Anda di halaman 1dari 41

STUDI PUSTAKA PREFORMULASI SEDIAAN NANOPARTIKEL

KALSIUM KARBONAT (CaCO3)


1. Latar belakang

Nanopartikel dapat didefinisikan sebagai objek dengan ukuran mulai dari 1-100 nm

yang karena ukurannya mungkin berbeda dari material curah (Hasan 2015).Nanopartikel

saat ini menjadi perhatian untuk dikembangkan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi

kefarmasian. Bahan dalam skala nano dipercaya dapat meningkatkan sifat fisik, mekanik

dan kimia suatu partikel tanpa harus merusak struktur atomnya.

Metode konvensional yang biasa dipakai untuk pembuatan nanopartikel adalah

teknologi top down dan bottom up (Shid et al. 2013). Top down merupakan metode

membuat partikel berukuran nano secara langsung dengan memperkecil material yang

besar, sedangkan bottom up merupakan metode pembuatan nanopartikel melalui atom

dan molekul yang berkumpul dan membesar (aglomerasi). Kuncinya adalah

menghentikan proses pembesaran/aglomerasi sehingga ukuran partikel hanya sampai

dalam skala nanometer.

Kalsium karbonat secara luas digunakan sebagai suplemen dalam industri makanan,

karena kalsium merupakan unsur mineral paling melimpah dalam tubuh. Kalsium

diperlukan untuk kontraksi otot, fungsi syaraf, pembekuan darah, pensinyalan sel

intraseluler, sekresi hormon, dan untuk kesehatan tulang dan gigi. Kalsium karbonat juga

digunakan sebagai antasida karena dapat bereaksi dengan asam lambung

sebelumterabsorpsi oleh tubuh (Lee et al. 2015). Rendahnya kadar kalsium karbonat yang

terabsorpsi oleh tubuh akan menurunkan resiko efek samping.


Teknologi nanopartikel kalsium karbonat menghasilkan luas permukaan yang tinggi

terhadap rasio ukuran volume, dan oleh karena itu dapat memperluas area penetralan pH

(Raliya et al. 2016).Rasio luas permukaan yang tinggi memungkinkan kalsium karbonat

untuk memberikan efek penetralan pH secara cepat, sehingga memberikan kenyamanan

terhadap konsumen.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan studi pustaka untuk

memformulasikan kalsium karbonat nanosize sebagai suspensi antasida, sehingga tulisan

ini dapat memberikan wawasan tentang teknologi nanopartikel.

2. Studi preformulasi

a. Zat aktif : CaCO3

1. Struktur.

Gambar struktur CaCO3

2. Kelarutan

Larut dalam asam asetat, asam hidroklorik, asam nitrat, asam lainnya,

larutan ammonium klorida. Tidak larut dalam alkohol.

3. Titik leleh

Titik lelehnya sebesar 1517-2442oF (825-1339oC)

4. Polimorfi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Aglaia G. Xyla dan Petros

G. Kuotsoukos ditemukan bahwa kalsium karbonat mempunyai bentuk


polimorfisme sebanyak 3 yaitu calcite, aragonite, dan vaterite. Dari ketiga bentuk

yang ditemukan oleh merkadiketahui bahwa bentuk vaterite memiliki kestabilan

yang baik dibandingkan dengan bentuk yang lain. Berikut gambar ketiga bentuk

polimorfisme kalsium karbonat :

a. Bentuk polimorfisme calcite

b. Bentuk polimorfisme aragonite


c. Bentuk polimorfisme vaterite

5. Pengembangan metode analisis.

Peneltian analisis pada bahan kalsium karbonat dilakukan dengan

menggunakan XRD dan spektroskopi FT-Raman. Pada hasil penelitian yang

dilakukan oleh Christos G. Kontoyannis dan Nikos V, Vagenas diketahui bahwa

bentuk polimorfisme dari bahan kalsium karbonat yang dianalasis secara

kuantitatif dari dua metodologi, berdasarkan FT-RS dan XRD, masing-masing,

dikembangkan untuk penentuan kuantitatif simultan dari fase kristal kalsium

karbonat. Grafik kalibrasi dari campuran kalsit, aragonit dan vaterite dikonstruksi.

Batas deteksi yang lebih rendah diberikan oleh FT-RS dan salah satu keuntungan

dari FT-Raman Spektroskopi adalah dapat memiliki potensi teknik untuk

pemetaan in situ dari permukaan suatu spesimen dibandingkan serbuk XRD.

6. Stabilitas

Reaktivitas : Stabil pada tekanan dan suhu normal

Kondisi yang harus dihindari : Hindari menghasilkan debu

Tancampurkan : Asam, halogen, logam

Kalsium karbonat dengan


Asam : Kontak dapat melepaskan gas karbon dioksida

Alum : Tancampurkan

Fluorin : Kontak dapat menghasilkan reaksi yang keras

atau menyala

Garam ammonium : Tancampurkan

Magnesium : Ketika campuran dipanaskan, pada saluran gas

hidrogen, dapat meledak

Bahaya dekomposisi :Produk dekomposisi termal: oksida kalsium,

oksida karbon

7. Mikroskopi

Secara mikroskop bentuk partikel dari kalsium karbonat dapat dilihat di

Handbook of Pharmaceutical Excipient. Berikut gambar yang ada di buku

tersebut:
8. Sifat serbuk/ partikel
9. Kompaktibilitas eksipien

Berdasarkan buku Handbook of Pharmaceutical excipients diketahui

bahwa kalsium karbonat memiliki inkompaktibilitas dengan asam dan garam

ammonia.

10. Rancangan bentuk sediaan

Bentuk sediaan yang akan dibuat adalah suspensi nano partikel/ nanosuspensi.

3. Studi pustaka

a. Nano partikel

Pengenalan

Nanoteknologi adalah ilmu yang kecil; sangat kecil. Ini adalah

penggunaan dan manipulasi materi dalam skala kecil. Pada ukuran ini, atom dan

molekul bekerja secara berbeda, dan menyediakan berbagai penggunaan yang

mengejutkan dan menarik. Nanoteknologi dan studi Nanosains telah muncul

dengan cepat selama beberapa tahun terakhir di berbagai domain produk. Ini

memberikan peluang untuk pengembangan bahan, termasuk untuk aplikasi medis,

di mana teknik konvensional dapat mencapai batasnya. Nanoteknologi tidak boleh

dipandang sebagai teknik tunggal yang hanya memengaruhi area tertentu.

Meskipun sering disebut sebagai 'ilmu kecil', nanoteknologi tidak hanya berarti

struktur dan produk yang sangat kecil. Fitur nano sering dimasukkan ke dalam

bahan massal dan permukaan besar. Nanoteknologi mewakili desain, produksi

dan aplikasi bahan pada skala atom, molekuler dan makromolekul, untuk

menghasilkan bahan nano baru. Nanopartikel farmasi didefinisikan sebagai


pembawa ukuran padat, berukuran submikron (kurang dari 100 nm diameter)

yang mungkin atau mungkin tidak biodegradabel. Istilah nanopartikel adalah

nama gabungan untuk nanospheraps dan nanocapsules. Nanospheres adalah

sistem matriks di mana obat tersebar merata, sedangkan nanokapsul adalah sistem

di mana obat ini dikelilingi oleh membran polimer yang unik.

Keuntungan

Beberapa keuntungan menggunakan nanopartikel sebagai sistem

pengiriman obat adalah sebagai berikut;

 Kemudahan manipulasi ukuran partikel dan karakteristik permukaan

nanopartikel sehingga mencapai penargetan obat pasif dan aktif setelah

pemberian parenteral.

 Permukaan nanopartikel dapat dimodifikasi untuk mengubah biodistribusi

obat dengan izin obat berikutnya sehingga mencapai kemanjuran terapeutik

maksimum dengan efek samping minimal obat.

 Controlled release dan karakteristik degradasi partikel dapat dengan mudah

dimodulasi oleh pilihan konstituen matriks.

 Pemuatan obat relatif tinggi dan obat-obatan dapat dimasukkan ke dalam

sistem tanpa reaksi kimia; ini merupakan faktor penting untuk melestarikan

aktivitas obat.

 Penargetan spesifik situs dapat dicapai dengan melampirkan ligan penargetan

ke permukaan partikel atau penggunaan panduan magnetik.


 Liposom dan nanopartikulat berbasis polimer umumnya biodegradabel, tidak

menumpuk di dalam tubuh dan sangat mungkin bebas risiko.

 nanopartikel berukuran kecil dapat menembus kapiler yang lebih kecil, yang

dapat memungkinkan akumulasi obat yang efisien di situs target.

 Berbagai rute administrasi tersedia termasuk oral, nasal, parenteral, intra-

okular, dll.

Kekurangan

Terlepas dari kelebihan ini nanopartikel memang memiliki keterbatasan seperti :

 Perubahan sifat fisik yang menyebabkan partikel - agregasi partikel, membuat

penanganan fisik nanopartikel sulit dalam bentuk cair dan kering karena

ukurannya yang lebih kecil dan luas permukaan yang lebih besar.

 Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas permukaan dan sifat ini

membuat nanopartikel sangat reaktif dalam lingkungan seluler.

 Ukuran partikel kecil menghasilkan pembebanan obat yang terbatas dan

pelepasan ledakan. Masalah-masalah praktis ini harus diselesaikan sebelum

nanopartikel dapat digunakan secara klinis atau dibuat tersedia secara

komersial.

Toksisitas

Partikel-partikel kecil ini dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh

melalui kulit, paru-paru atau saluran usus, menyetorkan di beberapa organ dan

dapat menyebabkan reaksi biologis yang merugikan dengan mengubah sifat-sifat

fisiokimia jaringan. Partikel yang tidak dapat terurai ketika digunakan untuk
pengiriman obat dapat menunjukkan akumulasi pada tempat pengiriman obat,

yang menyebabkan reaksi inflamasi kronis. Sebagian besar reaksi toksisitas

nanopartikulat diamati karena menghirup partikel yang menyebabkan penyakit

paru-paru dan kardiovaskular.

Klasifikasi Nanopartikel

Ada berbagai pendekatan untuk klasifikasi nanomaterial. Nanopartikel

diklasifikasikan berdasarkan satu, dua dan tiga dimensi.

Nanopartikel satu dimensi

Sistem satu dimensi, seperti film tipis atau permukaan buatan, telah

digunakan selama beberapa dekade dalam elektronik, kimia dan teknik. Produksi

film tipis (ukuran1-100 nm) atau monolayer sekarang tempat umum di bidang sel

surya atau katalisis. Film tipis ini digunakan dalam berbagai aplikasi teknologi,

termasuk sistem penyimpanan informasi, sensor kimia dan biologi, sistem serat

optik, perangkat optik-magneto dan optik.

Nanopartikel dua dimensi

Karbon nanotube (CNTs): Karbon nanotube adalah jaringan atom karbon

heksagonal, diameter 1 nm dan panjang 100 nm, sebagai lapisan grafit digulung

ke dalam silinder. CNT adalah dari dua jenis, nanotube karbon berdinding tunggal

(SWCNTs) dan karbon nanotube multi-dinding (MWCNTs) .Dimensi kecil

nanotube karbon, dikombinasikan dengan luar biasa fisik, mekanik dan sifat listrik

mereka membuat bahan yang unik. Mereka menampilkan sifat metalik atau semi

konduktif, tergantung pada bagaimana daun karbon itu melukai dirinya sendiri.
Kerapatan arus yang nanotube dapat membawa sangat tinggi dan dapat

mencapai satu miliar ampere per meter persegi menjadikannya superkonduktor.

Kekuatan mekanik karbon nanotube enam puluh kali lebih besar dari baja terbaik.

Karbon nanotube memiliki kapasitas besar untuk penyerapan molekul dan

menawarkan konfigurasi tiga dimensi. Selain itu mereka secara kimia dan kimia

sangat stabil.

Nanopartikel tiga dimensi

Fullerenes (Carbon 60): Fullerenes adalah sangkar bola yang mengandung

dari 28 hingga lebih dari 100 atom karbon, mengandung C60. Ini adalah bola

berongga yang terdiri dari pentagons dan hexagon karbon yang saling terhubung,

menyerupai bola sepak. Fullerenes adalah kelas material yang menampilkan sifat

fisik yang unik. Mereka dapat mengalami tekanan ekstrim dan mendapatkan

kembali bentuk aslinya ketika tekanan dilepaskan.

Molekul-molekul ini tidak bergabung satu sama lain, sehingga memberi

mereka potensi besar untuk aplikasi sebagai pelumas. Mereka memiliki sifat

listrik yang menarik dan telah disarankan untuk menggunakannya di bidang

elektronik, mulai dari penyimpanan data hingga produksi sel surya. Fullerenes

menawarkan aplikasi potensial di daerah kaya nanoelectronics. Karena fullerene

adalah struktur kosong dengan dimensi yang mirip dengan beberapa molekul aktif

biologis, mereka dapat diisi dengan zat yang berbeda dan menemukan aplikasi

medis potensial.
Dendrimers

Dendrimers mewakili kelas baru dari polimer struktur terkontrol dengan

dimensi nanometric. Dendrimer yang digunakan dalam pengiriman obat dan

pencitraan biasanya berdiameter 10 hingga 100 nm dengan banyak kelompok

fungsional di permukaannya, menjadikannya pembawa ideal untuk pengiriman

obat yang ditargetkan. Struktur dan fungsi dendrimers telah dipelajari dengan

baik. Dendrimers kontemporer bisa sangat terspesialisasi; mengenkapsulasi

molekul fungsional (yaitu, agen terapeutik atau diagnostik) di dalam inti mereka.

Mereka dianggap sebagai elemen dasar untuk sintesis berskala besar struktur nano

organik dan anorganik dengan dimensi 1 hingga 100 nm. Mereka kompatibel

dengan struktur organik sepertisebagai DNA dan juga dapat dibuat untuk struktur

nano dan nanotube logam atau untuk memiliki kapasitas enkapsulasi.

Dendrimers memiliki pengelompokan permukaan reaktif yang berbeda

(struktur nano) dan kompatibel dengan struktur organik seperti DNA sehingga

penggunaan produktif mereka terutama di bidang medis dan biomedis. Aplikasi

farmasi dendrimers termasuk formulasi anti-inflamasi nonsteroid, antimikroba dan

obat antivirus, agen antikanker, obat-obatan pro, dan agen skrining untuk

penemuan obat dengan throughput tinggi. Dendrimer mungkin beracun karena

kemampuannya untuk mengganggu membran sel sebagai akibat dari muatan

positif pada permukaannya.

Quantum Dots (QDs)


Quantum dots adalah perangkat kecil yang mengandung tetesan kecil

elektron bebas. QD adalah nanocrystals semikonduktor koloid mulai dari 2 sampai

10 nm dengan diameter. QD dapat disintesis dari berbagai jenis bahan

semikonduktor melalui sintesis koloid atau elektrokimia. QD yang paling sering

digunakan adalah cadmium selenide (CdSe), cadmium telluride (CdTe), indium

phosphide (InP), dan indium arsenide (InAs). Titik-titik kuantum dapat memiliki

apa pun dari satu elektron hingga kumpulan beberapa ribu. Ukuran, bentuk dan

jumlah elektron dapat dikontrol dengan tepat. Mereka telah dikembangkan dalam

bentuk semikonduktor, insulator, logam, bahan magnetik atau oksida logam. Ini

dapat digunakan untuk perangkat optik dan optoelektronik, komputasi kuantum,

dan penyimpanan informasi. Titik-titik kuantum berkode warna digunakan untuk

Pengujian DNA cepat. Quantum dots (QDs) mengacu pada kurungan kuantum

elektron dan operator lubang pada dimensi yang lebih kecil dari Bohr radiuos.

Nanocrystals QD umumnya terdiri dari atom dari kelompok II dan VI

(yaitu CdSe, CdS, dan CdTe) atau II dan V (seperti Dalam P) pada intinya.

Sebuah shell (yaitu ZnS dan CdS) dapat lebih lanjut memperkenalkan untuk

mencegah quenching permukaan excitons di inti emisif dan karenanya

meningkatkan photostability dan hasil kuantum emisi. QD juga menyediakan luas

permukaan yang cukup untuk melekatkan agen terapeutik untuk pengiriman obat

simultan dan pencitraan in vivo, serta untuk teknik jaringan.

Teknik pembuatan nanopartikel


Nanopartikel dapat dibuat dari bahan alami seperti protein, polisakarida

dan polimer sintetik. Pemilihan bahan matriks inert tergantung pada banyak faktor

seperti: (a) ukuran akhir nanopartikel yang diperlukan; (b) sifat obat seperti

kelarutan dan stabilitas air; (c) muatan permukaan dan permeabilitas; (d) tingkat

biodegradabilitas, biokompatibilitas dan toksisitas; (e) profil pelepasan obat yang

diinginkan; dan (f) Antigenisitas produk akhir. Metode persiapan nanopartikel

dapat diklasifikasikan dengan cara yang berbeda:

Yang pertama, dapat diklasifikasikan sebagai:

 Teknik bottom-up

 Teknik reaksi kimia

 Teknik top-down

 Teknik kombinasi

Gambar metode pembuatan nanopartikel

Bottom-up
Pendekatan bottom-up dimulai dengan molekul obat dalam larutan.

Dengan mengubah kondisi sistem dalam larutan, molekul obat mulai mengendap

dalam formasi yang lebih besar. Dalam proses pengendapan klasik, API yang larut

dalam air larut dalam pelarut organik yang larut dalam air. Endapan diinduksi

dengan mencampurkan larutan obat dengan fasa berair. Ini sering disebut sebagai

pendekatan "pelarut / antisolvent". Satu pendekatan telah dikembangkan pada

tahun 1980 oleh Sucker dan rekan. Prinsip presipitasi klasik kemudian

dikembangkan lebih lanjut oleh beberapa kelompok penelitian akademis dan

industri. Nanti juga semakin banyak teknologi pengendapan maju telah

diperkenalkan. Teknologi ini juga disebut sebagai teknologi rekayasa partikel.

Salah satu pendekatan yang menarik dikenal sebagai Penguapan Evaporatif ke

dalam Larutan Berair (EPAS). Untuk proses ini, API dilarutkan dalam pelarut

organik yang tidak dapat dicampur dengan air. Larutan obat disemprotkan ke

dalam air panas yang menghasilkan penguapan langsung dari pelarut organik,

sehingga nanopartikel obat terbentuk secara instan. Spray-freezing into liquid

(SFL) dan ultrarapid freezing (URF) adalah proses rekayasa partikel alternatif

yang dikembangkan oleh kelompok penelitian yang sama.

Top-down

Berbeda dengan teknologi bottom-up, seseorang juga dapat memulai

dengan partikel API besar dan memecahnya menjadi nanopartikel obat kecil. Oleh

karena itu, jenis proses ini dianggap sebagai teknologi topdown. Saat ini teknologi

pengurangan ukuran partikel jenis ini sejauh ini secara komersial yang paling

penting dan sukses. Teknologi yang sangat penting didasarkan pada wet ball
milling (WBM). Untuk menghasilkandispersi nanokristalin, ruang penggilingan

dibebankandengan media penggilingan(misalnya manik-manik zirkonium

dioksida, siliciummanik-manik nitrida, manik-manik polystyrene), stabilisator

berair /larutan surfaktan dan micronized API. Penggilingan yang bergerakmedia

menyebabkan gaya geser yang tinggi dan dengan demikian atrisi obatpartikel.

Untuk produksi skala besar, pabrik dapat dijalankanmode sirkulasi, yang berarti

bahwa suspensi tersebutterus dipompa melalui ruang penggilingan sampaiukuran

partikel yang diinginkan dari nanocrystals obat diperoleh. Itupartikel obat

dipisahkan dari media penggilingan oleh amemisahkan celah atau kartrid filter.

Teknologi WBM adalahsejauh ini metode pengurangan ukuran partikel yang

paling penting disaat itu. Saat ini ada5 produk di pasaranmenggunakan teknologi

ini; masih banyak yang masih dalam pengembangan.Homogenisasi tekanan tinggi

(HPH) adalah sangat lainteknologi top-down yang penting. Satu

dapatmembedakan beberapajenis proses.

Teknologi pertama yang dikembangkan berbasispada HPH dengan

homogenizer piston-gap adalah sebuah prosesdilakukan dalam media berair pada

suhu kamar. Selamalangkah homogenisasi, suspensi kasar dipaksa melaluicelah

homogenisasi yang sangat kecil. Pengurangan ukuran partikel adalahterutama

disebabkan oleh gaya kavitasi, gaya geser, dan partikeltabrakan. Kemudian,

prinsip ini dikembangkan lebih lanjut sebagaiproses, yang dapat juga

dilakukandalam air yang dikurangi danmedia tidak berair. Nanopartikel obat juga

bisa dihasilkanoleh proses geser tinggi menggunakan homogenizers aliran jet. Di

dalamkasus tabrakan dua aliran cairan di bawahtekanan tinggihingga 1700 bar


menyebabkan tabrakan partikel, gaya geser danjuga pasukan kavitasi.Untuk

mempertahankan ukuran partikel,stabilisasi dengan fosfolipid atau surfaktan lain

danstabilisator diperlukan. Kerugian utama dari proses ini adalahwaktu produksi

yang dibutuhkan. Dalam banyak kasus, memakan waktu50 hingga 100 melewati

diperlukan untuk ukuran partikel yang cukuppengurangan. Teknologi ini sekarang

juga digunakan untuk satu produkdi pasar.

Kombinasi

Merupakan kombinasi dari kedua teknik baik bottom up dan top down.

Dimana dua prinsip pengecilan ukuran partikel dengan menggunakan dua metode

yang berbeda yang kemudian digabungkan.

Reaksi kimia

Pada metode ini pengecilan ukuran partikel menggunakan reaksi kimia

langsung ke nanopartikel (pendekatan reaksi kimia). Salah satu contoh reaksi

kimia yang bisa digunakan dalam pembuatan nanopartikel adalah dengan

mensintesis suatu senyawa yang akan dibuat menjadi nanopartikel.

Karakterisasi Nanopartikel

Nanopartikel umumnya dicirikan oleh ukuran, morfologi dan muatan

permukaan, menggunakan teknik mikroskopik canggih seperti scanning electron

microscopy (SEM), mikroskop elektron transmisi (TEM) dan atomic force

microscopy (AFM). Diameter partikel rata-rata, distribusi ukuran dan muatan

mempengaruhi stabilitas fisik dan distribusi in vivo dari nanopartikel. Teknik


mikroskop elektron sangat berguna dalam memastikan keseluruhan bentuk

nanopartikel polimerik, yang dapat menentukan toksisitasnya. Permukaan muatan

nanopartikel mempengaruhi stabilitas fisik dan redispersibilitas dispersi polimer

serta kinerja in vivo mereka.

Pelepasan Obat

Alasan utama untuk mengejar nanoteknologi adalah memberikan obat-

obatan, sehingga memahami cara dan sejauh mana molekul obat dilepaskan

adalah penting. Untuk memperoleh informasi seperti itu, sebagian besar metode

pelepasan mengharuskan obat dan kendaraan pengirimannya dipisahkan.

Pemuatan obat nanopartikel secara umum didefinisikan sebagai jumlah obat yang

terikat per massa polimer (biasanya mol obat per mg polimer atau obat mg per mg

polimer); itu juga bisa diberikan sebagai persentase relatif terhadap polimer.

Teknik yang digunakan untuk analisis ini adalah metode analisis klasik seperti

spektroskopi UV atau kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) setelah

ultrasentrifugasi, filtrasi ultra, filtrasi gel, atau ultrafiltrasi sentrifugal.

Kuantifikasi dilakukan dengan spektroskopi UV atau HPLC. Tes pelepasan obat

juga mirip dengan tes pembebanan obat yang dinilai untuk jangka waktu tertentu

untuk menganalisis mekanisme pelepasan obat.

Metode evaluasi untuk pelepasan obat

Berbagai metode yang dapat digunakan untuk mempelajari pelepasan

secara in vitro obat dari nanopartikel adalah:

(i) Sel difusi side-by-side dengan membran buatan atau biologis.


(ii) Teknik difusi kantong dialisis.

(iii) Teknik tas dialisis terbalik.

(iv) Agitasi diikuti oleh ultrasentrifugasi / sentrifugasi.

(v) Teknik ultra-filtrasi atau sentrifugal ultra-filtrasi.

Aplikasi Sistem Penghantaran Nanoparticulate

a) Nanopartikel sebagai sistem penghantaran obat

Penggunaan agen farmakologis sering dibatasi oleh resistensi obat

pada tingkat target karena hambatan fisiologis mekanisme seluler dijumpai.

Selain itu, banyak obat memiliki kelarutan yang buruk, bioavailabilitas

rendah dan mereka dapat dengan cepat dibersihkan di dalam tubuh oleh

sistem retikuloendotelial. Selanjutnya, kemanjuran obat yang berbeda, seperti

agen kemoterapis, sering dibatasi oleh efek samping tergantung dosis.

b) Untuk pengiriman gen

Bahan utama dari polinukleotida, DNA, dapat diproduksi dengan

murah dan memiliki sifat penyimpanan dan penanganan yang jauh lebih baik

daripada bahan mayoritas vaksin berbasis protein. Namun, ada beberapa

masalah yang berkaitan dengan pengiriman polinukleotida yang membatasi

aplikasinya. Masalah-masalah ini termasuk pengiriman yang efisien dari

polinukleotida ke populasi sel target dan lokalisasinya ke inti sel-sel ini dan

memastikan bahwa integritas polinukleotida dipertahankan selama

pengiriman ke situs target.

Nanopartikel yang sarat dengan DNA plasmid juga dapat berfungsi

sebagai sistem pengiriman gen berkelanjutan yang efisien karena pelariannya


yang cepat dari kompartemen endolysosomal yang terdegradasi ke

kompartemen sitoplasma. Setelah penyerapan intraseluler dan pelepasan

endolysosomal, nanopartikel dapat melepaskan DNA pada tingkat

berkelanjutan yang menghasilkan ekspresi gen yang berkelanjutan. Strategi

pengiriman gen ini dapat diterapkan untuk memfasilitasi penyembuhan tulang

dengan menggunakan nanopartikel PLGA yang mengandung gen terapeutik

seperti protein morfogenik tulang.

c) Untuk diagnosis dan bioimaging

Sejumlah teknik pencitraan molekuler yang tersedia, seperti

pencitraan optik (OI), pencitraan resonansi magnetik (MRI), pencitraan

ultrasound (USI), tomografi emisi positron (PET) dan lain-lain telah

dilaporkan untuk pencitraan in vitro dan in vivo biological spesimen.

Perkembangan saat ini nanopartikel luminescent dan magnetik kemajuan

teknologi pencitraan bio.Dua jenis nanopartikel telah banyak digunakan untuk

pencitraan: nanoprobes bercahaya untuk OI dan nanopartikel magnetik untuk

MRI. Ada juga nanopartikel dual-mode untuk pencitraan simultan oleh OI

dan MRI. Para ilmuwan Nanobiotech telah berhasil menghasilkan microchip

yang dilapisi dengan molekul manusia. Chip ini dirancang untuk

memancarkan sinyal impuls listrik ketika molekul mendeteksi tanda-tanda

suatu penyakit.

Nanobots sensor khusus dapat dimasukkan ke dalam tubuh di

bawah kulit di mana mereka memeriksa isi darah dan memperingatkan setiap

penyakit yang mungkin. Mereka juga dapat digunakan untuk memantau kadar
gula dalam darah. Keuntungan menggunakan nanobots adalah mereka sangat

murah dan mudah diproduksi. Metode ini sangat sensitif dan juga dapat

digunakan dalam deteksi langsung DNA virus atau bakteri. Nanopartikel

emas adalah probe yang menjanjikan untuk aplikasi biomedis karena mereka

dapat dengan mudah disiapkan dan, tidak seperti probe fluorescent lain

seperti titik-titik kuantum atau pewarna organik, tidak terbakar setelah

terpapar cahaya yang lama.

d) Perbaikan jaringan

Perbaikan jaringan menggunakan nanopartikel oksida besi

dilakukan baik melalui pengelasan, memasang dua permukaan jaringan

kemudian memanaskan jaringan cukup untuk bergabung dengan mereka, atau

melalui penyolderan, di mana protein atau nanopartikel berlapis polimer

ditempatkan di antara dua permukaan jaringan untuk meningkatkan

penggabungan jaringan. Temperatur yang lebih besar dari 50 ° C diketahui

untuk menginduksi persatuan jaringan yang disebabkan oleh denaturasi

protein dan keterikatan berikutnya dari rantai protein yang berdekatan.55 Ini

diyakini nanopartikel yang sangat menyerap cahaya yang bersesuaian dengan

output laser juga berguna untuk jaringan. -prosedur penyempurnaan. Secara

khusus, nanopartikel oksida besi yang dilapisi emas atau silika telah

dirancang untuk menyerap cahaya dengan kuat.

Nanopartikel dilapisi pada permukaan dua bagian jaringan di

lokasi di mana bergabung diinginkan. Teknik ini memberikan metode untuk

meminimalkan kerusakan jaringan dengan menggunakan panjang gelombang


cahaya yang paling tidak berbahaya dan / atau sumber cahaya bertenaga

rendah. Sel punca adalah sel master tubuh dan memiliki kemampuan unik

untuk memperbaruinya dan memunculkan jenis sel khusus lainnya.

Peluang dan Tantangan Masa Depan

Nanopartikel dan nanoformulasi telah diterapkan sebagai sistem

pengiriman obat dengan sukses besar; dan sistem pengiriman obat nanopartikulat

masih memiliki potensi yang lebih besar untuk banyak aplikasi, termasuk terapi

anti-tumor, terapi gen, terapi AIDS, radioterapi, dalam pengiriman protein,

antibiotik, virostatik, vaksin dan sebagai vesikula untuk melewati sawar darah-

otak.

b. Deskripsi bahan

1. Simeticon

Deskripsi: Simetikon digunakan untuk membebaskan kelebihan gas pada

gastrointestinal, yaitu pada saat kembung, bersendawa, dan gas berlebih dalam

perut.

Inkompabilitas: inkompatibel dengan derivate acridin, logam berat, etanol

dengan konsentrasi lebih besar dari 5%.

 Zat aktif yang digunakan yaitu aluminium hidroksida, magnesium

hidroksida dan simetikon bersifat tidak larut dalam air sehingga dibuat

dalam sediaan suspensi. Sediaan suspensi sendiri nantinya zat aktif akan

terdispersi ke dalam pelarut sehingga partikel obat yang terdispersi ini juga
akan meningkatkan kontak obat dengan cairan lambung yang akann

meningkatkan efektifitas pengobatan.

 Dari uraian ini maka dipilih bahan aktif aluminium hidroksida dan

magnesium hidroksida sebagai antasid dengan efek non-sistemik dengan

masa kerja panjang. Kombinasi ini diharapkan mengurangi efek samping

dari aluminium hodroksida yang menyebabkan konstipasi, sedangkan

magnesium hidroksida bersifat laksatif. Karena antasid bersifat

menetralkan asam lambung, hasil dari reaksi dengan asam lambung

menghasilkan gas CO2 yang bila tidak dikeluarkan akan memberikan

perasaan kembung pada perut. Oleh karena itu antasid ini dikombiansi

dengan antiflatulen yaitu simetikon.

2. Sorbitol

Deskripsi : Sorbitol, juga disebut glucitol, ialah suatu gula alkohol yang

dimetabolisir oleh tubuh manusia secara lambat. Sorbitol dapat diperoleh

melalui reduksi glukosa, mengubah gugus aldehida menjadi gugus

hidroksil. Sorbitol terdapat dalam buah apel, pir, persik, dan prun. Sorbitol

disintesis oleh sorbitol-6-fosfat dehidrogenase, dan diubah menjadi

fruktosa oleh suksinat dehidrogenase. Suksinat dehidrogenase ialah suatu

enzim kompleks yang turut serta dalam siklus asam sitrat. Memilki

kemanisan setengah dari sukrosa, dapat memperbaiki raba mulut,

mengandung 4 kalori/g yang terabsorpsi sebagian maka sering

dipertimbangkan menjadi nonkalori, merupakan diuretic osmotic dengan

mencegah polimerisasi selama proses.


Inkompabilitas : Sorbitol akan membentuk kelat dengan banyak ion

logam divalent dan trivalent pada asam kuat dan kondisi alkalin. Sorbitol

juga bereaksi dengan besi oksida dan akan berubah warna. Sorbitol

meningkatkan kcepatan degradasi dari penisilin pada larutan berbasis air.

3. Citric acid, anhydrous

Deskripsi : Asam sitrat dapat berupa kristal anhidrat yang bebas air atau

berupa kristal monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap

molekulnya. Bentuk anhidrat asam sitrat mengkristal dalam air panas,

sedangkan bentuk monohidrat didapatkan dari kristalisasi asam sitrat

dalam air dingin. Sebagai buffer sediaan; mempertahankan pH suspensi

antacid. Penambahan buffer hanya tidak memberi perubahan pH yang

signifikan pada pH suspensi.Citric acid anhydrous sebagai buffer untuk

mempertahankan nilai pH sediaan yaitu kisaran 8 – 10 dan menstabilkan

simetikon (pH 3-10) Meski bersifat asam, karena digunakan sebagai buffer

sehingga yang digunakan asam lemah sehingga hanya mempengaruhi

sedikit pH suspensi antasida sebagai respon kombinasi asam dan basa.

4. Aquadest

Deskripsi :

BM = 18,02.

Rumus molekul = H2O.

Pemeriannya adalah cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak

berasa. Penyimpanannya dalam wadah tertutup baik.Air adalah salah satu

bahan kimia yang stabil dalam bentuk Fisik (es , air , dan uap). Air harus
disimpan dalam wadah yang sesuai. Pada saat penyimpanan dan

penggunaannya harus terlindungi dari kontaminasi partikel - pertikel ion

dan bahan organik yang dapat menaikan konduktivitas dan jumlah karbon

organik. Serta harus terlindungi dari partikel - partikel lain dan

mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak fungsi air.

Inkompabilitas : Formula air dapat bereaksi dengan bahan eksipient

lainya yang mudah terhidrolisis.

5. Gliserin

Deskripsi :Gliserin adalah cairan seperti sirup jernih dengan rasa manis.

Dapat bercampur dengan air dan etanol. Sebagai suatu pelarut, dapat

disamakan denganetanol, tapi karena kekentalannya, zat terlarut dapat larut

perlahan-lahan didalamnya kecuali kalau dibuat kurang kental dengan

pemanasan. Gliserin bersifat sebagai bahan pengawet dan sering

digunakan sebagai stabilisator dan sebagai suatu pelarut pembantu dalam

hubungannya dengan air dan etanol (Ansel,1989). Gliserin digunakan

sebagai emollient dan humectant dalam sediaan topikal dengan rentang

konsentrasi 0,2-65,7%. Gliserin pada konsentrasi tinggi menimbulkan efek

iritasi pada kulit dan lebih disukai konsentrasi gliserin 10-20 %.

6. Xanthan Gum

Deskripsi :Secara umum bahan-bahan pengental dan pembentuk gel yang

larut dalam air disebut gum. Xanthan gum dihasilkan melalui fermentasi

dektrose dengan bakteri-bakteri Xanthomonas compestris, merupakan

polisakarida kompleks yang mengandung satuan-satuan D-glukosa, D-


manosa dan asam D- glukoronat. Xanthan gum berupa bubuk berwarna

krem yang dengan cepat larut dalam air panas atau dingin membentuk

larutan kental. Xanthan gum pada konsentrasi rendah larutannya kental.

7. Calcium Chloride

Deskripsi : Kalsium klorida, CaCl2, merupakan salah satu jenis garam

yang terdiri dari unsur kalsium (Ca) dan klorin (Cl). Garam ini

berwarna putih dan mudah larut dalam air. Kalsium klorida tidak

berbau, tidak berwarna, dan tidak mudah terbakar. Kalsium klorida

termasuk dalam tipe ion halida, dan padat pada suhu kamar. Karena

sifat higroskopisnya, kalsium klorida harus disimpan dalam kontainer

kedap udara rapat-tertutup. Kalsium klorida dapat berfungsi sebagai

sumber ion kalsium dalam larutan, tidak seperti banyak senyawa

kalsium lainnya, kalsium klorida mudah larut. Zat ini dapat berguna

untuk menggantikan ion dari larutan. Sebagai contoh, fosfat dipindahkan

dari larutan oleh kalsium :

8. Benzyl alcohol

Deskripsi : Merupakan produk samping yang terbentuk sebelum

terbentuknya asam benzoat dengan proses oksidasi oleh oksigen yang

dibantu dengan katalis mangan asetat.


9. Tetrapotassium pyrophosphate

Deskripsi : Kristal tidak berwarna atau putih, atau bubuk kristal putih atau

granular, bubuk padat granular; hidroskopis.

Karakteristik :
c. Studi pustaka nanopartikel CaCO3

Pada studi pustaka yang telah dilakukan kami menemukan bahwa menurut

penelitian yang dilakukan oleh Ramesh Raliya et all, bahan CaCO3 dapat dibuat

menjadi nanopartikel menggunakan metode sintesis dengan cara mereaksikan

CaCl2 H2O dengan NaHCO3 dalam pelarut air dan etilen glikol dengan

perbandingan 1:5. Kemudian larutan diaduk menggunakan stir dengan kecepatan

700 rpm selama 30 menit pada tempratur ruangan. Endapan yang dihasilkan

dibilas dengan etanol, methanol, dan aseton untuk menghilangkan komponen air.

Hasil akhir produk dikeringkan pada suhu 600C selama 1 jam.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa peningkatan aktivitas penetralan

antasida yang baik ditemukan pada CaCO3 yang dibuat menjadi nanopartikel

dibandingkan dengan NaHCO3 dan CaCO3 yang belum dibuat menjadi

nanopartikel, hal ini dikarenakan nanopartikel CaCO3 akan membentuk vaterite

yang akan meningkatkan aktivitas antasida dengan adanya peningkatan pelarutan

jika dibandingkan dengan calcite yang ada pada produk komersial CaCO3 dan

TUM yang ada. Dengan meningkatnya kelarutan dari CaCO3 mengakibatkan

peningkatan konsentrasi ion karbonat sehingga menigkatkan aktivitasnya selain

itu ukuran partikel yang kecil mengakibatkan peningkatan kelarutan dan

mengakibatkan peningkatan kecepatan disolusi dan menyebabkan peningkatan pH

dengan cepat. Berikut grafik yang menggambarkan aktivitas nanopartikel CaCO3 :


Pada grafik diatas terlihat bahwa pengaruh konsentrasi sangat

mempengaruhi peningkatan nilai pH, dimana semakin besar konsentrasi

mengakibatkan semakin besar waktu yang diperlukan untuk meningkatkan nilai

pH. Pada grafik diatas aktivitas antasida meningkat dari waktu 2,8 menit sampai

25 menit terhadap besarnya konsntrasi.


4. Formula skala lab, pilot dan produksi

%W/W LAB PILOT PRODUKSI

BAHAN (gram) (50 botol) (500 botol) (5000 botol)

CaCO3 8,735 436,75 4367,5 43675

Avicel NF 0.52 26 260 2600

Xantan gun NF 0.28 14 140 1400

Glycerin NF 5 250 2500 25000

Citric acid Anhyd USP 0.2 10 100 1000

Simethicone USP 30% 1.75 87.5 875 8750

Calcium chloride 0.12 6 60 600

Sorbitol USP 10 500 5000 50000

Calcium Saccharin USP 0.10 5 50 500

Benzyl alcohol 0.75 37.5 375 3750

Tetrapotassium Pyrophosphate
0.08
FCC 4 40 400

Flavouring agent (Mint) 1.05 52.5 525 5250

Water USP 63.63 3181.5 31815 318150

a. Skala lab

1. Alat-alat yang digunakan

 Mixer-homogenizer

 Viscometer

 pH meter

 beaker glass 100 mL


 oven

2. Prosedur pembuatan

i. Metode pembuatan nanopartikel CaCO3

Pembuatan nanopartikel dibuat dengan cara mensintesis 0,1 M

CaCl2sebanyak 33,3 gram dengan 0,1 M NaHCO3sebanyak 25,2 gram, hasil

CaCO3 yang diperoleh sebesar 60 gram. Pertumbuhan Kristal dikontrol

dengan cara mereaksikan pada media air dan ethylene glycol pada rasio 1:5.

Sehingga untuk skala lab dibutuhkan bahan nanopartikel CaCO3 sebesar 15

kali lipat agar dapat diperoleh nanopartikel CaCO3 sebanyak 450 gram.

Setelah membentuk larutan di aduk dengan kecepatan 700 rpm selama 30

menit pada tempratur ruangan. Hasil endapan dibilas dengan menggunakan

etanol, methanol, dan aseton untuk menghilangkan kandungan air. Produk

akhir kemudian dikeringkan dengan suhu 60oC selama 1 jam.

ii. Pembuatan nanosuspensi

1. Buat larutan Calcium Chloride dengan cara mencampurkan 31,815 mL

water USP (1% dari jumlah air) dengan 6 gram Calcium Chloride

masukkan kedalam beaker glass 100 mL.

2. Buat campuran Avicel dengan cara mencampurkan 66,8115 mL (21% dari

jumlah air) dan 26 gram Avicel masukkan kedalam beaker glass 100 mL.

3. Buat fase Xanthan Gum dengan cara mencampurkan 238,75 gram glycerin

(4,5% w/w dari gliserin) dan 14 gram Xanthan Gum masukkan kedalam

beaker glass 100 mL.


4. Buat fase Calcium Saccharin dengan cara mencampurkan 31,815 mLwater

USP (1% dari jumlah air) dengan 5 gram Calcium Saccharin masukkan

kedalam beaker glass 100 mL.

5. Fase Tetrapotassium Pyrophosphat dibuat dengan cara mencampurkan

31,815% mL USP (1% dari jumlah air) dengan 4 gram Tetrapotassium

Pyrophosphate masukkan kedalam beaker glass 100 mL.

6. Fase Citric Acid dibuat dengan cara mencampurkan 15,9075 mL water

USP (0,50% dari jumlah air) dengan 10 gram Citric acid masukkan

kedalam beaker glass 100 mL.

7. Setelah semua fase dibuat, masukkan WaterUSP sebanyak 2,4 L diikuti

dengan penambahan 37,5% gram Benzyl alcohol, fase Calcium Chloride,

fase Avicel,CaCO3 sebanyak 436,75 gram (sudah dalam bentuk

nanopartikel), fase Xanthan Gum, Simethicone sebanyak 87,5 gram , fase

Calcium Saccharin, Flavouring Agent sebanyak 52,5 gram, dan fase

Tetrapotassium Pyrophosphate ke dalam mesin mixer-homogenizer.

8. Bila perlu tambahkan fase Citric Acid ke dalam mesin mixer-

homogenizerdengan tujuan untuk mengatur pencapian target pH suspensi

sebesar 6,4.

9. Lalu diaduk selama 15 menit kemudian dilakukan pengecekan pH.

10. Setelah memenuhi syarat masukkan kedalam botol berukuran 100 mL.
3. Pengujian mutu fisik nanosuspensi

i. Uji pH

Dari total 50 botol yang telah dibuat suspensi diambil 3 botol untuk

dilakukan pengukuran nilai pH nanosuspensi yang telah dibuat dengan

menggunakan alat pH meter.

ii. Uji sedimentasi

Dari total 50 botol yang telah dibuat suspensi diambil 3 botol untuk

dilakukan uji sedimentasi. Pengujian dilakukan dengan cara menuangkan 3

botol suspensi kedalam 3 buah beaker glass 100 mL, lalu amati dengan

rentang waktu 15 menit, 30 menit, 1 hari, 3 hari , 5 hari dan 7 hari, catatlah

bila ada perubahan yang terjadi pada masing-masing beaker glass. Bila

terjadi perubahan atau adanya endapan ukurlah volume suspensi yang

bening.

iii. Uji waktu redispersi

Dari total 50 botol yang telah dibuat suspensi diambil 3 botol untuk

dilakukan uji redispersi dengan cara menuangkan 3 botol suspemsi ke

dalam 3 botol kaca bening lalu amati sampai terbentuknya endapan

sempurna, kemudian kocoklah botol sampai tidak ada endapan pada dasar

botol dan catatlah waktu redispersi dari masing-masing botol.

iv. Uji viskositas

Ambil 3 botol lalu maisng-masing botol diuji viskositasnya dengan

menggunakan alat viscometer, lalu catatlah hasil viscometer yang

diperoleh dari masing-masing botol.


v. Pengukuran bobot jenis

Pengukuran bobot jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer.

Ambil 3 botol lalu ukur bobot jenis dengan cara menimbang piknometer

kosong lalu catat kemudian menimbang piknometer yang telah berisi

suspensi dari botol kemudian catat bobot yang diperoleh, lalu hitunglah

bobot jenis dengan cara mengurangi bobot piknometer ditambah bahan

dengan bobot piknometer kosong.

Skala pilot

1. Alat-alat yang digunakan

 Panci penampung

 Liquid Mixing time 600L

 mesin isi sirup in line merk Jhi Chong

 Mesin cuci botol

 oven

2. Prosedur pembuatan nanopartikel

Pembuatan nanopartikel dibuat dengan cara mensintesis 0,1 M

CaCl2sebanyak 333 gram dengan 0,1 M NaHCO3 sebanyak 252 gram, hasil

CaCO3 yang diperoleh sebesar 300 gram didalam panci penampung. Pertumbuhan

Kristal dikontrol dengan cara mereaksikan pada media air dan ethylene glycol

pada rasio 1:5. Sehingga untuk skala produksi dibutuhkan jumlah bahan dalam

proses sintesis nanopartikel CaCO3 sebesar 15 kali lipat agar dapat diperoleh

nanopartikel CaCO3 sebanyak 4500 gram. Setelah membentuk larutan di aduk

menggunakan stirred dengan kecepatan 700 rpm selama 30 menit pada tempratur
ruangan. Hasil endapan dibilas dengan menggunakan etanol, methanol, dan aseton

untuk menghilangkan kandungan air. Produk akhir kemudian dikeringkan dengan

suhu 60oC selama 1 jam.

3. Prosedur pembuatan

 Buat larutan Calcium Chloride dengan cara mencampurkan 318,15 mL

water USP (1% dari jumlah air) dengan 60 gram Calcium Chloride

masukkan kedalam panci penampung.

 Buat campuran Avicel dengan cara mencampurkan 6,68 L (21% dari

jumlah air) dan 260 gram Avicel masukkan kedalam panci penampung.

 Buat fase Xanthan Gum dengan cara mencampurkan 2,3875 Kg glycerin

(4,5% w/w dari gliserin) dan 140gram Xanthan Gum masukkan kedalam

panci penampung.

 Buat fase Calcium Saccharin dengan cara mencampurkan 318,15 mL

water USP (1% dari jumlah air) dengan 50 gram Calcium Saccharin

masukkan kedalam panci penampung.

 Fase Tetrapotassium Pyrophosphat dibuat dengan cara mencampurkan

318,15 mL water USP (1% dari jumlah air) dengan 40 gram

Tetrapotassium Pyrophosphate masukkan kedalam panci penampung.

 Fase Citric Acid dibuat dengan cara mencampurkan 159,075 mL water

USP (0,50% dari jumlah air) dengan 100 gram Citric acid masukkan

kedalam panci penampung.

 Setelah semua fase dibuat, masukkan Water USP sebanyak 24,02 L diikuti

dengan penambahan 375 gram Benzyl alcohol, fase Calcium Chloride,


fase Avicel, CaCO3 sebanyak 4,3675 Kg (sudah dalam bentuk

nanopartikel), fase Xanthan Gum, Simethicone sebanyak 875 gram, fase

Calcium Saccharin, Flavouring Agent sebanyak 525 gram, dan fase

Tetrapotassium Pyrophosphate ke dalam mesin liquid mixing time 600L.

 Bila perlu tambahkan fase Citric Acid ke dalam mesin liquid mixing time

600L dengan tujuan untuk mengatur pencapian target pH suspensi sebesar

6,4.

 Lalu diaduk selama 2,5 jam kemudian dilakukan pengecekan pH.

 Setelah memenuhi syarat isi botol dengan menggunakan mesin isi botol

dengan cara mengalirkan larutan dengan menggunakan msein transfer.

4. Proses pengisian botol

1) Isikan larutan suspensi Simaag ke dalam botol 100 mL menggunakan

mesin isi sirup in line merk Jhi Chong (pengisian, penutupan botol dan

pemasangan etiket).

2) Lakukan pemeriksaan keseragaman volume hasil penutupan botol dan

penempelan etiket setiap 30 menit. Catat pada hasil pemeriksaan selama

proses pengisian, penutupan dan labeling.

5. Pengujian

a. Pengujian selama proses pencampuran.

IPC 15’ 30’ 45’ 60’ 75’ 90’ 105’ 120’ 135’ 150’

pH
b. Pengujian Selama proses pengisian botol

IPC 30’ 60’ 90’ 120’ 150’

Keseragaman

volume

Penutupuan

botol

Pemasangan

etiket

c. Pengujian produk jadi.

IPC Hasil

Zeta potensial

Distribusi ukuran partikel

Viskositas dPas

Sedimentasi

pH

Berat jenis b/v

6. Skala produksi

1. Alat-alat yang digunakan

 Panci penampung

 Liquid Mixing time 600L

 mesin isi sirup in line merk Jhi Chong

 Mesin cuci botol

 oven
2. Pembuatan nanopartikel CaCO3

Pembuatan nanopartikel dibuat dengan cara mensintesis 0,1 M CaCl2

sebanyak 49,95 Kg dengan 0,1 M NaHCO3 sebanyak 37,8 Kg, hasil CaCO3 yang

diperoleh sebesar 45 Kg didalam panci penampung. Pertumbuhan Kristal

dikontrol dengan cara mereaksikan pada media air dan ethylene glycol pada rasio

1:5. Setelah membentuk larutan di aduk menggunakan stirred dengan kecepatan

700 rpm selama 30 menit pada tempratur ruangan. Hasil endapan dibilas dengan

menggunakan etanol, methanol, dan aseton untuk menghilangkan kandungan air.

Produk akhir kemudian dikeringkan dengan suhu 60oC selama 1 jam.

3. Prosedur pembuatan

 Buat larutan Calcium Chloride dengan cara mencampurkan 3,18 L water

USP (1% dari jumlah air) dengan 0,6 Kg Calcium Chloride masukkan

kedalam panci penampung.

 Buat campuran Avicel dengan cara mencampurkan 66,81 Kg (21% dari

jumlah air) dan 2,6 Kg Avicel masukkan kedalam panci penampung.

 Buat fase Xanthan Gum dengan cara mencampurkan 23,87 Kg glycerin

(4,5% w/w dari gliserin) dan 1,4 Kg Xanthan Gum masukkan kedalam

panci penampung.

 Buat fase Calcium Saccharin dengan cara mencampurkan 3,18 L water

USP (1% dari jumlah air) dengan 0,5 Kg Calcium Saccharin masukkan

kedalam panci penampung.


 Fase Tetrapotassium Pyrophosphat dibuat dengan cara mencampurkan

3,18 L water USP (1% dari jumlah air) dengan 0,4 Kg Tetrapotassium

Pyrophosphate masukkan kedalam panci penampung.

 Fase Citric Acid dibuat dengan cara mencampurkan 1,5 L water USP

(0,50% dari jumlah air) dengan 1 Kg Citric acid masukkan kedalam panci

penampung.

 Setelah semua fase dibuat, masukkan Water USP sebanyak 240,20 L

diikuti dengan penambahan 3,75 Kg Benzyl alcohol, fase Calcium

Chloride, fase Avicel, CaCO3 sebanyak 43,5 Kg (sudah dalam bentuk

nanopartikel), fase Xanthan Gum, Simethicone sebanyak 8,75 Kg, fase

Calcium Saccharin, Flavouring Agent sebanyak 5,25 Kg, dan fase

Tetrapotassium Pyrophosphate ke dalam mesin liquid mixing time 600L.

 Bila perlu tambahkan fase Citric Acid ke dalam mesin liquid mixing time

600L dengan tujuan untuk mengatur pencapian target pH suspensi sebesar

6,4.

 Lalu diaduk selama 2,5 jam kemudian dilakukan pengecekan pH.

 Setelah memenuhi syarat isi botol dengan menggunakan mesin isi botol

dengan cara mengalirkan larutan dengan menggunakan msein transfer.

4. Pengisian botol

1) Isikan larutan suspensi Simaag ke dalam botol 100 mL menggunakan

mesin isi sirup in line merk Jhi Chong (pengisian, penutupan botol dan

pemasangan etiket).
2) Lakukan pemeriksaan keseragaman volume hasil penutupan botol dan

penempelan etiket setiap 30 menit. Catat pada hasil pemeriksaan selama

proses pengisian, penutupan dan labeling.

5. Pengujian

a. .Pengujian selama proses pencampuran.

IPC 15’ 30’ 45’ 60’ 75’ 90’ 105’ 120’ 135’ 150’

pH

b. Pengujian Selama proses pengisian botol

IPC 30’ 60’ 90’ 120’ 150’


Keseragaman volume
Penutupuan botol
Pemasangan etiket

c. Pengujian produk jadi.

IPC Hasil
Zeta potensial
Distribusi ukuran partikel
Viskositas dPas
Sedimentasi
pH
Berat jenis b/v

5. Dokumen produksi Induk

Dapat dilihat dilampiran

6. Prosedur pengolahan induk

Dapat dilihat dilampiran

7. Batch record

Dapat dilihat dilampiran


8. Kesimpulan

Dalam membuat suatu batch record, seorang apoteker yang bekerja di instalasi

litbang atau biasa disebut Rnd haruslah memerlukan beberapa pertimbangan seperti dari

segi ekonomi dan segi teknologi. Terutama batch record yang ada pada suatu formula

baru, banyak hal yang perlu dipertimbangkan seperti : studi preformulasi, studi pustaka

dan studi ekonomi, sebagai contoh pada formula nanosuspensi antasida. Dalam proses

pembuatan batch recordnya perlu diperhatikan baik mengenai bahan aktif kalsium

karbonat dalam bentuk nanopartikel maupun bahan tambahan yang digunakan, selain itu

perlu diperhatikan juga bagaimana teknologi pembuatan obat nanopartikel antasida yang

dibuat sediaan suspensi tersebut baik skala lab sampai skala industri serta bagaimana

aspek ekonomi yang akan diperoleh selama proses pembuatan sediaan tersebut sehingga

muncullah suatu batch record yang bisa digunakan dalam proses produksi obat

nanosuspensi antasida tersebut.

Anda mungkin juga menyukai