Anda di halaman 1dari 7

1. Mengapa urin berwarna merah?

Tanda klasik dari karsinoma kandung kemih adalah makroskopik hematuri tanpa rasa
nyeri. Awalnya mikroskopik dan makroskopik hematuri sering timbul dan hilang dengan
sendirinya pada saat kencing, tanpa disertai nyeri baik pada saat bergerak atau istirahat
Senduk, Rotty; Karsinoma Kandung Kemih : Jurnal Biomedik, Volume 2, Nomor 1,
Maret 2010, hlm. 58-66
2. Mengapa keluhan hilang timbul dan tidak terasa nyeri?
3. Apa hubungan pasien dengan bekerja di SPBU?
4. Apa hubungan pasien merokok dgn keluhan?
5. Mengapa ditemukannya conjungtiva anemis?
Anemia dapat terjadi bila metastasis ke sumsum tulang atau kehilangan darah yang kronis
Senduk, Rotty; Karsinoma Kandung Kemih : Jurnal Biomedik, Volume 2, Nomor 1,
Maret 2010, hlm. 58-66
6. Apa diagnosis dan DD dari scenario?
Tumor buli-buli dapat berbentuk, antara lain: (Yosef 2007) papiler, tumor non invasif (in
situ), noduler (infiltrat), campuran antara papiler dan filtrate.
Gemill et al (2013) membagi tumor buli dalam dua grade yaitu low grade (tumor
superfisialis) dan high grade (tumor invasif). Tumor superfisialis dapat kembali muncul
dan menyebar hingga lapisan otot, tumor invasif tumbuh cepat dan menembus dinding
otot kandung kemih.
7. Apa saja etiologi dan factor resiko?
Penyebab pasti ca buli sampai sekarang belum dapat di tentukan dengan pasti, namun
terdapat beberapa faktor resiko pada individu tertentu. Menurut NCI (2010) dan WRCFI
(2014), beberapa faktor resiko ca buli diantaranya adalah:
1. Merokok, asap rokok dapat menyebabkan kerusakan DNA sel organ. Menurut
Cancer Research UK (2016), zat kimia yang ditemukan pada rokok yang merusak DNA
adalah benzene, polonium-210, benzopyrene, dan nitrosamine. Meningkatnya kadar zat
kimia tersebut menyebabkan perubahan DNA sel, sehingga proses apoptosis sel
mengalami perubahan. Terjadinya kanker pada seseorang berbeda-beda dipengaruhi oleh
jumlah paparan zat, lamanya terpapar zat, kesehatan individu serta faktor lainnya. Pada
asap rokok terdapat zat karsinogen berupa zenobiotik, zat ini merupakan salah satu
oksidan. Radikal bebas bebas ini dapat menyebabkan penurunan serum, berkurangnya
jumlah antioksidan, B12 dan sel darah merah (Maninno, et al., 2003; Tungtrongchitr, et
al., 2003 dalam Rouissi,et al., 2011; Harnack et al, 1997)
2. Individu yang bekerja di pabrik kimia (terutama cat), pabrik rokok, tempat
pengolahan bahan-bahan kulit serta pekerja salon. Orang tersebut memiliki resiko lebih
besar akibat terpapar dengan zat karsinogen (senyawa amin aromatic: 2 naftilamin,
bensidin dan 4 aminobifamil). Zat karsinogen tersebut menyebabkan kerusakan pada
DNA sel, terjadi pembelahan sel abnormal sehingga menjadi tumor.
3. Arsenik, terpapar arsenik dalam waktu lama dapat meningkatakan seseorang
beresiko terkena ca buli, keracunan arsenik dapat menyebabkan kematian. Arsenik dalam
sel mempengaruhi retikulum endoplasma yang menstimulasi proses proliferasi jaringan.
Arsenik juga menimbulkan kerusakan DNA, dan memicu peningkatan aktivitas zat
karsinogen laindan abnormalitas kromosom.
4. Riwayat keluarga dengan ca buli, persamaan genetik pada keluarga dengan
riwayat ca buli menyebabkan seseorang beresiko terkean ca buli.
5. Inflamasi akibat bakteri atau infeksi kronis akibat pemasangan kateter. E cholli
merupakan bakteri paling sering menimbulkan infeksi saluran kencing, kolonisasi bakteri
E choli disebabkan oleh kurangnya higiene perianal. Parasit schistozomiasis yang
terdapat pada siput merupakan salah satu penyebab infeksi saluran kemih.
Schistozomiasis mensekresi nitrosamine, zat karsinogen yang dapat mempengaruhi
perubahan DNA sel. Riwayat batu saluran kemih yang memicu inflamasi dapat
mennimbulkan ca buli akibat proses penyembuhan luka yang terpapar zat karsinogenik.
Beberapa faktor resiko ca buli di picu oleh zat amin aromatic: 2 naftilamin, bensidin dan
4 aminobifamil (Lyndon 2014). Sakarin dan siklamat merupakan zat karsinogen yang
terdapat didalam bahan pemanis buatan, serta minuman mengandung arsenik seperti
anggur dan bir (Cohen, et al., 2000 dalam Rouissi, et al., 2011). Zat-zat tersebut
bertanggung jawab atas 50% kasus keadian ca buli pada pria dan 35% pada wanita
(Zeegers,et al., 2000 dalam Rouissi, et al., 2011). Penggunaan bberapa jenis obat-obatan
seperti siklofosfamid dan INH yang digunakan dalam jangka waktu lama. Faktor resiko
lain menurut Ferry (2014), akibat penggunaan kateter urin dalam jangka waktu lama,
seperti pada kasus fraktur vertebra sehingga klien mengalami kerusakan kontrol bladder.
Iritasi pada mukosa uretra atau kand
Tidak bisa diubah :
- Genetic dan riwayat keluarga : Orang yang memiliki anggota keluarga dengan kanker
kandung kemih memiliki risiko lebih tinggi untuk mendapatkannya sendiri. Kadang-
kadang ini mungkin karena anggota keluarga terpapar bahan kimia penyebab kanker
yang sama (seperti yang ada dalam asap tembakau). Mereka juga dapat berbagi
perubahan pada beberapa gen (seperti GST dan NAT) yang menyulitkan tubuh
mereka untuk memecah racun tertentu, yang dapat membuat mereka lebih mungkin
terkena kanker kandung kemih.
Sejumlah kecil orang mewarisi sindrom gen yang meningkatkan risiko kanker
kandung kemih. Sebagai contoh:
• Mutasi gen retinoblastoma (RB1) dapat menyebabkan kanker mata pada bayi, dan
juga meningkatkan risiko kanker kandung kemih.
• Penyakit Cowden, yang disebabkan oleh mutasi pada gen PTEN, terkait terutama
dengan kanker payudara dan tiroid. Penderita penyakit ini juga memiliki risiko lebih
tinggi terkena kanker kandung kemih.
• Sindrom Lynch (juga dikenal sebagai kanker kolorektal non-poliposis herediter,
atau HNPCC) terkait terutama dengan kanker usus besar dan endometrium. Orang
dengan sindrom ini mungkin juga memiliki peningkatan risiko kanker kandung kemih
(serta kanker saluran kemih lainnya).

- Gender : Bladder cancer is much more common in men than in women.


- Usia : >55 tahun
- Ras : Orang kulit putih sekitar dua kali lebih mungkin mengembangkan kanker
kandung kemih dibandingkan orang Afrika-Amerika dan Hispanik. Orang Asia-
Amerika dan India-Amerika memiliki tingkat kanker kandung kemih yang sedikit
lebih rendah. Alasan perbedaan ini tidak dipahami dengan baik.

- Chemotherapy or radiation therapy : Taking the chemotherapy drug cyclophosphamide


(Cytoxan®) for a long time can irritate the bladder and increase the risk of bladder cancer.
People taking this drug are often told to drink plenty of fluids to help protect the bladder
from irritation.
People who are treated with radiation to the pelvis are more likely to develop bladder
cancer.
- Bladder birth defects : bladder extrpohy

- Riwayat penyakit Memiliki kanker di lapisan bagian mana pun dari saluran kemih

membuat Anda berisiko lebih tinggi terkena kanker lain, baik di tempat yang sama

seperti sebelumnya, atau di bagian lain dari saluran kemih.:


- Chronic bladder irritation and infections : nfeksi saluran kemih, batu ginjal dan
kandung kemih, kateter kandung kemih dibiarkan di tempat sejak lama, dan penyebab
lain dari iritasi kandung kemih kronis (berkelanjutan) telah dikaitkan dengan kanker
kandung kemih (terutama karsinoma sel skuamosa kandung kemih). Tetapi tidak jelas
apakah mereka benar-benar menyebabkan kanker kandung kemih.

Schistosomiasis (juga dikenal sebagai bilharziasis), infeksi dengan cacing parasit


yang dapat masuk ke kandung kemih, juga merupakan faktor risiko kanker kandung
kemih. Di negara-negara di mana parasit ini umum (terutama di Afrika dan Timur
Tengah), kanker sel skuamosa kandung kemih jauh lebih umum. Ini adalah penyebab
kanker kandung kemih yang sangat langka di Amerika Serikat.
The American Cancer Society medical and editorial content team

8. Bagaimana patofisiologi?
Meningkatnya usia harapan hidup pada seseorang merupakan salah satu faktor resiko
terkena ca buli (Brunner &Suddarth. 2002). Pada laki-laki dengan usia diatas 50 tahun
resiko mengidap ca buli lebih besar daripada perempuan. Semakin bertambah usia
seseorang, imunitas menurun sehingga rentan terpapar oleh radikal bebas. Merokok serta
terpapar dengan zat karsinogenik trurt meningkatkan seseorang mengidap ca buli
(Jameson, 2008). Proses terpaparnya kandung kemih dengan zat-zat karsinogen dimulai
dengan terserapnya radikal bebas didalam sirkulasi darah. Selanjutnya zat tersebut
terfiltrasi diglomerolus untuk diekskresi bersama urin. Radikal bebas bergabung dengan
urin secara terus menerus dan masuk ke kandung kemih. Selanjutnya terjadi stagnasi
radikal bebas, radikal bebas ini menimbulkan kerusakan pada DNA dan RNA. Kerusakan
DNA menstimuli sel tubuh untuk melakukan pernbaikan, akibat terpapar zat karsinogen
maka dalam proses perbaikan DNA tersebut mengalami mutasi pada genom sel somatik.
Mutasi dari genom sel somatik menyebabkan pengaktifan onkogen yang mendorong
proses pertumbuhan, terjadinya perubahan gen yang mengendalikan pertumbuhan dan
yang terakhir adalah penonaktifan gen supresor kanker. Ketiga hal tersebut
mengakibatkan produksi gen regulatorik hilang. Pada akhirnya ca buli terjadi akibat dari
replikasi DNA yang berlebihan di dalam kandung kemih (M. B. Amin, (2013).
9. Apa saja klasifikasinya?
TIS adalah tumor in situ, Ta adalah tumor papilari non invasif, T1 adalah tumor pada
jaringan ikat subepitel, T2 adalah tumor pada otot superfisial, T3 tumor mengenai otot
bagian dalam (T3A) atau jaringan lunak perivesika (T3B), T4 tumor mengenai prostate,
uterus, vagina, dinding pelvis, dan dinding abdomen. N0 tidak terdapat metastasis
kelenjar regional, N1 terdapat metastasis kelenjar regional (tunggal) dengan diameter ≤ 2
cm, N2 terdapat metastasis kelenjar regional tunggal > 2 cm dan < 5 cm, N3 terdapat
metastasis kelenjar regional multipel > 5 cm. M0 artinya tidak terdapat metastasis,
sedangkan M1 terdapat metastasis jauh3. Berdasarkan TNM staging system, penderita ini
diperlakukan sebagai karsinoma kandung kemih yang superfisial, sekurang-kurangnya
stadium T1
10. Apa saja pemeriksaan penunjang?
- Pemeriksaan laboratorium yang rutin dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap,
faal hati, faal ginjal, serta urinalisis lengkap
- Untuk evaluasi dari hematuri yang dicurigai akibat adanya tumor kandung kemih
perlu dilakukan pemeriksaan sitologi urin dan sistoskopi. Hasil sitologi urin yang
positif mengindikasikan adanya karsinoma sel transisional, tetapi tanpa adanya gejala
klinis yang mendukung maka hasil sitologi urin tersebut tidak cukup berarti, karena
sering ditemukannya hasil positif palsu
- Foto toraks dapat mendeteksi adanya metastasis tumor ke paru-paru
- Pielografi intravena digunakan untuk menentukan adanya obs truksi pada ureter,
pelebaran lokal, dan tumor pada sistem pelvio-kalises atau ureter
- Bila tampak adanya filling defects yang radiolusen di kandung kemih pada
pemeriksaan pielografi intravena dan tomografi komputer abdomen, maka harus
dicurigai adanya karsinoma kandung kemih
- Tomografi komputer abdomen dapat mendeteksi adanya pembesaran kelenjar limf di
pelvis dan abdomen, tetapi hanya sensitif jika ada invasi lokal tumor
- Tomografi komputer abdomen dan scan tulang dilakukan pada penderita yang
mengeluh nyeri tulang, peningkatan serum alkali fosfatase, atau peningkatan serum
transaminase.
- Ultrasonografi direkomendasikan penggunaannya karena berkemampuan untuk
mendeteksi tumor yang lebih besar dari 1,5 cm pada 58-94% kasus, teta pi tidak dapat
digunakan untuk menentukan derajat tumor. Ultrasonografi transurethral dapat
mempertinggi keakuratan diagnosis
- Sistoskopi dan biopsi pada dae-rah yang abnormal merupakan kunci diag-nosis dan
gradasi dari karsinoma kandung kemih.2
11. Bagaimanakah penatalaksanaannya?
- Penatalaksanaan karsinoma kandung kemih dilakukan berdasarkan sistem TNM. Pada
karsinoma kandung kemih yang superfisial (TIS, Ta, T1) biasanya dilakukan reseksi
tumor transuretral dan diikuti pemberian obat kemoterapi atau imunoterapi
intravesika. Pemberian obat intravesika yang banyak digunakan adalah mitomycin C
(MMC), doxorubicin, dan Bacillus Calmette-Guerin (BCG). Pemberian BCG
intravesika bersifat imunoterapi dengan menekan rekurensi serta progresifitas dari
karsinoma kandung kemih sehingga diindikasikan untuk penderita-penderita yang
cenderung mengalami kekambuhan setelah operasi reseksi transurethral
- Standar terapi untuk karsinoma kandung kemih yang invasif sampai ke otot (T2, T3)
adalah sistektomi radikal yang di beberapa negara telah digunakan sebagai terapi
standar utama. Radioterapi
- sebesar 5000–7000 cGy selama periode pemberian 5–8 minggu berperan sebagai
pengobatan alternatif dengan angka harapan hidup lima tahun sebesar 3045%.1,2
Karsinoma kandung kemih metastasis (T4) yang menggunakan obat kemoterapi,
biasanya berupa kombinasi M-VAC (Methotrexate, Vinblastin, Adriamycin, dan
Cisplatin), PT (Ciplastin dan Paklitaksel), GTC (Gemsitabin, Paklitaksel, Ciplastin),
atau CISCA (Cisplatin, Siklofosfamid, Adriamycin).
12. Apa saja komplikasi dari scenario?

Anda mungkin juga menyukai