Anda di halaman 1dari 6

METODE PENURUNAN EMISI

DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN


DEPARTEMEN
FAKULTAS TEKNIK
TEKNOLOGI KELAUTANSISTEM PERKAPALAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
2019
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2019
PENDAHULUAN

Emisi gas buang merupakan sisa hasil pembakaran mesin kendaraan, baik itu
kendaraan beroda, perahu atau kapal, dan pesawat terbang. Umumnya emisi gas buang ini
terjadi karena pembakaran yang tidak sempurna dari pembakaran mesin serta lepasnya
partikel-partikel, karena kurang tercukupinya oksigen dalam proses pembakaran
tersebut.Secara visual, emisi gas buang selalu terlihat dalam bentuk asap kendaraan dengan
bahan bakar solar, dan tidak terlihat pada kendaraan berbahan bakar bensin.
Emisi gas buang yang mengandung unsur nitrogen, karbon dioksida, dan uap air
bukan merupakan gas yang berbahaya. Namun selain dari gas-gas tersebut di atas ternyata
emisi gas buang kendaraan bermotor juga mengandung karbon mono-oksida (CO), senyawa
hidrokarbon (HC), berbagai oksida nitrogen (NOX), oksida sulfur (SOX) dan partikulat debu
termasuk timbal (Pb) Komposisi dan kandungan senyawa kimia gas buang kendaraan
bermotor tergantung pada kondisi mengemudi, jenis mesin, alat pengendali emisi bahan
bakar, suhu operasi, dan faktor lain yang secara keseluruhan membuat pola emisi menjadi
rumit. Menurut Tugaswati (2012), jenis bahan pencemar yang dikeluarkanoleh mesin dengan
bahan bakar bensin maupun solar sebenarnya sama saja, hanya berbeda pada jumlahnya
karena perbedaan pengoperasian mesin. Standart emisi gas buang telah diatur oleh MARPOL
Annex VI tentang batasan gas buang NOx.

METODE PENURUNAN EMISI.

1. Catalytic Converter
Catalytic Converter (Cat) adalah alat yang dipasang di exhaust system untuk mengurangi
emisi gas berbahaya ke atmosphere. Catalytic converter ini merupakan alat yang akan
mereaksikan gas-gas buang yang berbahaya melalui reaksi kimia sehingga nantinya gas-
gas tersebut akan berubah menjadi gas yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Atau
minimal menjadi gas yang tidak terlalu berbahaya. Catalytic converter merupakan alat
yang digunakan sebagai alat pengontrol emisi gas buang yang diletakkan setelah exhaust
manifol pada sistem pembuangan kendaraan bermotor. Secara umum kerja dari catalytic
coverter yaitu CO dikonversi menjadi CO2, HC menjadi H2O, dan NOx menjadi N2
Exhaust gas secara kontinyu dapat dimonitor dengan Lambda Sensor yang umumnya
dipasang di exhaust down-pipe sebelum Cat. Lambda sensor mengambil sample gas dan
melaporkan kembali ke engine management system. Jika terjadi kekurangan Oxygen di
gas maka sistem akan mengatur fuel injection menjadi LEAN secara halus. Kondisi ini
akan berlangsung berulang kali setiap detiknya sehingga motor dapat membakar fuel
secara lebih efisien, dan akhirnya menurunkan emisi gas buang.

Bentuk catalytic converter seperti tabung bentuknya mirip sarang tawon. Bahannya
terbuat dari keramik dengan ukuran lubang penyaring antara 1 hingga 2 mm. Secara
umum ada dua tipe catalytic converter yang dipakai, yaitu jenis pellet dan monolithic.
Jenis monolithic merupakan catalytic converter yang banyak dipakai saat ini. Alasannya,
jenis tersebut memiliki tahanan gas buang yang kecil, lebih ringan, dan cepat panas
dibandingkan jenis pellet.
Catalytic converter biasanya terdiri atas beberapa bagian :
a. Inti katalis (substrate). Penggunaan catalytic converter pada bidang otomotif biasanya
menggunakan inti dari keramik monolit dengan struktur sarang lebah (honeycomb).
Monolit tersebut dilapisi oleh FeCrAl pada
b. Washcoat. Washcoat adalah pembawa material katalis digunakan untuk menyebarkan
katalis tersebut pada area yang luas sehingga katalis mudah bereaksi dengan gas
buang. Washcoat biasanya terbuat dari aluminium oksida, titanium oksida, silikon
oksida dan campuran silika dan alumina. Washcoat dibuat dengan permukaan agak
kasar dan bentuk yang tidak biasa untuk memaksimalkan luas permukaan yang kontak
dengan gas buang sehingga katalis dapat bekerja secara lebih efektif dan efisien.
c. Katalis. Katalis biasanya terbuat dari logam mulia. Platina adalah katalis yang paling
aktif diantara logam mulia lainnya dan secara luas digunakan namun tidak cocok
dengan segala aplikasi karena adanya rekasi tambahan yang tidak diinginkan serta
harganya yang mahal. Palladium dan rhodium adalah jenis logam mulia lainnya yang
biasa digunakan secara bersamaan. Palladium berfungsi sebagai katalis reaksi
oksidasi, rhodium digunakan sebagai katalis rekasi reduksi dan platina dapat
melakukan kedua reaksi tersebut (oksidasi dan reduksi). Logam lain yang terkadang
digunakan walaupun secara terbatas adalah cerium, besi, mangan, tembaga dan nikel.
Digunakan secara terbatas karena memiliki produk sampingan yang juga cukup
berbahaya. Nikel dilarang di uni eropa karena reaksinya dengan CO menghasilkan
nikel tetrakarbonil. Tembaga dilarang di amerika utara karena menghasilkan senyawa
dioksin.
Untuk mengurangi gas polutan, catalytic converter menggunakan beberapa bahan baku.
Berdasarkan bahan baku yang dipakai, catalytic converter bisa dibagi menjadi dua
model, yaitu oxidation catalyst (OC) atau 2-way Catalyst dan three way catalyst (TWC).

Oxidation Catalyst

Three Way Catalyst

Jenis OC menggunakan material platinum dan paladium, yang dapat mengurangi CO


dan HC. Sedangkan TWC mengandung platinum dan rhodium yang mampu mengurangi
CO, HC, dan NOx. 3-way Catalist digunakan pada mesin mobil dan motor yang
menggunakan bahan bakar bensin (Premium, dsb.)

Proses kerja Catayst Converter


2. Exhaust Gas recirculation
EGR melakukan recirculating sejumlah kecil gas buang ke dalam intake manifold. lalu
bercampur dengan pasokan A/F. Dengan dilusi gas buang ke udara hisap maka peak
temperature & pressure pembakaran akan turun. Tujuan utama dari EGR yaitu :
a. Mengatur aliran EGR secara presisi pada berbagai kondisi operasi
b. Override aliran pada kondisi yang memenuhi agar performance motor baik
Jumlah gas buang yang masuk ke sistem intake harus diukur secara presisi yang mana
bervariasi sebagaimana perubahan beban mesin."Operasional sistem EGR menjaga
antara good Nox control dan good Engine performance"
3. Menunda Start of Injection
Menunda (retarding) timing SOI dapat berakibat penurunan peak temperature dan NOx.
Karena proses pembakaran terbentuk puncaknya (peak) lebih lama dari siklus
seharusnya. Saat piston bergerak ke bawah masih terjadi injeksi + pembakaran karenanya
akan didinginkan oleh proses ekspansi. Bagaimanapun untuk mendapatkan full-charge
dari bahan bakar ke silinder pada waktu yang tersisa untuk membentuk pembakaran
komplet, maka diperlukan tekanan injeksi yang lebih besar, yaitu Lubang injeksi
diperkecil dan jumlah hole diperbanyak.

Anda mungkin juga menyukai