Anda di halaman 1dari 8

PEMODELAN DAN SIMULASI BIOREAKTOR AIRLIFT UNTUK PRODUKSI

VAKSIN

Evi Lutfiani1, Widodo W. Purwanto2, Yuswan Muharam3


1
Program Studi Teknologi Bioproses, 123Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

E-mail: evi.lutfiani@ui.ac.id; widodo@che.ui.ac.id; muharam@che.ui.ac.id

Abstrak

Vaksin merupakan salah satu produk bioteknologi yang terbuat dari sel virus. Vaksin diproduksi pada skala besar dengan
mengkultur sel virus di dalam reaktor berpengaduk. Namun, sifat sel yang sensitif membuat sel mudah rusak saat terjadi
pengadukan sehingga digunakan reaktor airlift yang menggunakan udara sebagai agitator dan aerator. Proses kultur sel
virus dalam reaktor airlift ini dilakukan dengan simulasi menggunakan perangkat lunak berbasis komputasi dinamika fluida.
Simulasi dilakukan dengan memodelkan neraca momentum, neraca massa dan kinetika reaksi dari kultur sel. Variasi
kecepatan gas inlet dilakukan mulai dari 0,015 m/s, 0,03 m/s dan 0,045 m/s. Hasil simulasi menunjukkan bahwa terdapat
korelasi antar ketiga model tersebut, yakni kecepatan gas inlet akan mempengaruhi gas hold up di dalam reaktor yang
mempengaruhi laju perpindahan massa gas-liquid dan profil konsentrasi sel virus di dalam reaktor. Semakin tinggi
kecepatan gas inlet akan menyebabkan semakin besar nilai gas hold up dan semakin cepat penyebaran konsentrasi oksigen,
konsentrasi sel dan konsentrasi substrat di dalam reaktor.

Kata Kunci: Airlift; Bioreaktor; Simulasi; Vaksin

Abstract

Vaccine is one of biotechnology products made by viral cells. Along with technology development, cells cultured in large
scale using stirred tank reactor. However, a major problem in cultivation is the shear sensitivity of these cells when
contacted with the stir. Airlift reactors appear to offer considerable advantages over viral culture systems because it use air-
gassed as agitator and aerator. Cell culture process in airlift simulated using computational based program. Simulation done
with modeling of momentum balance, mass balance and kinetics reaction of cells. Variations of inlet gas velocity is given
from 0.015 m/s, 0.03 m/s and 0.045 m/s. Simulation results indicated that inlet gas velocity become a critical factor
influence the reactor performance, that are gas hold up, mass transfer and cells cultivation in reactor. The increasing of inlet
gas velocity will increase the value of gas hold up and distribution concentration of oxygen, cells and substrate in reactor.

Keywords: Airlift; Bioreactor; Simulation; Vaccines

1. Pendahuluan skala industri adalah vaksin. Proses produksi vaksin


konvensional dilakukan dengan menggunakan berbagai
Perkembangan ilmu bioteknologi saat ini terus media (bagian tubuh hewan) sesuai dengan tempat
mengalami kemajuan pesat baik pada skala penelitian di perkembangan virus [6]. Untuk pengembangbiakan skala
laboratorium maupun pada skala industri. Salah satu besar, kultur sel virus dilakukan di dalam reaktor
produk bioteknologi yang sedang dikembangkan pada berpengaduk yang dialiri udara yang bertujuan untuk

Pemodelan dan..., Evi lutfiani, FT-UI, 2013


Sifat sel hewan yang rentan terhadap shear stress
Daftar Simbol menyebabkan terjadinya pembatasan trasnfer oksigen
maksimum di dalam kultur, sehingga pengadukan dengan
a interfacial area (1/m)
menggunakan udara/oksigen menjadi pilihan yang tepat
φl hold up liquid (m3/m3) untuk mengkultivasi sel virus pada skala bioreaktor.
φg hold up gas (m3/m3) Salah satu jenis bioreaktor yang menggunakan udara
sebagai alat pengaduk adalah bioreaktor airlift.
c0 konsentrasi awal sel virus (mol/L) Penggunaan bioreaktor airlift untuk kultivasi sel
cS konsentrasi substrat (mol/L) ditujukan untuk jenis kultur dengan kebutuhan shear
Di difusivitas spesi i (m2/s) yang rendah, karena pengadukan dilakukan dengan
menggunakan udara/oksigen dan tanpa menggunakan
ε Laju disipasi turbulen (m2/s3) pengadukan mekanis.
F gaya eksternal (kg m/s2) Proses pengadukan di dalam bioreaktor airlift
merupakan hal yang penting untuk ditinjau karena
He konstanta Henry (Pa m3/mol)
berkaitan dengan laju transfer oksigen dari udara ke
Kd konstanta kematian sel (1/h) dalam sel pada fasa cair. Hal ini berkenaan langsung
kg konstanta pertumbuhan sel (1/h) dengan performa pertumbuhan sel virus di dalam
bioreaktor. Berbagai penelitian telah dilakukan baik
kL koefisien perindahan massa (m/s) secara eksperimen maupun simulasi untuk meninjau
Ks konstanta Monod (mol/L) kinerja bioreaktor airlift dilihat dari segi hidrodinamika,
k energi kinetik turbulen (m2/s2) transfer massa dan reaksi yang akan mempengaruhi
jumlah kultur sel di dalam bioreaktor. Seiring dengan
mgl fluks perpindahan massa gas-liquid (kg/m3s) perkembangan teknologi di bidang komputasi, penelitian
MO2 berat molekul oksigen (g/mol) bioreaktor airlift ini dilakukan dengan menggunakan
perangkat lunak dengan berbagai pendekatan matematis.
µ laju pertumbuhan spesifik sel (1/h)
Pada penelitian ini, akan dilakukan pemodelan
Laju reaksi pertumbuhan spesifik sel maksimum
dan simulasi dari bioreaktor airlift yang cocok digunakan
µmax (1/h)
untuk kultur sel dengan kebutuhan shear yang rendah
N fluks massa fluida (kg/m2s) [1]. Pola aliran di dalam reaktor airlift adalah berupa
n arah vektor normal pada kondisi batas sirkulasi liquid yan terjadi akibat adanya hembusan gas
yang mendorong liquid ke arah aksial dengan kecepatan
µl viskositas liquid (Pa s)
tertentu hingga mencapai bagian atas reaktor yang
µT viskositas turbulensi (Pa s) kemudian liquid tersebut akan turun ke bagian lain dari
n vektor normal ke luar boundary reaktor dan bersirkulasi.
p tekanan (Pa)
2. Pemodelan
Ri persamaan laju reaksi spesi i
!! densitas gas inlet (g/m3) Asumsi pemodelan:
1. Sistem berada dalam kondisi unsteady state
Sk bubble induced turbulence
2. Geometri reaktor yang disimulasikan hanya setengah
ul kecepatan liquid (m/s) bagian dengan bidang simetri adalah setengah dari
ug kecepatan gas (m/s) ketebalan reaktor.
yield sel per konsentrasi substrat yang 3. Densitas dan viskositas liquid konstan terhadap
YC/S dikonsumsi (sel/M substrat) temperatur
4. Jenis aliran fluida adalah turbulen
yield produk per konsentrasi substrat yang 5. Kecepatan gas inlet divariasikan mulai dari 0,015
YP/S dikonsumsi (M produk/ M substrat) m/s, 0,03 m/s dan 0,045 m/s
6. Nilai konversi untuk satu sel sama dengan satu mol
proses respirasi sel. Dengan kata lain, proses
perkembangbiakan virus berlangsung melalui fermentasi Geometri reaktor airlift yang dimodelkan adalah
aerobik dimana pengaliran gas oksigen memegang peran berupa airlift berbentuk rektangular dengan loop
penting untuk pertumbuhan sel virus. eksternal sebagai berikut:

Pemodelan dan..., Evi lutfiani, FT-UI, 2013


• Fasa Gas

!∅! !!
+ ∇!!!∅! = −!!" (2)
!"
!"
!! + !! !! . ! !
!"
!! (3)
=! !+ ∇! + !! − !! !
!!
+ !!
!" (4)
!! + !! !! . ! !
!"
Gambar 1.Geometri reaktor airlift yang disimulasikan [2] !! !
=! !+ ∇! + !!! !!
!! !
!! !
− !!! ! + !! !! ,      ! = !"
! !

dimana

!! (5)
! ! = !!!
!
! (
!! = ! ! [∇!! : ∇!! + ∇!! ]
!! = −!! ∅! ∇! . !!"#$ 6
(7)
)
Gambar 2. Bagian dasar reaktor (kiri) tempat dua buah lubang
untuk inlet gas dan bagian atas reaktor (kanan) tempat outlet
gas. b. Perpindahan Massa Gas-Liquid

Bagian dasar reaktor merupakan kondisi batas untuk inlet Perpindahan massa oksigen dari fasa gas ke fasa
gas yang dibuat dengan dua buah lubang dengan radius liquid dirumuskan dengan teori dua film sebagai berikut.
sebesar 0,02 m dan bagian atas reaktor merupakan
kondisi batas untuk outlet gas. !!" = ! ! ∗ − ! !" (8)
Selanjutnya dilakukan penyusunan model berupa !!!!"#
persamaan matematis yang meliputi neraca momentum, !∗ = (9)
!
neraca massa dan kinetika reaksi
dimana c* merupakan konsentrasi oksigen pada lapisan
a. Neraca Momentum batas gas-liquid dan c merupakan konsentrasi oksigen di
fasa liquid yang dihitung dengan menggunakan neraca
Terdapat dua neraca momentum yang digunakan, massa.
yaitu neraca momentum fasa liquid dan neraca !!!
momentum fasa gas. [3] + ∇. −!! ∇!! + !. ∇!! = !! (10)
!"
• Fasa Liquid
i menunjukkan spesi O2 dan suku reaksi dirumuskan
sebagai
!!! (11)
∅! !! + ∅! !! !! . ! !! = !! = !!" /!!!
!"
2 c. Kinetika Reaksi
!
! −!! + ∅! !! + ! ! !!! + !!! − !! !!
3 (1)
Persamaan umum untuk kinetika reaksi
+ ∅! !! ! + ! pertumbuhan sel [4]:
(12)
!!"##$ = !! − !!

Pemodelan dan..., Evi lutfiani, FT-UI, 2013


• Laju pertumbuhan sel virus Sisi miring pada channel tersebut menghasilkan
Persamaan yang paling umum digunakan adalah perbedaan luas area yang dilalui oleh cairan dimana pada
kinetika reaksi Monod untuk pertumbuhan eksponensial: channel yang dekat sisi downcomer memiliki tekanan
yang lebih rendah sehingga cairan akan terdorong ke
!! = !!! (13) bagian downcomer dan bersirkulasi. [5]
!! (14)
! = !!"#
!! + !!
• Laju konsumsi substrat oleh sel virus

!! = −!!/! !! (15)

dimana YC/S merupakan yield sel virus per konsentrasi


substrat yang dikonsumsi.

• Laju kematian sel dinyatakan dengan


(16)
!! = !! !!

Untuk mengkalkulasi konsentrasi sel dan (a) (b)


substrat di dalam reaktor digunakan persamaan neraca
massa untuk tiap-tiap spesi seperti berikut ini.

• Neraca Massa Sel

!!!
+ ∇. −!! ∇!! + !. ∇!! = !!! − !! !! (17)
!"

• Neraca Massa Substrat

!!!
+ ∇. −!! ∇!! + !. ∇!! = −!"/!(!!! − !! !! ) (18)
!"

(c) (d)
3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Hidrodinamika

Pada subbab ini akan dibahas mengenai


hidrodinamika yang terjadi di dalam reaktor airlift serta
bagaimana parameter dapat mempengaruhi beberapa sifat
aliran pada desain geometri yang dibuat.
Profil kecepatan fluida dan gas hold up
merupakan parameter penting untuk melihat pola aliran
yang terjadi di dalam reaktor airlift. Hasil simulasinya
seperti tampak pada Gambar 3. Hasil simulasi
ditampilkan berdasarkan pola sirkulasi liquid fungsi (e) (f)
waktu dan perubahan gas hold up fungsi waktu.
Kecepatan gas inlet adalah sebesar 0,015 m/s. Gambar 3. Hasil simulasi pola aliran time dependent pada a) t
Dari pola aliran tersebut kita dapat melihat = 0s, b) t = 1s, c) t = 5s, d) t = 10s, e) t = 15s, f) t = 20s. Plot
pergerakan liquid yang didorong oleh udara pada bagian surface menunjukkan fraksi volum gas, sedangkan streamline
riser dan mencapai bagian atas reaktor pada t = 20 s. (garis merah) menunjukkan kecepatan liquid.
Cairan kemudian akan mengalir ke bagian downcomer
melalui channel yang terdapat pada bagian atas reaktor.

Pemodelan dan..., Evi lutfiani, FT-UI, 2013


Untuk meninjau besar kecepatan gas dan liquid,
hasil simulasi di-plot dengan fungsi geometri untuk
mengamati besar kecepatan gas dan liquid dari sisi riser,
sisi channel dan sisi downcomer seperti pada Gambar 4.

y-­‐  coordinate  (m)  

(a) (b) (c) (c)

Gambar 4. Potongan bidang (a) yz pada koordinat x = 0.05 m Gambar 5. Profil kecepatan gas (garis hijau) dan liquid (garis
(riser), (b) zx pada koordinat y = 1.65 m (channel), (c) yz pada biru) fungsi geometri pada sisi (a) riser, (b) channel dan (c)
koordinat x = 0.4 m (downcomer) downcomer

Grafik pada Gambar 5 merupakan profil


kecepatan rata-rata antara gas dan liquid pada t = 20 s di
sepanjang garis pada tiga bagian reaktor, yaitu riser,
channel dan downcomer. Pada bagian riser, kecepatan
gas dan liquid cenderung konstan dan memiliki
kecendrungan yang mirip. Hal ini disebabkan karena gas
mendorong liquid pada kecepatan tertentu sehingga pola
kecepatan liquid akan mengikuti pola kecepatan gas.
Pada bagian channel, liquid akan bergerak menuju
downcomer dan mengalami penurunan kecepatan akibat
tidak ada pengaruh gaya dorong dari gas. Hingga pada
bagian channel di dekat downcomer, kecepatan liquid
mengalami peningkatan karena ada pengaruh gaya
gravitasi yang mendorong liquid untuk turun ke bawah
pada bagian downcomer.
y-­‐  coordinate  (m)   Berdasarkan hasil simulasi tersebut, terlihat
(a) bahwa kecepatan gas di bagian riser lebih besar daripada
kecepatan liquid karena memang dalam model diinput
persamaan kecepatan slip untuk gas. Kecepatan gas yang
lebih tinggi menyebabkan gas akan mendorong liquid ke
atas dan menuju downcomer untuk bersirkulasi. [1]
Setelah mencapai bagian atas reaktor, gas akan keluar
dan hanya sedikit yang terbawa oleh liquid ke bagian
downcomer sehingga kecepatan gas pada sisi ini menjadi
lebih kecil dibandingkan dengan kecepatan liquid.
Kontak antara gas dan liquid di dalam reaktor
airlift menjadi hal yang penting untuk ditinjau. Salah satu
parameter penting yang dihitung dalam fluks
perpindahan massa oksigen dari fasa gas ke fasa liquid
adalah luas area antar fasa (a) yang menggambarkan
seberapa besar luas kontak antar kedua fasa.
x-­‐  coordinate  (m)  

(b)

Pemodelan dan..., Evi lutfiani, FT-UI, 2013


0,03 m/s, penyebaran konsentrasi oksigen terlarut di
dalam reaktor menjadi lebih cepat.
Hal ini berhubungan dengan gas hold up yang
menempati bagian riser yang meningkat seiring dengan
kenaikan kecepatan gas. Pada hasil simulasi ini, terlihat
bahwa konsentrasi oksigen pada fasa cair menyebar
secara merata pada bagian riser dari reaktor per satuan
detik. Terlihat bahwa pola penyebaran konsentrasi
oksigen di fasa cair mengikuti pola sebaran gas holdup,
dimana hanya sedikit sekali oksigen yang terserap di
wilayah downcomer.

(a) (b)

(c) (d) (1a) (2a) (3a)

(e) (f)

(1b) (2b) (3b)


Gambar 6. Profil interfacial area (a) fungsi waktu pada saat (a)
t = 0 s, (b) t = 1 s,(c) t = 5 s, (d) t = 10 s, (e) t = 15 s dan (f) t = Gambar 7. Profil konsentrasi oksigen terlarut pada (1) t = 8s,
20 s. (2) t = 12 s dan (3) t = 20 s. Notasi a menunjukkan profil pada
kecepatan gas inlet 0.015 m/s dan b pada 0,03 m/s.
3.2. Perpindahan Massa Gas-Liquid
Profil konsentrasi oksigen terlarut atau oksigen 3.3. Profil Konsentrasi Sel Virus
yang berpindah dari fasa gas ke fasa liquid menjadi Pola penyebaran konsentrasi sel virus
variabel penting dalam simulasi karena akan disimulasikan dari waktu 0 detik hingga 1 menit. Hasil
berhubungan langsung dengan aerasi untuk kultur sel. simulasi terlihat bahwa kecepatan gas mempengaruhi
Hasil simulasi menunjukkan adanya pengaruh kecepatan penyebaran konsentrasi sel virus di dalam reaktor seperti
gas inlet terhadap konsentrasi oksigen terlarut, dimana pada Gambar 8.
saat kecepatan gas inlet dinaikkan dari 0,015 m/s menjadi

Pemodelan dan..., Evi lutfiani, FT-UI, 2013


partikel liquid sehingga sel menyebar lebih merata di
dalam reaktor. Dari hasil simulasi hingga waktu t = 60
detik ini hanya menggambarkan perilaku pengadukan
yang terjadi di dalam reaktor. Pada kultur sel, rentang
waktu tersebut belum dapat menggambarkan peristiwa
pertumbuhan sel maupun konsumsi substrat yang
dilakukan oleh sel.

3.4. Profil Konsentrasi Substrat


Hal yang sama juga terjadi pada konsentrasi
substrat, dimana penyebaran konsentrasinya di dalam
(1a) (1b) reaktor mengikuti pola sirkulasi liquid akibat adanya
gaya dorong dari gas. Profilnya digambarkan pada
Gambar 10. Pada gambar tersebut terlihat jelas pola
penyebaran konsentrasi substrat di dalam reaktor mirip
dengan pola penyebaran konsentrasi sel virus. Hal ini
disebabkan karena substrat berada dalam fasa cair
bersama dengan sel virus. Pada rentang waktu simulasi t
= 60 menit, belum nampak adanya pengurangan
konsentrasi substrat yang dikonsumsi oleh sel virus dan
hanya menggambarkan pola pengadukan substrat di
dalam reaktor.

(2a) (2b)

(1a) (1b)

(3a) (3c)

Gambar 8 Pola penyebaran konsentrasi sel virus di dalam


reaktor pada saat (1) t = 20 s, (2) t = 40 s dan (3) t = 60 s. Notasi
a menunjukkan profil pada kecepatan gas inlet 0.015 m/s dan b
pada 0,03 m/s.

Sel virus ikut bersirkulasi pada fasa liquid akibat


adanya gaya dorong dari gas pada inlet sehingga
penyebaran konsentrasinya di dalam reaktor mengikuti
pola sirkulasi liquid. Terlihat pada Gambar 8 bahwa
penyebaran konsentrasi sel virus pada kecepatan inlet gas
sebesar 0,03 m/s menjadi lebih besar dibandingkan
dengan saat kecepatan gas inlet sebesar 0,015 m/s. (2a) (2b)
Perbedaan ini disebabkan karena semakin besar
kecepatan gas, maka akan meningkatkan penyebaran

Pemodelan dan..., Evi lutfiani, FT-UI, 2013


[5] Hamood, Mian. (2012). Mixing Characteristics of
External Loop Airlift Bioreactor using Electrical
Resistance Tomography, Theses and Dissertations.
Ryerson University. Toronto.
[6] Palomares L. A., dan Ramirez O.T. (2009).
Challenges for the Production of Virus-like Particles
in Insect Cells: The Case of Rotavirus-like Particles,
Biochemical Engineering Journal. 45: 158-167.

(3a) (3b)

Gambar 9. Pola penyebaran konsentrasi susbtrat di dalam


reaktor pada saat (1) t = 20 s, (2) t = 40 s dan (3) t = 60 s. Notasi
a menunjukkan profil pada kecepatan gas inlet 0.015 m/s dan b
pada 0,03 m/s.

4. Kesimpulan
Dari hasil simulasi diketahui bahwa kecepatan gas
inlet sangat mempengaruhi berbagai peristiwa di dalam
reaktor. Semakin tinggi nilai kecepatan gas inlet akan
meningkatkan nilai gas hold up di dalam reaktor yang
mengakibatkan luas antarfasa gas-liquid semakin besar
dan konsentrasi oksigen terlarut semakin menyebar di
dalam reaktor. Selain itu, semakin tinggi kecepatan gas
inlet juga mempengaruhi pola penyebaran konsentrasi sel
virus dan konsentrasi substrat di dalam reaktor, dimana
konsentrasinya akan lebih cepat menyebar seiring dengan
kenaikan nilai kecepatan gas inlet. Akan tetapi, pada
waktu 1 menit ini belum dapat terlihat pola pertumbuhan
sel virus maupun konsumsi substrat di dalam reaktor
karena hal tersebut baru dapat terjadi dalam beberapa jam
dari reaksi kinetika pertumbuhan. Hal ini disebabkan
karena adanya keterbatasan dari solver yang digunakan
dalam penelitian ini.

Daftar Acuan
[1] Chisti, M. (1989). Airlift bioreactors. Elsevier
Applied Science. New York
[2] Becker, S., Sokolichin, A. and Eigenberger, G.
(1994). Gas-liquid flow in bubble columns and loop
reactors: Part II. Comparison of detailed
experiments and flow simulations, Chemical
Engineering Science 49, No. 248 5747–5762.
[3] Bird, R. Byron, Stewart W.E., dan Lightfoot E.N.
(1960). Transport Phenomena, John Wiley & Sons.
Singapore.
[4] Fogler, Scott H. (2004). Elements of Chemical
Reaction Engineering 3rd Edition, Prentice-Hall.
India.

Pemodelan dan..., Evi lutfiani, FT-UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai