Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENTINGNYA TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK PADA


PENYEMBUHAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

1. ALKHAFI JANNATUL F (1610010)


2. ARIN DWI WIJAYANTI (1710014)
3. ARYANI IKA MAHARDIKA (1710016)
4. AYU AMALIYAH (1710018)
5. BELLA LAKSONO (1710020)
6. MARIA SISKA AGUSTINA (1710056)
7. MEY RETA PURNAWIRA S (1710058)
8. MOCH. VIKRI (1710060)
9. MONICA TASYA S (1710062)
10. NABIILAH FITRIANI H (1710064)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan acara penyuluhan yang berjudul “Pentingnya Terapi Oksigen


Hiperbarik pada Kasus Penyembuhan Luka Bakar (Combustio)” telah
disahkan oleh pembimbing institusi dan pembimbing lahan pada:

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Intitusi Pembimbing Lahan


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Luka Bakar (Combustio)

Sub Pokok Bahasan : Pentingnya Terapi Oksigen Hiperbarik pada Kasus Luka

Bakar

Sasaran : Pengunjung Lakesla

Hari/Tanggal : Senin, 04 November 2019

Tempat : Di Lakesla

Waktu : 30 Menit

Penyuluh : Kelompok 3

A. Latar Belakang
Luka bakar adalah salah satu kondisi yang dapat mematikan dan masih
merupakan masalah kesehatan utama. Luka bakar merupakan salah satu jenis
luka yang dapat didefinisikan sebagai rusaknya sebagian jaringan tubuh akibat
terpapar benda atau sesuatu yang panas, zat kimia, dan sengatan listrik. Luka
bakar dapat mengenai lapisan epidermis atau dermis bahkan jaringan subkutan
(Susilo, 2017).
Di Indonesia, data dari Unit Luka Bakar RSCM pada periode Januari
2011-Desember 2012, tercatat 275 pasien dirawat akibat luka bakar. Terdapat
78% kasus luka bakar disebabkan oleh api, dengan derajat luka bakar grade II
sampai grade III. Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou, Manado selama tahun 2014
tercatat 85 kasus luka bakar yang dirawat di bangsal bedah, dan menempati
urutan ke-6 dari 10 kasus terbanyak dibangsal bedah (Mawarti, 2014).
Kerusakan jaringan pada luka bakar terjadi karena beberapa faktor,
termasuk kegagalan jaringan sekitar dalam menyediakan oksigen dan nutrien
untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel-sel yang berbatasan dengan
daerah cedera. Hambatan sirkulasi pada jaringan dibawah daerah cedera
mengakibatkan luka menjadi kurang kelembabannya yang dapat menghambat
proses penyembuhan luka secara alami.
Penanganan dan perawatan luka bakar (khususnya luka bakar berat)
memerlukan perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan
tersendiri karena angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Dengan
berkembangnya teknologi, proses penyembuhan luka bakar dapat dilakukan
dengan terapi oksigen hiperbarik (TOHB). Terapi oksigen hiperbarik adalah
suatu terapi pengobatan dimana penderita harus berada dalam suatu ruangan
bertekanan tinggi (chamber) dan bernafas dengan oksigen murni (100%) pada
tekanan udara sebesar 2,4 ATA. Cianci et al pada tahun 2013 melaporkan data
dari beberapa studi penelitian yang dilakukan terhadap manusia maupun hewan
mengenai penggunaan TOHB pada luka bakar dengan hasil yang nyata dan
konsisten dalam perlangsungan proses penyembuhan luka, yaitu antara lain
mencegah iskemi pada kulit, mengurangi edema, mencegah penambahan
kerusakan derajat luka bakar, memelihara metabolisme selular, dan selanjutnya
mempercepat penyembuhan. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan terapi
oksigen hiperbarik pada kasus luka bakar untuk membantu mempercepat
proses penyembuhan luka bakar (Susilo, 2017).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan peserta dapat mengetahui dan
memahami tentang pentingnya terapi oksigen hiperbarik untuk
penyembuhan luka bakar (Combustio).
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan peserta mampu:
a. Memahami pengertian luka bakar (Combustio)
b. Memahami penyebab luka bakar (Combustio)
c. Memahami tanda dan gejala luka bakar (Combustio)
d. Memahami pertolongan pertama pada luka bakar (Combustio)
e. Memahami manfaat terapi oksigen hiperbarik pada kasus luka bakar
(Combustio)
C. Penatalaksanaan Kegiatan
1. Topik
Pendidikan kesehatan tentang pentingnya terapi oksigen hiperbarik untuk
penyembuhan luka bakar (Combustio)
2. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
3. Media
Leaflet
4. Waktu
Hari/Tanggal : Senin, 04 November 2019
Waktu : 30 Menit
5. Pengorganisasian
a. Moderator : Bella Laksono
b. Penyaji : Maria Siska Agustina, Arin Dwi W
c. Fasilitator : Alkhafi Jannatul F, Ayu Amaliyah
d. Notulen : Monica Tasya S
e. Dokumentasi : Aryani Ika Mahardika, Moch Vikri
f. Observer : Mey Reta P S, Nabiilah Fitriani H

D. Materi (Terlampir)

E. Susunan Acara

RESPON
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUH
PESERTA

1 3 Menit Pembukaan: 1. Menjawab salam


2. Mendengarkan
a. Membuka kegiatan
dengan mengucapkan
salam
b. Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan dan kontrak
waktu
c. Membagikan leaflet

2 15 Menit Pelaksanaan: Sasaran


mendengarkan dan
1. Menggali pengetahuan
memperhatikan
peserta mengenai konsep
materi yang
penyakit luka bakar dan
disampaikan oleh
manfaat terapi oksigen
penyuluh
hiperbarik pada kasus
Combustio (luka bakar)
2. Menjelaskan materi
tentang pengertian
Combustio (luka bakar)
3. Menjelaskan materi
tentang penyebab
Combustio (luka bakar)
4. Menjelaskan materi
tentang tanda dan gejala
Combustio (luka bakar)
5. Menjelaskan materi
tentang pertolongan
pertama pada kasus
Combustio (luka bakar)
6. Menjelaskan materi
tentang manfaat terapi
oksigen hiperbarik pada
kasus Combustio (luka
bakar)
3 10 Menit Evaluasi: 1. Mengajukan
pertanyaan
a. Memberi kesempatan
2. Menjawab
sasaran untuk bertanya
pertanyaan
b. Meminta peserta
menjelaskan atau
menyebutkan kembali
mengenai
a) Pengertian Combustio
(luka bakar)
b) Penyebab Combustio
(luka bakar)
c) Tanda dan gejala
Combustio (luka
bakar)
d) Pertolongan pertama
pada kasus Combustio
(luka bakar)
e) Manfaat terapi oksigen
hiperbarik pada kasus
Combustio (luka
bakar)
c. Memberikan pujian atas
keberhasilan peserta
dalam menjelaskan
pertanyaan.
4 2 Menit Penutup: Menjawab salam

1. Menyampaikan terima
kasih atas perhatian dan
waktu yang telah
diberikan kepada peserta
2. Mengucapkan salam

F. Evaluasi Proses dan Hasil Penyuluhan


No. Evaluasi Hasil

1. Evaluasi Struktur:
a. Kesiapan materi
b. Kesiapan satuan acara penyuluhan
c. Kesiapan media
d. Peserta hadir di tempat penyuluhan
e. Penyuluhan dilakukan di Lakesla
2. Evaluasi Proses:
a. Fase dimulai sesuai waktu yang
direncanakan
b. Suasana penyuluhan tertib
c. Peserta antusias terhadap materi
penyuluhan
d. Peserta konsentrasi mendengar
penyuluhan
e. Peserta mengajukan pertanyaan
3. Evaluasi Hasil:

Peserta mampu menjelaskan mengenai


pentingnya terapi oksigen hiperbarik
pada kasus luka bakar (Combustio).
G. Setting Tempat

PESERTA

Keterangan :

: Penyaji

: Moderator

: Observer

: Fasilitator
Lampiran Materi:

PENTINGNYA TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK PADA


PENYEMBUHAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)

A. Pengertian Luka Bakar (Combustio)


Luka bakar (Combustio) adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi (Nurarif, 2015).
Luka bakar merupakan salah satu jenis luka yang dapat didefinisikan
sebagai rusaknya sebagian jaringan tubuh akibat terpapar benda atau sesuatu
yang panas, zat kimia, dan sengatan listrik (Susilo, 2017).
Menurut Padila (2012) luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan
oleh panas, arus listrik, bahan kimia, dan petir yang mengenai kulit, mukosa
dan jaringan yang lebih dalam.

B. Penyebab Luka Bakar (Combustio)


Menurut penyebabnya, luka bakar dibagi menjadi beberapa jenis, meliputi hal-
hal berikut ini:
a. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn)
Disebabkan karena adanya kontak dengan api, cairan panas, uap panas
atau bahan panas lainnya (logam panas dan lain-lain) (Uli, 2014).
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Disebabkan adanya kontak dengan zat-zat pembersih yang sering
dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang
digunakan dalam bidang industri, pertanian, dan militer. Beratnya cedera
kimia tergantung dari konsentrasi, volume, tipe, dan lamanya kontak
dengan bahan-bahan kimia tersebut. Lebih dari 25.000 produk zat kimia
diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia (Uli, 2014).
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan dari
energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh (Uli, 2014). Listrik
menyebabkan kerusakan yang disebabkan karena arus, api dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi
paling rendah. (Moenadjat, 2005).
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi Radiasi merupakan salah satu tipe penyebab dari
luka bakar yang disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada
industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia
kedokteran. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat
menyebabkan luka bakar radiasi (Uli, 2014).

C. Tanda dan Gejala Luka Bakar (Combustio)


Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I
a) Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
b) Kulit kering, hiperemi berupa eritema (kemerahan)
c) Tidak dijumpai bula (gelembung pada kulit yang terbakar, berisi
cairan)
d) Nyeri
e) Penyembuhan terjadi dalam waktu 5-10 hari
b. Luka bakar derajat II
a) Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi
b) Dijumpai bula (gelembung pada kulit yang terbakar, berisi cairan)
c) Nyeri
d) Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi
diatas kulit normal. Dalam luka bakar derajat II, dibedakan menjadi
dua yaitu:
Derajat II dangkal (superficial)
a. Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis
b. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh
c. Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari
Derajat II dalam (deep)
a. Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
b. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh
c. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa.
Umumnya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan
c. Luka bakar derajat III
a) Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih
dalam
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea mengalami kerusakan
c) Tidak dijumpai bula (gelembung pada kulit yang terbakar, berisi
cairan)
d) Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat
e) Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai eskar
f) Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung
saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian
g) Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi
spontan dari dasar luka

D. Pertolongan Pertama pada Luka Bakar


Untuk luka bakar ringan dan sedang
1. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan
pasokan oksigen pada api yang menyala
2. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek ketat,
karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi edema
3. Setelah sumber panas dihilangkan, rendam daerah luka bakar dalam air atau
menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya 15 menit.
Akan tetapi, cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas
karena bahaya terjadi hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung
pada luka bakar apapun
4. Jangan sekali-kali mempergunakan mentega, minyak, garam, kecap, air
kapur, karena akan menimbulkan terjadinya iritasi dan infeksi pada luka
5. Tutupi luka dengan kassa steril agar terhindar dari udara dan mengurangi
rasa sakit (Nurarif, 2015).
Untuk luka bakar berat
Panggil ambulans atau bawa segera ke unit gawat darurat untuk semua
kasus luka bakar berat. Sementara menanti bantuan medis tiba dapat dilakukan:
a. Pastikan penyebab luka bakar telah dijauhkan. Jangan melepaskan pakaian
terbakar yang melekat pada kulit, tetapi pastikan korban tidak lagi
bersentuhan dengan meteri yang masih panas atau membara.
b. Pastikan korban masih bernapas. Apabila pernapasan telah terhenti,
lakukan pernapasan buatan dari mulut ke mulut. Bila ada dugaan saluran
pernapasan korban tersumbat, usahakan untuk melegakannya terlebih
dahulu.
c. Tutupi luka bakar dengan perban steril yang kering atau kain yang bersih.
d. Jangan menggunakan selimut atau handuk karena bahaya dan cenderung
melekat pada luka bakar. Kain sepraibisa digunakan bila bagian yang
terbakar sangat luas.
e. Jangan memberi salep dan jangan memecahkan lepuhan luka bakar.

E. Pentingnya Terapi Oksigen Hiperbarik untuk Penyembuhan Luka Bakar


Terapi oksigen hiperbarik adalah salah satu metode pengobatan yang
dilakukan dengan cara memberikan oksigen murni 100% didalam ruangan
khusus bertekanan udara tinggi untuk dihirup pasien. Prinsip dari terapi
oksigen hiperbarik adalah membantu tubuh untuk memperbaiki jaringan yang
rusak dengan meningkatkan aliran oksigen ke jaringan tubuh. Terapi oksigen
hiperbarik akan menyebabkan darah menyerap oksigen lebih banyak akibat
peningkatan tekanan oksigen. Dengan konsentrasi oksigen yang lebih tinggi
dari normal, tubuh akan terpicu untuk memperbaiki jaringan yang rusak lebih
cepat dari biasanya.
Manfaat Terapi Oksigen untuk Penyembuhan Luka Bakar:
1. Dalam penelitian Susilo (2017), dijelaskan perbandingan antara kelompok
luka bakar yang mendapatkan terapi oksigen hiperbarik dengan kelompok
luka bakar yang tidak mendapatkan terapi oksigen hiperbarik memiliki
perbedaan. Bahwa kelompok luka bakar yang mendapatkan terapi oksigen
hiperbarik menunjukkan proses epitelisasi (tumbuhnya jaringan yang baru)
yang lebih cepat daripada kelompok yang tidak mendapatkan terapi
oksigen hiperbarik. Karena TOHB memberikan oksigen yang cukup
didalam jaringan sehingga membuat sel epitel dapat bermigrasi dan
membelah dengan cepat.
2. Adanya terapi oksigen hiperbarik dapat meningkatkan kadar oksigen dalam
tubuh yang membantu memperbaiki jaringan yang mengalami hipoksia.
3. TOHB dapat menurunkan pembentukan edema yang disebabkan oleh luka
bakar.
4. Oksigen yang diberikan pada TOHB dapat mengurangi jumlah sel radang
pada luka bakar.
5. TOHB dapat meminimalkan luasnya kerusakan luka.
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa


Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

Susilo, Rudy. 2017. Pengaruh Terapi Oksigen Hiperbarik terhadap Penyembuhan


Luka pada Luka Bakar Derajat Dua Dalam pada Hewan Coba Kelinci.
Universitas Sam Ratulangi Manado: Jurnal Biomedik (JBM), Vol.9, No.1

Uli. 2014. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan


pada Kasus Luka Bakar di Lantai III Utara Gedung Teratai Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati. Universitas Indonesia: Karya Tulis Ilmiah

Anda mungkin juga menyukai