Abstrak
Banjir merupakan salah satu permasalahan pelik yang dihadapi oleh Daerah Khusus Ibukota (DKI)
Jakarta dalam beberapa dasawarsa terakhir. Banjir yang terjadi salah satunya diakibatkan luapan air
sungai yang kemudian menggenangi wilayah permukiman masyarakat terutama yang berada
disekitar aliran sungai. Sebagai langkah untuk menanggulangi permasalahan banjir dan menjaga
kelangsungan hidup masyarakat, Pemerintah melaksanakan pembangunan dan penataan
infrastruktur wilayah sungai sebagai amanat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) tahun 2015-2019. Penataan infrastruktur yang telah dilakukan ialah berupa pengembalian
fungsi aliran sungai dan penataan permukiman sekitar bantaran sungai yang tentunya memberikan
dampak baik secara fisik melalui perubahan lingkungan dan keruangan maupun secara sosial yaitu
kehidupan masyarakat yang tinggal di bantaran sungai beserta aktivitas produksi dan perilaku yang
mengiringinya. Salah satu wilayah yang telah dilakukan penataan infrastruktur sungai ialah Kampung
Pulo. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dilakukan sebuah kajian bagaimana penataan
infrastruktur sungai tersebut mempengaruhi produksi ruang sosial pada masyarakat Kampung Pulo
dengan menelaah kondisi aktual berupa praktik spasial, representasi ruang dan ruang
representasional serta ruang ketiga yang dialami oleh masyarakat Kampung Pulo. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif melalui pengolahan sumber data yang didapat
dari studi literatur, observasi lapangan, serta wawancara kepada informan terkait kemudian
dianalisis berdasarkan teori ruang sosial. Melalui analisis tersebut diharapkan dapat memberikan
wawasan dan informasi terkait pengaruh penataan infrastruktur terhadap kehidupan masyarakat di
Kampung Pulo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penataan infrastruktur memberikan
pengalaman ruang baru yang dirasakan oleh masyarakat Kampung Pulo, produksi ruang sosial yang
hadir ialah tumbuhnya kesempatan ekonomi dan sosial ditengah lingkungan yang baru. Meskipun
secara fisik penataan infrastruktur tersebut mencegah Kampung Pulo dari bahaya banjir besar, akan
tetapi secara sosial bahwa penataan tersebut belum sepenuhnya memperhatikan kebutuhan dan
aspirasi masyarakat sekitar.
2. Kondisi Permukiman, antara lain: (a) menyelenggarakan kegiatan umum dan sebagai
beberapa bekas rumah warga Kampung tempat parkir kendaraan mereka; (b) anak-anak
Pulo yang hancur/rusak akibat dari kegiatan dan orang dewasa sehari-hari menggunakan
penataan normalisasi Sungai Ciliwung; (b) tanggul sungai sebagai tempat bermain mereka,
rumah susun yang dibangun oleh melintasi sungai dan tempat memancing; (c)
Pemerintah bagi warga terdampak relokasi adanya jalan dimanfaatkan warga untuk mencari
penataan sebenarnya masih dikawasan tambahan ekonomi dan usaha serta kemudahan
Kampung Melayu tetapi agak jauh dari dan mencari jalan pintas; (d) akan tetapi keberadaan
menuju Kampung Pulo, sehingga jalan dan tanggul tersebut justru menghilangkan
dibutuhkan akses transportasi untuk dan tempat bermain yang aman bagi anak-anak
menuju kedua tempat tersebut; Kampung Pulo karena kondisi jalan yang ramai
dilalui lalu lintas dan tanggul yang sangat tinggi
3. Aktivitas dan Perilaku Masyarakat, antara sehingga menyebabkan kekhawatiran anak-anak
lain: (a) masyarakat menggunakan jalan akan terjatuh ke sungai.
inspeksi sebagai tempat untuk bersosialisasi,
berkumpul, mengadakan acara dan
menjalankan aktivitas keseharian mereka;
(b) masyarakat menggunakan jalan inspeksi
bantaran sebagai area parkir kendaraan
mereka; (c) tidak ada jembatan yang
melintasi Sungai Ciliwung, menghubungkan
wilayah Kampung Pulo dengan Bukit Duri
sehingga masyarakat menggunakan perahu
eretan untuk menuju kedua tempat
tersebut;
4. Budaya dan Kearifan Lokal Masyarakat, Gambar 5: Perceived space di Kampung Pulo
antara lain: (a) air dan Sungai Ciliwung
memiliki peran penting bagi masyarakat Bentuk Conceived Space (secara Umum) di
Kampung Pulo untuk menunjang aktivitas Kampung Pulo
keseharian mereka; (b) masyarakat
Kampung Pulo terkenal dengan masyarakat Merupakan bentuk ruang hasil perencanaan dan
yang agamis dan terdapat 2 Mushola (Al- konseptualisasi keruangan yang dibuat oleh
Awwaabiin dan Al-Ikhlas) yang telah berdiri perencana, dalam hal ini ialah Pemerintah yang
cukup lama; (c) sesibuk apapun masyarakat mempunyai kewenangan untuk mengatur
Kampung Pulo, setelah mereka selesai wilayah bantaran sungai di Kampung Pulo,
beraktivitas, pada sore hari mereka selalu dalam hal ini berhubungan dengan representasi
menyempatkan diri untuk berkumpul di ruang.
bantaran sungai sekedar untuk mengobrol,
berdiskusi dll. Adapun bentuk conceived space, secara umum
dalam gambar 6, ialah sebagai berikut: (a)
Bentuk Perceived Space (secara Umum) di konsep penataan wilayah Kampung Pulo oleh
Kampung Pulo perencana dimaksudkan agar wilayah tersebut
tidak terkena banjir, masyarakat dapat menjaga
Merupakan bentuk ruang di Kampung Pulo yang lingkungannya dan tidak membuang sampah ke
dapat diamati, dirasakan dan dilihat melalui sungai; (b) tinggi tanggul, pipa dan parapet
interaksi masyarakat serta aktivitas yang dibangun oleh Pemerintah menyamai
kesehariannya yang berhubungan dengan tinggi rumah warga Kampung Pulo saat ini; (c)
praktik spasial. Kampung Pulo kini terpampang papan-papan
pelaksanaan proyek sebagai hasil penerapan
Adapun bentuk perceived space, secara umum penataan kawasan oleh Pemerintah; (d)
dalam gambar 5, ialah sebagai berikut: (a) Kampung Pulo saat ini identik dengan mobil-
masyarakat Kampung Pulo sehari-hari mobil pompa dan pintu air yang selalu siaga
menggunakan jalan inspeksi sebagai tempat terutama ketika musim penghujan tiba.
berkumpul, mengobrol, berjualan,
6 | Jurnal STUDI PEMBANGUNAN
Fajar Muhammad
Gambar 6: Conceived space di Kampung Pulo Gambar 7: Lived space di Kampung Pulo
Bentuk Lived Space (secara Umum) di Analisis Produksi Ruang Sosial - Lefebvre
Kampung Pulo (secara khusus) di Kampung Pulo
Merupakan bentuk ruang hidup dan memberikan Pada tahap ini dilakukan analisis dengan
pengalaman baru pada masyarakat yang sadar mengambil contoh khusus dan lebih spesifik
atau tidak sadar membentuk aktivitas, kegiatan, mengenai aktivitas yang terjadi di sekitar
hubungan sosial dalam ekspresi keruangan, bantaran sungai. Berdasarkan hasil pengamatan
dalam hal ini berhubungan dengan ruang dilapangan ditemukan sebuah contoh menarik
representasional. (gambar 8) yaitu adanya tangga penyeberangan
semi permanen yang terbuat dari kayu berdiri
Adapun bentuk lived space, secara umum dalam diatas tanggul dimana sehari-hari tangga
gambar 7, ialah sebagai berikut: (a) secara tersebut digunakan masyarakat untuk
spasial wilayah bantaran sungai di Kampung menunjang aktivitas mereka terutama jika ingin
Pulo menjadi “hidup” yang baru ketika disitu menaiki perahu eretan yang berada di Sungai
masyarakat nya beraktivitas sehari-hari dan Ciliwung untuk menyeberang ke wilayah Bukit
memanfaatkan bangunan tersebut seperti Duri. Tidak hanya sampai disitu, semenjak
mendirikan pos ronda sebagai tempat dibuat tangga penyeberangan disekitarnya
berkumpul dan berjaga-jaga, berlalu lintas, muncul aktivitas produksi lainnya seperti
mencuci motor, tempat bermain, tempat berdirinya warung-waru makanan hingga
nongkrong, tempat berkreasi, serta tempat pangkalan ojek. Berikut penjelasan lebih
budidaya hewan peliharaan mereka; (b) lengkapnya:
masyarakat Kampung Pulo saat ini merasa
bahwa memang tanggul dan jalan tersebut
melindungi mereka dari bahaya banjir besar
akan tetapi suasana disana menjadi panas jika
siang hari karena tidak ada pepohonan di
pinggir sungai, tembok tanggul yang kurang
terawat dengan banyaknya coretan dan
tempelan sticker, kurangnya rambu-rambu jalan,
serta tangga penyeberangan permanen menuju
perahu penyeberangan.
c. Menurut Lefebvre bahwa kondisi ruang 2. Produksi ruang sosial di Kampung Pulo yang
sosial yang ideal membutuhkan kondisi terbentuk setelah dilakukannya penataan
infrastruktur Sungai Ciliwung adalah
Jurnal Studi Pembangunan SAPPK | 9
Kajian Pengaruh Penataan Infrastruktur Sungai Ciliwung Terhadap Produksi Ruang Sosial Pada Masyarakat Kampung Pulo
sebagai berikut: (a) Praktik spasial yang sama aktif dalam menciptakan lingkungan
terjadi ialah tanggul sungai dimanfaatkan hidup di Kampung Pulo yang aman, nyaman
oleh warga untuk membuat tangga dan bersih tidak hanya mempunyai manfaat
penyeberangan semi permanen (informal) bagi kehidupan fisik tetapi juga bermanfaat
sebagai jalur naik turun menuju perahu bagi kehidupan sosial;
penyeberangan sungai dan melalui aktivitas
2. Sosialisasi dan bimbingan masyarakat baik
kesehariannya tangga penyeberangan
dari Pemerintah dan komunitas kepada
tersebut berfungsi sebagai tempat
warga Kampung Pulo mengenai perilaku
bertemunya antar penumpang dan atau
untuk hidup bersih dan sehat serta
antara penumpang dengan pemilik perahu;
komitmen untuk menjaga lingkungan harus
(b) Representasi ruang yang ada ialah
rutin dilakukan. Karena untuk
konsep pembangunan tanggul dibangun
menumbuhkan rasa memiliki warga
untuk menanggulangi masalah banjir, akan
Kampung Pulo terhadap Sungai Ciliwung
tetapi disitu tidak merepresentasikan
agar tidak membuang sampah ke sungai,
kebutuhan masyarakat Kampung Pulo
selain itu menumbuhkan rasa menjaga
dengan dibuatnya tangga penyebarangan
warga Kampung Pulo terhadap tanggul
diatas tanggul yang permanen untuk
bantaran yang telah dibangun agar tidak
menjamin rasa nyaman dan aman apabila
mencoret-coret dinding tanggul atau
digunakan; (c) Ruang representasional
bahkan merusak sarana infrastruktur yang
yang tumbuh ialah tangga semi permanen
ada;
tersebut memberikan rasa khawatir dan
tidak aman bagi masyarakat yang akan 3. Pengalaman hidup terhadap interaksi dan
melintas, terutama untuk ibu-ibu dan anak- aktivitas sosial yang saat ini sudah berubah
anak. Akan tetapi disekitar tangga diharapkan tidak menghilangkan budaya
penyeberangan tersebut mulai tumbuh guyub yang telah tercipta di Kampung Pulo
praktik-praktik spasial lainnya seperti sekian lamanya. Hal tersebut dapat
masyarakat yang berkumpul, mendirikan dilakukan dengan cara tetap
pos ronda, berdagang bahkan digunakan memperhatikan muatan lokal dan semangat
sebagai pangkalan ojek yang mencari gotong royong warga Kampung Pulo
penumpang disekitar area tersebut; apabila saat musim hujan telah tiba dan
selalu awas akan bencana banjir. Selain itu
3. Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh
kemudahan proses mendapatkan izin dari
Pemerintah saat ini ialah: (a) Membuat
pihak berwenang untuk jalan inspeksi dapat
tangga penyeberangan permanen yang
digunakan sebagai tempat kegiatan warga
dapat digunakan dengan aman baik oleh
berlangsung seperti pengajian akbar,
masyarakat Kampung Pulo maupun
perlombaan hari raya nasional, serta
masyarakat umum lainnya; (b) Perlu
kegiatan lainnya seperti festival dan pasar
menata kembali lingkungan sepanjang jalan
rakyat;
inspeksi dengan menyediakan ruang publik
atau taman bermain bagi anak-anak di 4. Kampung Pulo saat ini memiliki potensi
Kampung Pulo, ruang terbuka hijau agar untuk dijadikan tempat wisata, karena di
Kampung Pulo tidak menjadi daerah yang wilayah ini kental akan budayanya.
panas, serta penyediaan lampu penerangan Infrastruktur yang telah dibangun juga
jalan. dapat dilihat sebagai monumen fisik yang
berdiri di wilayah Kampung Pulo dan dapat
menarik orang-orang untuk berkunjung ke
Saran
Kampung Pulo.
Adapun saran yang diberikan untuk
kemanfaatan penelitian ini ialah: