kadmium (Cd). Logam
berat tersebut sangat berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan (toksisitas)
pada makhluk hidup
Apabila logam berat hasil dari limbah laboratorium tersebut langsung
dibuang kelingkungan maka seiring bertambahnya waktu dapat merusak
lingkungan. Limbah cair laboratorium merupakan limbah yang masuk dalam
kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), logam logam tersebut
sangat berbahaya walaupun dalam jumlah yang relatif kecil dan menyebabkan
keracunan (tokik) pada makhluk hidup. Sehingga diperlukan berbagai macam
metode untuk menghilangkan logam berat tersebut sehingga tidak
mencemarkan lingkungan yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan
dan lingkungan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan


oleh logam berat ?
2. Apa saja perbedaan metode dari kedua jurnal ?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui cara mengurangi pencemaran lingkungan yang


disebabkan oleh logam berat yang ada dalam air limbah laboratorium.
2. Untuk mengetahui perbedaan metode dari kedua jurnal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Logam Berat
Logam berat merupakan elemen yang tidak dapat terurai (persisten) dan dapat
terakumulasi melalui rantai makanan (bioakumulasi), dengan efek jangka panjang
yang merugikan pada makhluk hidup. Ada 5 logam yang berbahaya pada manusia
yaitu Pb dan Cd (As). Cadmium (Cd), timbale (Pb), mercuri (Hg) dan besi (Fe).
Mereka dapat diserap dan terakumulasi dalam tubuh manusia dan menyebabkan
efek kesehatan yang serius seperti kanker, kerusakan organ, kerusakan sistem saraf,
dan dalam kasus ekstrim, kematian. Juga mengurangi pertumbuhan dan
perkembangan. Setiap kali logam berat beracun terpapar pada ekosistem alami,
akumulasi ion logam dalam tubuh manusia akan terjadi melalui asupan langsung
atau rantai makanan. Karena itu, logam berat harus dicegah agar tidak mencapai
lingkungan alami (Laila,2017).
2. Logam Cd (Kadmium)
Kadmium adalah salah satu logam berat dengan penyebaran yang sangat luas
di alam. Logam ini bernomor atom 48, berat atom 112,40 dengan titik cair 312
derajat Celsius dan titik didih 765 derajat Celsius, termasuk dalam golongan IIB.
Di alam ada stu jenis cadmium greennocike (CdS) yang selalu ditemukan bersama
mineral spalerit (ZnS), ( Feela,2015).
Kadmium (Cd ) berwarna putih keperakan menyerupai aluminium. Logam ini
digunakan untuk melapisi logam seperti halnya seng, tetapi kualitasnya menjadi
lebih baik walaupun harganya lebih mahal. Kadmium merupakan logam penyebab
toksisitas kronis yang biasanya terakumulasi di dalam tubuh terutama dalam ginjal.
Keracunan Cd dalam jangka waktu lama ini bersifat toksik terhadap beberapa
macam organ, yaitu paru-paru, tulang, hati dan ginjal (Laila,2017).
3. Logam Pb (Timbal)
Timbal (Pb) merupakan suatu logam toksik yang bersifat kumulatif,
toksisitasnya dibedakan menurut organ yang dipengaruhi. Timbal (Pb) mempunyai
sifat persisten dan toksik serta dapat terakumulasi dalam rantai makanan. Timbal
dapat masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara yaitumelalui saluran
pernafasan (inhalasi), saluran pencernaan (oral), maupun kontak kulit
(dermal).4Timbal yang terhirup dan masuk melalui system pernafasan akan ikut
beredar bersama darah ke seluruh jaringan dan organ tubuh, selanjutnya akan
mengendap di dalam darah. Akumulasi timbal dalam darah akan menyebabkan
berbagai dampak buruk. Timbal mempunyai efek toksik yang luas pada manusia
dan dapat merusak sistem syaraf, saluran pencernaan, menurunkan fertilitas, dan
dapat merusak fungsi ginjal (Laila,2017).
Kadar Pb dalam darah dapat merupakan petunjuk langsung jumlah Pb yang
sesungguhnya masuk ke dalam tubuh. Oleh sebab itu, kadar Pb dalam darah
merupakan parameter pemajanan yang sering dipakai dalam kaitannya dengan
pajanan eksternal. Persenyawaan logam berat Pb dapat menyebabkan efek racun
terhadap banyak fungsi organ yang terdapat dalam tubuh.Pajanan logam berat Pb
dapat menyebabkan gangguan pada siste haemopoietik, sistem saraf, urinaria,
gastrointestinal, kardiovaskuler, reproduksi, dan endokrin (Kasanah,2016).
4. Limbah Laboratorium
Limbah cair laboratorium merupakan limbah sisa-sisa bahan kimia yang telah
digunakan, sisa-sisa sampel yang telah diuji ataupun air bekas cucian peralatan.
Karakteristik limbah cair laboratorium dapat dikategorikan sebagai limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3). Sebagian besar unsur-unsur yang berbahaya yang
terdapat dalam limbah cair laboratorium adalah logam berat seperti besi (Fe),
mangan (Mn), krom (Cr), timbal (Pb), kadmium (Cd). Logam berat tersebut sangat
berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan (toksisitas) pada makhluk hidup.
Unsur logam ini termasuk ke dalam elemen mikro. Logam-logam tersebut sangat
berbahaya walaupun dalam jumlah yang relatif kecil dan menyebabkan keracunan
(toksik) pada makhluk hidup . Limbah yang digunakan limbah cair laboratorium
sintesis (Laila,2017).
Apabila limbah cair laboratorium ini langsung dibuang ke lingkungan maka
seiring bertambahnya waktu akan merusak lingkungan. Namun, pada kenyataannya
sampai saat ini belum banyak laboratorium yang memiliki instalasi pengolahan air
limbah (IPAL) karena disebabkan berbagai faktor, misalnya teknik pengolahan
yang efektif dengan biaya yang tidak terlampau mahal. Terkait dengan hal ini maka
akan digunakan pengolahan limbah cair laboratorium yang efektif, biaya yang
terjangkau, ramah lingkungan, mudah serta sederhana dalam penggunaanya
(Laila,2017).
5. Presipitasi atau Pengendapan
Presipitasi atau pengendapan merupakan metode dengan cara mereaksikan
limbah buangan yang mengandung logam berat dengan suatu bahan kimia
pengendap. Bahan-bahan yang biasa digunakan untuk proses pengendapan
beberapa logam berat adalah senyawa hidroksida, karbonat dan sulfida. Presipitan
yang digunakan untuk mengendapkan senyawa Pb dan Cd adalah senyawa
hidroksida dan karbonat (Brbooti, Abid, & Al-shuwaiki, 2011).
Presipitan yang digunakan yaitu NaOH. NaOH dapat mengendapan logam Cd
pada rentang pH 8 hingga 11 sedangkan untuk logam Pb pada rentang pH 11,5.
Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen (H+ ) yang
mencirikan keseimbangan asam dan basa. Angka pH dalam suatu perairan juga
dapat dijadikan indikator dari adanya keseimbangan unsur-unsur kimia dandapat
mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur kimia dan unsur-unsur hara yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan vegetasi akuatik.
6. Fitoremediasi
Fitoremediasi adalah upaya penggunaan tanaman dan bagian-bagiannya untuk
dekontaminasi limbah dan masalah-masalah pencemaran lingkungan baik secara
ex-situ menggunakan kolam buatan atau reactor maupun in-situ yaitu pada tanah
atau daerah yang terkontaminasi limbah . Beberapa tanaman air yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tanaman apu-apu (Pistia Strationes), tanaman eceng
gondok (Eichornia crassipes) dan tanaman bambu air (Equisetum hyemale).
Keuntungan metode ini adalah biaya operasional yang relatif murah meskipun
membutuhkan proses yang cukup lama, pengolahan yang ramah lingkungan dengan
memanfaatkan tanaman air. Sedangkan dalam penelitian ini hanya menggunakan
tanaman Apu (Pistia stratiotes) dan tanaman Bambu Air (Equisetum hyemale),
(Laila,2017).
Keberhasilan fitoremediasi tergantung pada tingkat pertumbuhan tanaman
dan kemampuan tanaman untuk penyerapan logam dalam biomassa tanaman.
Tanaman air dapat mengakumulasi logam berat yang sangat tinggi tanpa
berdampak buruk pada pertumbuhan mereka . Tetapi penyerapan logam dalam
biomassa tanaman juga tergantung pada fungsi yang ada dalam struktur biomassa
dan kandungan logam berat dalam limbah cair tersebut (Feizi & Jalali, 2015).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Metode Penghilangan Logam Berat

Limbah cair laboratorium dapat dikategorikan sebagai limbah bahan


berbahaya dan beracun (B3). Sebagian besar limbah cair laboratorium ini terdiri
dari logam berat. Secara umum diketahui bahwa logam berat merupakan
elemen berbahaya dipermukaan bumi. Beberapa unsur logam berat seperti
timbal (Pb), kadmium (Cd), besi (Fe), merkuri (Hg). Unsur logam ini termasuk
kedalam elemen mikro. Logam-logam tersebut sangat berbahaya dan
menyebabkan keracunan pada makhluk hidup. Menurut Laila Noor (2017) pH
berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. Semakin tinggi nilai pH
semakin tinggi pula alkalinitas dan semakin rendah karbondioksida bebas. pH
dapat mempengaruhi kandungan unsur ataupun senyawa kimia yang terdapat di
perairan, diantaranya mempengaruhi kandungan logam berat yang ada di
perairan. Toksisitas logam berat juga dipengaruhi oleh perubahan pH, toksisitas
dari logam berat akan meningkat bila terjadi penurunan pH. Sehingga
menggunakan metode presipitasi dan didapatkan hasil yang optimum untuk
dilanjutkan ke pengolahan dengan metode fitoremediasi (Noor, 2017).
Berdasarkan jurnal utama menurut Laila Noor (2017) presipitasi atau
pengendapan merupakan suatu metode dengan cara mereaksikan limbah
buangan yang mengandung logam berat dengan suatu bahan kimia pengendap.
Bahan- bahan biasa yang digunakan untuk proses pengendapan beberapa logam
berat adalah senyawa hidroksida, karbonat dan sulfida. Sedangkan presipitan
yang digunakan untuk mengendapkan senyawa Pb dan Cd adalah senyawa
hidroksida dan karbonat. Sedangkan fitoremediasi adalah upaya penggunaan
tanaman dan bagian bagiannya untuk dekontaminasi limbah dan masalah
pencemaran lingkungan baik secara exsitu menggunakan kolam buatan atau
reaktor maupun insitu yaitu pada tanah atau daerah yang terkontaminasi limbah.
Pada pengamatan ini menggunakan tanaman Apu (Pistia stratiotes) dan
tanaman Bambu Air ( Equisetum hyemale). Keuntungan dalam metode ini
adalah biaya operasional yang relatif murah dan merupakan pengolahan yang
ramah lingkungan dengan memanfaatkan tanaman air. Sedangkan
kekurangannya adalah membutuhkan proses yang cukup lama.
Sedangkan dari jurnal pendukung yang didapatkan dapat diketahui
bahwa penghapusan logam berat juga dapat dilakukan dengan metode lainnya.
Menurut Tamirat Dula (2019) penghilangan logam berat pada limbah
laboratorium dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam metode.
Metode yang pertama adalah Metode fisika-kimia adsorpsi, metode tersebut
merupakan proses pengolahan fisika kimia yang membantu menghilangkan
logam berat dan merupakan salah satu metode yang paling disukai dan efisien.
Keuntungan utamanya meliputi efektivitas pada konsentrasi kontaminan
tinggi/rendah, selektivitas dengan menggunakan adsorben yang disesuaikan,
kemampuan regenerasi dari adsorben bekas dan biaya yang relatif rendah.
Menurut Tamirat Dula (2019) penelitian untuk menghilangkan logam berat
telah difokuskan pada penggunaan produk sampingan pertanian sebagai
adsorben melalui proses biosorpsi seperti sekam padi, kulit kemiri, nangka,
tongkol jagung, tempurung kelapa dan lain-lain dapat digunakan sebagai
adsorben untuk penyerapan logam berat setelah modifikasi kimia. Mereka
menemukan bahwa pemindahan logam maksimum terjadi oeh biomassa
tersebut karena mengandung selulosa, lignin, karbohidrat dan silika dalam
absorben mereka. Hal tersebut banyak digunakan karena mampu menurunkan
konsentrasi ion logam transissi menjadi sub bagian per miliar konsentrasi. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Laila Noor (2017) yang menggunakan tanaman
untuk menghilangkan logam berat dari limbah laboratorium.
Metode yang kedua menurut Tamirat Dula (2019) adalah dengan
pengendapan kimia. salah satu metode yang paling banyak digunakan untuk
menghilangkan logam berat dari limbah anorganik di laboratorium dan bahkan
di industri karena operasinya yang sederhana. Proses pengendapan kimia
konvensional ini menghasilkan endapan logam berat yang tidak larut seperti
hidroksida, sulfida, karbonat, dan fosfat. Mekanisme proses ini didasarkan pada
untuk menghasilkan presipitasi logam yang tidak larut dengan mereaksikan
logam berat terlarut dalam larutan air limbah yang dikeluarkan dari
laboratorium kimia. Dalam proses presipitasi, partikel yang sangat halus
dihasilkan dan endapan kimia, koagulan, dan proses flokulasi digunakan untuk
meningkatkan ukuran partikelnya untuk menghilangkannya sebagai lumpur.
Setelah logam mengendap dan membentuk padatan, mereka dapat dengan
mudah dihilangkan, dan konsentrasi logam yang rendah dapat dibuang.
Penghapusan persentase ion logam dalam larutan dapat ditingkatkan menjadi
optimal dengan mengubah parameter utama seperti pH, suhu, konsentrasi awal,
muatan ion dan lain-lain. Teknik presipitasi yang paling umum digunakan
adalah pengolahan hidroksida karena kesederhanaan relatifnya, biaya rendah
endapan (kapur), dan kemudahan kontrol pH otomatis. Kelarutan berbagai
hidroksida logam diminimalkan untuk pH dalam kisaran 8,0 hingga 11,0.
Selanjutnya dapat menggunakan metode Reverse Osmosis (RO) yang
merupakan suatu proses pemisahan yang menggunakan tekanan untuk memaksa
solusi melalui membran yang mempertahankan zat terlarut di satu sii dan
memungkinkan pelarut murni untuk lolos ke sisi lain. Membran disisi
permeabel, artinya memungkinan lewatnya pelarut tetapi tidak untuk logam.
Selain itu, metode yang lain yaitu elektrodialisis dengan menggunaan listrik
untuk melewatkan arus melalui larutan bantalan logam berair yang mengandung
pelat katoda dan anoda yang tidak dapat larut sehingga mengendapkan logam
berat dalam katolit asam lemah atau dinetralkan sebagai hidroksida.

Metode pertukaran ion juga menghilangkan logam berat dengan


mereaksikan kimia yang dapat dibalikkan dimana ion dari larutan air limbah
ditukar dengan ion yang bermuatan serupa yang melekat pada partikel padat
yang tidak bergerak. Metode ultrafiltrasi dengan membran permeabel (selektif)
untuk memisahkan logam berat, makromolekul dan padatan tersuspensi dari
larutan anorganik berdasarkan ukuran pori (5-20 nm) dan berat molekul
senyawa pemisah. Ada juga penghapusan secara biologi yaitu dengan lumpur
aktif menggunakan mikroorganisme dalam proses pengolahan untuk memecah
bahan organik dengan aerasi dan agitasi, dan kemudian memungkinkan padatan
untuk mengendap. Sedangkan trickling filter dengan cara air limbah
disemprotkan ke udara (aerasi) kemudian dibiarkan mengalir melalui media dan
mikroorganisme memecah bahan organik dalam air limbah.
3.2 Cara Kerja Metode Presipitasi dan Fitoremediasi

Variabel tetap yang digunakan dalam penelitian ini adalah volume limbah
cair laboratorium 100 ml, konsentrasi presipitan NaOH 16 N, suhu pengadukan
80 °C dan waktu dan kecepatan pengadukan 50 rpm selama 20 menit.
Sedangkan variabel bebasnya adalah pH presipitasi ( 4,7,10), tanaman air
(tanaman apu dan tanaman bambu air), waktu penyerapan oleh tanaman ( 1, 3,
5, 7 hari).

Penelitian ini merupakan penelitian dengan rancangan acak lengkap.


Rancangan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada tahap pertama akan
dilakukan analisis kadar logam berat dan COD pada limbah cair laboratorium,
kemudian dilakukan pengolahan dengan metode presipitasi dan didapatkan
hasil optimum untuk dilanjutkan ke pengolahan dengan metode fitoremediasi.
Setelah didapatkan hasil yang optimum pada pengolahan ini baru akan diuji
penurunan COD nya. Alat yang akan digunakan untuk menguji logam yaitu
instrument AAS.

Berdasarkan penelitian Laila Noor (2017) pengolahan limbah dilakukan


dengan dua tahap, yaitu tahap presipitasi dengan cara menggunakan presipitan
berupa NaOH. Menurut Laila Noor (2017) NaOH dapat mengndapkan logam
Cd pada rentang pH 8 hingga 11 sedangkan untuk logam Pb pada rentang pH
11.5. Dilakukan pembacaan absorbansi pada masing masing pH untuk
mendapatkan pH optimum. Untuk logam Pb pada panjang logam 283,3 mm dan
logam Cd pada panjang gelombang 228,8 mm. Sehingga didapatkan kurva
standar logam Pb Gambar 3.1 dan kurva standar logam Cd Gambar 3.2.

Sehingga pada metode presipitasi diperoleh pH optimum 10 dengan kadar


logam Cd sebesar 0,0639 ppm dan logam Pb sebesar 0,275 ppm. Selanjutnya
limbah cair laboratorium yang sudah melewati tahap presipitasi, akan diolah
pada tahap fitoremediasi. Pada tahap fitoremediasi menggunakan tanaman
bambu air dan tanaman apu. Menurut Laila Noor (2017) tanaman ini dipilih
karena mampu menurunkan konsentrasi Cd dari air yang palingan efektif.
Karena tanaman apu memiliki kelebihan yaiutu sifat pertumbuhan yang mudah
dan relatif cepat, mudah ditemukan diperairan air tawar, dan memiliki
kemampuan untuk menyerap unsur unsur organik yang ada di perairan sebagai
nutrisi hidupnya. Dari tahap fitoremediasi didapatkan hasil berupa hubungan
antara waktu fitoremediasi dengan kadar logam Cd yang diserap tanaman.
Kurva tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.3. dan hubungan antara waktu
fitoremediasi terhadap kadar logam Pb Gambar 3.4.

Menurut Feizi dan Jalali (2015) keberhasilan fitoremediasi tergantung pada


tingkat pertumbuhan tanaman dan kemampuan tanaman untuk penyerapan
logam dalam biomassa tanaman. Tanaman air dapat mengakumulasi logam
berat yang sangat tinggi tetapi jika kandungan logam berat tersebut terlalu
tinggi dapat berdampak buruk bagi tanaman tersebut. Tanaman apu yang
digunakan dalam metode presipitasi dapat menyerap logam Cd dan Pb dari
hasil limbah laboratorium dengan kadar masing-masing 1 ppm dan 5 ppm
dengan waktu tinggal 5 hari. Logam berat yang diberikan pada tanaman dalam
jumlah tertentu dapat membantu mempercepat pertumbuhan tanaman sebagai
suatu respon positif, namun pada tingkatan tertentu justru dapat menghambat
pertumbuhan tanaman bahkan kematian tumbuhan sebagai bentuk respon
negatif tumbuhan karena tumbuhan terpapar logam berat dalam waktu yang
lama sehingga penghambatan sintesisi klorofil juga semakin tinggi.

3.3 Perbedaan kedua jurnal

Jurnal Utama Jurnal Pendukung


Latar belakang dikarenakan pencemaran air limbah di laboratorium sehingga
diperlukan berbagai macam metode untuk menghilangkan logam berat tersebut
agar tidak mencemari lingkungan yang dapat mengganggu keseimbangan
lingkungan dan lingkungan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Metode : presipitasi dan fitoremediasi Metode : fisika-kimia adsorpsi
(koagulasi-flokulasi, pertukaran ion,
ultrafiltrasi, reverse osmosis,
elektrodialisis) dan secara biologi
(lumpur aktif dan trickling filter).
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penghapusan logam berat pada air limbah di laboratorium dapat
menggunakan metode presipitasi dan fitoremediasi. Adapun juga metode yang
lain yaitu dengan metode fisika-kimia adsorpsi (koagulasi-flokulasi, pertukaran
ion, ultrafiltrasi, reverse osmosis, elektrodialisis) dan secara biologi ( lumpur aktif
dan trickling filter).
Lampiran Gambar
Gambar 3.1 Kurva standar larutan Pb

Gambar 3.2 Kurva standar larutan Cd

Gambar 3.3 Hubungan antara wakttu fitoremediasi terhadap kadar


logam Cd

Gambar 3.4 Hubungan antara wakttu fitoremediasi terhadap kadar


logam Pb

Anda mungkin juga menyukai