Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SISTEMATIKA CHORDATA

“KODOK”

Disusun oleh :
Kelompok I
Nama:
Grace Ega Yulianti Lumban Raja Novisos Antoni (17101102021)
(1710102019) Kevin A. T. Timbuleng (17101102009)
Ayu Hafsari Kaplale (17101102031) Lady Intan Chasanah (17101102015)
Siti Marfuah (17101102013) Kesia E. Tampanguma (17101102039)
Susanti Lisu Bulawan (17101102001) Yeni Agselvia (17101102043)
Dewi Lestari (17101102033) Brenda Lengkong (17101102035)
Christy Trivena Pangala (17101102003) Erica Carla Wua (17101102045)
Melitia Lifny Sendo (17101102005) Ryan Mongdong (17101102049)
Divaini Eliane J. Humambi (17101102011) Leana Maniawasi (17101102053)
Christia Bororing (17101102007) Regina Hegemur (17101102055)
Fransky Salindeho (17101102017)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kemurahan-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Sistematika Chordata yang membahas tentang
Kodok. Makalah ini berisikan tentang informasi kajian tentang Kodok, ciri-ciri, klasifikasi dan
contoh-contoh spesies kodok.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Saya
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan sederhana
ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca.

Manado, 02 September 2019

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar......................................................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................................................. iii
BAB I
Pendahuluan ............................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masah ................................................................................................................ 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................................ 1
BAB II
Tinjauan Pustaka ..................................................................................................................... 2
2.1 Ciri-ciri Kodok .................................................................................................................. 2
2.2 Klasifikasi Kodok .............................................................................................................. 5
BAB III
Penutup .................................................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 11
Daftar Pustaka ......................................................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kodok ini menyebar luas mulai dari India, Republik Rakyat Cina selatan, Indochina
sampai ke Indonesia bagian barat. Di Indonesia, dengan menumpang pergerakan manusia,
hewan amfibi ini dengan cepat menyebar (menginvasi) dari pulau ke pulau. Kini bangkong
kolong juga telah ditemui di Bali, Lombok, Sulawesi dan Papua barat.
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Bufonidae
Genus : Bufo
Spesies : Bufo melanostictus

Kodok berukuran sedang, yang dewasa berperut gendut, berbintil-bintil kasar. Bangkong jantan
panjangnya (dari moncong ke anus) 55-80 mm, betina 65-85 mm. Di atas kepala terdapat gigir
keras menonjol yang bersambungan, mulai dari atas moncong; melewati atas, depan dan
belakang mata; hingga di atas timpanum (gendang telinga). Gigir ini biasanya berwarna
kehitaman. Sepasang kelenjar parotoid (kelenjar racun) yang besar panjang terdapat di atas
tengkuk.

Bagian punggung bervariasi warnanya antara coklat abu-abu gelap, kekuningan, kemerahan,
sampai kehitaman. Ada pula yang dengan warna dasar kuning kecoklatan atau hitam keabu-
abuan. Terdapat bintil-bintil kasar di punggung dengan ujung kehitaman.

Sisi bawah tubuh putih keabu-abuan, berbintil-bintil agak kasar. Telapak tangan dan kaki
dengan warna hitam atau kehitaman; tanpa selaput renang, atau kaki dengan selaput renang
yang sangat pendek. Hewan jantan umumnya dengan dagu kusam kemerahan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana ciri-ciri kodok?
1.2.2 Bagaimana Klasifikasi kodok?
1.2.3 Bagaimana contoh spesies kodok?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui ciri-ciri kodok
1.3.2 Untuk mengetahui klasifikasi kodok
1.3.3 Untuk mengetahui contoh spesies kodok

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ciri-ciri Kodok

Secara morfologi pada kodok, telah ditemukan bagian-bagian antara lain lubang hidung
bagian luar (nares eksterna), mata, membrane thympanium, valvebra superior, valvebra
inferior,falangs,radius ulna,humerus, femur, tibia fibula, metatarsal, kloaka, karpal,tarsal, lidah,
maxilla dan mandibula. Kodok ini terdiri dari kepala (caput), badan (truncus), dan anggota
depan belakang (ekskrimitas anterior dan posterior). Dari morfologi, dapat dibedakan kodok
jantan dan kodok betina karena kodok jantan tubuhnya lebih kecil, pada kaki depan terdapat
bantalan kawin (nuptial flight yang berfungsi untuk menekan tubuh betina seta memberi tanda
apabila jantan akan mengeluarkan spermatozoa), dan pada bagian rahang bawah (mandibula)
terdapat sepasang noda hitam yang menandakan bahwa katak jantan mempunyai sepasang
kantung suara (saccus vocalis), yang berfungsi sebagai resonansi suara.

 Kulit (Integument): Kulit katak selalu basah karena adanya sekresi kulit yang banyak
sekali. Kulit juga mudah dilepas dari tubuhnya karena diantara kulit dan otot terdapat
delapan macam kantung-kantung limpa atau saccus limphaticus yaitu saccus
limphatycus dorsalis, submandibularis, pectoralis, abdominalis,lateralis, rachialis,
dan crucalis. Bagian punggung disebut bagian dorsalis, bagian perut disebut
ventralis. Mulut (Rima oris): Terdapat pada ujung anterior, lebar dan berfungsi untuk
menangkap mangsa dengan bantuan lidah yang berlendir.
 Lubang hidung (Nares eksterna-nares anterior): Merupakan sepasan lubang kecil
yang terdapat diatas mulut dan lubang ini berhubungan dengan rongga mulut melelui
hidung dalam (nares interna – nares posterior = choanae).
 Mata (organon visus): Mata menonjol dan dilindungi oleh dua kelopak mata yang
tidak dapat bergerak, bagian atas disebut valvebra superior, bagian bawah disebut
valvebra inferior serta kelopak mata ketiga berupa selaput bening yang dapat
digerakkan dari bawah keatas disebut membrane nictitans yang berfungsi untuk
melindungi mata dari gesekan air.
 Telinga (membrane thympanium): Merupakan gendang pendengaran yang berfungsi
untuk menerima getaran suara, terletak caudal dari mata dan pada bagian permukaan.
Pada telinga tidak terdapat daun telinga (pinna auricularis).
 Alat gerak (kaki depan – kaki belakang): Kodok jantan tubuhnya lebih kecil, pada
kaki depan terdapat bantalan kawin (nuptial flight) yang berfungsi untuk menekan
tubuh betina serta memberi tanda apabila jantan akan mengeluarkan spermatozoa.
Seekor katak didarat bertopang pada sepasan kaki depan, sedangkan kaki belakan
terlipat pada sisi tubuhnya. Kalau melompat, kaki belakang akan diluruskan dengan
bantuan tendon achiles. bila di air, kaki ini digunakan untuk mengayuh kuat dengan
bantuan selaput renangnya, sehingga tubuhnya dapat maju kedepan.

Pada pengamatan secara anatomi kodok, telah ditemukan organ-organ antara lain adalah
jantung (cor), hati (hepar), paru-paru (pulmo), kantung empedu (vesica vellea), pancreas
(pancreas), lambung (ventriculus), kerongkongan (esofagus), usus 12 jari, usus halus

2
(intestinum), usus besar (rectum), ginjal (ren), pericardium (selaput tipis pembungkus jantung),
kloaka.

 System Pencernaan: Pada pengamatan saluran pencernaan, ada bagian halus yang
disingkirkan agar mudah diamati dari esophagus sampai ke muara kloaka, saluran
pencernaan ini terdiri dari : (a). Rongga mulut (rima oris): Rongga mulut merupakan
tempat makanan masuk pertama kali. Terdapat faring yang merupakan organ pendek
dan sempit yang merupakan lanjutan dari rongga mulut. Kemudian ada bagian
kerongkongan (esophagus) yang biasa disebut sebagai usus penelan. (b). Lambung
(gaster): Lambung terletak disebelah kiri dari rongga tubuh. Mempunyai dinding yang
tebal yang merupakan tempat menampung makanan. Makanan yang masuk kedalam
rongga ini mulai dicerna. Bagian interior disebut cardia, bagian tengah disebut fundus
dan bagian posterior yang agak sempit disebut pylorus. (c). Usus halus (intestinum):
Usus halus marupakan bagian setelah pylorus berliku-liku. Bagian interior setelah
pillorus disebut duodenum. Usus halus ini tidak berdiri sendiri tetapi digantung oleh
selaput tipis yang disebut inesentrium. Pada duodenum terdapat muara saluran
pelepasan dari hati dan pancreas yang dissebut ductus choledachus (anonym 2010).
(d). Usus kasar (rectum): Usus kasar merupakan lanjutan dari usus halus dan tempat
sisa hasil metabolism dari makanan dan bermuara ke kloaka.
 Kelenjar Pencernaan: Hati (hepar) merupakan organ yang terletak posterior dari
jantung. Terdiri dari tiga lobus, terdapat kantung empedu (vesica vellea) ada lobus
kanan hati. Hati menghasilkan cairan empedu yan dihasilkan oleh sel-sel hati dan
disimpan dalam kantung empedu melalui ductus hepaticus. Bila diperlukan, maka
empedu akan dikeluarkan dari kantung empedu melalui duscus cysticus dan akan
bermuara melalui duscus choledachus. Pancreas (pancreas) marupakan organ yang
tipis, berwarna kuning muda dan terletak pada mesentrium yang terdapat diantara
lambung dan duodenum. Pancreas menghasilkan enzim pancreas dan dikeluarkan
melalui ductus pancreates dan dilanjutkan ke ductus choledachus dan bermuara di
duodenum. Limpa merupakan organ yang berwarna merah tua, terletak diantara
intestinum dan sebenarnya tidak termasuk kedalam system pencernaan, tetapi ada
hubungannya dengan system peredaran darah. Selain ketiga organ yang disebutkan,
masih terdapat kelenjar pencernaan yang terdapat di esophagus, lambung dan usus,
tetapi kelenjar ini hanya dapat dilihat dibawah mikroskop.
 System Respirasi (pernapasan): Paru-paru (pulmo) merupakan dua buah kantong yang
elastic. Permukaan bagian dalam mengandung banyak lipatan untuk mempeluas
permukaan respirasi. Pulmo pada kodok berhubungan kangsung dengan laring, dan
laring berhubungan langsung dengan rongga mulut melalui celah auditus laryngis atau
glotis. Kulit (integument) sering digunakan oleh kodok untuk membantu system
respirasi melalui pembuluh vena cutunea inagra yang tersebar dibagian dalam kulit
untuk mempermudah difusi oksigen dan karbon dioksida melalui darah. System
respirasi pada kodok terjadi dalam beberapa fase yaitu : (a). Aspirasi yaitu cavum oris
menutup, otot submandibularis mengalami relaksasi , sementaara otot strerrophyodeus
berkontraksi sehingga cavum oris membesar dan memungkinkan undara masuk
melalui nares eksterna atau nares interior. (b). Inspirasi yaitu nares tertutup oleh kutub,
diikuti oleh kontraksi otot submandibularis dan geniohyoideus, akibatnya cavum oris
mengecil dan udara masuk ke laringnya melalui glotis (aditus laryngis) dan kemudian
3
pulmo mengembang. (c). Ekspirasi yaitu otot submandibularis mengalami relaksasi
sedangkan otot sternnohyodeus dan otot-otot perut mengalami kontraksi yang
mengakibatkan udara yang ada di dalam pulmo keluar. Atau glotis menututup, nares
terbuka,, sementara otot submandibularis dan otot geniohyoideus berkontraksi dan
mengakibatkan cavum oris menyempit dan udara dihembuskan keluar pulmo.
 System urogenitalia: System uroginetalia merupakan system yang saling berkaitan,
yaitu system ekskretoris (pengeluaran) dan system genital (kelamin). System
ekskretoris terdiri dari ginjal (ren), ureter (ductus), dan kantung urine (vesica urinaria).
Ginjal adalah sepasang organ dalam yang berwarna merah kecoklatan dan terletak
pada bagian dasar rongga tubuh, disebelah kanan dan kiri dari tulang vertebrata. Pada
permukaan vential pada ren terdapat kelenjar adrenal (grandula suprarenalis),
merupakan kelenjar endokrin yang dapat menghasilkan hormone adrenalin. Ureter
adalah mesonerfos atau ductus wolfii dan merupakan sepasang saluran yang keluar
dari tepi lateral dari ginjal, tempat lewat urine dan akan ditampung pada kantung urine
(vesica urinaria). Khusus pada jantan digunakan juga untuk lewatnya spermatozoa
yang dihasilkann oleh testis melalui vasa diferentia kemudian masuk kedalam ureter
pada bagian bawah dan masuk kedalam vesica urinaria. Oleh ssebab itu disebut juga
sebagai ductus urospematicus. Kantung urine mempunyai dinding yang tipis, terletak
ventral dari rectum dan bermuara ke kloaka. Sedangkan system genitalia terdiri dari
alat kelamin jantan dan alat kelamin betina. Alat kelamin betina terdapat ovarium yang
merupakan sepasang kantung besar yang mengandung sel-sel telur, dan bila bengkak
akan menutup semua bagian abdomen seta dilindungi oleh selaput tipis mesovarium.
Sel telur yang sudah matang akan memecahkan dinding ovarium dan dengan bantuan
silia seta otot abdomen, telur-telur tersebut didorong kedepan menuju ostium tubae
atau ostium abdominate yang terletak dikiri dan kanan esophagus dan merupakan
pangkal dari saluran telur. Saluran telur (oviduct) adalah sepasan berliku-liku dan
berwarna putih. Telur-telur yang matang tadi akan masuk kedalam oviduct, dan
sebelum bermuara ke kloaka akan masuk terlebih dahulu ke ovisac (oviduk yang telah
mengalami pelebaran) atau lazimnya disebut uterus atau rahim. Uterus merupakan
tempat penyimpanan sementara sel telur sebelum keluar dari tubuh karena fertilisasi
(pembuahan). Pada kodok, pembuahan yang terjadi adalah pembuahan eksternal atau
diluar tubuhh induk betina dengan bantuan air. Badan-badan lemak (corpus adiposum)
menyerupai tangan atau daun berwarna kekuningan, terletak diatas ginjal dan berisi
makanan cadangan yang digunakan pada musim kawin. Sedangkan alat kelamin jantan
terdapat sepasan testis yang berbentuk bulat memanjang dan berwarna putih
kekuningan. Spermatozoa dihasilkan oleh jaringan testis yang dolindungi oleh selaput
mesorchium. Spermatozoa dikeluarkan melalui vase differentia menyusuri bagian
lateral dan ren. Vase differentia berupa saluran-saluran halus dari testis serta melalui
mesorchium, selanjutnya akan bermuara ke ductus urospermaticus. Ductus
urospermaticus merupakan bagian caudal dari ductus urospermaticus, serta
penyimpanan terakhir spermatozoa sebelum keluar dari tubuh.
 System peredaran darah: Untuk mempelajari system peredaran darah, sebaiknya
digunakan hewan baru atau hewan yang sudah diawetkan, dengan pewarna lateks yang
berbeda. Letakkan hewan pada bagian dorsal pada papan bedah kemudian kulitnya
dibuka vena cutanea magna yang terletak pada kulit yang rusak. Pada kodok, ada
4
beberapa organ yang berfungsi untuk mendukung system peredaran darahnnya natra
lain adalah jantung, conus arteriosus, truncus arteriosus, sinus venosus, vena iliaca
interna, vena renalis adveheter, vena cava posterior dan juga limfa. Jantung (cor)
terdiri atas satu atrium dan satu ventrikel, atrium sinistra, menerima darah dari vena
pulomalis, atrium dekstra menerima darah dari sinus venosus. Ventrikel berdinding
tebal, adanya trabeculae (penonjolan) dari otot jantung (miokardium). Conus
arteriosus mempunyai letak yang miring kearah kiri, berwarna putih serta menerima
darah dari cor. Truncus arteriosus merupakan lanjutan dari conus arteriosus, bagian
distalnya bercabang dua kearah kiri dan kanan. Sinus venosus adalah salah satu bagian
dari jantung yang berfungsi untuk menampung darah. System peredaran darah arteri
terdiri dari system peredaran darah arteri dan system peredaran darah vena yang terdiri
dari vena langsung dan system peredaran darah tidak langsung. Vena iliaca interna
mengalirkan darah dari vena iliaca interna dengan vena iliaca eksterna yang
mengalirkan darah menuju ren. Vena renalis adveheter (lima pasang) pembuluh
pendek yang datang dari portase menuju ren. Vena cava posterior menerima dari
cospus adiposum, gonad dan ren melalui vena renalis revehetes. Selain system
peredaran darah, pada kodok juga terdapat limfa yang berfungsi untuk mengembalikan
plasma darah kembali ke jantung melalui pembuluh vena.
2.2 Klasifikasi Kodok
2.2.1 Famili Bufonidae

Bufo calamita

Ciri-ciri : Kulit kasar dan berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan
terdapat pematang di kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal. Sacral diapophisis
melebar. Mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih
panjang dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung
secara eksternal.
Habitat : Mendiami berbagai lingkungan, dari daerah kering ke hutan hujan.

5
Bufo melanostictus Schneider

Kodok berukuran sedang, yang dewasa berperut gendut, berbintil-bintil kasar. Bangkong jantan
panjangnya (dari moncong ke anus) 55-80 mm, betina 65-85 mm. Di atas kepala terdapat gigir
keras menonjol yang bersambungan, mulai dari atas moncong; melewati atas, depan dan
belakang mata; hingga di atas timpanum (gendang telinga). Gigir ini biasanya berwarna
kehitaman. Sepasang kelenjar parotoid (kelenjar racun) yang besar panjang terdapat di atas
tengkuk.

Bagian punggung bervariasi warnanya antara coklat abu-abu gelap, kekuningan, kemerahan,
sampai kehitaman. Ada pula yang dengan warna dasar kuning kecoklatan atau hitam keabu-
abuan. Terdapat bintil-bintil kasar di punggung dengan ujung kehitaman.

Sisi bawah tubuh putih keabu-abuan, berbintil-bintil agak kasar. Telapak tangan dan kaki
dengan warna hitam atau kehitaman; tanpa selaput renang, atau kaki dengan selaput renang
yang sangat pendek. Hewan jantan umumnya dengan dagu kusam kemerahan.

Kodok Puru Hutan (Bufo biporcatus)

Deskripsi: Ukuran tubuh sedang, tekstur kulit kasar dan tidak rata, dengan bintil-bintil
berwarna merah kegelapan. Kelenjar parotoid kecil, berbentuk agak segitiga sampai lonjong
dan terlihat jelas. Beberapa individu jantan memiliki leher berwarna kemerahan sampai
kehitaman. .
Habitat: Jenis ini lebih mudah ditemukan di dekat kolam, genangan air atau daerah berair
tenang. Jenis ini sering berpindah dan bergerak lambat bila terganggu.
Penyebaran: Jawa, Bali, Lombok, Sumatera, dan Sulawesi (Introduksi)
6
Bangkong sungai (Bufo asper)

Deskripsi : Kodok buduk yang besar, tidak gendut dan agak ramping. Sering dengan bintil-
bintil kasar dan benjol-benjol besar (asper, bahasa Latin = kasar, berduri). Jantan berukuran
(dari moncong ke anus) 70-100 mm, betina 95-120 mm. Punggung berwarna coklat tua
kusam, keabu-abuan atau kehitaman. Sisi bawah berbintik hitam. Jantan biasanya dengan
kulit dagu yang kehitaman. Selaput renang sampai ke ujung jari kaki. Bangkong yang sering
ditemui di dekat sungai, di bebatuan sampai ke tebing-tebing di bagian atas. Terkadang
didapati pula di ranting semak belukar yang rendah. Aktif di waktu malam (nokturnal),
kodok ini di siang hari bersembunyi di balik bebatuan; kadang-kadang berendam
berkelompok dalam air yang tersembunyi
Habitat : Daerah dekat sungai, di bebatuan sampai ke tebing-tebing di bagian atas.
Terkadang didapati pula di ranting semak belukar yang rendah.
Penyebaran : Bangkong sungai menyebar mulai dari Indochina di utara hingga ke Sumatra,
Kalimantan dan Jawa. Di Jawa tersebar hingga ke Pasuruan dan Malang di Jawa Timur.

Bufo Divergen (Ingerophrynus divergens)

Deskripsi : Kodok berukuran kecil, kulit berbintil kasar, pada bagian kepala terdapat
sepasang supraorbital dan memiliki garis yang terang dari ujung moncong hingga kloaka.

Habitat : kodok ini hidup di hutan primer dan sekunder tua ketinggian 700 mdpl.

7
Penyebaran : Thailand, Semenanjung Malaysia, Myanmar bagian selatan, Kamboja,
Singapura, dan Indonesia (Sumatra, Pini dan Java).

Bufo marinus

Deskripsi : Kodok tebu memiliki dampak proses evolusi yang menyebabkan cepatnya
proses invasi. Evolusi ini menjelaskan mengapa kodok yang biasa ditemukan di perkebunan
tebu bisa dengan cepat menyebar keluar habitatnya, kata para peneliti.

Mereka menemukan kodok yang hidup di pinggiran habitat mereka bisa dikategorikan
sebagai ''kodok super pelintas batas'', mampu bergerak di luar habitatnya sendiri. Dan ketika
kodok-kodok yang hidup di perbatasan habitat ini beranak-pinak, keturunan mereka
mewarisi kemampuan untuk melintas batas itu.

Habitat : perkebunan tebu,


Penyebaran : sebagian besar daerah australia

2.2.2 Famili Microhylidae

Tomato Frog (Dyscophus Antongilii)


Habitat : Kodok ini menghuni di dataran rendah di barat-laut Madagaskar. Dan hidup di rawa
dan kubangan air yang dangkal.

8
Keunikan : Kodok ini dapat merubah warnanya sebagai suatu mekanisme peringatan melawan
musuhnya. Ketika terancam, Kodok ini memompa badannya. Dan jika si pemangsa melahapnya
ke dalam mulut, kulit si Kodok akan mengeluarkan suatu enzim keputih-putihan yang akan
merekat di mulut dan gigi pemangsa, menjadikan pemangsa itu risih dan gatal, kemudian
melepaskan Kodok dari mulutnya. Zat lengket itu akan menempel terus di mulut pemangsa,
dan berisi suatu toksin yang dapat menyebabkan reaksi alergi yang berbahaya.

Belentung (Kaloula baleata)

Deskripsi : Kodok yang bertubuh kecil sedang, bulat (licin dengan kaki-kaki yang pendek.
Hewan jantan dewasa dengan panjang tubuh dari moncong sampai sekitar 60 mm, yang
betina lebih besar sedikit hingga 65-66 mm. Kepala melebar, dengan moncong yang
pendek. Timpanum (gendang telinga) tersembunyi di bawah kulit. Jari tangan panjang dan
memipih datar di muka, serupa spatula, membentuk hurut T sempit. Ujung jari kaki
menumpul. Selaput renang di kaki panjangnya hanya sekitar sepertiga jari, mencapai bintil
subartikuler tengah di bawah jari kaki keempat.

2.2.3 Family Ranidae


Limnonectes macrodon

Kodok yang bertubuh besar, gempal, dengan kaki yang kuat dan paha yang berotot
besar. Kodok dewasa panjangnya sekitar 70 mm, namun yang terbesar bisa sampai dengan 150
mm SVL (snout to vent length, dari moncong ke anus).
9
Punggung berwarna coklat terang hingga kemerahan atau kehitaman, dengan bercak-bercak
gelap kehitaman. Coret atau bercak kehitaman terdapat di antara kedua mata, di pipi di depan
mata, di atas timpanum, di lengan, paha dan betis. Bibir berbelang-belang hitam dan putih.
Kulit punggung halus, dengan beberapa bintil atau tonjolan membujur. Terdapat lipatan
supratimpanik. Pada hewan muda, kadang-kadang ada lekukan bentuk V terbalik di tengah
pundak. Sisi ventral berwarna krem pucat keputihan, dengan bintik-bintik hitam di dagu. Sisi
bawah selaput renang berwarna hitam.
Kodok yang sering dijumpai di tepi saluran air dan aliran sungai yang jernih. Jarang
jauh dari aliran air. Kodok batu biasanya kawin pada saat bulan mati, yang betina meletakkan
telurnya dalam sebuah gumpalan lengket di kolam atau genangan dekat sungai. Jumlah
telurnya dapat mencapai 1000 butir.
Pada masa lalu kodok ini dianggap menyebar luas mulai dari India hingga ke Asia
Tenggara dan Kepulauan Nusantara. Namun kini banyak populasinya yang telah dideskripsi
dengan lebih baik dan digolongkan ke dalam spesies yang lain. Penyebaran L.
macrodon sekarang kemungkinan hanya meliputi Jawa dan Sumatra bagian selatan.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
morfologi kodok terlihat adanya peralihan dari ikan ke amphibia, yaitu kaki sebagai
pengganti sirip dan dilengkapidengan selaput renang, respirasi dari insang menjadi paru'paru
dan kulit. Selain itukatak tidak memiliki leher ekor. Pada bagian anatomi terdapat, mulut,
esofagus,lambung, kloaka, usus halus, dan usus besar.

11
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Reece, Michele. 2003. Biologi Edisi Kelima-Jilid III. Jakarta: Erlangga.

Lytle, C & Meyer, John. 2005. General Zoology Laboratory Guide Fourteenth Edition. New
York: Mac Graw Hill
Sukiya. 2005. Biologi Invertebrata. Malang: UM Press
Susanto, Heru. 1994. Budidaya Kodok Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai