Anda di halaman 1dari 14

A.

Pathway
-Asap rokok
-Polusi Udara
-Pemajanan Okupasi

Iritasi mukosa Bronkus

Peradangan Kronik

Pembelahan sel yang tidak terkendali

Karsinoma paru

Iritasi oleh massa tumor Adanya massa dalam paru


Nyeri Peningkatan Kerusakan membran alveoli
Sekresi mukus Gangguan pertukaran gas
Penurunan ekspansi paru
Batuk Sesak nafas

Pola nafas tidak


efetkif

Bersihan jalan nafas tidak efektif malaise


Intoleran aktivitas
Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
Oleh dr. Djamila Zakaria, Sp.PA

Biopsi aspirasi jarum halus atau fine needle aspiration biopsy (FNAB)
merupakan suatu metode atau tindakan mengambil sebagian jaringan tubuh
manusia dengan menggunakan jarum suntik yang bertujuan untuk membantu
diagnosis berbagai penyakit tumor dan infeksi. Tindakan ini bisa dilakukan untuk
tumor yang letaknya di permukaan tubuh (superfial) dan bisa teraba (palpable)
misalnya tumor pada permukaan kulit, kelenjar getah bening, kelenjar gondok,
kelenjar liur, payudara dan lain-lain.
Biopsi aspirasi jarum halus atau Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
adalah merupakan suatu metode atau tindakan pengambilan sebagian jaringan
tubuh manusia dengan suatu alat aspirator berupa jarum suntik yang bertujuan
untuk membantu diagnosis berbagai penyakit tumor. Tindakan biopsi aspirasi
ditujukan pada tumor yang letaknya superfisial dan papable misalnya tumor
kelenjar getah bening, tiroid, kelenjar liur, payudara, dan lain-lain. Sedangkan
untuk tumor pada organ dalam misalnya tumor pada paru, ginjal, hati, limpa dan
lain-lain dilakukan dengan bantuan CT Guided. Dengan metode FNAB
diharapkan hasil pemeriksaan patologis seorang pasien dapat segera ditegakkan
sehingga pengobatan ataupun tindakan operatif tidak membutuhkan waktu tunggu
yang terlalu lama.
Tindakan FNAB ini dapat dilakukan oleh seorang dokter terlatih dan dapat
dilakukan di ruang praktek sehingga ini sangat bermanfaat bagi pasien rawat
jalan. Untuk mendiagnosa limfoma maligna pada kelenjar getah bening,
ketepatannya tinggi pada lesi tumor yang derajat keganasannya high-grade. Bila
dilakukan pada jaringan hati ketepatan diagnosisnya 67-100%. Rata-rata 80% lesi
keganasan di jaringan hati dapat didiagnosis secara tepat sehingga sesuai dengan
dugaan adanya korelasi antara analisis sitologi dengan hasil pemeriksaan klinis
yang baik.
Dengan metode FNAB diharapkan hasil pemeriksaan patologi /diagnosis
pasien dapat segera ditegakkan sehingga pengobatan ataupun tindakan operatif
tidak membutuhkan waktu tunggu yang terlalu lama. Disamping itu FNAB juga
digunakan untuk mengkonfirmasi kecurigaan klinik adanya rekurensi
(kekambuhan) lokal/ metastasis suatu kanker, tanpa membuat pasien menjalani
intervensi bedah lebih lanjut.
Dalam pelaksanaannya FNAB memberikan keuntungan baik
untuk pasien, dokter dan pembiayaan, yaitu :
1. Relatif tidak nyeri
2. Sederhana, proses pengolahan jaringan dapat dilakukan tanpa peralatan
yang canggih
3. Hasil lebih cepat karena prosesnya lebih sederhana dibandingkan proses
pemeriksaan histopatogi dari jaringan operasi
4. Relatif murah
5. Komplikasi bias berupa rasa nyeri dan perdarahan, tetapi ini sangat jarang
terjadi
6. Dapat dilakukan pada pasien rawat jalan sehingga pasien bisa langsung
pulang setelah tindakan dilakukan .
7. Apabila jumlah sel yang didapatkan sedikit, pemeriksaan dapat dilakukan
dan diulang saat itu juga agar hasil yang didapatkan lebih akurat.
8. Bila dilakukan ahli yang berpengalaman keakuratan diagnosis FNAB
pada beberapa keadaan dapat mendekati diagnosis histopatologi.
Kerugian dari pemeriksaan ini adalah tidak dapat dilakukan pada benjolan-
benjolan yang letaknya di organ viscera atau organ dalam . Khusus untuk benjolan
di organ viscera dapat dilakukan dengan panduan USG Abdomen atau CT- scan.
Diharapkan pemeriksaan ini dapat menjadi alternatif biopsi bagi pasien dengan
kondisi-kondisi benjolan di permukaan kulit seperti yang disebutkan diatas.

Prosedur Biopsi
Pasien yang akan menjalani tindakan biopsi tidak membutuhkan persiapan
khusus. Namun ada baiknya konsultasikan dahulu kondisi pasien sehari-hari
dengan dokter yang memeriksa. Penggunaan obat-obatan tertentu
seperti aspirin dan anti-inflamasi non steroid harus dihentikan. Selama
tindakan prosedur, pasien akan diberikan obat-obatan sedatif (penenang) dan juga
obat penahan nyeri, agar pasien merasa lebih nyaman dan rileks.
Tindakan biopsi atau pengambilan sampel jaringan ini dapat dilakukan
dengan 2 cara, yang masing-masing disesuaikan dengan kondisi pasien, yaitu :
1. Biopsi terbuka
Pengambilan sampel jaringan dilakukan bersamaan dengan
tindakan operasi terbuka yang dilakukan dokter, bersifat invasif. Prosedur seperti
ini memberikan efek samping dan resiko yang jauh lebih besar bagi pasien.
2. Biopsi tertutup
Pengambilan sampel jaringan hanya dengan melakukan sayatan kecil pada lapisan
kulit. Kemudian menggunakan jarum yang ukurannya diseuaikan dengan jaringan
organ yang akan diambil. Prosedur seperti ini disebut minimal invasif dan lebih
sering dilakukan, sehingga resiko yang timbul pada pasien jauh lebih sedikit.
Untuk mengambil sampel jaringan, biasanya dokter menggunakan alat bantu agar
sesuai dengan target organ yang dituju. Alat bantu yang dimaksud meliputi:
a. CT-guided biopsi. Dokter menggunakan bantuan alat CT scan untuk
menentukan lokasi yang paling tepat mengambil jaringan.
b. Ultrasound-guided biopsi. Prinsipnya sama dengan CT scan, pada teknik
Ultrasound-guided biopsi dokter menggunakan bantuan ultrasound (USG)
untuk membantu menentukan lokasi target.
Setelah jaringan berhasil didapatkan, maka sampel tersebut akan
dianalisis. Analisa ini dapat dilakukan bersamaan pada saat pengambilan sampel
(proses analisa harus dilakukan dengan cepat), atau dapat juga dikirim ke bagian
laboratorium lain sehingga membutuhkan waktu beberapa hari atau
beberapa minggu untuk mengetahui hasilnya.
Analisa terhadap sampel jaringan yang diambil harus dilakukan oleh doker
spesialis patologi anatomi. Dengan bantuan mikroskop dokter akan memeriksa
apakah ukuran sel, bentuk, dan juga bagian dalam sel masih normal atau tidak.

Refference:
1. Orell,SR, Sterrret GF. Fine Needle Aspiration Cytology.Fifth
Edition.Elsevier 2012.
2. Alieva, M., Rheenen, J., & Broekman, M. NCBI. Potential Impact of
Invasive Surgical Procedures on Primary Tumor Growth and
Metastasis. Clinical & Experimental Metastasis. 2018. 35(4): pp.
319–331.
3. Interiano, et al. NCBI. Safety and Diagnostic Accuracy of Tumor
Biopsies in Children with Cancer. Cancer. 2015. 121(7), pp. 1098 –
1107.
LAPORAN PENDAHULUAN KEMOTERAPI

A. Definisi
Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan
zat/ obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker atau menghambat
proliferasi selsel kanker dan diberikan secara sistematik. Obat anti kanker yang
artinya penghambat kerja sel.
Untuk kemoterapi bisa digunakan satu jenis sitostika. Pada sejarah awal
penggunaan kemoterapi digunakan satu jenis sitostika, namun dalam perkembang
annya kini umumnya dipergunakan kombinasi sitostika atau disebut regimen
kemoterapi, dalam usaha untuk mendapatkan hasiat lebih besar

B. Prinsip kerja obat kemoterapi (sitostatika) terhadap kanker.


Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat ini
bekerja terutama terhadap selsel kanker yang sedang berproliferasi, semakin aktif
selsel kanker tersebut berproliferasi maka semakin peka terhadap sitostatika hal
ini disebut Kemoresponsif, sebaliknya semakin lambat prolifersainya maka
kepekaannya semakin rendah , hal ini disebut Kemoresisten.
Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah :
a. Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik
Anthrasiklin obat golongan ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA
di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi.
b. Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel
yang berakibat menghambat sintesis DNA.
c. Obat golongan Topoisomeraseinhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes
bekerja pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan
mitosis sel.
d. Obat golongan Enzim seperti, L_Asparaginase bekerja dengan
menghambat sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis
DNA dan RNA dari sel-sel kanker tersebut.

C. Pola pemberian kemoterapi


1) Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah
sel kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass
Tumor) atau pada keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut
juga dengan pengobatan penyelamatan.
2) Kemoterapi Adjuvan
Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan atau
radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan selsel kanker yang masih
tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).
3) Kemoterapi Primer
Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan
pada kanker yang bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu
sebelum pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi.
4) Kemoterapi Neo-Adjuvan
Diberikan mendahului/sebelum pengobatan /tindakan yang lain seperti
pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi
lagi. Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa tumor yang besar
sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil guna.

D. Cara pemberian obat kemoterapi.


1) Intra vena (IV)
Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus IV
pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 sampai
120 menit, atau dengan continous drip sekitar 24 jam dengan infusion
pump upaya lebih akurat tetesannya.
2) Intra tekal (IT)
Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan tumor
dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain MTX, Ara.C.
3) Radiosensitizer, yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum radiasi,
tujuannya untuk memperkuat efek radiasi, jenis obat untukl kemoterapi ini
antara lain Fluoruoracil, Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea.
4) Oral
Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®, Alkeran®,
Myleran®, Natulan®, Purinetol®, hydrea®, Tegafur®, Xeloda®, Gleevec
5) Subkutan dan intramuskular
Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah L-
Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis.
Pemberian per IM juga sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian
Bleomycin.
6) Topikal
7) Intra arterial
8) Intracavity
9) Intraperitoneal/Intrapleural
Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang
banyak pada kanker ganas intraabdomen, antara lain Cisplastin. Pemberian
intrapleural yaitu diberikan kedalam cavum pleuralis untuk memusnahkan
selsel kanker dalam cairan pleura atau untuk mengehentikan produksi efusi
pleura hemoragis yang amat banyak , contohnya Bleocin.
E. Tujuan pemberian kemoterapi.
a. Pengobatan.
b. Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi.
c. Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.
d. Mengurangi komplikasi akibat metastase.
F. Manfaat Kemoterapi
1. Kemoterapi sangat bermanfaat (karena dapat sembuh atau hidup lama).
a) Penyakit Hodgkin
b) Non Hodgkin limfoma jenis large sel
c) Kanker testis jenis germ sel
d) Leukemia dan Limfoma pada anak
2.Kemotarapi bermanfaat (karena dapat dikendalikan cukup lama, kadang
kadang sembuh)
a) Kanker Payudara
b) Kanker Ovarium
c) Kanker Paru jenis small sel
d) Limfoma non Hodgkin
e) Multiple Mieloma
3. Kemoterapi bermanfaat untuk paliatif (dapat mengulang gejala)
a) Kanker Nasofaring
b) Kanker Prostat
c) Kanker Endometrium
d) Kanker Leher dan Kepala
e) Kanker Paru jenis non small sel
4. Kemoterapi kadangkala bermanfaat
a) Kanker Nasofaring
b) Melanoma
c) Kanker usus besar

G. Efek samping kemoterapi


Umumnya efek samping kemoterapi terbagi atas :
1. Efek samping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam
24jam pertama pemberian, misalnya mual dan muntah.
2. Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia dan
stomatitis.
3. Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang timbul
dalam beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer,
neuropati.
4. Efek samping yang terjadi kemudian (Late Side Effects) yang timbul dalam
beberapa bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder.
Tubuh manusia terdiri dari organorgan tubuh. Organ tubuh terdiri dari jaringan
dan jaringan dari sel tubuh yang berubah atau mutasi menjadi ganas dan
membelah terus terkendali dan menjadi besar mendobrak, merusak, jaringan
sekitarnya dan akhirnya menyebar, bersarang diorgan lain dan mengulangi
pertumbuhan seperti tempat semula. Sel kanker inilah yang menjadi target obat
kemoterapi.
Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat, dosis pada
setiap pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang timbul
pada setiap penderita berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang sama, faktor
nutrisi dan psikologis juga mempunyai pengaruh bermakna.
Kemoterapi anti kanker akan menyebabkan sel kanker serta beberapa jenis
sel sehat yang juga sedang membelah atau tumbuh mengalami kerusakan. Namun
sel kanker akan mengalami kerusakan lebih parah dibanding kerusakan pada sel
sehat. Setelah beberapa periode 1sampai3 minggu sel sehat pulih dan sel kanker
juga akan pulih kembali namun mengalami kerusakan berarti, sehingga atas dasar
inilah obat anti kanker dipergunakan. Untuk mencegah kerusakan permanent dari
sel sehat, obat kanker tidak bisa diberikan sekaligus 4sampai8 siklus. Hal ini
dimaksud untuk memulihkan sel sehat. Dilain pihak berangsur mengecilkan
kanker sehingga akhirnya sel kanker menjadi sangat kecil tidak terlihat lagi dan
bisa dihancurkan dengan sinar atau dihilangkan dengan operasi. Secara umum
obat anti kanker mempunyai akibat terhadap sel kanker yang sedang cepat
membelah itu, namun sel sehat yang cepat membelah pun termasuk kena akibat
anti kanker tersebut.
Diantara sel sehat yang terkena akibat adalah selsel darah dimana berfungs
i memerangi infeksi, membantu pembekuan dan membawa oxygen keseluruh
tubuh. Bila selsel darah terkena pengaruh, maka penderita akan gampang terkena
infeksi, gampang memar dan serta mudah mengalami pendarahan. Demikian pula
badan terasa lemah karena kurang energi yang dibakar oleh oxygen.
Selsel pada saluran cerna juga cepat membelah, sehingga akibat gangguan
saluran cerna, pasien akan merasa tidak nafsu makan, mual muntah serta sariawan
dan diare akibat rontoknya selaput lender mulut dan usus.
Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal,
supresi sumsum tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang paling
utama adalah mual, muntah, diare, konstipasi, faringitis, esophagitis dan mukositi,
mual dan muntah biasanya timbul selang beberapa lama setelah pemberian
sitostatika dab berlangsung tidak melebihi 24 jam.
Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah sel
darah putih (leukopenia), sel trombosit (trombositopenia), dan sel darah merah
(anemia), supresi sumsum tulang belakang akibat pemberian sitistatika dapat
terjadi segera atau kemudian, pada supresi sumsum tulang yang terjadi segera,
penurunan kadar leukosit mencapai nilai terendah pada hari ke-8 sampai hari ke-
14, setelah itu diperlukan waktu sekitar 2 hari untuk menaikan kadar laukositnya
kembali. Pada supresi sumsum tulang yang terjadi kemudian penurunan kadar
leukosit terjadi dua kali yaitu pertamatama pada minggu kedua dan pada sekitar
minggu ke empat dan kelima. Kadar leukosit kemudian naik lagi dan akan
mencapai nilai mendekati normal pada minggu keenam. Leukopenia dapat
menurunkan daya tubuh, trombositopenia dapat mengakibatkan perdarahan yang
terus-menerus/ berlebihan bila terjadi erosi pada traktus gastrointestinal.
Efek samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting adalah
kerusakan otot jantung, sterilitas, fibrosis paru, kerusakan ginjal, kerusakan hati,
sklerosis kulit, reaksi anafilaksis, gangguan syaraf, gangguan hormonal, dan
perubahan genetik yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker baru.
Kardiomiopati akibat doksorubin dan daunorubisin umumnya sulit diatasi,
sebagian besar penderita meninggal karena “pump failure”, fibrosis paru
umumnya iireversibel, kelainan hati terjadi biasanya menyulitkan pemberian
sitistatika selanjutnya karena banyak diantaranya yang dimetabolisir dalam hati,
efek samping pada kulit, saraf, uterus dan saluran kencing relatif kecil dan lebih
mudah diatasi.
Rambut yang sedang tumbuh pun akan rontok yang dapat dari kerontokan
ringan dampai pada kebotakan, pertumbuhan terhenti, sementara haid menjadi
tidak ada dan lakilaki sementara mengalami sterilisasi. Pada pusat kanker yang
lengkap disediakan bank sperma untuk antisipasi apabilia terjadi sterilisasi
permanent pada pria.
Untuk kemoterapi yang sangat agresif dimana kerusakan sel darah sangat
berat, dipergunakan cangkok sumsum tulang dari tubuh sendiri (autologus bone
marrow tranplantation). Sel sumsum tulang kita diambil dan disimpan dengan
pengawet. Pada waktu kerusakan sel darah begitu berat akibat kemoterapi yang
agresif, sel sumsum tulang badan kita yang disimpan ditransfusikan kembali
ketubuh untuk memulihkan kerusakan tersebut. Pada prakteknya seharihari yang
dikhawatirkan pasien terutama muntah, sariawan, nafsu makan hilang dan
terutama wanita adalah kebotakan. Hal ini wajar, namun dengan penerangan dan
persiapan lebih baik, antara lain pemeriksaan laboratorium berkala, obat anti
muntah, obat nafsu makan serta obatobat lain, semua dapat diatasi. Disamping itu
gangguan tersebut tidak permanent akan pulih sebelum dilakukan siklus
berikutnya.
A) Perubahan Indra Pengecap
Penanganannya:
1. Hindari makanan yang pahit
2. Makan makanan yang lunak berprotein
3. Tes pengecapan
4. Tambahkan bumbu
B) Infeksi Mulut dan Lambung
Penanganannya :
1. Pemeriksaan gigi 14 hari sebelum kemoterapi pertama dan setelah kemoterapi
2. Jaga bibir tidak kering
3. Hindari rokok dan alkohol
4. Hindari makanan yang: terlalu panas, terlalu dingin, banyak mengandung zat
kimia.
5. Bersihkan gusi dan gigi dengan sikat yang lembut untuk menghindari
perdarahan gusi, sedikitnya 4x sehari (sesudah makan dan menjelang tidur).
6. Gunakan pasta gigi yang mengandung fluoride tapi tidak mengandung zat-
zat yang bersifat abrasif.
7. Jika Anda terbiasa membersihkan gigi dengan benang gigi (dental floss),
bersihkan sela-sela gigi dengan hati-hati setiap hari.
8. Larutkan ½ sendok teh garam dan ½ sendok teh baking soda dalam segelas
besar air hangat, dan seringseringlah berkumur dengannya. Jangan lupa bilas
dengan air bersih/tawar.

C) Mual dan Muntah


1. Makanlah makanan yang agak tawar, seperti crackers atau roti panggang/
kering.
2. Jika mual hanya terjadi di antara waktu makan, makanlah lebih sering dalam
porsi kecil, juga makan kue menjelang dan saat terbangun dari tidur.
3. Minumlah minuman bening (minuman yang tembus pandang seperti air putih,
teh, jus apel, wedang jahe, sirup, es jeruk, kuah sup, agaragar, dsb) yang
dingin, dan hiruplah perlahan-lahan.
4. Makanlah makanan yang Anda sukai, tetapi tetap pertimbangkan kandungan
gizinya.
5. Hindari makanan panas, untuk mengurangi aromanya. Hindari juga makanan
berlemak, terlalu banyak bumbu, atau terlalu manis.
6. Makan buah.
7. Mengulum permen yang segar, seperti permen jeruk atau mint.
8. Istirahatlah dengan tenang sesudah makan.
9. Alihkan perhatian dengan menonton televisi, mendengarkan musik, atau
bercanda ringan.
10. Jika sedang mual, bersikaplah rileks dan bernafas dalam-dalam.
11. Mintalah obat antimual kepada dokter. Minumlah obat itu begitu Anda mulai
merasa mual, supaya tidak sampai muntah.
D) Susah Buang Air Besar
Penanganannya :
1. BAB secara teratur
2. Minum jus buah atau makan buah
3. Minum 3liter air (hangat)
4. Makan yang mengandung serat
5. Hindari makanan yang banyak mengandung tepung
6. Tingkatkan aktivitas fisik
E) Diare
Penanganannya :
1. Hindari makanan yang: mengiritasi lambung, banyak mengandung gas, dan mi
numan yang mengandung kafein.
2. Minum 3 liter perhari
3. Makan sedikit tapi sering.
4. Hindari susu atau produk susu
F) Kerontokan Rambut
Penanganannya:
1. Selama periode terapi sebaiknya kenakan topi lebar yang lembut atau
kerudung dari bahan katun. Jika ingin mengenakan wig, pastikan bagian
tepinya tidak menggesek kulit Anda.
2. Gunakan sampho yang lembut dan kondisioner setiap keramas
3. Minimalkan penggunaan hair dryer,
4. Hentikan penggunaan mesin dengan listrik, roll rambut, bandana yang meneka
n rambut, hair spray, semir rambut
5. Hindari menggosok dan menyisir rambut terlalu keras.
6. Gunakan bantal yang lembut
7. Konsumsi makanan yang: Mengandung tinggi karbohidrat, Mengandung
tinggi protein, Mengkonsumsi suplemen/vitamin nutrisi.

H. Persiapan dan Syarat kemoterapi.


1. Persiapan
Sebelum pengobatan dimulai maka terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan yang
meliputi:
a) Darah tepi; Hb, Leuko, hitung jenis, Trombosit.
b) Fungsi hepar; bilirubin, SGOT, SGPT, Alkali phosphat.
c) Fungsi ginjal: Ureum, Creatinin dan Creatinin Clearance Test bila serum creatinin
meningkat.
d) Audiogram (terutama pada pemberian Cis-plastinum)
e) EKG (terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin).

2. Syarat
a) Keadaan umum cukup baik.
b) Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi, informed concent.
c) Faal ginjal dan hati baik.
d) Diagnosis patologik
e) Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
f) Riwayat pengobatan (radioterapi/kemoterapi) sebelumnya.
g) Pemeriksaan laboratorium menunjukan hemoglobin > 10 gram %, leukosit > 5000/
mm³, trombosit > 150 000/mm³.

I. Prosedur
1. Persiapan
a) Sebelum diberikan kemoterapi maka harus dipersiapkan ukuran TB, BB, luas
badan,darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, gula darah, urin lengkap, EKG,
foto thorax AP/lateral, Ekokardiografi, BMP.
b) Periksa protokol dan program terapi yang digunakan, serta waktu pemberian obat
sebelumnya.
c) Periksa nama pasien, dosis obat, jenis obat, cara pemberian obat.
d) Periksa adanya inform concernt baik dari penderita maupun keluarga.
e) Siapkan obat sitostatika
f) Siapkan cairan NaCl 0,9 %, D5% atau intralit.
g) Pengalas plastik, dengan kertas absorbsi atau kain diatasnya
h) Gaun lengan panjang, masker, topi, kaca mata, sarung tangan, sepatu
i) Spuit disposible 5cc, 10cc, 20 cc, 50 cc.
j) Infus set dan vena kateter kecil
k) Alkohol 70 % dengan kapas steril
l) Bak spuit besar
m) Label obat
n) Plastik tempat pembuangan bekas
o) Kardex (catatan khusus)

2. Cara kerja
Semua obat dicampur oleh staf farmasi yang ahli dibagian farmasi dengan
memakai alat “biosafety laminary airflow” kemudian dikirim ke bangsal
perawatan dalam tempat khusus tertutup. Diterima oleh perawat dengan catatan
nama pasien, jenis obat, dosis obat dan jam pencampuran. Bila tidak mempunyai
biosafety laminary airflow maka, pencampuran dilakukan diruangan khusus yang
tertutup dengan cara :
a. Meja dialasi dengan pengalas plastik diatasnya ada kertas penyerap atau kain
b. Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sepatu.
c. Ambil obat sitostatika sesuai program, larutkan dengan NaCl 0,9%,D5%/intralit
d. Sebelum membuka ampul pastikan bahwa cairan tersebut tidak berada pada
puncak ampul. Gunakan kasa waktu membuka ampul agar tidak terjadi luka dan
terkontaminasi dengan kulit. Pastikan bahwa obat yang diambil sudah cukup,
dengan tidak mengambil 2 kali
e. Keluarkan udara yang masih berada dalam spuit dengan menutupkan kapas atau
kasa steril diujung jarum spuit.
f. Masukkan perlahanlahan obat kedalam flabot NaCl 0,9 % atau D5% dengan
volume cairan yang telah ditentukan
g. Jangan tumpah saat mencampur, menyiapkan dan saat memasukkan obat kedalam
flabot atau botol infus.
h. Buat label, nama pasien, jenis obat, tanggal, jam pemberian serta akhir pemberian
atau dengan syringe pump.
i. Masukkan kedalam kontainer yang telah disediakan.
j. Masukkan sampah langsung ke kantong plastik, ikat dan beri tanda atau jarum
bekas dimasukkan ke dalam tempat khusus untuk menghindari tusukan.

3. Prosedur cara pemberian kemoterapi


a. Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara
pemberian, waktu pemberian dan akhir pemberian.
b. Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sarung tangan
dan sepatu.
c. Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik
d. Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah tusukan
infus
e. Berikan anti mual ½ jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan, zofran,
kitril secara intra vena)
f. Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9 %
g. Beri obat kanker secara perlahnlahan (kalau perlu dengan syringe pump) sesuai
program
h. Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0,9%
i. Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan kedalam kantong plastik dan diikat
serta diberi etiket.
j. Buka gaun, topi, asker, kaca mata kemudian rendam dengan deterjen. Bila
disposible masukkkan dalam kantong plasrtik kemudian diikat dan diberi etiket,
kirim ke incinerator / bakaran.
k. Catat semua prosedur
l. Awasi keadaan umum pasien, monitor tensi, nadi, RR tiap setengah jam dan
awasi adanya tanda-tanda ekstravasasi.

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada kanker dan kemoterapi


1) Nyeri kronis berhubungan dengan pertumbuhan/metastase tumor
2) Nyeri akut berhubungan dengan aktual atau potensial kerusakan jaringan aki
bat metastase tumor.
3) Mual/Nause berhubungan parmesetik (kemotherapi)
4) Ansietas berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang tak dikenal/ keti
dakpastian tentang hasil pengobatan kanker, perasan putus asa dan tak berda
ya/ ketidak cukupan pengetahuan tentang kanker dan pengobatan
5) Resiko infeksi b/d tindakan invasif (tusukan iv line)
DAFTAR PUSTAKA

Bongard, Frederic, S. Sue, darryl. Y, 1994, Current Critical, Care Diagnosis and Treatm
ent, first Edition, Paramount Publishing Bussiness and Group, Los Angeles

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2,
EGC, Jakarta

Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001

Gale Daniele, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, EGC, Jakarta, 2000

Instalasi Diklat RS. Kanker Darmais, 2003, Kumpulan Makalah Pelatihan Perawatan
Kanker Dengan Kemoterapi Di RS Kanker Darmais, RS. Kanker Darmais, Jakarta

Price, Sylvia A and Willson, Lorraine M, 1996, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses penyakit, Edisi empat, EGC, Jakarta

R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta:EGC;1997

Robert. T.Door & William.L.Fritz, 1981, Cancer Chemotherapy Handbook, Elsevier,


New York.

Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001

Anda mungkin juga menyukai