Anda di halaman 1dari 5

TATA NAMA SENYAWA ORGANIK

Tatanama organik atau lengkapnya tatanama IUPAC untuk kimia organik adalah suatu cara sistematik
untuk memberi nama senyawa organik yang direkomendasikan oleh International Union of Pure and
Applied Chemistry (IUPAC). Idealnya, setiap senyawa organik harus memiliki nama yang dari sana dapat
digambarkan suatu formula struktural dengan jelas.

1. Alkana
Alkana yang berantai tunggal memiliki akhiran "-ana" dan diberikan awalan tergantung pada jumlah atom
dalam rantai tersebut mengikuti aturan imbuhan pengganda IUPAC:

Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 20 30
karbon

Awalan Met- Et- Prop- But- Pent- Heks- Hept- Okt- Non- Dek- Undek- Dodek- Tridek- Tetradek- Pentadek- Eikos- Triakont

Aturan Penamaan Senyawa Alkana Rantai Bercabang

1. Periksa jenis ikatannya, jika memiliki ikatan tunggal, berarti senyawa tersebut merupakan
senyawa alkana.

2. Tentukan rantai induk dan rantai cabangnya.

3. Beri nomor pada rantai induk sedemikian rupa sehingga rantai cabang menempel pada atom C
yang bernomor paling kecil.

4. Rantai induk diberi nama sesuai aturan penamaan senyawa alkana rantai lurus.

5. Rantai cabang diberi nama sesuai jumlah atom C dan struktur gugus alkil.

2. Alkena

Alkena dinamakan dari rantai induk alkana dengan akhiran "-ena".

Aturan Penamaan Senyawa Alkena Rantai Bercabang

1. Periksa jenis ikatannya, jika memiliki ikatan rangkap dua, berarti senyawa tersebut merupakan
senyawa alkena.
2. Tentukan rantai induk dan rantai cabangnya. Rantai induk ditentukan dari rantai atom C
terpanjang yang mengandung ikatan rangkap dua.

3. Beri nomor setiap atom sedemikian rupa sehingga nomor paling kecil terletak pada atom C yang
terikat ikatan rangkap dua.

4. Rantai induk diberi nama sesuai aturan penamaan senyawa alkena rantai lurus.

5. Rantai cabang diberi nama sesuai jumlah atom C dan struktur gugus alkil.

6. Urutan penulisan nama senyawa sama dengan urutan penulisan nama senyawa alkana.

Ikatan rangkap yang lebih dari satu diberikan imbuhan majemuk -adiena, -atriena, dll. sesuai dengan
berapa banyaknya ikatan rangkap tersebut: CH2=CHCH=CH2 dinamakan 1,3-butadiena. Isomer cis dan
trans diindikasikan dengan awalan cis- atau trans-: cis-2-butena, trans-2-butena.

3. Alkuna

Secara umum, penamaan alkuna tidak jauh beda dengan penamaan alkana dan alkena. Perbedaannya
terletak pada akhiran nama senyawa. Berikut langkah-langkah memberi nama senyawa alkuna.

Aturan Penamaan Senyawa Alkuna Rantai Bercabang

1. Periksa jenis ikatannya, jika memiliki ikatan rangkap tiga, berarti senyawa tersebut merupakan
senyawa alkuna.

2. Tentukan rantai induk dan rantai cabangnya. Rantai induk ditentukan dari rantai atom C
terpanjang yang mengandung ikatan rangkap tiga.

3. Beri nomor setiap atom sedemikian rupa sehingga nomor paling kecil terletak pada atom C yang
terikat ikatan rangkap tiga.

4. Rantai induk diberi nama sesuai aturan penamaan senyawa alkuna rantai lurus.

5. Rantai cabang diberi nama sesuai jumlah


atom C dan struktur gugus alkil.

6. Urutan penulisan nama senyawa sama


dengan urutan penulisan nama senyawa
alkana dan alkena.
4. Alkohol

Alkohol (R-OH) dinamakan dengan menghilangkan huruf


paling akhir "a" dari alkana dan dipasangkan dengan
akhiran "-ol" dengan imbuhan angka yang
mengindikasikan posisi ikatan gugus alcohol. Akhiran -
diol, -triol, -tetraol, dll. digunakan jika gugus alkohol
dalam suatu senyawa lebih dari satu.

Jika terdapat gugus fungsi lain yang memiliki prioritas lebih tinggi, maka awalan
"hidroksi" digunakan untuk mengindikasikan gugus fungsi alcohol.

5. Halogen (Alkil Halida)

Tata nama alkil halida rantai lurus sesuai dengan sistem IUPAC
adalah “nama halogen + alkana”. Gugus fungsi Halogen diawali
dengan kata-kata fluoro-, kloro-, bromo-, iodo-, dll., tergantung
dari halogennya. Gugus yang lebih dari satu dinamai dikloro-,
trikloro-, etc., dan gugus yang berbeda dinamai sesuai urutan
alphabet.

6. Keton

Untuk menentukan nama senyawa keton secara IUPAC yaitu


menentukan rantai induk. Rantai induk harus mengandung gugus -
CO -. Memberi nomor sehingga gugus - CO- mendapat nomor
terkecil, menentukan nama dan posisi cabang dan terakhir beri
nama sesuai urutan berikut :

Nomor cabang - nama cabang - posisi gugus fungsi - nama rantai induk - on

7. Aldehid

Aldehid disebut juga alkanal. Jadi pemberian nama senyawanya


hanya dengan menambah akhiran -al pada senyawa alkananya. Cara
penamaannya yaitu sebagai berikut :

1. Menentukan rantai induk yaitu rantai yang mengandung


gugus fungsi. C pada gugus fungsi dihitung sebagai rantai
induk sehingga gugus fungsi - CHO akan selalu berada diujung
rantai induk.
2. Memberi nomor yang dimulai dari C gugus fungsi.
3. Beri nama sesuai urutan berikut :
4. Nomor cabang - nama cabang - nama rantai induk – al
8. Eter

Nama IUPAC eter adalah alkoksi alkana. Eter (R-O-R) terdiri dari sebuah atom oksigen yang berada di
antara 2 rantai karbon yang menyambung. Rantai yang lebih pendek di antara 2 rantai karbon itu
menjadi awal nama dengan sufiks "-ana" menjadi "-oksi". Rantai alkana yang lebih panjang menjadi
akhir nama eter tersebut. Jika oksigen tidak tersambung pada akhir rantai utama alkana, maka seluruh
rantai pendek gugus alkil beserta eter dianggap sebagai rantai samping dan diberikan imbuhan nomor
yang sesuai dengan posisi ikatan rantai tersebut dengan rantai utama.

9. Ester

Ester (R-CO-O-R') adalah nama turunan alkil dari


asam karboksilat. Gugus alkil (R') disebut pertama
kali. Bagian R-CO-O kemudian dinamai dengan kata
terpisah sesuai dengan nama asam karboksilatnya,
dengan nama terakhirnya berakhiran dengan -oat.

Jika gugus alkil tidak terhubung di akhir rantai,


maka letak posisi yang terhubung dengan gugus
ester diberi imbuhan "-il" .

10. Asam karboksilat

Asam karboksilat (asam alkanoat) adalah senyawa turunan alkana yang mempunyai gugus fungsi -COOH.

1) Pemberian nama asam karboksilat dilakukan dengan mengganti akhiran –a pada nama alkana
dengan –oat.
2) Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom karbon paling panjang yang mengandung
gugus karboksil).
3) Tentukan substituen yang terikat rantai utama.
4) Penomoran substituen dimulai dari atom C gugus karboksil.
5) Jika terdapat 2/lebih substituen berbeda dalam penulisan harus disusun berdasarkan urutan
abjad huruf pertama nama substituen.
6) Penambahan kata “asam” pada awal nama senyawa.
7) Awalan di-, tri-, sek-, ters-, tidak perlu
diperhatikan dalam penentuan urutan abjad
sedangkan awalan yang tidak dipisahkan
dengan tanda hubung (antara lain : iso-, dan
neo-) diperhatikan dalam penentuan urutan
abjad.
Referensi :

Solomon, T.W.G, Fryhle,C.B., Synder, S.A., 2016, Organic Chemistry, 12th edition, John Wiley and Sons,
Inc.

https://smartchemistry.wordpress.com/2012/02/14/tata-nama-senyawa-alkena/ (Diakses pada: Senin,


2 September 2019 pukul 19.28 WIB).

https://www.avkimia.com/2017/02/tata-nama-senyawa-aldehid-dan-keton.html (Diakses pada: Selasa,


3 September 2019 pukul 18.21 WIB).

Anda mungkin juga menyukai