Anda di halaman 1dari 3

Asal Muasal

Ketika membaca deretan daftar lomba dalam memperingati hari jadi kabupaten Pasuruan
ke-1084, saya bersyukur bahwa kabupaten Pasuruan adalah kabupaten yang dinamis, pluralis,
makmur tentu juga agamis. Ada lomba Marathon, cipta menu dari iklan , wayang kulit,
Pasuruan bermunajat dan festival Budaya Pesantren.
Masa panjang yang di lalui oleh Pasuruan sejak zaman empu Sindok dengan dengan
adanya prsasasti di dusun Suci, desa Bulusari membuat semakin sadarnya kita untuk menggali
dan mengenal sejarah. Kita akan bertanya siapa kita, siapa ibu kita bahkan kapan kebupaten ini
mulai berada.
Ketika kita kembali untuk melihat menelususri dan menengok bagaimana syarat
penetapan untuk sebuah hari jadi harus memenuhi beberapa hal :
1. Adanya periode sejarah tua;
2. Bukti tertulis dan peninggalan yang tertua;
3. Pemukiman tertua;
4. Strukutr pemerintahan tentu yang Indonesia sentris;
5. Menunjukkan kebanggaan pada peradapan lokal.
Maka akan terasa berat, karena banyak prasasti yang hilang, patung dan benda peninggalan
yang sudah tidak di Indonesia lagi. Mungkin karena banyaknya benda budaya yang ada di
Indoenesai sehingga kita acuh saja ketika benda sejarah ada e di samping kita. Bisa saja
benda sejarah dianggap rongsokan sehingga lebih layak di tukar dengan makanan singkong
misalnya.
Banyak hal yang membuat kita kurang peduli pada benda sejarah. Misalnaya cara
pendang yang berbeda. Suatu saat saya mendengar ucapan kolektor keris. Ketika penjual
keris mulai melancarkan ucapan keris ini sakti. Sang kolektor itu berkata : “Saya tak
membeli kesaktiannya, tapi keindahannya. Sebab keris yang baik, dipegang saja yang
memegang terasa gagah.” Meskipun ucapan itu mungkin sebuah strategi menurunkan harga
keris tapi itu benar. Sebab sebagian besar orang yang mempunyai keris di rumahnya
dianggap percaya tahayul, dinamisme dan sebutan yamng lain. Sehingga terasa risih jika
memiliknya. Sehingga perasaan tersebut mendorong benda semacam itu di jual. Maka
merenungkan kembali dan mengubah cara pandang terhadap benda sejarah sangat
diperlukan.
Bahkan banyak ditemukan prasasti yang sudah rusak bahkan mungkin di rusak oleh
orang yang tidak bertanggung jawab seperti Prasasti Besole, Prasasti Makam Soka di
Tulungagung dan Prasasti Sedah yang terdapat di Dusun Sedah, Desa Pule, Kecamatan
Modo.Mungkin ini adalah kurangnya peduli pada karya nenek moyang kita. Sebagai contoh
dalam pembangunan candi nenek moyang kita memperbaiki struktur tanah hingga 15 meter
ke bawah sebagai pondasi candi. Sehingga candi lebih aman dari ancaman roboh. Hal ini
terungkap dalam renovasi candi Prambanan.
Suatu saat saya mendatangi beberapa candi yang pernah mengalami pemugaran. Batu
bata yang asli peninggalan tidak berlumut. Justru yang baru sebagai tambahan atas
pemugaran sudah berlumut lebih dahulu. Saya juga menemukan batu bata candi yang
berdekatan dengan tempat air pun hanya yang paling bawah saja yang berlumut. Itupun
sedikit sekali. Kareana penasaran saya tanya pada petugas sekitar candi disitu, mengapa
batu bata asli candi tidak nerlumut meskipun kehujanan. awabanya kurang memuaskan.
Berarti ada teknologi nenek moyang yang hilang bahkan tidak dipelajari oleh generasi
berikutnya.

Dalam memperingati hari jadi kabupaten pasuruan ke-1084 yang bertema “Dengan
Semangat Hari Jadi ke-1084 Kabupaten Pasuruan Tahun 2013 , Kita Wujudkan Kerukunan, Demi
Terciptanya Kabupaten Pasuruan Yang Sejahterah Dan Maslahat (MAJU, AMAN, SEHAT LAHIR
BATIN, ADIL DAN BERMARTABAT)“kiranya sangat tepat untuk menjadikan Wong Pasuruan Sing
Pasuruan.
Zaman sekarang, kadang orang lebih mengenal seberang lautan dari pada seberang pagar, tentu
sangat merisaukan jika tidak mewariskan Sehat Lahir Batin. Dimana sehat lahir batin juga terpenuhi
dengan adanya agama. Sebagaimana Airlangga yang disebut dalam pidato sambutan bupati dalam
peringatan Hari Jadi Pasuruan ke-1084 sebagai Wong Pasuruan sebelum naik tahta menjalani hidup
sebagai pertapa dan tak putus asa ketika dalam pernikahannya di serang Wurawuri. Kemudian bangkit
kembali dengan wilayah yang meliputi Sidoarjo dan Pasuruan.
Juga merisaukan kita jika para generasi muda kita kurang mengenal Pasuruan secara utuh. Lebih
parah lagi jika kita tidak bangga terhadap daerah kita. Jika rasa bangga terhadap bangsa dan daerah
telah sirna, bagaimana kita dapat membangunnya apalagi berkorban untuknya.
Perlu ditanamkan sejak dini untuk mencintai daerah , bangsa dan negara. Sehingga semangat
membangun daerah akan sangat kuat.
Di Pasuruan juga banyak ulama yang berkaliber nasional, pondok pesantren yang masyhur dan
ekonomi yang baik. Sehingga kita harus bersyukur dalam menikmati dan menjaga Pasuruan.
Panorama yang indah, tempat religi yang banyak seharusnya menjadi penyemangat kita untuk
meningkatkan kemajuan dalam segala bidang dan meningkatkan rmartabat.
Tema dalam peringatan hari jadi kabupaten pasuruan ke-1084 adalah bentuk namaitu bersama
antara pemerintah dan masyarakat. Nawaitu ini harus dilestaraikan agar hajat kita tidak pupus di
tengah jalan. erjuanagn masih panjang, perjungan bukan saja membalik tangan tapi
mengimplemantasikan rencana dalam bentuk nyata.
Kita yakin dengan semangat dan isnpirasi dari Wong Pasuruan: Airlangga , Raden Wijaya,
Menak Sepat, Untung Surapati dan Sayid Sulaiman ditambah doa para ulama akan terwujud
Pasuruan yang Maslahat (MAJU, AMAN, SEHAT LAHIR BATIN, ADIL DAN BERMARTABAT.

Artikel Ruang Publik Radar Bromo

Bersama ini kami kirimkan “Artikel Asal Muassal “ untuk dimuat media yang Bapak/Ibu pimpin.
Semoga artikel ini layak untuk dipublikasikan. Atas bantuan yang Bapak/Ibu berikan, kami sampaikan
terima kasih.

1. Nama Lengkap : Muhammad Anas, M.PdI.


2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Tempat dan Tanggal Lahir : Pasuruan, 09 Nopember 1977
4. Kewarganegaraan : Indonesia
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : Guru MIN Beji
7.
1. Alamat : Jl. Suro No 74 RT/RW 01 Kersikan Bangil Pasuruan
2. Telpon : (0343) 7658442
3. Email : anasbgl2@gmail.com
4. No. Rekening : 0156450247
5. BNI : Cab. Pasuruan, Capem Bangil
6. NPWP : 87.313.836.6-624.000

Anda mungkin juga menyukai