PERITONITIS TB,
dr . Dewi Ajeng R.
Identitas • KeadaanUmum
• Kesadaran : compos mentis
• No. RM: 2019309046 • Pasien tampak lemah
• Nama Pasien: sdr. NA • BB : 45kg
• Usia : 20 thun • TB : 160 cm
• Tanggal Di rawat : 2 Aguastus 2019 • Tanda-tanda vital
• Alamat : Brebes • TD : 129/90 mmHg
• Suhu : 38.6°C
• Nadi : 134x/menit
• Pernafasan : 28x/menit
• SpO2 : 94%
•
Anamnesis
• Keluhan utama : nyeri perut
• Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke IGD RS Pelabuhan nyeri perut disertai dengan mual dan
terkadang sampai muntah , keluhan tersebut dirasakan sudah 2-3 bulan
SMRS. Berat badan Os semakin lama semakin turun , nafsu makan (-).
Batuk (+) sudah lama lebih dari 2 minggu.
Sesak (+), demam (+) , lemas (+) terus menerus .
Menurut keluarga Os sebelum nya os sempat dirawat di Rs lain dengan
keluhan sama tapi tidak membaik akhirnya os pulang paksa,
• OS adalah perokok aktif dalam sehari sekitar 1 bungkus .
Riwayat keluarga : ayah os telah terdiagnosis terkena flek tapi
ayah os mengaku tidak rutin mengkonsusmsi obat yang telah
diberikan dokter .
Riwayat alergi : disangkal
Pemeriksaan fisik
• Kesadaran : E4V5M6
• Tekanan darah : 109/ 81mmHg
• Nadi : 80 x/menit, cepat, kuat
• Pernafasan : 22x/menit
• Suhu : 36,2 C
• Saturasi : 95%
• Tinggi badan : 160
• Berat badan : 45
• Status gizi : kurang
Kepala :
Bentuk : normochepal
Mata : konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-.
pupil bulat dan isokor,
Hidung :, tidak deviasi septum, tidak ada sekret, dan tidak hiperemis.
Telinga : Bentuk normal, liang telinga luas, tidak ada sekret, tidak ada darah, tidak ada
tanda radang, membran timpani intak.
Mulut : Bibir tidak sianosis, gigi geligi lengkap, gusi tidak hipertropi, lidah tidak kotor,
mukosa mulut basah, tonsil T1-T1 tidak hiperemis.
Leher
Tidak terlihat pembesaran tiroid
JVP tidak meningkat
KGB teraba membesar
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Punctum maximum teraba
Perkusi :
Batas jantung kanan : linea sternalis dextra
Batas jantung kiri : linea midclavicularis sinistra
Batas atas : ICS III sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung 1 2 reguler, murmur(-), gallop (-)
Pulmo
Inspeksi :Pergerakan dada simetris saat statis dan
dinamis
Palpasi : Vokal fremitus kiri bawah sedikit menurun
Perkusi : sedikit redup kiri bawah
Auskultasi menurun di bagian kiri bawah, ronki -/-,
wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : cembung , distensi (+)
Auskultasi : BU sulit dinilai
Perkusi : shifting dullness (+)
Palpasi : hepar dan lien sulit dinilai , nyeri tekan (+),
teraba massa (+)
P:
- inj. Ranitidin 2x 50 mg
- inj. Ondancetron 2x 4mg
- pro tranfusi 2 PRC
- IVFD Futrolit 20 tpm
- cefixime 2x100 mg
- sohobion 1x1
- ambroxol 4x1
- loratadin 2x1
Pro USg
Follow up 5 agustus 2019
• S : nyeri perut, Lemas • PX Penunjang :
O : TD : 132/72 N : 83 RR :20x/mnit • Hemoglobin : 10,2
Mata : CA +/+ • Leukosit : 8,57
Thorax : • hematokrit :31,1
pulmo :SDV menurun -/+ , redup di bagian • trombosit : 95
bawah -/+
Cor : s12 reguller
Ureum : 13,99
Abdomen : cembung ,distensi +, shiffting
dullness+, nyeri +,teraba massa (+) Kreatinin : 0,5
Extremitas : akral hangat , pucat +
Hasil usg abdomen
A : anemia, asites, efusi pleura, peritonitis TB
P : - inj. Ranitidin 2x 50 mg
- inj. Ondancetron 2x 4mg
- IVFD Futrolit 20 tpm
- cefixime 2x100 mg
- sohobion 1x1
- ambroxol 4x1
- loratadin 2x1
- 4 FDC 0-0-3
Pemeriksaan LED
FOLLOW UP 6 Agustus 2019
• S : nyeri perut, perut bengkak • PX. Penunjang :
O : TD : 132/72 N : 83 RR :20x/mnit • LED 1 JAM : 55.0 (H)
Mata : CA +/+ • Led 2 JAM : 92,0 (H)
Thorax :
pulmo :SDV menurun -/+ , redup di • SGOT :46
bagian bawah -/+
• SGPT : 20
Cor : s12 reguller
Abdomen : cembung ,distensi +,
shiffting dullness+, nyeri +,
Extremitas : akral hangat , pucat +
A : Anemia, efusi pleura,asites, peritonitis , Tb,
P : - inj. Ranitidin 2x 50 mg
- inj. Ondancetron 2x 4mg
- IVFD Futrolit 20 tpm
- cefixime 2x100 mg
- sohobion 1x1
- ambroxol 4x1
- loratadin 2x1
- 4 FDC 0-0-3
- inj. Streptomisin 1gr 0-0-1
P : - inj. Ranitidin 2x 50 mg
- inj. Ondancetron 2x 4mg
- IVFD Futrolit 20 tpm
- cefixime 2x100 mg
- sohobion 1x1
- ambroxol 4x1
- loratadin 2x1
- 4 FDC 0-0-3
- inj. Streptomisin 1gr 0-0-1
- inj dexamethasone 2x1
FOLLOW UP 10 Agustus 2019
• S : nyeri perut, lemas • Px penunjang :
O : TD : 95/7288 N : 83 RR :20x/mnit • Hemoglobin : 8,7
Mata : CA +/+ • leukosit : 4,54
Thorax : • Hematokrit 26,6
pulmo :SDV menurun -/+ , redup di bagian • trombosit : 20 LL
bawah -/+
Cor : s12 reguller
A : Anemia, efusi pleura,asites,
Abdomen : cembung ,distensi +, shiffting peritonitis , Tb,
dullness+, nyeri +,
Extremitas : akral hangat , pucat + P : terapi lanjut
PRO trannfusi 2 PrC
FOLLOW UP 12 Agustus 2019
• S : lemas, Pusing • Px penunjang :
O : TD : 79/59 N : 68 RR :20x/mnit suhu • Hemoglobin 8,8
36,7
• Leukosit 10,44
Mata : CA +/+
• Hematokrit : 26,6
Thorax :
• Trombosit : 26
pulmo :SDV menurun -/+ , redup di bagian
bawah -/+ * Post tranfusi 1,5 labu PRC
Cor : s12 reguller
Abdomen : cembung ,distensi +, shiffting
dullness+, nyeri +,
Extremitas : akral hangat , pucat +
A : Anemia, efusi pleura,asites, peritonitis Tb,
P : - inj. Ranitidin 2x 50 mg
- inj. Ondancetron 2x 4mg
- IVFD Futrolit 20 tpm
- Ofloxacin 2x400 mg
- sohobion 1x1
- loratadin 2x1
- RHZE 0-0-3
- inj. Streptomisin 1gr 0-0-1
- inj dexamethasone 3x1
Dasar Teori dan
Pembahasan
Anemia
• Anemia didefinisikan sebagai nilai hemoglobin di bawah batas nilai normal sesuai dengan
usia5.
• 2.3.2 Etiologi
• Berdasarkan etiologinya, anemia dapat dibagi menjadi1
• 1. Kurangnya produksi/kegagalan produksi sel darah merah
• a. Anemia aplastik
• a.2 Faktor didapat
• 1. Bahan kimia, seperti benzene, insektisida, dan lain-lain
• 2. Obat-obatan, seperti kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin
(antihistamin), obat sitostatika (myleran, methotrexate, vincristine, dan sebagainya)
• 3. Radiasi
• 4. Idiopatik
•
• b. Anemia defisiensi
• 1 Anemia defisiensi besi
• 2 Anemia defisiensi asam folat
• 3 Anemia defisiensi vitamin B12
• c. Anemia karena penyakit kronis
• .1 Penyakit ginjal
• .2 Penyakit liver
• .3 Infeksi kronis
• .4 Neoplasia
•
• d. Anemia Diamond-Blackfan (pure red cell aplasia)
• Pure red cell aplasia (PRCA) merupakan gangguan dimana terjadi kegagalan
maturasi eritrosit. Pada sum-sum tulang tidak terdapat eritroblas yang merupakan
prekursor dari eritrosit. Keadaan ini berbeda dari anemia aplastik, dimana pada
pure red cell aplasia ini produksi leukosit dan trombosit normal7. PRCA dapat
disebabkan oleh kelainan congenital, infeksi virus, atau karena penggunaan obat-
obatan tertentu (Azathioprine, kloramfenikol, tiamfenikol, isoniazid, dll).
•
• 2. Penghancuran
• Terjadi akibat penghancuran (hemolisis) eritrosit yang berlebihan. a. Faktor
intrasel
• Sickle cell anemia, talasemia, sferositosis congenital, defisiensi enzim
eritrosit (G-6PD, piruvat kinase, glutation reduktase).
• b. Faktor ekstrasel
• Intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis (inkompatibilitas golongan darah,
reaksi hemolitik pada transfusi darah).
•
• 3. Perdarahan
• a. Perdarahan akut
• b. Perdarahan kronis
• Perdarahan yang bersifat kronis dapat disebabkan oleh perdarahan
gastrointestinal, misalnya karena ulkus peptikum. Selain itu juga dapat
disebabkan oleh proses keganasan, seperti kanker kolon, walaupun jarang terjadi
pada anak-anak. Perdarahan yang bersifat kronis ini akan menyebabkan defisiensi
zat besi.
• 2.3.4 Manifestasi Klinis
• Pada anemia ringan mungkin dapat bersifat asimptomatik.
• Pada anemia terjadi penurun kapasitas pengangkutan oksigen ke jaringan. Oleh
sebab itu manifestasi yang muncul berkaitan dengan keadaan hipoksia jaringan,
seperti kelemahan otot, mudah lelah, takipnea, sesak nafas saat aktivitas,
takikardia, dan dapat pula terjadi gagal jantung kongestif pada anemia yang
berat dengan sebab apapun3.
• Manifestasi sistem saraf pusat dapat berupa sakit kepala, rasa melayang
(dizziness), iritabilitas, daya pikir lambat, penurunan atensi, dan apatis.
• Pemeriksaan Fisik
• Pertama-tama perhatikan habitus pasien. Amati adanya habitus yang tidak
normal, seperti pada pasien dengan malnutrisi atau penyakit kronis. Tanda-
tanda anemia yang dapat ditemukan berupa kulit dan mukosa yang pucat.
Konjungtiva merupakan lokasi yang mudah diperiksa untuk mengidentifikasi
adanya anemia. Spoon nail merupakan tanda yang dapat ditemui pada pasien
dengan anemia defisiensi besi. Kemudian lakukan pemeriksaan sistematis untuk
mempalpasi pembesaran kelenjar getah bening. Adanya limfadenopati dapat
mengindikasikan adanya infeksi atau suatu proses keganasan.
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan darah lengkap dan zat besi
• Untuk menegakkan diagnosis anemia, diperlukan pemeriksaan
darah lengkap, yang mencakup kadar hemoglobin, hematokrit,
leukosit, dan trombosit, serta mean corpuscular volume (MCV),
mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC), dan Mean
corpuscular hemoglobin (MCH).
Tabel 4. Anemia mikrositik hipokrom
(MCV < 83 fl; MCHC < 31%)
• Apabila kadar zat besi dalam serum menurun dan TIBC meningkat, maka
diagnosis defisiensi zat besi dapat ditegakkan, terapi zat besi dapat dimulai,
serta dapat dicari penyebab dari defisiensi zat besi tersebut
• Pada anemia makrositik, dapat dilakukan aspirasi sum-sum tulang untuk
menentukan apakah sel darah merah megaloblastik atau tidak. Pada anemia
megaloblastik, penyebab yang utama ialah defisiensi vitamin B12 atau asam
folat.
• Anemia normositik normokrom dapat terjadi pada tiga keadaan, yaitu
perdarahan, hemolisis, dan berkurangnya produksi. Perlu dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut untuk menentukan etiologi dari anemia normositik normokrom.
Tabel 5. Anemia makrositik (MCV >95 fl)
• Pemeriksaan fisik1,7
• Pada pemeriksaan fisik paru, dapat didapatkan :
• Inspeksi : pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena. Ruang
interkostal menonjol (efusi pleura berat)
• Palpasi : fremitus vocal dan raba berkurang pada bagian yang terkena.
• Perkusi : perkusi meredup di atas efusi pleura
• Auskultasi : suara napas berkurang di atas efusi pleura
• Pemeriksaan Penunjang
• Foto Thoraks (X-Ray)
• Torakosentesis
Aspirasi cairan pleura (torakosintesis) berguna sebagai sarana untuk diagnostik maupun
terapeutik.
• Tatalaksana
Tatalaksana pada efusi leura bertujuan untuk menghilangkan gejala nyeri dan sesak yang
dirasakan pasien, mengobati penyakit dasar, mencegah fibrosis pleura, dan mencegah
kekambuhan.8
• Aspirasi cairan pleura
Aspirasi cairan pleura (torakosintesis) berguna sebagai sarana untuk diagnostik maupun
terapeutik. Cairan pleura dapat dikeluarkan dengan jalan aspirasi berulang atau dengan
pemasangan selang toraks yang dihubungkan dengan Water Seal Drainage (WSD).
• Pleurodesis
Tujuan utama tindakan ini adalah melekatkan pleura viseral dengan pleura
parietalis, dengan jalan memasukkan suatu bahan kimia atau kuman ke
dalam rongga pleura sehingga terjadi keadaan pleuritis obliteratif
• Pembedahan
Pleurektomi jarang dikerjakan pada efusi pleura keganasan, oleh karena
efusi pleura keganasan pada umumnya merupakan stadium lanjut dari suatu
keganasan dan pembedahan menimbulkan resiko yang besar.
Tuberkulosis peritonitis
• Tuberkulosis peritonitis merupakan suatu peradangan pada
peritoneum parietal atau viseral yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis, dan terlihat pada penyakit ini sering
mengenai seluruh peritoneum, alat-alat sistem gastrointestinial,
mesenterium, dan organ genitalia interna.1
• PATOGENESIS
• Patogenesis Tuberkulosis peritonitis didahului oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis yang menyebar secara hematogen ke organ-organ di luar paru
termasuk peritoneum. Dengan perjalanan waktu dan menurunnya daya tahan
tubuh dapat mengakibatkan terjadinya Tuberkulosis peritonitis.
• Pada peritoneum terjadi tuberkel dengan massa perkijuan yang dapat
membentuk satu kesatuan (konfluen). Pada perkembangan selanjutnya dapat
terjadi penggumpalan atau pembentukan nodul tuberkulosis pada omentum di
daerah epigastrium dan melekat pada organ-organ abdomen dan lapisan viseral
maupun parietal sehingga dapat menyebabkan obstruksi usus dan pada akhirnya
dapat mengakibatkan tuberkulosis peritonitis.
• Terjadinya Tuberkulosis peritonitis melalui beberapa cara, yaitu :1,2
• Melalui penyebaran hematogen terutama dari paru-paru
• Melalui dinding usus yang terinfeksi
• Dari kelenjar limfe mesenterium
• Melalui tuba fallopi yang terinfeksi
Terdapat 3 bentuk peritonitis tuberkulosa,
yaitu : 1
• Bentuk eksudatif
• Bentuk ini dikenal juga sebagai bentuk yang basah atau bentuk
asites yang banyak, gejala menonjol ialah perut membesar dan
berisi cairan (asites). Pada bentuk ini perlengketan tidak banyak
dijumpai. Tuberkel sering dijumpai kecil-kecil berwarna putih
kekuning-kuningan milier, nampak tersebar di peritoneum atau
pada alat-alat tubuh yang berada di rongga peritoneum.
• Bentuk adhesive
• Disebut juga sebagai bentuk kering atau plastik dimana cairan
tidak banyak dibentuk. Pada jenis ini lebih banyak terjadi
perlengketan. Perlengketan yang luas antara usus dan
peritoneum sering memberikan gambaran seperti tumor,
kadangkadang terbentuk fistel. Hal ini disebabkan karena
adanya perlengketanperlengketan. Kadang-kadang terbentuk
fistel, hal ini disebabkan karena perlengketan dinding usus dan
peritoneum parintel kemudian timbul proses necrosis. Bentuk ini
sering menimbulkan keadaan ileus obstruksi
• Bentuk campuran
• Bentuk ini kadang-kaadang disebut juga kista, pembengkakan kista terjadi
melalui proses eksudasi bersama-sama dengan adhesi sehingga terbentuk
cairan dalam kantong-kantong perlengketan tersebut. Beberapa penulis
menganggap bahwa pembagian ini lebih bersifat untuk melihat tingkat
penyakit, dimana pada mulanya terjadi bentuk exudatif dan kemudian
bentuk adhesive.
• IV. GEJALA KLINIS
• Sebagian besar gejala klinis Tuberkulosis peritonitis memperlihatkan gejala
yang non-spesifik dan perjalanan klinis yang lambat, dan sulit dibedakan dengan
penyakit intraabdominal lainnya sehingga cukup rumit untuk menegakkan
diagnosis. Gejala klinis sangat bervariasi, pada umumnya keluhan dan gejala
timbul perlahan-lahan sampai berbulan-bulan sehingga sering penderita tidak
menyadari keadaan ini.2
• Keluhan dan gejala yang didapatkan seperti : sakit perut , pembengkakan
perut, asites, penurunan berat badan, anoreksia,demam, diare,konstipasi,
batuk,dan keringat malam.1,2,5,6,7,8
Tabel 1. Keluhan pasien Tuberkulosis Peritonitis
bersumber dari beberapa penelitian.1,5,6,7,8
Keluhan Sulaiman A Manohar dkk Tarim Akin Kai Ming Chow VH Chong,N Ming-Leun Hu
1975-1979 1984-1988 dkk dkk Rajendran dkk
30 pasien 45 pasien 1988-1997 1989-2000 1995-2004 2000-2006
% % 23 pasien 60 pasien 10 pasien 14 pasien
% % % %
Biopsi Invasive