Anda di halaman 1dari 12

Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB

KAJIAN PENGARUH PENATAAN INFRASTRUKTUR SUNGAI CILIWUNG


TERHADAP PRODUKSI RUANG SOSIAL PADA MASYARAKAT KAMPUNG
PULO

Fajar Muhammad(1), Dr. Indah Widiastuti, ST., MT(2)


(1)
Magister Studi Pembangunan, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.
(2)
Kelompok Keahlian Sejarah, Teori, dan Kritik Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
(SAPPK), ITB.

Abstrak

Banjir merupakan salah satu permasalahan pelik yang dihadapi oleh Daerah Khusus Ibukota (DKI)
Jakarta dalam beberapa dasawarsa terakhir. Banjir yang terjadi salah satunya diakibatkan luapan air
sungai yang kemudian menggenangi wilayah permukiman masyarakat terutama yang berada
disekitar aliran sungai. Sebagai langkah untuk menanggulangi permasalahan banjir dan menjaga
kelangsungan hidup masyarakat, Pemerintah melaksanakan pembangunan dan penataan
infrastruktur wilayah sungai sebagai amanat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) tahun 2015-2019. Penataan infrastruktur yang telah dilakukan ialah berupa pengembalian
fungsi aliran sungai dan penataan permukiman sekitar bantaran sungai yang tentunya memberikan
dampak baik secara fisik melalui perubahan lingkungan dan keruangan maupun secara sosial yaitu
kehidupan masyarakat yang tinggal di bantaran sungai beserta aktivitas produksi dan perilaku yang
mengiringinya. Salah satu wilayah yang telah dilakukan penataan infrastruktur sungai ialah Kampung
Pulo. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dilakukan sebuah kajian bagaimana penataan
infrastruktur sungai tersebut mempengaruhi produksi ruang sosial pada masyarakat Kampung Pulo
dengan menelaah kondisi aktual berupa praktik spasial, representasi ruang dan ruang
representasional serta ruang ketiga yang dialami oleh masyarakat Kampung Pulo. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif melalui pengolahan sumber data yang didapat
dari studi literatur, observasi lapangan, serta wawancara kepada informan terkait kemudian
dianalisis berdasarkan teori ruang sosial. Melalui analisis tersebut diharapkan dapat memberikan
wawasan dan informasi terkait pengaruh penataan infrastruktur terhadap kehidupan masyarakat di
Kampung Pulo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penataan infrastruktur memberikan
pengalaman ruang baru yang dirasakan oleh masyarakat Kampung Pulo, produksi ruang sosial yang
hadir ialah tumbuhnya kesempatan ekonomi dan sosial ditengah lingkungan yang baru. Meskipun
secara fisik penataan infrastruktur tersebut mencegah Kampung Pulo dari bahaya banjir besar, akan
tetapi secara sosial bahwa penataan tersebut belum sepenuhnya memperhatikan kebutuhan dan
aspirasi masyarakat sekitar.

Kata-kunci : penanggulangan banjir; penataan infrastruktur sungai; ruang sosial; masyarakat


Kampung Pulo.
_________________________________________________________________________________

Pengantar penyempitan aliran sungai oleh sampah dan


permukiman penduduk di bantaran sungai.
Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta
merupakan ibukota negara Indonesia yang Berdasarkan data yang didapat dari Badan
memiliki bermacam permasalahan yang dihadapi Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
salah satunya ialah banjir. Adapun banjir yang Provinsi DKI Jakarta tahun 2017, selama kurun
terjadi di DKI Jakarta diakibatkan oleh genangan waktu tahun 2014 s/d 2016 terjadi sekitar 322
air hujan deras yang kemudian menggenangi kejadian banjir yang terjadi dengan ekskalasi
wilayah daratan serta banjir yang diakibatkan kejadian terbanyak berada di wilayah kota
oleh limpasan air sungai yang diakibatkan administrasi Jakarta Timur dengan 113 kejadian.

Jurnal STUDI PEMBANGUNAN | 1


Kajian Pengaruh Penataan Infrastruktur Sungai Ciliwung Terhadap Produksi Ruang Sosial Pada Masyarakat Kampung Pulo

Dari kesimpulan data diatas bahwa daerah yang


paling memerlukan perhatian khusus dalam
penanganan masalah banjir di provinsi DKI
Jakarta ialah kota Jakarta Timur. Hal ini tidak
terlepas dari penataan dan keadaan sungai yang
melintasi wilayah tersebut, disamping kepadatan
jumlah penduduknya dan tata ruang kotanya.

Menata sungai di kota Jakarta tidak cukup


bertumpu pada pembangunan infrastruktur fisik
semata, tetapi juga perlu memperhatikan Gambar 1: Penataan infrastruktur di Kampung
pembangunan infrastruktur yang mampu Pulo
mengakomodasi aspek ruang sosial yang
dikedepankan untuk menghindari konflik dan Salah satu wilayah di DKI Jakarta yang telah
melebarnya kesenjangan sosial di masyarakat dilakukan penataan ialah Kampung Pulo
serta mampu mendorong tumbuhnya kohesi (gambar 1) yang terletak di wilayah
sosial terutama di masyarakat bantaran sungai administratif kota Jakarta Timur, adapun
untuk memiliki kesadaran hidup bersama sepanjang 1,9 km bantaran Sungai Ciliwung di
menjaga keberlangsungan sungainya. Kampung Pulo telah ditata yang sebelumnya
kawasan bantaran tersebut dipenuhi oleh
Melalui amanat Undang-Undang Republik permukiman kumuh maka sekarang ini telah
Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 tentang berubah menjadi tanggul penahan banjir dan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Umum jalan inspeksi. Daerah Kampung Pulo dipandang
serta Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan penting karena merupakan wilayah strategis
Perumahan Rakyat Nomor: 28/PRT/M/2015. yang terletak di sekitar pusat-pusat jasa dan
Bahwa penataan kawasan dan wilayah sungai perniagaan kota Jakarta Timur, yang apabila
perlu dilakukan untuk memberi kemanfaatan terkena banjir maka dapat melumpuhkan
bagi orang banyak dengan catatan tidak hanya kegiatan ekonomi wilayah tersebut dan
sekedar membangun infrastruktur semata, sekitarnya. Adapun faktor-faktor yang
tetapi juga bagaimana infrastruktur tersebut menyebabkan kawasan bantaran Kampung Pulo
kedepannya dapat mendukung aktivitas dan dilakukan penataan ialah sebagai berikut:
interaksi sosial masyarakat dengan baik
sehingga terciptalah suatu infrastruktur yang 1. Karakteristik Penduduk
humanis. Menurut Muhtar dkk (2012), bahwa mayoritas
penduduk yang menghuni Daerah Aliran Sungai
Kota Jakarta merupakan salah satu wilayah (DAS) Ciliwung merupakan penduduk pendatang
yang dilalui oleh banyak sungai dengan jumlah yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia
19 buah sungai, adapun sungai terbesar dan dengan latar belakang budaya dan motif
terpanjang yang melintasi wilayah provinsi DKI ekonomi mereka bermigrasi ke Jakarta, dan
Jakarta ialah Sungai Ciliwung dengan panjang yang menjadi permasalahan ialah bahwa
337 km, yang berhulu di Kabupaten Bogor dan masyarakat migran yang tidak permanen
bermuara di pantai utara Jakarta. Sungai tersebut atau hanya tinggal sementara inilah
Ciliwung telah mendapatkan perhatian khusus biasanya tidak memperhatikan lingkungan
dari Pemerintah karena begitu besarnya potensi sekitar tempat tinggalnya. Mereka tidak
manfaat dan bencana yang dapat dihasilkan memperlakukan dan merawat lingkungan,
oleh sungai ini. Oleh karena itu dalam 5 tahun terutama sungai nya, seperti halnya kampung
belakang ini Pemerintah berupaya melakukan halamannya sendiri. Akibatnya dengan
konsolidasi dan program penataan wilayah kesadaran yang rendah tersebut akhirnya
Sungai Ciliwung yang berfokus pada sejumlah tindakan-tindakan yang mereka lakukan justru
titik-titik atau kawasan tertentu. akan membuat masalah baru, seperti
mendirikan bangunan diatas bantaran sungai
dan lahan hijau, membuang sampah langsung
ke sungai serta mencemari air sungai.

2 | Jurnal STUDI PEMBANGUNAN


Fajar Muhammad
2. Karakteristik Sungai
Menurut Cullen (1997) bahwa perencanaan dan
Sungai Ciliwung yang melintasi Kampung Pulo
pengelolaan sungai perkotaan harus
pada dasarnya telah berkembang melebihi
memperhatikan dampak pembangunan di masa
kapasitas alami yang mampu ditampungnya.
depan yang akan mempengaruhi kondisi
Terutama pada kondisi sungai banyak terdapat
eksisting lingkungan dan manusia sekitar. Yang
kelokan (meandering) sehingga arus air menjadi
berarti setidaknya pengelolaan sungai tersebut
terhambat serta perubahan peruntukan lahan
harus memenuhi unsur menguntungkan secara
yang sebelumnya merupakan daerah resapan
ekonomi, diterima secara sosial dan ramah
kemudian berubah menjadi daerah tempat
lingkungan. Ketiga unsur tersebut dapat tercapai
tinggal (squatter) dan urban sehingga
apabila para pengampu dan pelaksana kebijakan
menyebabkan terhambatnya aliran air sungai.
mampu bekerjasama dengan sinergis untuk
mewujudkannya.
Dua karakteristik utama itulah yang dipandang
oleh Pemerintah mengapa diperlukan penataan
Dalam rangka mewujudkan unsur-unsur diatas
kawasan bantaran sungai di Kampung Pulo
diperlukan sebuah wadah pembangunan yang
dengan cara membebaskan lahan bantaran
diwujudkan dalam bentuk ruang sebagai tempat
sungai dari permukiman penduduk dan
beraktivitas bagi para pelaku pembangunan
kemudian membangun infrastruktur seperti
(manusia). Undang-Undang Penataan Ruang
tanggul dan jalan inspeksi. Akan tetapi
Nomor 26 Tahun 2007 mendefinisikan ruang
permasalahan utama atau dampak yang
sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang
ditimbulkan tidak hanya seputar penataan saja,
laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam
tapi bagaimana akibat yang ditimbulkan dari
bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
penataan infrastruktur tersebut membawa
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
pengaruh dan dampak begitu besar pada kondisi
kegiatan, dan memelihara kelangsungan
keruangan dan kohesi sosial masyarakat
hidupnya. Dalam studi kasus ini, ialah
Kampung Pulo.
masyarakat Kampung Pulo yang memanfaatkan
adanya infrastruktur tanggul dan jalan inspeksi
di bantaran Sungai Ciliwung.

Ruang tidak dapat dipersepsikan hanya dalam


bentuk tempat dimana sebuah benda berada,
tetapi harus dilihat sebagai satu kesatuan utuh
karena didalamnya terdapat aktivitas sosial
manusia yang membuat ruang itu menjadi hidup
(spasial) dan memberi sebuah makna.
Gambar 2: Peta Meester Cornelis
Lefebvre (2000:26) dalam bukunya The
Kampung Pulo bahkan sejatinya telah eksis Production of Space mengatakan bahwa “ruang
sebelum negara Indonesia merdeka. Wilayah adalah hasil dari sebuah produk sosial”. Artinya
yang mulanya merupakan bagian Meester ialah ruang merupakan produk relasi sosial-
Cornelis (gambar 2) pada Abad 17 dan 18 sudah ruang yang diproduksi di masyarakat sebagai
mulai ramai dihuni oleh penduduk baik itu sebuah cara tertentu dan menjadi alat dalam
penduduk asli Batavia maupun perantauan dari berfikir dan bertindak. Lefebvre juga
Banten, Sumatera, dan Jawa. Tentunya akar berpendapat bahwa ruang tidak hanya sekedar
budaya serta hubungan baik antara masyarakat wadah, tetapi merupakan suatu proses produksi
dengan masyarakat maupun antara masyarakat ruang. Ruang sosial secara fundamental
dengan sungainya telah terbentuk nilai-nilai menurutnya akan terkait dengan sebuah apa
khusus yang khas. Maka dengan dibangunnya yang dinamakan “gejala sosial” yang terkait
infrastruktur di sepanjang bantaran sungai dengan realitas sosial dan dibentuk dalam
tersebut perlahan akan mengikis nilai-nilai yang masyarakat yang dapat dilihat dan dimaknai
telah terbentuk sekian ratus tahun tersebut melalui 3 (tiga) segitiga (trialektika) ruang yang
untuk kemudian berubah dan membentuk nilai- dijelaskan dalam gambar 3 dibawah ini yaitu:
nilai baru yang diakibatkan adanya penataan
terutama dalam aspek ruang sosial di kawasan
Kampung Pulo.
Jurnal Studi Pembangunan SAPPK | 3
Kajian Pengaruh Penataan Infrastruktur Sungai Ciliwung Terhadap Produksi Ruang Sosial Pada Masyarakat Kampung Pulo

sungai tersebut. Akhirnya, baik sadar maupun


tidak sadar pengalaman kejiwaan ruang
tersebut terus hidup (lived) dan terakumulasi
sehingga nantinya akan menciptakan sebuah
pengalaman dan aktivitas baru yang dulu tidak
ada sebelum dilakukannya penataan maka
sekarang menjadi ada.

Tentunya konsep ruang sosial yang ada di


Kampung Pulo bersifat dinamis dan selalu
Gambar 3: Segitiga Ruang Lefebvre berkembang dari waktu ke waktu. Dalam
perkembangannya munculnya ruang-ruang
1. Praktik Spasial sosial baru yang secara alami dibentuk oleh
masyarakat Kampung Pulo juga dipengaruhi
Menunjuk pada produksi hubungan spasial antar oleh konstruksi ruang itu sendiri yang diproduksi
objek dan produk, yaitu ruang sebagai tempat secara sosial. Konstruksi ruang tersebut erat
dari kegiatan sosial yang interaksinya dapat kaitannya dengan kondisi ruang ideal yang ingin
dirasakan dalam sehari-hari. dicapai. Soja (1996) dalam bukunya The
Thirdspace mengatakan bahwa “ruang publik
Pada praktik nya bahwa praktik spasial ini akan yang baik dan ideal adalah ruang publik yang di
berkaitan dengan segala sesuatu yang dapat dalamnya mengandung konsep ruang ketiga/
kita amati, pahami, dan rasakan (perceived) thridspace”.
akan suatu ruang yang ada. Dalam studi kasus
ini ialah bagaimana kita mampu mengamati dan
Ruang ketiga merupakan pengayaan ilmu dari
menelaah aktivitas dan kegiatan sehari-hari apa
produksi ruang sosial Lefebvre yang dapat
saja yang berlangsung pada masyarakat
digunakan oleh pengampu kebijakan atau dalam
Kampung Pulo di sekitar bantaran sungai
studi kasus ini Pemerintah untuk
setelah dilakukannya penataan infrastruktur
mengkonstruksi dampak ruang sosial yang
tersebut.
diinginkan/ diharapkan dalam usaha terciptanya
kesejahteraan khususnya pada masyarakat
2. Representasi Ruang
Kampung Pulo.
Merupakan gambaran atau konseptualisasi yang
Sebagai sebuah role model kegiatan penataan
diwujudkan dalam gambar, rencana, peta, oleh
infrastruktur sungai, seharusnya Kampung Pulo
perencana yang diberikan kewenangan dan
dapat memberikan gambaran positif bagaimana
mempunyai legitimasi untuk melakukan
pembangunan dan penataan infrastruktur
kebijakan.
mampu memberikan kesejahteraan dan kualitas
kehidupan lebih baik bagi masyarakatnya. Serta
Dalam studi kasus ini ialah bagaimana konsep
yang terpenting ialah bahwa pembangunan
penataan dan pembangunan yang dilakukan
tersebut perlu mengikutsertakan peran serta
oleh Pemerintah dalam upaya menata kawasan
masyarakat agar hasil pembangunan sesuai
bantaran Kampung Pulo dan mencegah banjir
dengan yang diharapkan oleh masyarakat.
mampu dipahami oleh masyarakat sebagai
langkah untuk mampu beradaptasi dengan
Berdasarkan hal-hal tersebut, dapat
lingkungan mereka yang baru (conceived).
disampaikan pertanyaan-pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
3. Ruang Representasional
1. Bagaimana aktivitas masyarakat bantaran
Ialah pengalaman yang timbul melalui kodrati,
Sungai Ciliwung di wilayah Kampung Pulo
pikiran, dan ekspresi manusia sebagai akibat
setelah dilakukan penataan infrastruktur.
praktik keruangan yang dilakukan sehari-hari.
2. Bagaimana ruang sosial yang terbentuk
Hal tersebut terkait dengan bagaimana pada masyarakat bantaran Sungai Ciliwung
masyarakat memahami Kampung Pulo setelah di wilayah Kampung Pulo sebagai akibat
dilakukannya penataan di kawasan bantaran dari penataan infrastruktur.
4 | Jurnal STUDI PEMBANGUNAN
Fajar Muhammad
3. Langkah-langkah apa saja yang dapat bias dengan menampilkan permasalahan secara
dilakukan oleh Pemerintah agar penataan lebih jelas serta mampu dipertanggungjawabkan
infrastruktur dapat memberikan manfaat kebenarannya.
dan keberlanjutan bagi kehidupan
masyarakat di Kampung Pulo. Kondisi Aktual di Kampung Pulo secara
Umum
Metodologi
Berikut peta wilayah informasi spasial yang
Penelitian ini diawali dengan pencarian studi tersaji dalam gambar 4 dibawah ini,
kasus di Kampung Pulo setelah dilakukannya menggambarkan wilayah Kampung Pulo dan
penataan infrastruktur sungai, dalam hal ini masyarakatnya sebagai objek penelitian guna
ialah yang berkaitan dengan: (1) Kondisi mendapatkan informasi secara umum mengenai
Lingkungan; (2) Kondisi Permukiman; (3) kondisi aktual yang ada.
Aktivitas dan Perilaku Masyarakat, dan (4)
Budaya dan Kearifan Lokal Masyarakat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini


adalah metode kualitatif dengan menggunakan
analisis deskriptif kualitatif. Metode ini tidak
terbatas hanya pada pengumpulan data primer
dan sekunder, tetapi juga analisa dan
interpretasi tentang arti data tersebut
berdasarkan kajian studi literatur teknis maupun
non teknis, hasil observasi dan wawancara
dilapangan, serta menjelaskan hubungan antar
gejala-gejala yang ditemukan.

Hasil analisis tersebut kemudian diolah


berdasarkan sumber-sumber data baik itu studi
kasus yang didapat dilapangan. Setelah itu
dilakukan tahap pereduksian sumber data (foto)
kemudian dibuat peta informasi spasial yang
menandakan letak-letak sumber data itu diambil
untuk kemudian dianalisis selanjutnya.

Pada tahap analisis dilakukan 2 (dua) tahapan


yakni: (1) tahap analisis bentuk ruang secara
umum di bantaran sungai Kampung Pulo, Gambar 4: Peta Wilayah Kampung Pulo
dimana tahap ini dilakukan interpretasi data
berdasarkan kondisi aktual yang meliputi 1. Kondisi Lingkungan, antara lain: (a)
perceived space, conceived space dan lived sepanjang bantaran tanggul sungai
space; (2) tahap analisis ruang sosial yang dipasang material grass block dengan
secara khusus terjadi di bantaran sungai tujuan sebagai tempat vegetasi untuk dapat
Kampung Pulo dengan mengambil salah satu tumbuh dan tempat tinggal hewan; (b)
titik/spot, kemudian pada tahap ini dilakukan beberapa mobil pompa dan pintu air harus
analisis praktik spasial (firstspace), representasi selalu disiagakan pada titik-titik tertentu
ruang (secondspace) dan ruang sepanjang bantaran terutama ketika
representasional (thirdspace), selain itu untuk memasuki musim penghujan tiba; (c)
memperkuat hasil penelitian pada tahap ini juga gerobak sampah harus diangkut secara
dilakukan analisis keterkaitan coding wawancara berkala agar tidak menumpuk; (d) perlunya
yang telah dilakukan. lampu penerangan jalan di sepanjang jalan
inspeksi bantaran untuk keamanan dan
Adapun dilakukan tahapan analisis tersebut ialah kenyamanan lingkungan sekitar;
agar penelitian ini menjadi terarah dan tidak
Jurnal Studi Pembangunan SAPPK | 5
Kajian Pengaruh Penataan Infrastruktur Sungai Ciliwung Terhadap Produksi Ruang Sosial Pada Masyarakat Kampung Pulo

2. Kondisi Permukiman, antara lain: (a) menyelenggarakan kegiatan umum dan sebagai
beberapa bekas rumah warga Kampung tempat parkir kendaraan mereka; (b) anak-anak
Pulo yang hancur/rusak akibat dari kegiatan dan orang dewasa sehari-hari menggunakan
penataan normalisasi Sungai Ciliwung; (b) tanggul sungai sebagai tempat bermain mereka,
rumah susun yang dibangun oleh melintasi sungai dan tempat memancing; (c)
Pemerintah bagi warga terdampak relokasi adanya jalan dimanfaatkan warga untuk mencari
penataan sebenarnya masih dikawasan tambahan ekonomi dan usaha serta kemudahan
Kampung Melayu tetapi agak jauh dari dan mencari jalan pintas; (d) akan tetapi keberadaan
menuju Kampung Pulo, sehingga jalan dan tanggul tersebut justru menghilangkan
dibutuhkan akses transportasi untuk dan tempat bermain yang aman bagi anak-anak
menuju kedua tempat tersebut; Kampung Pulo karena kondisi jalan yang ramai
dilalui lalu lintas dan tanggul yang sangat tinggi
3. Aktivitas dan Perilaku Masyarakat, antara sehingga menyebabkan kekhawatiran anak-anak
lain: (a) masyarakat menggunakan jalan akan terjatuh ke sungai.
inspeksi sebagai tempat untuk bersosialisasi,
berkumpul, mengadakan acara dan
menjalankan aktivitas keseharian mereka;
(b) masyarakat menggunakan jalan inspeksi
bantaran sebagai area parkir kendaraan
mereka; (c) tidak ada jembatan yang
melintasi Sungai Ciliwung, menghubungkan
wilayah Kampung Pulo dengan Bukit Duri
sehingga masyarakat menggunakan perahu
eretan untuk menuju kedua tempat
tersebut;

4. Budaya dan Kearifan Lokal Masyarakat, Gambar 5: Perceived space di Kampung Pulo
antara lain: (a) air dan Sungai Ciliwung
memiliki peran penting bagi masyarakat Bentuk Conceived Space (secara Umum) di
Kampung Pulo untuk menunjang aktivitas Kampung Pulo
keseharian mereka; (b) masyarakat
Kampung Pulo terkenal dengan masyarakat Merupakan bentuk ruang hasil perencanaan dan
yang agamis dan terdapat 2 Mushola (Al- konseptualisasi keruangan yang dibuat oleh
Awwaabiin dan Al-Ikhlas) yang telah berdiri perencana, dalam hal ini ialah Pemerintah yang
cukup lama; (c) sesibuk apapun masyarakat mempunyai kewenangan untuk mengatur
Kampung Pulo, setelah mereka selesai wilayah bantaran sungai di Kampung Pulo,
beraktivitas, pada sore hari mereka selalu dalam hal ini berhubungan dengan representasi
menyempatkan diri untuk berkumpul di ruang.
bantaran sungai sekedar untuk mengobrol,
berdiskusi dll. Adapun bentuk conceived space, secara umum
dalam gambar 6, ialah sebagai berikut: (a)
Bentuk Perceived Space (secara Umum) di konsep penataan wilayah Kampung Pulo oleh
Kampung Pulo perencana dimaksudkan agar wilayah tersebut
tidak terkena banjir, masyarakat dapat menjaga
Merupakan bentuk ruang di Kampung Pulo yang lingkungannya dan tidak membuang sampah ke
dapat diamati, dirasakan dan dilihat melalui sungai; (b) tinggi tanggul, pipa dan parapet
interaksi masyarakat serta aktivitas yang dibangun oleh Pemerintah menyamai
kesehariannya yang berhubungan dengan tinggi rumah warga Kampung Pulo saat ini; (c)
praktik spasial. Kampung Pulo kini terpampang papan-papan
pelaksanaan proyek sebagai hasil penerapan
Adapun bentuk perceived space, secara umum penataan kawasan oleh Pemerintah; (d)
dalam gambar 5, ialah sebagai berikut: (a) Kampung Pulo saat ini identik dengan mobil-
masyarakat Kampung Pulo sehari-hari mobil pompa dan pintu air yang selalu siaga
menggunakan jalan inspeksi sebagai tempat terutama ketika musim penghujan tiba.
berkumpul, mengobrol, berjualan,
6 | Jurnal STUDI PEMBANGUNAN
Fajar Muhammad

Gambar 6: Conceived space di Kampung Pulo Gambar 7: Lived space di Kampung Pulo

Bentuk Lived Space (secara Umum) di Analisis Produksi Ruang Sosial - Lefebvre
Kampung Pulo (secara khusus) di Kampung Pulo

Merupakan bentuk ruang hidup dan memberikan Pada tahap ini dilakukan analisis dengan
pengalaman baru pada masyarakat yang sadar mengambil contoh khusus dan lebih spesifik
atau tidak sadar membentuk aktivitas, kegiatan, mengenai aktivitas yang terjadi di sekitar
hubungan sosial dalam ekspresi keruangan, bantaran sungai. Berdasarkan hasil pengamatan
dalam hal ini berhubungan dengan ruang dilapangan ditemukan sebuah contoh menarik
representasional. (gambar 8) yaitu adanya tangga penyeberangan
semi permanen yang terbuat dari kayu berdiri
Adapun bentuk lived space, secara umum dalam diatas tanggul dimana sehari-hari tangga
gambar 7, ialah sebagai berikut: (a) secara tersebut digunakan masyarakat untuk
spasial wilayah bantaran sungai di Kampung menunjang aktivitas mereka terutama jika ingin
Pulo menjadi “hidup” yang baru ketika disitu menaiki perahu eretan yang berada di Sungai
masyarakat nya beraktivitas sehari-hari dan Ciliwung untuk menyeberang ke wilayah Bukit
memanfaatkan bangunan tersebut seperti Duri. Tidak hanya sampai disitu, semenjak
mendirikan pos ronda sebagai tempat dibuat tangga penyeberangan disekitarnya
berkumpul dan berjaga-jaga, berlalu lintas, muncul aktivitas produksi lainnya seperti
mencuci motor, tempat bermain, tempat berdirinya warung-waru makanan hingga
nongkrong, tempat berkreasi, serta tempat pangkalan ojek. Berikut penjelasan lebih
budidaya hewan peliharaan mereka; (b) lengkapnya:
masyarakat Kampung Pulo saat ini merasa
bahwa memang tanggul dan jalan tersebut
melindungi mereka dari bahaya banjir besar
akan tetapi suasana disana menjadi panas jika
siang hari karena tidak ada pepohonan di
pinggir sungai, tembok tanggul yang kurang
terawat dengan banyaknya coretan dan
tempelan sticker, kurangnya rambu-rambu jalan,
serta tangga penyeberangan permanen menuju
perahu penyeberangan.

Gambar 8: Produksi Ruang Sosial di Kampung


Pulo

1. Praktik Spasial: (a) transformasi ruang


dalam tanggul dan tangga penyeberangan
(produk) sebagai sarana penunjang
aktivitas lalu lintas manusia (objek); (b)

Jurnal Studi Pembangunan SAPPK | 7


Kajian Pengaruh Penataan Infrastruktur Sungai Ciliwung Terhadap Produksi Ruang Sosial Pada Masyarakat Kampung Pulo

hubungan koeksistensi sehari-hari Analisis Thirdspace - Soja (secara khusus)


penumpang bertemu dan menggunakan di Kampung Pulo
tangga penyeberangan untuk menuju
perahu eretan; Setelah praktik spasial dan representasi ruang di
2. Representasi Ruang: (a) konsep Kampung Pulo sudah menemukan polanya,
perencanaan sebelumnya oleh Pemerintah maka muncul ruang ketiga (Thirdspace) sebagai
tidak memperhatikan konsekuensi ruang representasional yang hadir mengisi
keruangan yang akan dialami oleh manusia ruang-ruang abstrak dan berada pada ruang
kedepannya, tanggul tidak didesain sebagai pertama (Firstspace) dan ruang kedua
jalur penyeberangan atau bahkan untuk (Secondspace).
didirikan tangga penyeberangan; (b)
penumpang “dipaksa” untuk beradaptasi Seperti yang telah disampaikan sebelumnya
menggunakan tangga seadanya yang bahwa ruang ketiga (thirdspace) hadir sebagai
terbuat dari kayu padahal itu sebuah cara pandang untuk memahami ruang
membahayakan dan tidak nyaman; baru, terlebih khusus dalam hal bagaimana
peran Pemerintah dan komunitas mampu
3. Ruang Representasional: (a) masyarakat mengkonstruksi ruang sosial dan budaya pada
merasakan perbedaan dulu tidak perlu masyarakatnya.
bersusah payah ketika ingin menyeberang
sedangkan sekarang harus naik turun
Adapun hasil analisis ruang ketiga secara khusus
tangga terlebih dahulu; (b) Social change
berdasarkan contoh kasus dari Lafebvre diatas
baru yang muncul disekitar ialah muncul
ialah sebagai berikut:
warung-warung, pangkalan ojek, tempat
nongkrong dan tanggul yang dimural.
1. Firstspace: Bahwa tangga penyeberangan
tersebut sebagai ruang perbatasan artinya
Adapun hasil analisis diatas didapat berdasarkan
ialah terjadi transisi batas privat menjadi
hasil penelitian dilapangan yang diperkuat
publik jika sekarang tangga tersebut tidak
dengan hasil wawancara kepada informan,
mutlak hanya dapat dimanfaatkan oleh
kemudian ditelaah melalui keterkaitan coding
penduduk Kampung Pulo saja, tetapi juga
untuk dibuat bagan sosioteknogram dalam
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum
membantu analisisnya (gambar 9).
lainnya. Selain itu terjadi pemanfaatan
lainnya berupa ruang informal (tangga
kayu) menempati ruang formal (tanggul);
2. Secondspace: Bahwa tanggul yang dibuat
merupakan hasil kebijakan atas hegemoni
Pemerintah melalui proses politik dan
ekonomi yang panjang dengan harapan
dapat menjadi contoh pembangunan sejenis
bagi daerah lainnya. Akan tetapi seiring
berjalannya waktu perubahan fungsi
tanggul yang semula hanya untuk penahan
banjir kini bertambah fungsi menjadi
tempat penyeberangan dan ini harus
menjadi perhatian Pemerintah apabila
terlalu lama dibiarkan akan menimbulkan
masalah sosial baru.
3. Thirdspace: Setelah tanggul dan jalan
inspeksi dibuat maka terdapat potensi
untuk mendukung aksesibilitas dan
keterbukaan di Kampung Pulo. Hal tersebut
perlahan muncul karena keterbukaan akses
dan lahan akan memunculkan kesempatan
Gambar 9: Sosioteknogram hasil wawancara ekonomi bahkan pariwisata yang baru.
8 | Jurnal STUDI PEMBANGUNAN
Fajar Muhammad
Selain itu, di sekitar tanggul yang terdapat politik yang stabil serta keajegan
tangga penyeberangan muncul aktivitas Pemerintahan yang baik, tapi dalam
produksi baru yang lama kelamaan akan Kampung Pulo ini kondisi tersebut begitu
membentuk kultur dan nilai-nilai sosial dinamis. Akibatnya ruang abstrak yang
budaya baru. terjadi saat ini di Kampung Pulo memiliki
peranan penting kedepannya karena
Refleksi Kritis Terhadap Teori Henri diakibatkan oleh perubahan sosial
Lefebvre Berdasarkan Hasil Penelitian di masyarakat, perkembangan ilmu
Kampung Pulo pengetahuan melalui penerapan konsep
penataan infrastruktur, kekuasaan yang
dimiliki Pemerintah Pusat dan Daerah,
Pemikiran kritis terhadap teori diberikan dalam
kondisi politik dalam negeri dan faktor
penelitian ini dengan tujuan untuk mendorong
uang/modal yang bisa saja akan
kebebasan berfikir melalui bermacam perspektif
menentukan arah perkembangan Kampung
berdasarkan perkembangan kondisi aktual yang
Pulo kedepannya akan dibawa seperti apa;
terjadi di Kampung Pulo saat ini, diantaranya
ialah sebagai berikut: d. Konstruksi pemikiran Lefebvre masih
relevan untuk digunakan sampai saat ini,
a. Legitimasi representasi ruang disini tidak akan tetapi kita perlu mengkritisi bahwa
mutlak hanya milik perencana atau untuk kondisi saat ini, untuk merencanakan
Pemerintah saja. Bahwa ternyata ada suatu pembangunan tidak mutlak
kekuatan dari kelompok masyarakat di kewenangan tersebut hanya dimiliki oleh
Kampung Pulo yang dapat mempengaruhi Pemerintah atau perencana, tetapi juga
keputusan bentuk representasi ruang. perlu mengikutsertakan peran serta
Contohnya ialah bagaimana jalan inspeksi masyarakat yang terlibat. Untuk itulah
dibuat oleh Pemerintah dengan dimensi bentuk representasi ruang saat ini tidak
yang cukup lebar salah satunya ialah untuk bersifat kaku serta mampu
mengakomodasi kepentingan kelompok mempertimbangkan kondisi praktik spasial
keagamaan disana agar jalan tersebut dan ruang representasional pada
dapat dimanfaatkan untuk acara masyarakat yang telah terbentuk sebelum
keagamaan/tabligh akbar yang mampu dilakukannya pembangunan.
menampung jemaat yang cukup banyak;
Kesimpulan
b. Tidak semua masyarakat dapat memaknai
ruang representasional sebagai sesuatu
yang sama. Contohnya diakibatkan dari Dari hasil penelitian, didapatkan beberapa
keterbukaan akses maka ruang kesimpulan terkait hasil kajian pengaruh
representasional yang hadir ternyata tidak penataan infrastruktur Sungai Ciliwung terhadap
hanya dirasakan oleh masyarakat Kampung produksi ruang sosial yang pada masyarakat
Pulo saja, tetapi masyarakat umum juga Kampung Pulo, ialah:
dapat merepresentasikan ruang baru yang
hadir pada Kampung Pulo saat ini walaupun 1. Penataan infrastruktur Sungai Ciliwung
dengan sudut pandang yang berbeda. telah membawa perubahan baru terhadap
Penduduk Kampung Pulo melihat daerah aktivitas-aktivitas masyarakat Kampung
mereka sekarang seperti permukiman yang Pulo saat ini, pembangunan tanggul dan
kini tidak banjir tapi terkepung oleh jalan inspeksi telah mempengaruhi aktivitas
bangunan tanggul yang tinggi, akan tetapi baru warga yakni untuk mendirikan tempat
masyarakat umum menjadikan Kampung usaha (warung dan perahu eretan), sebagai
Pulo sebagai daerah dengan tujuan untuk tempat bermain, bersosialisasi, berkumpul,
melihat kondisi rumah-rumah disana akibat mengadakan acara-acara umum, media
penggusuran, berfoto, bahkan berekspresi warga, dan terkadang jalan
menggunakan Kampung Pulo sebagai jalan inspeksi tersebut digunakan sebagai tempat
pintas; parkir mobil warga;

c. Menurut Lefebvre bahwa kondisi ruang 2. Produksi ruang sosial di Kampung Pulo yang
sosial yang ideal membutuhkan kondisi terbentuk setelah dilakukannya penataan
infrastruktur Sungai Ciliwung adalah
Jurnal Studi Pembangunan SAPPK | 9
Kajian Pengaruh Penataan Infrastruktur Sungai Ciliwung Terhadap Produksi Ruang Sosial Pada Masyarakat Kampung Pulo

sebagai berikut: (a) Praktik spasial yang sama aktif dalam menciptakan lingkungan
terjadi ialah tanggul sungai dimanfaatkan hidup di Kampung Pulo yang aman, nyaman
oleh warga untuk membuat tangga dan bersih tidak hanya mempunyai manfaat
penyeberangan semi permanen (informal) bagi kehidupan fisik tetapi juga bermanfaat
sebagai jalur naik turun menuju perahu bagi kehidupan sosial;
penyeberangan sungai dan melalui aktivitas
2. Sosialisasi dan bimbingan masyarakat baik
kesehariannya tangga penyeberangan
dari Pemerintah dan komunitas kepada
tersebut berfungsi sebagai tempat
warga Kampung Pulo mengenai perilaku
bertemunya antar penumpang dan atau
untuk hidup bersih dan sehat serta
antara penumpang dengan pemilik perahu;
komitmen untuk menjaga lingkungan harus
(b) Representasi ruang yang ada ialah
rutin dilakukan. Karena untuk
konsep pembangunan tanggul dibangun
menumbuhkan rasa memiliki warga
untuk menanggulangi masalah banjir, akan
Kampung Pulo terhadap Sungai Ciliwung
tetapi disitu tidak merepresentasikan
agar tidak membuang sampah ke sungai,
kebutuhan masyarakat Kampung Pulo
selain itu menumbuhkan rasa menjaga
dengan dibuatnya tangga penyebarangan
warga Kampung Pulo terhadap tanggul
diatas tanggul yang permanen untuk
bantaran yang telah dibangun agar tidak
menjamin rasa nyaman dan aman apabila
mencoret-coret dinding tanggul atau
digunakan; (c) Ruang representasional
bahkan merusak sarana infrastruktur yang
yang tumbuh ialah tangga semi permanen
ada;
tersebut memberikan rasa khawatir dan
tidak aman bagi masyarakat yang akan 3. Pengalaman hidup terhadap interaksi dan
melintas, terutama untuk ibu-ibu dan anak- aktivitas sosial yang saat ini sudah berubah
anak. Akan tetapi disekitar tangga diharapkan tidak menghilangkan budaya
penyeberangan tersebut mulai tumbuh guyub yang telah tercipta di Kampung Pulo
praktik-praktik spasial lainnya seperti sekian lamanya. Hal tersebut dapat
masyarakat yang berkumpul, mendirikan dilakukan dengan cara tetap
pos ronda, berdagang bahkan digunakan memperhatikan muatan lokal dan semangat
sebagai pangkalan ojek yang mencari gotong royong warga Kampung Pulo
penumpang disekitar area tersebut; apabila saat musim hujan telah tiba dan
selalu awas akan bencana banjir. Selain itu
3. Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh
kemudahan proses mendapatkan izin dari
Pemerintah saat ini ialah: (a) Membuat
pihak berwenang untuk jalan inspeksi dapat
tangga penyeberangan permanen yang
digunakan sebagai tempat kegiatan warga
dapat digunakan dengan aman baik oleh
berlangsung seperti pengajian akbar,
masyarakat Kampung Pulo maupun
perlombaan hari raya nasional, serta
masyarakat umum lainnya; (b) Perlu
kegiatan lainnya seperti festival dan pasar
menata kembali lingkungan sepanjang jalan
rakyat;
inspeksi dengan menyediakan ruang publik
atau taman bermain bagi anak-anak di 4. Kampung Pulo saat ini memiliki potensi
Kampung Pulo, ruang terbuka hijau agar untuk dijadikan tempat wisata, karena di
Kampung Pulo tidak menjadi daerah yang wilayah ini kental akan budayanya.
panas, serta penyediaan lampu penerangan Infrastruktur yang telah dibangun juga
jalan. dapat dilihat sebagai monumen fisik yang
berdiri di wilayah Kampung Pulo dan dapat
menarik orang-orang untuk berkunjung ke
Saran
Kampung Pulo.
Adapun saran yang diberikan untuk
kemanfaatan penelitian ini ialah:

1. Diperlukan peran aktif dari seluruh aktor


atau stakeholder yang berkepentingan, baik
itu Pemerintah, perencana kota, komunitas
dan kelompok masyarakat serta masyarakat
Kampung Pulo itu sendiri untuk bersama-
10 | Jurnal STUDI PEMBANGUNAN
Fajar Muhammad
Daftar Pustaka Salmah, Sjarifah. (2012). Modal Sosial:
Kekuatan dan Pertahanan di Bantaran
Buku Sungai. Jogjakarta: UPN Veteran.
Damajani, D. (2008). Gejala Ruang Ketiga Soja, Edward W. (1996). Thirdspace: Journeys
(Thirdspace) di Kota Bandung: Paradoks to Los Angeles and Other Real-and-
Dalam Ruang Publik Urban Kontemporer. Imagined Places. Malden (Mass.):
Bandung: Doktoral Disertasi ITB. Blackwell.
Graham, Stephen. (2000). Constructing Stanek Lukasz, C., Schmid & A., Moravanszky.
Premium Network Spaces: Reflections on (2014). Urban Revolution Now: Henri
Infrastructure Networks and Contemporary Lefebvre in Social Research and
Urban Development. International Journal Architecture. USA: Ashgate Publishing
of Urban and Regional Research: Joint Company.
Editors and Blackwell Publishers Ltd.
Tarigan, Robinson. (2005). Perencanaan
Goonewardena, et al. (eds). (2008). Space, Pembangunan Wilayah. Edisi Revisi.
Difference, Everyday Life: Reading Henri Jakarta: PT Bumi Aksara.
Lefebvre. Routledge: London.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2
Kodoatie, Robert J & Sugiyanto. (2001). Banjir: Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah
Beberapa Penyebab dan Metode Bagi Pembangunan untuk Kepentingan
Pengendaliannya dalam Perspektif Umum.
Lingkungan. Semarang: Pustaka Pelajar.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7
Kodoatie, Robert J & Widiarto. (2016). Menjaga Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.
Kedaulatan Air. Jakarta: Penerbit Andi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26
Lefebvre, Henri. (1991). The Production of Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
Space. Translete. Donald Nicholson-Smith.
Oxford: Blackwell. Vollmer, Derek, et al., (2015). Understanding
the Social Value of Urban Riparian
Miles & Huberman. (1992). Analisis Data Corridors: Considerations in Planning for
Kualitatif. Jakarta: UI-Press. Green Infrastructure along the Ciliwung
River. Jakarta: Landscape and Urban
Muhtar, dkk. (2012). Rapid Assessment: Daerah
Planning.
Aliran Sungai Ciliwung di Kelurahan
Manggarai dan Kelurahan Kampung Yin, R. (1994). Case Study Research: Design
Melayu, DKI Jakarta. Jakarta: P3KS Press and Methods (2nd ed.). Beverly Hills, CA:
(Anggota IKAPI). Sage Publishing.
Nikmah, Siti Khoirun. (2010). Studi Sungai
Ciliwung: Pengabaian Pemerintah Situs Internet (website)
Terhadap Eksistensi Penduduk Pinggir
Sungai, Wajah Pengelolaan Sungai di Data Kejadian Banjir Provinsi DKI Jakarta dari
Indonesia. Jakarta: International NGO Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Forum on Indonesian Development. DKI Jakarta (BPBD Provinsi DKI Jakarta),
data diperoleh melalui situs internet:
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
https://bpbd.jakarta.go.id/disasterstatistic.
Perumahan Rakyat Nomor:
Diunduh pada tanggal 3 Mei 2017.
13.1/PRT/M/2015, tentang Rencana
Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Produksi Ruang dan Revolusi Kaum Urban
dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019. Menurut Henri Lefebvre, data diperoleh
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan melalui situs internet:
Perumahan Rakyat Nomor: https://indoprogress.com/2016/01/.
28/PRT/M/2015, tentang Penetapan Garis Diakses pada tanggal 28 Agustus 2017.
Sempadan Sungai, dan Garis Sempadan
Danau.

Jurnal Studi Pembangunan SAPPK | 11


Kajian Pengaruh Penataan Infrastruktur Sungai Ciliwung Terhadap Produksi Ruang Sosial Pada Masyarakat Kampung Pulo

Surat Kabar Harian (koran)

Kolom Grafikota Provinsi DKI Jakarta, Tantangan


Jakarta Pada Masa Depan, data diperoleh
melalui surat kabar harian Kompas pada
hari Kamis tanggal 29 Desember 2016.
Kolom Jakarta Kota Sungai, Bocah Bantar
Sungai Ciliwung pun Ikut Ceria, data
diperoleh melalui surat kabar harian
Kompas pada hari Senin tanggal 27 Juni
2016.
Kolom Jakarta Kota Sungai, Memaksimalkan
Jalan Inspeksi bagi Warga Kota, data
diperoleh melalui surat kabar harian
Kompas pada hari Senin tanggal 27 Juni
2016.
Kolom Lingkungan, Penata Kampung Ciliwung,
data diperoleh melalui surat kabar harian
Kompas pada hari Minggu tanggal 26 Juni
2016.
Kolom Metropolitan, Sarana Transportasi
Berevolusi Menjadi Kanal Pembuangan,
data diperoleh melalui surat kabar harian
Kompas pada hari Kamis tanggal 3
November 2016.

12 | Jurnal STUDI PEMBANGUNAN

Anda mungkin juga menyukai