Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN PRAKTEK KLINIK

TATALAKSANA KASUS
RS PELABUHAN
RS PELABUHAN CIREBON
CIREBON 2018-2020

PERITONITIS TUBERCULOSA
DEFINISI Suatu peradangan pada peritoneum parietal atau viseral yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, dan terlihat
pada penyakit ini sering mengenai seluruh peritoneum, alat-alat
sistem gastrointestinial, mesenterium, dan organ genitalia interna.1
ANAMNESA  Sakit perut
 Pembengkakan perut
 Penurunan berat badan
 Nafsu makan hilang
 Demam
 Diare atau konstipasi
 Batuk
 Keringat malam.1,2,5,6,7,8
PEMERIKSAAN FISIK  Asites
 Demam
 Pembengkakan perut dan nyeri perut
 Hepatomegali
 Splenomegali
 Terlibatnya paru dan pleura (atas dasar foto thoraks)
 Ronkhi pada kedua paru
 Fenomena papan catur
 Teraba seperti tumor intraabdomen
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
TATALAKSANA KASUS
RS PELABUHAN RS PELABUHAN CIREBON
CIREBON 2018-2020

PERITONITIS TUBERCULOSA
KRITERIA DIAGNOSA Sebagian besar gejala klinis Tuberkulosis peritonitis memperlihatkan
gejala yang non-spesifik dan perjalanan klinis yang lambat, dan sulit
dibedakan dengan penyakit intraabdominal lainnya sehingga cukup
rumit untuk menegakkan diagnosis. Gejala klinis sangat bervariasi,
pada umumnya keluhan dan gejala timbul perlahan-lahan sampai
berbulan-bulan sehingga sering penderita tidak menyadari keadaan ini
Keluhan dan gejala yang didapatkan seperti : sakit perut ,
pembengkakan perut, asites, penurunan berat badan,
anoreksia,demam, diare,konstipasi, batuk,dan keringat malam.1,2,5,6,7,8
Pada pemeriksaan fisik gejala yang sering dijumpai adalah
asites,demam,pembengkakan perut dan nyeri perut, hepatomegali,dan
terlibatnya paru dan pleura (atas dasar foto thoraks). Fenomena papan
catur yang selalu dikatakan karakteristik pada penderita
DIAGNOSA KERJA Peritonitis Tuberculosa
DIAGNOSA BANDING 1. Tumor Intra Abdomen
PEMERIKSAAN Pemeriksaan Laboratorium
PENUNJANG 1. Pemeriksaan darah rutin sering dijumpai adanya anemia penyakit
kronis, leukositosis ringan ataupun leukopenia, trombositosis,
gangguan faal hati dan sering dijumpai laju endap darah (LED) yang
meningkat. Pada pemeriksaan tes tuberkulin hasilnya sering negatif.
2. Pemeriksaan analisa cairan asites umumnya memperlihatkan
eksudat dengan protein > 3 gr/dl, dengan jumlah sel diatas 100-
3000sel/ml.
3. Pemeriksaan basil tahan asam (BTA) didapatkan hasil kurang dari 5
% yang menunjukkan hasil positif dan dengan kultur cairan
ditemukan kurang dari 20% hasilnya positif.
4. Pemeriksaan cairan asites lain yang sangat membantu, cepat dan
non invasive adalah pemeriksaan ADA (adenosin deminase activity),
interferon gama (IFNϒ) dan PCR. Dengan kadar ADA > 33 u/l
mempunyai Sensitifitas 100%. Spesifitas 95%, dan dengan Cutt off >
33 u/l mengurangi false positif dari sirosis hati atau keganasan. Pada
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
TATALAKSANA KASUS
RS PELABUHAN RS PELABUHAN CIREBON
CIREBON 2018-2020

PERITONITIS TUBERCULOSA
sirosis hati konsentrasi ADA signifikan lebih rendah dari Tuberculosis
Peritoneal (14 ± 10,6 u/l) .1
5. Pemeriksaan CA-125. CA-125 (Cancer antigen 125) termasuk
tumor associated glycoprotein yang terdapat pada permukaan sel.

 USG (Ultrasonografi )
Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) dapat dilihat adanya
cairan dalam rongga peritoneum yang bebas atau terfiksasi (dalam
bentuk kantong-kantong).
 Peritonoskopi (Laparoskopi)
Peritonoskopi / laparoskopi merupakan pemeriksaan
makroskopi yang sangat berguna untuk menegakkan diagnosa
Tuberkulosis Peritonitis. Laparaskopi adalah cara yang relatif aman,
mudah, dan terbaik untuk mendiagnosa Tuberkulosis peritonitis.
Laparoskopi dengan biopsi merupakan gold standar untuk diagnosis
Tuberkulosis Peritonitis.
TERAPI Pada dasarnya pengobatan sama dengan pengobatan
tuberkulosis paru, obat-obat seperti :
streptomisin,INH,Etambutol,Ripamficin dan pirazinamid memberikan
hasil yang baik, dan perbaikan akan terlihat setelah 2 bulan
pengobatan dan lamanya pengobatan biasanya mencapai sembilan
bulan sampai 18 bulan atau lebih. 1,6
Untuk pengobatan Tuberkulosis pada organ lain, seperti TB
perironitis ini, lama pengobatan dapat diberikan 9-12 bulan. Panduan
OAT yang diberikan adalah 2RHZE/7-10 RH.14
EDUKASI Edukasi kepatuhan minum obat.
Tuberkulosis Peritonitis jika dapat segera ditegakkan dan mendapat
pengobatan umumnya akan menyembuh dengan pengobatan yang
adequate.
PROGNOSIS Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
KEPUSTAKAAN 1. Sutadi,Maryani.S. 2003. Tuberkulosis Peritoneal. Fakultas
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
TATALAKSANA KASUS
RS PELABUHAN RS PELABUHAN CIREBON
CIREBON 2018-2020

PERITONITIS TUBERCULOSA
Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Dalam Universitas
Sumatera Utara.
2. Lazarus, AA., Thilagar,B. 2007. Abdominal Tuberculosis.
United States Government. Dis Mon ;53:32-38.
3. Joseph, D.Boss.,et.al. 2012. TB Peritonitis Mistaken for
Ovarian Carcinomatosis Based on an Elevated CA-125. Case
Reports in Medicine. Hindawi publishing Corporation.
4. Vogel.,et.al. 2008. Tuberculous Peritonitis in a German patient
with Primary Billiary Cirrhosis. Journal of Medical Case
Reports, 2:32. BioMed Central Ltd. Available at
http://www.jmedicalcasereports.com/content/2/1/32. Di unduh
pada tanggal 6 juni 2012.
5. Chong, VH., Rajendran, N. 2005. Tuberculosis Peritonitis in
Negara Brunai Darussalam. Original Article. Annals Academy
of Medicine Singapore ; 34 (9) p 548-52.
6. Akin,Tarim.,et.al.2000. Diagnostic Tools For Tuberculous
Peritonitis. The Turkish Journal of Gastroenterology ; 11(2) p
162-65.
7. Chow,MK.,et.al 2001. Tuberculous Peritonitis-Associated
Mortality is High among Patients Waiting for the Results of
Mycobacterial Cultures of Ascitic Fluid Sampels. Oxford
Journals of Clinical Infectious ; 35 (4) p 409-13. Available at
http://cid.oxfordjournals.org/content/35/4/409.full. Di unduh
pada tanggal 6 juni 2012
8. Hu Leun-Ming.,et.al. 2009. Abdominal Tuberculosis :
Analysis of Clinical Features and Outcome of Adult Patients
in Southern Taiwan. Journal of Medical Chang Gung ; 32 (5) p
509-15.
9. Akpolat,Tekin. 2009. Tuberculosis Peritonitis. Peritoneal
Dyalisis International Istanbul,Turkey ;29 (2) p 166-69.
10. Manaf,Abdul.,et.al. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Departemen Kesehatan Republik Indonesia ; 2
(1) p. 13.
11. Anonym.2007. Tuberculosis : A Radiologic Review.
Radiographics The Journal of Continuing Medical Education
in Radiology ; 27 (5) p.1255-73.Available at
http://radiographics.rsna.org/content/27/5/1255/F32.expansion
.html. Di unduh pada tanggal 6 juni 2012.
12. Anonym.2007.Greater and Lesser Omenta :Normal Anatomy
and Pathologic Processes. Radiographics The Journal of
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
TATALAKSANA KASUS
RS PELABUHAN RS PELABUHAN CIREBON
CIREBON 2018-2020

PERITONITIS TUBERCULOSA
Continuing Medical Education in Radiology ; 27 (3) p.3707-
720.Available at
http://radiographics.rsna.org/content/27/3/707/F8.expansion.ht
ml. Di unduh pada tanggal 6 juni 2012.
13. Anonym.2009. TB Peritonitis on Laparascopy. Naugatuck
Valley Gastroenterology Consultans. Available at
http://planetgi.com/worxcms_published/atlas_abnormal_galler
y_page309.shtml. Di unduh pada tanggal 6 juni 2012.
14. Adiatma YT.,et.al. IPD’s CIM 1st Edition: Tuberkulosis. Pt
Medinfocomm Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai