Anda di halaman 1dari 20

LBM 5

Translate :
Seorang lelaki berusia 32 tahun sedang mengendarai sepeda motornya 2 jam yang lalu ketika dia
ditabrak oleh pengguna motor lain. Perutnya tertekan oleh genggaman tangan sepeda motor.
Pasien itu dibantu oleh orang-orang terdekat dan dibawa ke klinik layanan kesehatan utama.
Pemeriksaan fisik mengungkapkan jalan napas bersih, laju pernapasan 18 x / menit, tekanan
darah adalah 110/70 mmHg, denyut jantung 90 x / menit. Pasien mengeluh tentang rasa sakit
daerah perut dan panggul serta urin berdarah. Setelah pemeriksaan ABCD, Oksigen, 1 liter
Pemberian RL intravena dan kateterisasi kandung kemih, dokter menemukan
kondisi hematuria. Pemeriksaan lanjutan menunjukkan memar di kiri atas perut dan nyeri di
perut kiri atas dan regio flank kiri. Dokter meminta untuk dilakukan pemeriksaan penunjang
untuk manajemen pasien selajutnya.

STEP 1
- ABCD : airway, breathing, circulation, dissability
- Bruises : lebam

STEP 2
1. Mengapa terjadi hematuria ?
Harus diyakinkan dahulu, benarkah seorang pasien menderita hematuria, pseudo hematuria,
atau perdarahan per-uretra. Pseudo atau false hematuria adalah urine yang berwarna merah atau
kecoklatan yang bukan disebabkan sel-sel darah merah. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
karena hemoglobinuria, mioglobinuria, konsentrasi asam urat yang meningkat, sehabis
makan/minum bahan yang mengandung pigmen tumbuh-tumbuhan yang berwarna merah, atau
setelah mengkonsumsi beberapa obat-obatan tertentu antara lain: fenotiazin, piridium, porfirin,
rifampisin, dan fenolftalein. Perdarahan per-uretra adalah keluarnya darah dari meatus uretra
eksterna tanpa melalui proses miksi, hal ini sering terjadi pada trauma uretra atau tumor uretra.
(Mellisa C Stoppler, 2010)
Hematuria yang berasal dari nefron seringkali tampak sebagai urin berwarna coklat, coklat cola,
atau merah keunguan, disertai proteinuria (>100 mg/dL dengan dipstick), terdapat cast SDM dan
akantosit atau kelainan bentuk SDM lain pada pemeriksaan mikroskopik urin. Hematuria yang
berasal dari tubulus kontortus dapat dilihat dari keberadaan cast leukosit atau sel epitel tubulus
renal.
Hematuria dari saluran kemih bagian bawah umumnya dihubungkan dengan hematuria berat,
hematuria terminal (hematuria terjadi pada saat aliran urin akan berakhir), bekuan darah, morfologi
urin SDM normal, dan proteinuria minimal pada dipstick (<100 mg/dL).

Sumber : Dasar – dasar Urologi, Basuki B Purnomo

Hematuria

Adalah Terjadinya perdarahan didalam traktus urinarius sehingga bercampur darah

Etiologi

i. Infeksi/ inflamasi antara lain: pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis, dan uretritis.
ii. Batu saluran kemih
iii. Tumor jinak atau tumor ganas yaitu: tumor Wilm, tumor Grawitz, tumor pielum, tumor
ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan hyperplasia prostat jinak.
iv. Kelainan bawaan system urogenital antara lain : kista ginjal dan ren mobilis
v. Trauma yang mencederai sistem urogenital
Dasar-Dasar Urologi Edisi kedua, Basuki B.Purnomo

Klasifikasi

I. Berdasar kualitas eritrosit dalam urine, kita mengenal erosituria dimana urine berwarna
kuning sampai kuning tua dan gross hematuria bila terjadi perdarahan masif.

II. Berdasarkan warnanya dapat diperkirakan asal hematuria


 Warna merah segar  perdarahn dari lower tract atau kadang- kadang dari buli bila
perdarahan masif
 Warna kecoklatan sampai kehitaman  darah sudah bercampur dengan urine cukup
lama, biasanya perdarahan dari ginjal dan urter maupun dari buli ( midtract )

III. Berdasar waktu keluarnya darah


 initial hematuria  bila darah dari uretra
 terminal hematuria  bila darah dari uretra posterior , leher buli dan trigomen
 total hematuria  bila darah berasal dari upper dan mid tract

IV. berdasarkan kelompok umur hematuria biasanya disebabkan oleh :


a. umur 0-20 tahun :
 GN akuta
 Infeksi tract urinarius
 Kelainan kongenital tract. Urinarius
b. umur 20-40 tahun
 Infeksi tract urinarius
 Batu buli, ureter dan ginjal
 Tumor buli
c. umur 40-60 tahun
 laki-laki : tumor buli, batu buli, ureter, ginjal dan infeksi tract.urinarius
 wanita : infeksi tract.urinarius, batu buli, ureter, ginjal tumor buli
d. lebih dari 60 tahun
 laki- laki :
BPH, Ca prostat, infeksi tract. urinarius

 wanita :
infeksi tract. Urinarius, tumor buli

V. berdasar disiplin ilmu


o hematuria nefrologik :
 kerusakan glomerolus

 protreinuria hebat ( dengan dipstik lebih dari 2 + atau lebih 200-300 mg / dl )

 eritrosit dismorfik

 silinder eritrosit selalu ada

o Hematuria urologik : disini perdarahan lebih distal dari glomerolus


 Proteinuria _ atau < 100 mg / dl

 Tidak ada silinder eritrosit

 Bentuk eritrosit tidak dismorfik ( berubah bentuk )

VI. Berdasar ada tidaknya rasa sakit, gejala miksi dan non miksi
Hematuria yang tanda rasa sakit ( pain less hematuria ) harus ingat Ca Buli.

Sifat perdarahan dari Ca adalah : tanpa rasa sakit, bias berhenti sendiri dan sering timbul lagi

VII. Berdasar asal organ


 pre renal ( hematologic ) : koagulopati, pemberian anti koagulan, sickle cell anemia,
tallasemia, sickle hemoglobin C disease.
 renal ( glomerular ) : GN (post infeksi streptokokus, proliferatif, dll ), lupus nefritis,
alport sindoma, Benign familial hematuria, dll.
 renal ( non glomerular ) : nefrosklerosis akibat hipertensi, infark ginjal, TBC ,
pielonefritis, ginjal polikistik, medullary spongekidney, tumor ginjal, trauma dll.
 post renal :batu, tumor, sistitis, prostatitis, BPH, Benda asing, endometriosis,
hemangioma, epididimitis, ureteritis, uretritis, fimosis, parafimosis, dll
sumber : Ilmu bedah 2 seri catatan kuliah ; FK UNDIP

2. Mengapa pasien mengeluh nyeri perut pada regio flank ?


Kecelakaan  kena stang  nyeri perut dan pinggang kiri  kemungkinan besar ada trauma
ginjal karena disertai dengan hematuria  trauma ginjal ada 2, langsung (benturan), tdk
langsung(pergerakan ginjal tiba2 dlm ruang peritoneum cedera iatrogenik ( tindakan bedah
dokter saat operasi)  goncangan pada ginjal dalam rongga peritoneum regangan pedikel
pemb darah pd ginjal  robekan di tunika intima a.renalis à terbentuk bekuan darah 
trombosis a.renalis dan cabang cabangnya pada ginjal bisa dipermudah jika ada hidronefrosis,
kista ginjal/tumor ginjal.
Dikarenakan Curiga trauma pd ginjal
➢ Trauma di daerah pinggang, punggung, dada sebelah bawah, abdomen bagian atas,
disertai nyeri dan didapatkan jejas di daerah lokasinya.

➢ Ada hematuria

➢ Ada fraktur costa 11/12, atau terjadi fraktur proc.spinosus

➢ Trauma yg menembus abdomen/pinggang (luka tusuk, tembak)

➢ Cedera deselari yang berat akibat jatuh dari ketinggian , kecelakaan lalu lintas

Kontusio : perdarahan parenkim ginjal tanpa adanya kerusakan kapsul jaringan atau calix
(hematom)
Laserasi :robekan parenkim biasanya dari kapsul sampe pelvio calix
Pedikel: cedera pada vasa

 Sumber : Dasar – dasar Urologi, Basuki B Purnomo

3. Kenapa didapatkan lebam pada perut bagian atas abdomen ?

Bagaimana perbedaan ruptur organ intraperitoneal dan ektraperitoneal yang berkaitan


dengan organ uropoetica

4. Apa diagnosis dan DD dari skenario ?

Trauma Ginjal

1. TRAUMA GINJAL
a. Etiologi
Cedera ginjal dapat terjadi secara :

(1) Langsung akibat benturan yang langsung mengenai daerah pinggang.


(2) Tidak langsung yaitu merupakan cedera deselerasi akibat pergerakan ginjal secara
tiba-tiba di dalam rongga retroperitonium
Dasar – dasar Urologi. Basuki B. Purnomo.

b. Patogenesis
Goncangan ginjal di dalam rongga retroperitoneum menyebabkan regangan
pedikel ginjal sehingga menimbulkan robekan tunika intima arteri renalis.
Robekan ini akan memacu terbentuknya bekuan-bekuan darah yang selanjutnya
dapat menimbulkan thrombosis arteri renalis beserta cabang-cabangnya.
Cedera ginjal dapat dipermudah jika sebelumnya sudah ada kelainan pada
ginjal, antara lain hidronefrosis, kista ginjal, atau tumor ginjal.
Dasar – dasar Urologi. Basuki B. Purnomo.

Trauma Ureter

Etiologi

❖ Disebabkan oleh tindakan iatrogenik yang dilakukan oleh dokter, antara lain :

➔ Pada operasi endourologi trans-ureter (ureteroskopi atau ureterorenoskopi,


ekstraksi batu dengan Dormia, atau litotripsi batu ureter)

➔ Operasi di daerah pelvis (operasi ginekologi, bedah dingestiv atau bedah vaskuler)

❖ Sedangkan cedera ureter yang disebabkan oleh rudapaksa dari luar lebih jarang terjadi
dan biasanya disebabkan oleh trauma tajam.

❖ Cedera pada ureter dapat berupa : terikat, crushing karena terjepit oleh klem, putus
(robek), atau devaskularisasi.
Dasar – dasar Urologi. Basuki B. Purnomo.
Gambaran klinis

- Nyeri daerah ginjal akibat adanya sumbatan ureter

- Olygouria / anuria.

- Terjadi fistula, ureterovaginal fistula.


- Nyeri tekan pinggang
- Ekstravasasi urin ke rongga retroperitonea / ntraperotoneal
- Uremi.
Diagnosis
Kecurigaan cedera ureter iatrogenik :
Saat operasi

➢ Lapangan operasi banyak cairan

➢ Hematuri

➢ Anuria/oliguri jika cedera bilateral

Paska bedah

➢ Demam
➢ Ileus

➢ Nyeri pinggang akibat obstruksi

➢ Luka operasi selalu basah

➢ Sampai beberapa hari cairan drainase jernih dan banyak

➢ Hematuri persisten dan hematom/urinoma di abdomen

➢ Fistula ureterokutan/fistula ureterovagina

Jika diduga terdapat kebocoran urine melalui pipa drainase paska bedah, pemberian
zat warna yang dieksresikan lewat urine akan memberikan warna pada cairan di dalam
pipa drainase atau pada luka operasi. Selain itu jika dilakukan pemeriksaan kadar
kreatinin atau kadar ureum pada cairan yang diambil dari pipa drainase kedarnya sama
dengan yang berada di dalam urine.
Pada pemeriksaan IVP tampak ekstravasasi kontras atau kontras berhenti di daerah
lesi. Pada cedera lama didapatkan ureteronefrosis sampai pada daerah sumbatan.
Dasar – dasar Urologi. Basuki B. Purnomo

a. Penanganan
Penatalaksanaan
Ureter saling disambungkan (anastomosis end to end)
Implantasi ureter ke buli-buli (neoimplantasi, flap Boari atau Psoas hitch)
Uretero-kutaneostomi
Transuretero-ureterotomi (menyambung ureter dengan ureter pada sisi yang lain)
Nefrostomi sebagai tindakan diversi atau nefrektomi
Dasar – dasar Urologi. Basuki B. Purnomo.

komplikasi

➢ Striktura ureter dan hidronefrosis

➢ Urinoma yang dapat menjadi abses

➢ Infeksi
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah

Trauma Buli-buli

Etiologi
 2% dari seluruh trauma

 Etiologi : 90% akibat fraktur pelvis

 Buli-buli penuh urine  mudah robek bila benturan pd daerah fundus  ekstravasai
urine ke rongga intraperitoneum.

 Tindakan endourologi (reseksi buli-buli transuretral/litotripsi) trauma iatrogenik buli-


buli

 Operasi pelvis

Dasar – dasar Urologi. Basuki B. Purnomo.

Gambaran klinis

 Tanda – tanda fraktur pelvis mudah didiagnosa dengan pemeriksaan dimana didapatkan
nyeri te
 kan dan krepitasi daerah fraktur.
 Retensio urina ataupun gross hematuria biasanya kita dapatkan.
 Tanda – tanda abdomen akut biasanya ditemukan pada kasus – kasus rupture
intraperitoneal.
 Defans muscular
 Sindrom ileus paralitik
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI

Klasifikasi

1. Kontusio buli-buli
Memar di dinding, mungkin didapatkan hematoma perivesikal,tidak didapatkan
ekstravasasi urine ke luar buli
2. Cedera buli-buli ekstra peritoneal 25-45%
3. Cedera intra peritoneal  45-60%
Bila tidak mendapat perawatan 10- 20 % cedera buli – buli berakibat kematian karena peritonitis atau
sepsis.

Dasar – dasar Urologi. Basuki B. Purnomo.

Diagnosa

Gambaran klinis tergantung dari etiologi trauma, bagian buli- buli yang mengalami
cedera yaitu intra atau ekstraperitoneal, adanya organ lain yang mengalami cedera
serta penyulit yang terjadi akibat trauma.

i. Cedera abdomen bawah  nyeri suprasimfisis, hematuri tdk bisa miksi.


ii. Gx lain : tanda fraktur pelvis, syok, hematoma perivesika, tampak tanda sepsis
dari suatu peritonitis/abses perivesika.
iii. Sistografi : dg memasukkan kontras dlm buli-buli sbyk 300-400ml scr gravitasi
mell kateter per uretram  foto saat buli-buli terisi kontras dlm posisi AP,
posisi oblik, wash out film (kontras sdh dikeluarkan dr buli-buli).
 Jika didapatkan robekan pada buli-buli  terlihat ekstravasasi kontras
didalam rongga perivesikal yang merupakan tanda adanya robekan
ekstraperitoneal.
 Jika terdapat kontras yang berada disela-sela usus  robekan buli-buli
intraperitoneal.
 Pada perforasi yang kecil seringkali tidak tampak adanya ekstravasasi (
negative palsu ) terutama jika kontras yang dimasukkan kurang dari 250 ml.
 Sebelum melakukan pemasangan kateter uretra, harus diyakinkan dahulu
bahwa tidak ada perdarahan yang keluar dari muara uretra.
 Keluarnya darah dari muara uretra merupakan tanda dari cedera uretra jika
diduga terdapat cedera pada saluran kemih bagian atas disamping cedera
pada buli-buli sistografi dapat diperoleh melalui foto IVP.
Dasar – dasar Urologi. Basuki B. Purnomo.

Penanganan

1. pemasangan kateter  mengistirahatkan buli-buli  sembuh 7-10 hari


2. cedera intraperitoneal  eksplorasi laparotomi.
Jk tdk dioperasi ekstravasasi urine ke rongga peritoneum  peritonitis. Rongga
peritoneum dicuci  robekan pd buli-buli dicuci 2 lapis  pasang kateter
sistostomi yg dilewatkan diluar sayatan laparotomi.
3. cederea ekstraperitoneal  ekstravasasi minimal  memasang kateter 7-10 hari ;
penjahitan buli-buli dg pemasangan kateter sistostomi.
Dasar – dasar Urologi. Basuki B. Purnomo.

Komplikasi / Penyulit

a. ekstravasasi urine ke rongga pelvis  infeksi dan abses pelvis  sepsis  mati
b. robekan buli-buli intraperitoneal  peritonitis  ekstravasasi urine pd rongga
intraperitoneum.
c. Keluhan miksi : frekuensi dan urgensi biasanya sembuh sebelum 2 bln
Dasar – dasar Urologi. Basuki B. Purnomo.

Trauma Uretra

• Etiologi :
 Trauma tumpul
- fraktur tulang pelvis  ruptur uretra pars prostato membranasea
- selangkangan/ straddle injury  ruptur uretra pars bulbosa
 pemasangan kateter yg kurang hati-hati  robekan uretra krn false route
 operasi transuretra  cedera iatrogeni

• Dx : foto uretrografi  dg memasukkan kontras uretra utk tau adanya rupture uretra.
Dasar – dasar Urologi. Basuki B. Purnomo

RUPTURA URETRA POSTERIOR

etiologi

• Paling sering krn fraktur tulang pelvis.

• Fraktur pd ramus / simfisis pubis  kerusakan cincin pelvis  robek pd uretra pars
prostate-membranasea.

• Fraktur pelvis & robekan pembuluh darah dlm cavum pelvis  hematom yg luas di cavum
retzius  jk ligamentum pubo-prostatikum ikut robek, prostate + buli-buli trangkat ke
cranial.
Klasifikasi :

Mell gmbaran uretrogram, Coalpinto & McCollum(1976),membagi derajat cedera uretra :


1. uretra posterior masih utuh, hny stretching. Foto uretrogram tdk menunjukkan
ekstravasasi, dan uretra hny tampak memanjang
2. uretra posterior terputus pada perbatasan prostato-membranasea, sdg diafragma msh
utuh. Foto : ekstravasasi kontras yg msh terbatas di atas diafragma uretrogenitalis
3. Uretra posterior, diafragma uretrogenitalis, uretra pars bulbosa sblh proximal ikut
rusak. Foto : ekstravasasi kontras meluas hingga dibawah diafragma urogenitalia sampai
ke perineum
Diagnosis :

Pasien dtg dlm keadaan syok.

Ruptur uretra posterior : perdarahan peruretram, retensi urine, RT floating prostate dlm
suatu hematom, pmx uretrografi retrograde  elongasi uretra/ ekstravasasi kontras pd
pars prostate-membranasea.

Tx :

Rupture uretra posterior + trauma mayor (abdomen, fraktur pelvis) + perdarahan 


sistostomi untuk diversi urine  setelah stabil  primary endoscopic realignment

Penyulit :

o striktur uretra yg seringkali kambuh


o disfungsi ereksi  13-30% kerusakan saraf parasimpatis/ insufisiensi uretra
o inkontinensia urine  2-4%kerusakan sfingter uretra eksterna.
o Stlh rekonstruksi uretra  striktura  uretrotomia interna (sachse)
Dasar – dasar Urologi. Basuki B. Purnomo

RUPTURA URETRA ANTERIOR

• Straddle injury : uretra terjepit diantara tulang pelvis dan benda tumpul  kontusio dinding
uretra, rupture parsial, atau rupture total dinding uretra.

• Diagnosis :
- Perdarahan per-uretram/hematuria.
- Hematoma pd penis (robekan pd corpus cavernosum)  tdk dpt miksi

• Tx :
Karena menimbulkan penyulit striktur uretra  stlah 4-6 bln pmx uretrografi ulangan.
Ruptur uretra parsial  ekstravasasi ringan  sistostomi  kateter dipertahankan 2
minggu dan dilepas stlh yakin tdk ada striktur uretra/ekstravasasi kontras.

Ruptur uretra anterior  ekstravasasi urine debridement dan insisi hematoma

Dasar – dasar Urologi. Basuki B. Purnomo

5. Apa klasifikasi dari skenario ?


Klasifikasi / derajat
Menurut berat ringannya kerusakan pada ginjal, trauma ginjal dibedakan dalam 3
jenis, yaitu :
 Cedera minor  terdiri atas kontusio ginjal dan laserasi minor parenkim ginjal
 Cedera mayor  terdiri atas laserasi mayor (yaitu terjadinya kerusakan pada
system kaliks) dan fragmentasi parenkim ginjal
 Cedera pedikel ginjal  pembuluh darah yang merawat ginjal.

Derajat Jenis Kerusakan

Derajat I Kontusio ginjal/ hematoma perirenal

Derajat II Laserasi ginjal terbatas pada korteks

Derajat III Laserasi ginjal smp pada medula ginjal, mungkin ada trombosis arteri
segmentalis

Derajat IV Laserasi smp mengenai sistem kalises ginjal

Derajat V Avulsi pedikel ginjal, mungkin terjadi trombosis arteri renalis

Ginjal terbelah (shatered)


Dasar – dasar Urologi. Basuki B. Purnomo.

Gambaran klinis
Gejala klinik

▪ Pada trauma derajat ringan : nyeri di daerah pinggang, terlihat jejas berupa
ekimosis, dan terdapat hematuri makroskopik maupun mikroskopik.

▪ Trauma mayor / rupture pedikel seringkali pasien datang dalam keadaan syok
berat dan terdapat hematom di daerah pinggang yang makin lama makin
membesar.
Dasar – dasar Urologi. Basuki B. Purnomo.

6. Bagaimana etiologi dan faktor resiko dari skenario ?


Etiologi :
 Trauma tumpul ( tersering ).
Perkelahian, terjatuh, olah raga dengan kontak, kecelakaan lalu lintas.
 Trauma tembus
Tembakan, ruda paksa tusukan, senjata tajam.
 Akselerasi / Deselerasi
Kecelakaan lalu lintas yang mengenai pedical ginjal.
 Tatrogenik
Biopsi ginjal, koliktomi.
 Ginjal patologis
Ginjal patologis lebih mudah terjadi trauma sehubungan dengan lemahnya pertahanan ginjal
seperti : Ginjal polikistik, hidronefrosis, ginjal ektopik. ).
7. Bagaimana patogenesis dari skenario ?
Goncangan ginjal di dalam rongga retroperitoneum menyebabkan regangan pedikel
ginjal sehingga menimbulkan robekan tunika intima arteri renalis. Robekan ini akan memacu
terbentuknya bekuan-bekuan darah yang selanjutnya dapat menimbulkan thrombosis arteri
renalis beserta cabang-cabangnya.
Cedera ginjal dapat dipermudah jika sebelumnya sudah ada kelainan pada ginjal, antara
lain hidronefrosis, kista ginjal, atau tumor ginjal.
Dasar – dasar Urologi. Basuki B. Purnomo.

8. Apa saja pemeriksaan penunjang dan fisik dari skenario ?


Pf :
Untuk itu di dunia international sudah menetapkan rumusan dalam menangani Penderita
Gawat Darurat, yaitu : ABCDE (Air Way, Breathing and Ventilation, Circulation, Disability,
Exposure)
A : Air way, with cervical spine control

B : Breathing and Ventilation

C : Circulation with haemorrhage control

D : Disability on neurologic status

E : Exposure/Undress with temperature control

 AIR WAY MANAGEMENT


Tanda-tanda Obyektif Sumbatan Airway

1. Look
Terlihat pasien gelisah dan perubahan kesadaran. Ini merupakan gejala adanya hipoksia dan
hipercarbia. Pasien terlihat cyanosis terutama pada kulit sekitar mulut, ujung jari kuku. Juga
terlihat adanya kontraksi dari otot pernafasan tambahan.

2. Listen
Disini kita dengarkan apakah ada suara seperti orang ngorok, kumur-kumur, bersiul, yang
mungkin berhubungan dengan adanya sumbatan partial pada farink/larink.

3. Feel
Kita bisa rasakan bila ada sumbatan udara terutama pada saat ekspirasi bila kedudukan
trackhea di linea media

Management

Pengenalan adanya gangguan jalan nafas & ventilasi harus bisa dilakukan secara cepat & tepat. Bila
memang ada harus secepatnya gangguan jalan nafas dan ventilasi ini untuk segera diatasi. Hal
penting ini untuk menjamin oksigenasi ke jaringan. Haruslah diingat setiap tindakan untuk
menjamin airway yang baik harus selalu dengan penekanan untuk selalu menjaga cervical spine
terutama pada penderita dengan trauma dan cedera di atas clavikula. Pada setiap penderita
dengan gangguan saluran nafas, harus selalu secara cepat diketahui apakah ada benda asing, cairan
isi lambung, darah di saluran nafas bagian atas. Kalau ada harus segera dicoba untuk dikeluarkan
bisa dengan jari, suction. Suatu saat bila dilapangan ada penderita dengan sumbatan jalan nafas
misal tersedak makanan abdominal trust akan sangat berguna.

Ketidakmampuan untuk memberikan oksigenasi ke jaringan tubuh terutama ke otak dan organ vital
yang lain merupakan pembunuh tercepat pada pasien. Oleh karena itu airway yang baik merupakan
prioritas pertama pada setiap penderita gawat darurat.

 BREATHING AND VENTILATION


Jalan nafas yang baik dan lancar belum tentu menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik
sangat bergantung dari fungsi paru, dinding dada dan diafragma. Penyebab gangguan breathing :

 Pleural effusion
 Pneumothoraks (open dan tension)
 Hemothoraks
 Traumatic wet lung syndrome
Pertolongan untuk memperbaiki breathing :

1. Tension pneumothorax :

· Tusuk dengan jarum yang besar pada sela antar iga II

· Pemasangan chest tube pada sela antar iga IV

2. Hemothorax dengan pemasangan chest tube

3. Open pneumothorax segera ditutup dengan kasa vasein

4. Fail chest diberi analgetika

 CIRCULATION WITH HAEMORRAHAGE CONTROL


Penyebab terbesar pasien yang mengalami shook dan berakhir dengan kematian adalah
kehilangan darah dalam jumlah yang banyak. Oleh karenanya pasien dengan trauma dan hipotensi,
harus segera ditangani sebagai pasien hipovolemi sampai bisa dibuktikan bahwa hipotensinya
disebabkan oleh sebab yang lain. Seperti diketahui, volume darah manusia dewasa adalah 7% dari
berat badan, anak 8-9% dari BB. Terapi resusitasi cairan yang agresif harus segera dimulai begitu
ada tanda dan gejala klinis adanya kehilangan darah muncul. Sangatlah berbahaya bila menunggu
sampai tekanan darah menurun. Untuk menilai apakah resusitasi cairan yang diberikan sudah cukup
atau belum :

· Tanda vital

· Produksi urine

· CVP

Penyebab hipovolemia adalah :

· Cidera rongga perut

· Cidera rongga dada


· Fraktur pelvis

· Fraktur femur

· Luka tembus pembuluh darah besar

· Perdarahan diluar tubuh dari berbagai tempat

 DISABILITY (NEUROLOGIC EVALUATION)


Evaluasi secara cepat dilakukan dan dikerjakan pada tahap akhir dan primary survey dengan menilai
kesadaran dan pupil penderita.

A : Alert

V : Respon to vokal stimulation

P : respon only to painful stimulation

U : Unresponsive

Glasgow coma scale merupakan penilaian yang lebih rinci, bila ini tidak dikerjakan di primary survey
bisa dikerjakan di secondary survey.

 EXPOSURE
Disini semua pakaian pasien dibuka. Hal ini akan sangat membantu pemeriksaan lebih lanjut. Harus
diingat disini pasien dijaga agar tidak jatuh ke hipotermia dengan jalan diberikan selimut.

Pp :

PP
IVP jika diduga ada :

➔ Luka tusuk atau luka tembak yang mengenai ginjal

➔ Cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuri


makroskopik

➔ Cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuri


mikroskopik dengan disertai syok
USG (bila cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda hematuri
mikroskopik tanpa disertai syok) diharapkan dapat menemukan adanya
kontusio parenkim atau hematom subkapsuler dan sekaligus mencari
adanya robekan dari kapsul ginjal.
Arteriografi
CT scan
Dasar – dasar Urologi. Basuki B. Purnomo.
9. Bagaimana terapi dari skenario ?
Penatalaksanaan
1. Konservatif

➔ Ditujukan pada trauma minor.

➔ Dilakukan observasi tanda-tanda vital (tensi, nadi dan suhu tubuh)

➔ Kemungkinan ada penambahan massa di pingang

➔ Ada pembesaran lingkaran perut

➔ Penurunan kadar Hb darah

➔ Perubahan warna urin pada pemeriksaan urine serial

➔ Jika selama observasi didapatkan adanya tanda-tanda perdarahan atau


kebocoran urine yang menimbulkan infeksi, harus segera dilakukan
tindakan operasi.
2. Operasi
Operasi ditujukan pada trauma ginjal mayor dengan tujuan untuk segera
menghentikan perdarahan. Selanjutnya mungkin perlu dilakukan
debridement, reparasi ginjal (berupa renorafi atau penyambungan vaskuler)
atau tidak jarang harus dilakukan nefrektomi parsial bahkan nefrektomi total
karena kerusakan ginjal yang sangat berat.

Grace, Pierce A. Borley, Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga
10. Apa saja komplikasi yang bisa terjadi ?
11. Bagaimana prognosis dari skenario ?

Anda mungkin juga menyukai