Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“BIODIVERSITAS TINGKAT EKOSISTEM”


Disusun oleh :
KELOMPOK III (Tiga)
Nama – nama kelompok
1. Siti Marfuah (17101102013)
2. Kevin A. Timbuleng (17101102009)
3. Evelyn Tulenan (17101102036)
4. Leana Maniawasi (17101102053)
5. Mutiara E. Tallungan (17101102016)
6. Anggia Mangobi (17101102026)
7. Brenda Lengkong (17101102035)
8. Calvin Katuche (17101102030)
9. Kesia Tampanguma (17101102039)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2019
BIODIVERSITAS TINGKAT EKOSISTEM

 Biodiversitas (Keanekaragaman Hayati)


Keanekaragaman hayati merupakan hal yang penting bagi kehidupan. Keanekaragaman
hayati berperan sebagai indikator dari sistem ekologi dan sarana untuk mengetahui adanya
perubahan spesies. Keanekaragaman hayati juga mencakup kekayaan spesies dan kompleksitas
ekosistem sehingga dapat memengaruhi komunitas organisme, perkembangan dan stabilitas
ekosistem (Rahayu 2016). Indonesia dikenal oleh masyarakat dunia sebagai salah satu negara
megabiodiversity. Sebutan ini didukung oleh keadaan alam di Indonesia dengan iklim tropis yang
menjadi habitat yang cocok bagi berbagai flora dan fauna. Hal ini menjadikan keanekaragaman
hayati (biodiversitas) di Indonesia menjadi terhitung sangat tinggi (Pahlewi 2017).

Keanekaragaman hayati adalah kekayaan atau bentuk kehidupan di bumi, baik tumbuhan,
hewan, mikroorganisme, genetika yang dikandungnya, maupun ekosistem, serta proses-proses
ekologi yang dibangun menjadi lingkungan hidup (Primak et al dalam 1998 dalam Kuswanda
2009). Frasa keanekaragaman hayati sendiri sering pula disebut sebagai biodiversitas.
Biodiversitas ini dapat kita temui di sekitar kita, berbagai makhluk hidup yang kita temui
menggambarkan adanya perbedaan-perbedaan antara makhluk hidup yang saling
menyeimbangkan.

 Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem


Ekosistem adalah hubungan atau interaksi timbal balik antara makhluk hidup yang satu
dengan makhluk hidup lainnya dan juga antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Keanekaragaman hayati merupakan varasi atau perbedaan bentuk-bentuk makhluk hidup,
meliputi perbedaan pada tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme, materi genetik yang di
kandungnya, serta bentuk-bentuk ekosistem tempat hidup suatu makhluk hidup (Ridhwan,2012)
Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem adalah keanekaragaman hayati yang
menunjukan seluruh variasi interaksi antara makhluk hidup dan interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya.
keanekaragaman ekosistem adalah suatu bentuk interaksi antara sebuah komunitas dengan
lingkungan abiotiknya di suatu tempat tertentu dan dalam jangka waktu yang tertentu pula. Komunitas
yang dimaksud disini adalah kumpulan populasi yang berinteraksi di suatu tempat dan dalam jangka
waktu yang tertentu.

Hubungan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya terdapat 2 komponen


utama yaitu komponen Biotik dan komponen Abiotik. Komponen biotik meliputi berbagai jenis
makhluk hidup mulai dari yang bersel satu (uniseluler) sampai makhluk hidup bersel banyak
(multiseluler) yang dapat dilihat langsung oleh kita. Komponen abiotik meliputi iklim, cahaya,
batuan, air, tanah, dan kelembapan. Ini semua disebut faktor fisik. Selain faktor fisik, ada faktor
kimia, seperti salinitas (kadar garam), tingkat keasaman, dan kandungan mineral. Yang nantinya
kedua komponen tersebut akan memberikan pengaruh bagi kehidupan. Aliran energi dapat
terlihat dari struktur makanan, keragaman biotik, dan siklus bahan (yakni pertukaran bahan-
bahan antara bagian yang hidup dan tidak hidup). Sistem tersebut disebut ekosistem (Irwan,
2010). Perbedaan kondisi komponen abiotik (tidak hidup) pada suatu daerah menyebabkan jenis
makhluk hidup (biotik) yang dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut berbeda-beda.
Akibatnya, permukaan bumi dengan variasi kondisi komponen abiotik yang tinggi akan
menghasilkan keanekaragaman ekosistem.
Terdapat ekosistem hutan hujan tropis, hutan gugur, padang rumput, padang lumut, gurun
pasir, sawah, ladang, air tawar, air payau, laut, dan lain-lain. Suatu perubahan yang terjadi pada
komponen-komponen ekosistem ini akan berpengaruh terhadap keseimbangan (homeostatis)
ekosistem tersebut. Sebagai suatu sistem, di dalam setiap ekosistem akan terjadi proses yang
saling terkait. Misalnya, pengambilan makanan, perpindahan energi atau energetika, daur zat atau
materi, dan produktivitas atau hasil keseluruhan ekosistem. Contoh keanekaragaman hayati
tingkat ekosistem yang dapat diketahui adalah pohon kelapa banyak tumbuh di daerah pantai,
pohon aren tumbuh di pegunungan, sedangkan pohon palem dan pinang tumbuh dengan baik di
daerah dataran rendah.
Komunitas biologi pada iklim tropis mempunyai kekayaan keanekaragaman yang tinggi.
Sehingga proses interaksi dan pola pendistribusiannya sulit untuk dipahami, karena interaksi
persaingan spesiesnya juga tinggi. Sebagian besar hutan tropis telah mengalami kerusakan yang
disebabkan penduduk pribumi telah menebangi sebagian hutan untuk pertanian, industri loging
berskala besar yang telah dimulai beberapa abad yang lalu. Sehingga saat ini hutan tropis asli
tinggal tersisa 20 % saja (Primack B. R, 1992 ). Wilshusen dkk (2002) dan Brenchin dkk, dalam
Arambiza et.al, 2006 bahwa perlindungan keanekaragaman merupakan hal sangat penting untuk
diterapkan dengan melibatkan unsur unsur terkait yaitu penegakan hukum, pendidikan tentang
lingkungan, apabila hal ini tidak dilaksanakan maka akan terdapat kekeliruan atau keharusan
memilih antara perlindungan keanekaragaman hayati pada masa yang akan datang dengan
kepentingan masyarakat dengan menggunakan keanekaragaman hayati pada daerah yang akan
dilindungi.

 Penyebab Terjadinya Keanekaragaman Tingkat Ekosistem


Perbedaan letak geografis merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
keanekaragaman tingkat ekosistem. Perbedaan letak geografis ini menyebabkan perbedaan iklim,
akibat dari perbedaan iklim akan terjadi perbedaan temperatur, curah hujan, intensitas cahaya
matahari, dan lamanya penyinaran. Keadaan tersebut akan berpengaruh terhadap jenis-jenis flora
(tumbuhan) dan fauna (hewan) yang menempati suatu daerah. Di daerah dingin terdapat bioma
Tundra. Di tempat ini tidak ada pohon, yang tumbuh hanya jenis lumut. Hewan yang dapat hidup,
antara lain rusa kutub dan beruang kutub. Di daerah beriklim sedang terdapat bioma Taiga. Jenis
tumbuhan yang paling sesuai untuk daerah ini adalah tumbuhan conifer, dan faunanya antara lain
anjing hutan, dan rusa kutub. Pada iklim tropis terdapat hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis
memiliki flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang sangat kaya dan beraneka ragam.
Keanekaragaman jenis-jenis flora dan fauna yang menempati suatu daerah akan membentuk
ekosistem yang berbeda. Sehingga terbentuklah keanekaragaman tingkat ekosistem.
Selain itu, adanya Gangguan terhadap komponen-komponen ekosistem dapat
menimbulkan perubahan pada tatanan ekosistemnya. Besar atau kecilnya gangguan tersebut
dapat merubah wujud ekosistem secara perlahan-lahan atau dapat secara cepat. Contoh adanya
gangguan ekosistemyang sering ditemui yaitu penebangan hutan secara liar dan perburuan hewan
secara liar yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Gangguan tersebut secara perlahan-
lahan dapat merubah tatanan ekosistem sekaligus berpengaruh terhadap keanekaragaman tingkat
ekosistem.
Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, sehingga
dikatakan sebagai Megabiodiversitas kedua setelah Brazil. Indonesia memiliki areal tipe
Indomalaya yang luas, juga tipe Oriental, Australia, dan peralihannya. Di Indonesia banyak sekali
hewan dan tumbuhan langka dan endemik (penyebaran terbatas). Indonesia terletak di daerah
tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi jika dibandingkan dengan daerah
sub tropik atau beriklim sedang dan kutub. Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia ini
terlihat dari berbagai macam ekosistem yang ada di Indonesia, seperti: ekosistem pantai,
ekosistem hutan bakau, ekosistem padang rumput, ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem air
tawar, ekosistem air laut, ekosistem savana dan lain-lain. Masing-masing ekosistem ini memiliki
keanekaragaman hayati tersendiri.

 Flora dan Fauna Di Indonesia


Jenis flora di Indonesia merupakan bagian dari geografi tumbuhan Indo-Malaya, Flora Indo-
Malaya meliputi tumbuhan yang hidup di India, Vietnam, Thailand, Malaysia, Indonesia dan
Filipina. Flora yang tumbuh di Malaysia, Indonesia dan Filipina sering disebut kelompok flora
Malesiana. Hutan di daerah Malesiana memiliki kurang lebih 248.000 spesies tumbuhan tinggi,
didominasi oleh pohon dari familia Dipterocarpaceae, yaitu pohon-pohon yang menghasilkan biji
bersayap. Dipterocarpaceae merupakan tumbuhan tertinggi dan membentuk kanopi hutan.
Tumbuhan yang termasuk famili Dipterocarpaceae misalnya Kruing, Meranti, Kayu garu dan
kayu kapur.
Fauna atau Hewan di Indonesia memiliki tipe Oriental (Kawasan barat Indonesia) dan
Australia (Kawasan timur Indonesia) serta peralihan. Hewan-hewan di bagian Barat Indonesia
(Oriental) yang meliputi Sumatra, Jawa, dan Kalimantan, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Banyak spesies mamalia yang berukuran besar, misalnya gajah, banteng, harimau, badak.
Mamalia yang berkantung jumlahnya sedikit, bahkan bisa dikatakan tidak ada.
2. Terdapat berbagai macam kera, misalnya: Bekatan, tarsius, orang utan.
3. Terdapat hewan endemik, seperti: Badak bercula satu, binturong, monyet, tarsius dan
kukang.
4. Burung-burung memiliki warna bulu yang kurang menarik, tetapi dapat berkicau.
Burung-burung yang endemik misalnya, Jalak Bali, Elang Jawa, Murai Mengkilat dan
elang putih.
Jenis-jenis hewan di Indonesia bagian timur yaitu Irian, Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara
relatif sama dengan kawasan Australia. Ciri-ciri hewannya adalah:
1. Mamalia berukuran kecil.
2. Benyak hewan berkantung.
3. Tidak terdapat spesies kera.
4. Jenis-jenis burung memiliki warna yang beragam.
Sedangkan daerah peralihan meliputi daerah di sekitar garis Wallace yang terbentang dari
Sulawesi sampai Kepulauan Maluku, jenis hewannya antara lain tarsius, maleo, anoa, dan babi
rusa.

 Susunan Ekosistem
Dilihat dari susunan dan fungsinya, suatu ekosistem tersusun atas komponen sebagai berikut:
a. Komponen autotrof (Auto = sendiri dan trophikos = menyediakan makan).
Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang
berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia.
Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.
b. Komponen heterotrof (Heteros = berbeda, trophikos = makanan).
Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai
makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof
adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
c. Bahan tak hidup (abiotik)
Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar
matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan,
atau lingkungan tempat hidup.
d. Pengurai (dekomposer)
Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari
organisme mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian hasil
penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali
oleh produsen. Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur.

 Macam-macam Ekosistem
Setiap ekosistem mempunyai ciri-ciri lingkungan fisik, tipe vegetasi/tumbuhan, lingkungan
kimia, dan tipe hewan spesifik. Keadaan lingkungan makhluk hidup beraneka ragam
menyebabkan jenis makhluk hidup ini yang menempati beragam pula. Keanekaragaman inilah
yang disebut dengan keanekaragaman tingkat ekosistem.
Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat (teresterial) dan ekosistem
perairan (aquatik) .
 EKOSISTEM DARAT
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan
letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma yang
berinteraksi antara komponen biotik dan abiotiknya, yaitu sebagai berikut :
1. Bioma Gurun
Bioma gurun terdapat di daerah tropis yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri
bioma gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu siang hari tinggi (bisa
mendapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa
mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar.
Keankeargaman Bioma gurun terutama flora banyak dijumpai tumbuhan semusim. Selain
itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak
berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air. Untuk
biodiversitas fauna yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking.

2. Bioma Padang Rumput


Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-cirinya
adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas
(peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat.
Keanekargaman Tumbuhan yang ada di Bioma Padang Rumput di dominasi oleh
tumbuhan terna (herbs) dan rerumputan yang tergantung terhadapa kelembapan. Sedangkan
untuk biodiversitas hewannya dapat dijumpai beberapa spesies hewan mulai dari reptil, insect,
hingga mamalia sepeerti ; bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru,
serangga, tikus dan ular.
3. Bioma Hutan Basah
Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik. Ciri-cirinya adalah, curah
hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu
dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-
cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah
terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah
tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu
sepanjang hari sekitar 25°C.
Biodiversitas Dalam hutan basah tropika sering didominasi tumbuhan khas seperti liana
(rotan), dan anggrek sebagai epifit, dan juga pohon-pohon yang tingginya mencapai 20-40 m,
seperti pohon jelutung, pohon rengas, dan pohon ramin. Untuk biodiversitas hewannya banyak
didominasi hewan primate seperti ; kera, orang utan, siamang, gibbon, monyet, simpanse, dan
gorilla, dan beberapa spesies hewan yang lain seperti ; burung, badak, babi hutan, harimau, dan
burung hantu.
4. Bioma Hutan Gugur
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang. Ciri-cirinya adalah curah hujan
merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas,
dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat.
Keanekaragam Hewan yang dapat dijumpai dalam bioma ini yaitu rusa, beruang, rubah,
bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak). Termasuk panda yang merupakan hewan
endemik wilayah china. Tingkat biodiversitas hutan gugur contohnya di China, dapat dijumpai
tumbuhan atau Pohon Oak, basswood dan terna berbunga.
5. Bioma Taiga
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah
tropik.merupakan bioma terluas, misalnya terdapat diwilayah Rusia dan Kanada. Ciri-cirinya
adalah suhu di musim dingin rendah. Tingkat keanekaragam Taiga tersusun atas satu spesies
tumbuhan seperti konifer, pinus, dan sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali.
Pohon- pohon di hutan konifer mempunyai daun yang berbentuk seperti jarum dan mempunyai
zat lilin di bagian luarnya sehingga tahan terhadap kekeringan, kondisi ini yang menyebabkan
sedikit hewan yang dapat hidup di daerah Bioma Taiga. Biodiversitas hewan yang ada dalam
bioma ini antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan
pada musim gugur. Contohnya Bioma Taiga di Rusia.
6. Bioma Tundra
Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan
terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari.
Tingkat keanekaragam yang ada banyak di dominasi oleh tumbuhan perennial seperti Sphagnum,
liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya,
tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin. Sedangkan untuk biodiversitas
tingkat hewan yang hidup di daerah ini mulai dari tingkat insekta sampai mamalia yang hidup
menetap dan adapun yang hidup datang pada musim panas. Hewan yang menetap memiliki
rambut atau bulu yang tebal dan berdarah panas, contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub,
dan insekta terutama nyamuk dan lalat hitam.

 EKOSISTEM PERAIRAN (AQUATIK)

Dibedakan atas 2 jenis yaitu : perairan air tawar dan perairan air asin (laut)

1. Ekosistem Air Tawar

Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya
kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Tingkat keanakeragam dalam ekosistem ini
banyak didominasi tumbuhan jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan berbiji. Hampir
semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya
telah beradaptasi.
 Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut :
a. Adaptasi tumbuhan
Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti
beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti
sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar
(akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama
dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.
b. Adaptasi hewan
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif
dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar,
misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk
memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.
Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat.
 Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.
1. Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan fagotrof
(makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang
hidup pada substrat sisa-sisa organisme.
2. Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut ;
a. Plankton; terdiri alas fitoplankton dan zooplankton, biasanya melayang-layang (bergerak
pasif) mengikuti gerak aliran air.
b. Nekton; hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
c. Neuston; organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat
pada permukaan air, misalnya serangga air.
d. Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan
atau benda lain, misalnya keong.
e. Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat
sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.
Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk
ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.
1) Danau
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter
persegi hingga ratusan meter persegi. Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi
cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis
disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di
danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin. Termoklin
memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin di dasar.
Tingkat keanekargaman tumbuhan maupun hewan yang ada di danau tersebar di danau
sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Seperti ; tumbuhan air yang berkarar (eceng
gondok), beberapa jenis krustacea, ikan, amfibi dan reptile air.
 Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut :
a. Daerah litoral
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air
yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan
daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air. Komunitas organisme sangat beragam
termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis,
serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan
angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di danau.
b. Daerah limnetik
Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus
sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan
sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim
panas dan musim semi. Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-udangan
kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa
oleh ikan yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan
ikan.
c. Daerah profundal
Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan
organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus
yang jatuh dari daerah limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.
d. Daerah bentik
Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa
organisme mati.

 Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organik-nya, yaitu sebagai
berikut :
a) Danau Oligotropik
Oligotropik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan kekurangan makanan,
karena fitoplankton di daerah limnetik tidak produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni
oleh sedikit organisme, dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
b) Danau Eutropik
Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akankandungan
makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya adalah airnya keruh, terdapat
bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di daerah profundal.

Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya materi-materi
organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas manusia,
misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya
danau dengan buangan sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi
ganggang atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang akhirnya
menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut.Pengkayaan danau seperti ini disebut
"eutrofikasi". Eutrofikasi membuat air tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai
keindahan danau.

2) Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih
serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan
memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
Tingkat keanekaragaman Komunitas hewan ataupun tumbuhan yang berada di sungai berbeda
dengan danau. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton
untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang
yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan.
Keanekaragaman hewan yang ada disungai banyak di dominasi oleh makrozobentos dan
beberapa spesies hewan air lainnya seperti ikan dan amfibi.

2. Ekosistem Air Asin (Laut)


Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.
a) Ekositem Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI-
mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di
daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara
lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah
termoklin.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah
permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah
menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan
terbentuknya rantai makanan yang berlangsung balk. Tingkat keanekaragaman hewan maupun
tumbuhan yang ada dalam ekosistem ini tergantung dari habitatnya. Dimana habitat laut dapat
dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal.

Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut :


− Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.
− Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari sampai bagian
dasar dalamnya ± 300 meter.
− Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m.
− Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai (1.500-10.000 m).

Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari tepi laut semakin ke
tengah, laut dibedakan sebagai berikut ;
− Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar 200 m.
− Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalaman 200-1000 m.
Hewannya misalnya ikan hiu.
− Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500 m. Hewan
yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
− Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m; tidak terdapat
tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah ini.
− Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalamanlebih dari 6.000 m. Di
bagian ini biasanya terdapat lele laut dan ikan Laut yang dapat mengeluarkan cahaya.
Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.

Di laut, kenaekargaman hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel
yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara
banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui
insang. Garam yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif. Spesies-spesies hewan
yang ada dilaut banyak di dominasi filum chordata seperti ikan hiu, paus, lumba-lumba, ubur-
ubur, gurita dan lainnya. Untuk tumbuhan di dominasi oleh tumbuhan laut seperti rumput laut.

b) Ekosistem pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut.
Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Tingkat keanekaragaman
Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di
substrat keras. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi keanekaragaman
hewan maupun tumbuhan dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang
menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai.
Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Keanekaragaman
organisme deaerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput
herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil. Daerah pantai
terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Keanekaragaman organismenya dihuni oleh
beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.
Tingkat keanekaragaman Komunitas tumbuhan pada ekosistem ini berturut-turut dari daerah
pasang surut ke arah darat dibedakan sebagai berikut :
- Formasi pes caprae
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah
tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan
ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin),
Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum
asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).
- Formasi baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia,
Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka
kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi
tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen,
akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk
tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera.
Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra,
Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.

c) Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari
oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara
bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian
dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari. Tingkat Keanekaragaman
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan
fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.
Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat
kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari
makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.

d) Terumbu karang

Di laut tropis, pada daerah neritik, tingkat keanekaragaman dalam ekosistem ini
didominasi suatu komunitas yang khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme
lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus
cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung. Terumbu karang didominasi oleh
karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat.
Rangka dari kalsium karbonat ini bermacammacam bentuknya dan menyusun substrat tempat
hidup karang lain dan ganggang.keanekaragaman hewan yang hidup di karang memakan
organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai hewan invertebrata, mikro organisme, dan
ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi
mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.
DAFTAR PUSTAKA

Arambiza, E. and Painter M., 2006, Biodiversity Conservation and the quality of Life of
Indigenous People in the Bolivian Chaco, Human Organization Spring 2006, ABI/
INFORM Research,

Aulialia. 2016. Keanekaragaman Ekosistem.


https://ilmugeografi.com/biogeografi/keanekaragaman-ekosistem .[Diakses pada tanggal
03 November 2019. Pukul 16.00]

Djamal, Z. 2003. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem Komunitas dan Lingkungan.
. Bumi Aksara. Jakarta
Heddy, Suwasono, dkk. 1986. Pengantar Ekologi. Rajawali. Jakarta
Mc. Noughton, S.J., Larry L. Wolf. 1990. Ekologi Umum. Gajah Mada University. Yogyakarta

Pahlewi R B. 2017. Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu (Lepidoptera) di Tiga Kondisi Habitat di


Resort Cangkringan Taman Nasional Gunung Merapi. Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.

Pratiwi D A, Maryati S, Srikini, Suharno, Bambang S. 2006. Biologi.. Erlangga. Jakarta

Primack, B.R., 1992, Tropical Community Dynamics and Conservation Biologi, Bioscience, Dec,
42, Academic Research Library.

Rahayu G A. 2016. Keanekaragaman dan Peranan Fungsional Serangga pada Area Reklamasi di
Berau, Kalimantan Timur . Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Ridhwan, M. 2012. Tingkat Keanekaragaman Hayati Dan Pemanfaatannya Di Indonesia. Jurnal


Biology Education . 1(1) ISSN: 2302-416X. Universitas Serambi Mekkah. Banda Aceh

Soemarmoto, O. 1972. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai