Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60%
air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada 2 yaitu: krim tipe air dalam minyak
(A/M) dan krim minyak dalam air (M/A). Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi,
umurnya berupa surfaktansurfaktan anionik, kationik dan nonionik (Anief, 2008).

dihilangkan. Krim yang digunakan sebagai obat umumnya digunakan untuk mengatasi
penyakit kulit seperti jamur, infeksi ataupun sebagai anti radang yang disebabkan oleh
berbagai jenis penyakit (Anwar, 2012).

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
pemakain kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk pemberian obat melalui
vaginal.

Ada 2 tipe krim yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A) dan krim tipe air dalam minyak
(A/M). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikehendaki. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol
dan cera.

Sedangkan untuk krim tipe M/A digunakan sabun monovalen, seperti trietanolamin, natrium
stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu juga dipakai tween, natrium lauryl
sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, cmc dan emulygidum.

Ada 2 tipe krim, yaitu :

1. Tipe M/A atau O/W

Vanishing cream adalah kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan,


melembabkan, dan sebagai alas bedak. Vanishing cream. Krim m/a (vanishing cream) yang
digunakan melalui kulit akan hilang tanpa bekas.

Pembuatan krim m/a sering menggunakan zat pengemulsi campuran dari surfaktan (jenis
lemak yang ampifil) yang umumnya merupakan rantai panjang alcohol walaupun untuk
beberapa sediaan kosmetik pemakaian asam lemak lebih popular.

Contoh: vanishing cream. Sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan


berminyak/film pada kulit.

2. Tipe A/M atau W/O

Krim berminyak mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps lane, wool
alcohol atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan logam bervalensi
2, misal Ca.

Krim A/M dan M/A membutuhkan emulgator yang berbeda beda. Jika emulgator tidak tepat,
dapat terjadi pembalikan fasa.
Contoh: Cold cream. Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih berwarna putih dan
bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.

Formula dasar krim, antara lain:

1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.

Contoh: asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak, cera,
cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.

2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.

Contoh: Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/TEA, NaOH, KOH, Na2C03,


Gliserin, Polietilenglikol/PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na setostearil
alkohol, polisorbatum/Tween, Span dan sebagainya)

Dasar-dasar proses pembuatan sediaan semi solid (termasuk krim) dapat dibagi:

• Reduksi ukuran partikel, skrining partikel dan penyaringan. Bahan padat dalam suatu
sediaan diusahakan mempunyai ukuran yang homogen. Skrining partikel dimaksudkan untuk
menghilangkan partikel asing yang dapat terjadi akibatadanya panikel yang terflokulasi dan
aglomerisasi selama proses.

• Pemanasan dan pendinginan Proses pemanasan diperlukan pada saat melarutkan bahan
berkhasiat, pencampuran bahan bahan semisolid pada proses pembuatan emulsi. Pembuatan
sediaan semi solid dibutuhkan pemanasan, sehingga pada proses homogenisasi bahan bahan yang
digunakan tidak membutuhkan penanganan yang sulit, kecuali apabila didalam sediaan tersebut ada
bahan bahan yang termolabil.

• Pencampuran terdiri dari tiga macam :

1.

1. Pencampuran bahan padat. Pada prinsipnya pencampuran bahan padat adalah


menghancurkan aglomerat yang terjadi menjadi partikel dengan ukuran yang serba sama.

2. Pencampuran untuk larutan. Tujuan pencampuran larutan didasarkan pada dua tujuan yaitu:
adanya transfer panas dan homogenitas komponen sediaan.

3. Pencampuran semi solida. Untuk pencampuran sediaan semi solid dapat digunakan alat
pencampuran dengan bentuk mixer planetary dan bentuk sigma blade. Alat dengan sigma blade
dapat membersihkan salep/krim yang menempel pada dinding wadah dan menjamin homogenitas
produk serta proses transfer panas lebih baik.

• Penghalusan dan Homogenisasi. Proses terakhir dari seluruh rangkaian pembuatan adalah
penghalusan dan homogenisasi produk semi solid yang telah tercampur dengan baik.

Persyaratan krim sebagai obat luar, krim harus memenuhi beberapa persyaratan berikut :

1. Stabil selama masih dipakai untuk mengobati. Oleh karena itu, krim harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar.
2. Lunak. Semua zat harus dalam keadaan halus dan seluruh produk yang dihasilkan menjadi
lunak serta homogen.

3. Mudah dipakai. Umumnya, krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.

4. Terdistribusi secara merata. Obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau
cair pada penggunaan. (Widodo, 2013).

Penyimpanan krim biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube, botol yang digunakan
biasanya berwarna gelap atau buram. Wadah dari gelas buram dan berwarna berguna untuk krim
yang mengandung obat yang peka terhadap cahaya.

Tube biasa saja terbuat dari kaleng atau plastik, beberapa diantaranya diberi tambahan kemasan bila
krim akan digunakan untuk penggunaan khusus. Tube dari krim kebanyakan dikemas dalam tube
kaleng dan dapat dilipat yang dapat menampung sekitar 8,5 gram krim.

Tube krim untuk pemakaian topikal lebih sering dari ukuran 5 sampai 15 gram (Ansel, 1989).

Kestabilan krim akan terganggu/rusak jika sistem campurannya terganggu, terutama disebabkan
oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah satu fase secara
berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.

Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencernya yang cocok dan dilakukan
dengan teknik aseptic. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka waktu 1 bulan.
Sebagai pengawet pada krim umumnya digunakan metil paraben (nipagin) dengan kadar 0,12%
hingga 0,18% atau propil paraben (nipasol) dengan kadar 0,02% hingga 0,05%.

Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube ditempat sejuk, penandaan pada
etiket harus juga tertera “obat luar”.

Crusted scabies adalah bentuk ekstrim dari skabies, disebabkan oleh Sarcoptes scabiei dan
ditandai dengan jumlah tungau yang banyak, kadar IgE tinggi, serta terbentuknya krusta tebal
(Walton 2004). Pada pasien CS terdapat jutaan tungau pada permukaan kulitnya (Burkhart
2012). Penyakit ini sangat menular dengan rute penularan utama melalui kontak antarkulit,
tetapi penularan dapat terjadi pula melalui fomite, sehingga dapat mencetuskan outbreak
scabies (Karthikeyan 2009). Tungau menyerang dengan cara menginfestasi kulit induk
semangnya dan bergerak membuat terowongan di bawah lapisan kulit (stratum korneum dan
lusidum) sehingga menyebabkan gatal-gatal, kerontokan rambut, dan kerusakan kulit.
Meskipun angka kesakitannya relatif rendah, tetapi penyakit ini dapat menimbulkan kerugian
9ekonomi yang sangat besar pada produksi ternak, seperti penurunan bobot badan dan produksi
susu bahkan kematian (April 2006)
Terapi yang dapat dilakukan pada kasus scabies adalah menggunakan sediaan krim perubalsem
yang digunakan secara topikal (oles). Perubalsem merupakan produk yang berasal dari herba
balsam peru (Myroxylon balsamum var. balsam pereirae). Peru balsam terdiri atas Cinnamein
(50-64%), resin (20-28 persen) ester asam benzoat dan sinamat seperti benzyl benzoate, benzyl
cinnamate, dan cinnamyl cinnamate dan komponen lainnya. Fungsi peru balsam antara lain
sebagai Anti-inflamasi, antiseptik, balsamic, ekspektoran, Stimulan, dan mempromosikan
pertumbuhan epitsel (Quezada 2003). Peru balsam digunakan secara luas sebagai pelindung
lokal, rubefacient, parasitisida pada penyakit kulit tertentu, antiseptik, dan diterapkan secara
eksternal sebagai salep, atau dalam larutan alkohol. Indikasi penggunaan peru balsem adalah
Rematik, asma, bronkitis, rendah tekanan darah, masuk angin, kulit kering, eksim, ruam, luka,
memar, ketegangan saraf, Stress (orwa 2009)

Anda mungkin juga menyukai