1945(Analisis Deskriptif Komparatif Terhadap Hak Kebebasan
Beragama)
Oleh: YUYUN SETIOWATI (01120022/01400348)
Twinning Program
Dibuat: 20060711 , dengan 3 file(s).
Keywords: Piagam Madinah
Madinah dan Indonesia adalah negara yang mempunyai kemiripan dalam hal kemajemukan
warga negaranya, baik secara budaya, bahasa, etnis, adat istiadat, agama bahkan kepentingan
politik. Maka, untuk mengatur serta memberikan perlindungan terhadap kemajemukan
tersebut dibuatlah konstitusi yang dijadikan landasan hidup bersama dalam negara. Aturan
tersebut di Madinah dikenal dengan Piagam Madinah, sedangkan di Indonesia dikenal dengan
UUD 1945, didalamnya juga memuat tentang pengakuan hakhak asasi manusia baik antara
rakyat dengan rakyat maupun antara rakyat dengan pemerintah, pengaturan itu bukan berarti
pembatasan hak asasi manusia melainkan justru untuk melindungi hakhak asasi masing
masing pihak dalam berbagai bidang kehidupan yang harus dihormati dan dilaksanakan.
Hak kebebasan beragama adalah salah satu hak yang diatur dalam kedua konstitusi tersebut,
dan hak ini adalah hak yang paling asasi diantara hakhak asasi manusia lainnya karena
kebebasan beragama itu langsung bersumber pada martabat manusia sebagai mahluk ciptaan
Tuhan. Namun, dalam aplikasinya terutama di Indonesia hak kebebasan beragama tersebut
banyak memiliki permasalahan, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya tindakan yang
dilakukan oleh perorangan, kelompok, bahkan oleh negara yang mengarah pada pelanggaran
hak kebebasan beragama.
Dalam penulisan ini, penulis ingin mengetahui : (1) Bagaimanakah ketentuan hak asasi
manusia dalam Piagam Madinah dan UUD 1945 ? (2) Bagaimanakah ketentuan hak
kebebasan beragama dalam Piagam Madinah dan UUD 1945 ? (3) Bagaimanakah persamaan
dan perbedaan ketentuan hak kebebasan beragama dalam Piagam Madinah dan UUD 1945 ?
Jenis penulisan yang digunakan adalah model kajian kepustakaan (library reseach) dengan
menggunakan metode deskriptifkomparatif.
Kajian kepustakaan adalah pembacaan kritis dan mendalam terhadap bukubuku, literatur,
majalah, surat kabar, karyakarya dari para sarjana atau laporan hasil penelitian yang
berkaitan dengan permasalahan.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang sematamata berusaha memberikan gambaran
atau mendiskripsikan keadaan obyek atau permasalahan tanpa ada maksud untuk membuat
kesimpulan dan generalisasi. Sedangkan penelitian komparatif adalah sejenis penelitian
deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat dengan
menganalisa faktorfaktor penyebab suatu fenomena tertentu
Adapun teknik analisa data dilakukan dengan Metode Content Analysis, yaitu analisa
mendalam atas substansi literatur, baik literatur primer maupun literatur sekunder sehingga
sesuai dengan analisa yang dimaksud. Dari situ kemudian akan ditemukan baik persamaan
maupun perbedaan ketentuan hak kebebasan beragama yang ada dalam UUD 1945 maupun
dalam Piagam Madinah.
Berdasarkan hasil penulisan, dapat diketahui bahwa negara Madinah dan Indonesia bukanlah
negara berdasarkan agama tertentu, dan konstitusi dari kedua negara tersebut memberikan
jaminan dan perlindungan tentang hakhak asasi manusia dalam bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya, pertahananan keamanan, serta agama dengan memberikan hak kebebasan
beragama pada warganya yaitu hak tentang kebebasan untuk memeluk agama tertentu serta
beribadah berdasarkan agama dan keyakinannya tersebut. Di Piagam Madinah jaminan
tersebut terdapat dalam pasal 25pasal 35, sedangkan di UUD 1945 terdapat dalam pasal 28 E
ayat 1 dan 2, pasal 28 I ayat 1, serta pasal 29.
Dalam pelaksanaan jaminan hak kebebasan beragama tersebut, ternyata juga ditemukan
perbedaannya, yaitu di Madinah masingmasing agama dan kepercayaan yang ada diberikan
otoritas keagamaan dan hukum oleh negara, sementara di Indonesia agama tidak diberikan
otoritas baik dalam hal keagamaan maupun hukum, negara ikut campur dalam dua hal
tersebut dengan membuat berbagai peraturan perundangundangan, perselisihan yang terjadi
antar umat seagama maupun antar umat beragama diselesaikan bersama lembagalembaga
keagamaan, seperti MUI, PGI, KWI, PHDI, Walubi, dan lainlain. Apabila perselisihan
tersebut mengarah pada tindakan kriminal, maka penyelesaiannya adalah melalui jalur
pengadilan, baik pengadilan umum maupun pengadilan HAM.
Oleh karena itu diharapkan negara tidak terlalu mencampuri keberagamaan umat dan masing
masing pemeluk beragama, serta pihakpihak lain dapat selalu mengupayakan kerukunan
antar umat beragama dengan mengembangkam sikap saling toleransi, menghormati,
menghargai, saling bekerjasama dan selalu mengembangkan upaya dialog antar umat
beragama.