Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

KISTA OVARIUM

Disusun Oleh:

Gita Kumala Dewi 140100090


Sofie Regina Herman 140100121
Dhira VindyAmanda 140100123
Dewi Gita Maharani 140100155
Syahputri Dwi Gita Kasibu 140100210
Widyadhari Rara Satya 140100224

Pembimbing:

dr. Khairani Sukatendel, M.Ked (OG), Sp.OG(K)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan paper kami yang berjudul
“Kista Ovarium”. Penulisan paper ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di
Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
kami, dr. Khairani Sukatendels, M. Ked (OG), Sp. OG yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga dapat selesai tepat pada
waktunya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan yang telah disusun ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk laporan kasus ini. Akhir kata, semoga laporan kasus ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan semua pihak yang terlibat dalam
pelayanan kesehatan di Indonesia.

Medan, 19 September 2019

Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Tujuan .............................................................................................. 1

1.3 Manfaat ............................................................................................. 2

BAB II TINJUAN PUSTAKA .................................................................... 3

2.1 Definisi Kista Ovarium ....................................................................

2.2 Anatomi Ovarium ............................................................................

2.3 Patofisiologi Kista Ovarium ............................................................

2.4 Klasifikasi Kista Ovarium ................................................................

2.5 Faktor Resiko Kista Ovarium ..........................................................

2.6 Gejala Klinis Kista Ovarium ............................................................

2.7 Diagnosis Kista Ovarium .................................................................

2.8 Komplikasi Kista Ovarium ..............................................................

2.9 Pencegahan Kista Ovarium ..............................................................

2.10 Tatalaksana Kista Ovarium ............................................................

BAB III STATUS ORANG SAKIT ...........................................................

BAB IV FOLLOW UP ................................................................................

BAB V DISKUSI KASUS ...........................................................................

BAB VI KESIMPULAN .............................................................................


1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik
maupun solid, jinak maupun ganas. Kista ovarium salah satu tumor jinak
ginekologi yang paling sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya.
Pada Tahun 2015 angka kejadian kista ovarium tertinggi ditemukan pada
negara maju dengan rata-rata 10/100.000, kecuali di Jepang (6,4/100.000).
Insiden Amerika Serikat (7,7/100.000) relatif tinggi dibandingkan dengan
angka kejadian di Asia dan Afrika.1
Kista Ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang beisi
cairan, yang tumbuh di indung telur. Cairan ini bisa berupa air, darah , nanah,
atau cairan coklat kental seperti darah menstruasi. Kista banyak terjadi pada
wanita usia subur atau usia reproduksi.1
Penyebab pasti dari penyakit kista Ovarium belum diketahui secara pasti.
Akan tetapi salah satu pemicunya adalah faktor hormonal. Penyebab
terjadinya kista ovarium ini dipengaruhi oleh banyak faktor.2
Kista ovarium merupakan salah tumor jinak dengan kantong abnormal
berisi cairan yang sering dijumpai pada wanita dimasa reproduksinya.
Diseluruh dunia terdapat sekitar 7% wanita menderita kista ovarium. Tahun
2009 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo melaporkan terdapat insidensi
428 kasus penderita kista ovarium.2,3
Faktor risiko kista ovarium berupa usia reproduktif, pasien yang sedang
menerima gonadotropin atau tamoksifen, riwayat keluarga yang kuat,
infertility, nullipara, riwayat kanker payudara.5-13 Gejala yang dirasakan
penderita kista ovarium antara lain teraba benjolan pada perut atau perut
membesar, nyeri pada perut, gangguan pad abuang air kecil atau buang air
besar, dapat juga mempengaruhi siklus haid. Penatalaksanaaan kista ovarium
tergantung beratnya gejala, usia pasien, adanya resiko keganasan dan
keinginan untuk mendapatkan anak berikutnya.4,5
2

1.2 TUJUAN

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah:


1. Untuk memahami tinjauan tentang kista ovarium
2. Dapat menerapkan teori terhadap pasien dengan kista ovarium
3. Sebagai persyaratan dalam memenuhi Kepanitraan Klinik Program Studi
Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

1.3 MANFAAT

Beberapa manfaat yang didapat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Untuk lebih memahami dan memperdalam secara teoritis tentang Kista
Ovarium
2. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi pembaca mengenai Kista
Ovarium
3

BAB II
TINJUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kista Ovarium

Kista Ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang beisi
cairan, yang tumbuh di indung telur. Cairan ini bisa berupa air, darah , nanah, atau
cairan coklat kental seperti darah menstruasi. Kista banyak terjadi pada wanita
usia subur atau usia reproduksi (Dewi, 2010). Kista ovarium juga merupakan
rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam jaringan ovarium. Kista ini
disebut juga kista fungsional karena terbentuk setelah sel telur dilepaskan sewaktu
ovulasi. Kista fungsional akan mengerut dan menyusut setelah beberapa waktu (1-
3 bulan), demikian pula yang terjadi bila seseorang perempuan sudah menopause,
kista fungsional tidak terbentuk karena menurunnya aktivitas indung telur (Yatim,
2005).

2.2 Anatomi Ovarium

Ovarium merupakan organ yang kecil berbentuk seperti buah kenari berwarna
putih dan konsistensinya agak padat. Ukuran ovarium 3 cm x 2 cm x 1cm dan
beratnya 5-8 gram. Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan,
terletak di kiri dan di kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium
terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Bagian ovarium kecil berada di
dalam ligamentum latum (hilus ovarii). Lipatan yang menghubungkan lapisan
belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesovarium. Ovarium
menghasilkan sel telur dan hormon wanita, hormon merupakan bahan kimia yang
mengontrol jalanya dari sel dan organ tertentu (Wiknjosastro,2008).

2.3 Patofisiologi Kista Ovarium

Patofisiologi Kista Ovarium Setiap indung telur berisi ribuan telur yang
masih mudah atau folikel yang setiap bulannya akan membesar dan satu
diantaranya membesar sangat cepat sehingga menjadi telur matang. Pada
4

peristiwa ovulasi telur yang matang ini keluar dari indung telur dan bergerak ke
rahim melalui saluran telur. Apabila sel telur yang matang ini dibuahi, folikel
akan mengecil dan menghilang dalam waktu 2-3 minggu dan akan terus berulang
sesuai siklus haid pada seorang wanita. Namun jika terjadi gangguan pada proses
siklus ini bisa membentuk kista. Kista juga dapat terbentuk jika fungsi ovarium
yang abnormal menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium. Folikel tidak mengalami ovulasi karena kadar
hormon FSH rendah dan hormon LH tinggi pada keadaan yang tetap ini
menyebabkan pembentukan andorogen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar
adrenal yang mengakibatkan folikel anovulasi, folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di
dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium (Corvin, 200

2.4 Klasifikasi Kista Ovarium

Menurut Yatim (2008), kista ovarium dapat terjadi di bagian korpus luteum dan
bersifat non-neoplastik.
Ada pula yang bersifat neoplastik. Oleh karena itu, tumor kista dari ovarium yang
jinak di bagi dalam dua golongan yaitu golongan non-neoplastik dan neoplastik.
Menurut klasifikasi kista ovarium berdasarkan golongan non neoplatik, kista
dapat didapati sebagai :
a. Kista OvariumNon-neoplastik
1) Kista Folikel
Kista folikel merupakan struktur normal dan
fisiologis yang berasal dari kegagalam resorbsi cairan
folikel yang tidak dapat berkembang secara sempurna.
Kista folikel dapat tumbuh menjadi besar setiap bulannya
sehingga sejumlah folikel tersebut dapat mati dengan
disertai kematian ovum. Kista folikel dapat terjadi pada
wanita muda yang masih menstruasi. Diameter kista
berkisar 2cm (Yatim, 2008).
5

Kista folikel biasanya tidak bergejala dan dapat


menghilang dalam waktu 60 hari. Jika muncul gejala,
biasanya menyebabkan interval antar menstruasi yang
sangat pendek atau panjang. Pemeriksaan untuk kista 4
cm adalah pemeriksaan ultrasonografi awal, dan
pemeriksaan ulang dalam waktu 4-8 minggu. Sedangkan
pada kista 4 cm atau kista menetap dapat diberikan
pemberian kontrasepsi oral selama 48 minggu yang akan
menyebabkan kista menghilang sendiri (Yatim, 2008).

2) Kista lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang
diluar kehamilan.Kista luteum yang sesungguhnya,
umumnya berasal dari corpus luteum hematoma.
Perdarahan kedalam ruang corpus selalu terjadi pada masa
vaskularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak jumlahnya,
terjadilah korpus leteum hematoma yang berdinding tipis
dan berwarna kekuning - kuningan. Biasanya gejala-gejala
yang di timbulkan sering menyerupai kehamilan ektopik
(Yatim, 2008).
3) Kista stain levental ovary
Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat
polykistik, permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan
berdinding tebal. Pada pemeriksaan mikroskopis akan
tampak tunika yang tebal dan fibrotik. Dibawahnya tampak
folikel dalam bermacam-macam stadium, tetapi tidak di
temukan korpus luteum. Secara klinis memberikan gejala
yang disebut stain – leventhal syndrome dan kelainan ini
merupakan penyakit herediter yang autosomaldominant
(Yatim, 2008).
6

4) Kista Korpus Luteum


Kista korpus luteum merupakan jenis kista yang
jarang terjadi. Kista korpus luteum berukuran ≥ 3 cm, dan
diameter kista sebesar 10 cm. Kista tersebut dapat timbul
karena waktu pelepasan sel telur terjadi perdarahan dan bisa
pecah yang sering kali perlu tindakan operasi (kistektomi
ovarii) untuk mengatasinya. Keluhan yang biasa dirasakan
dari kista tersebut yaitu rasa sakit yang berat di rongga
panggul terjadi selama 1460 hari setelah periode menstruasi
terakhir (Yatim, 2008)

b. Kista Ovarium Neoplastik


1) Kistoma Ovarium Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus,
biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi
besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih,
dan berwarna putih. Terapi terdiri atas pengangkatan kista
dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang di
keluarkan harus segera di periksa secara histologik untuk
mengetahui apakah ada keganasan atau tidak (Setiati,
2009).
2) Kista Dermoid
Sebenarnya kista dermoid ialah satu terotoma kistik
yang jinak dimana stuktur-stuktur ektodermal dengan
diferensiasi sempurna, seperti epital kulit, rambut, gigi dan
produk glandula sebasea berwarna putih kuning
menyerupai lemak nampak lebih menonjol dari pada
elemen-elemen entoderm dan mesoderm.Tidak ada ciri-ciri
yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan
putih, keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor
7

sebagian kistik kenyal, dan dibagian lain padat. Sepintas


lalu kelihatan seperti kista berongga satu (Setiati, 2009).
3) Kista Endometriois
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian
endometrium yang berada di luar rahim. Kista ini
berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan
endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri
hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.(Setyorini,
2014).
4) Kista denoma Ovarium Musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti.
Namun, kista tersebut bisa berasal dari suatu teroma
dimana dalam pertumbuhannya satu elemen
menghalangkan elemen–elemen lain. Selain itu, kista
tersebut juga berasal dari lapisan germinativum (Rasjidi,
2010).
Penangan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika
pada operasi tumor sudah cukup besar sehingga tidak
tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya di
lakukan pengangkatan ovariam beserta tuba (salpingo –
ooforektomi) (Rasjidi, 2010).
5) Kista denoma Ovarium Serosum
Pada umumnya kista ini tidak mencapai ukuran
yang amat besar dibandingkan dengan kistadenoma
musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, kista serosum
pun dapat berbentuk multilokuler meskipun lazimnya
berongga satu. Terapi pada umumnya sama seperti pada
kistadenoma musinosum. Hanya berhubung dengan lebih
besarnya kemungkinan keganasan, perlu di lakukan
pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan.
Bahkan kadang-kadang perlu di periksa sediaan yang di
8

bekukan pada saat operasi untuk menentukan tindakan


selanjutnya pada waktu operasi (Rasjidi, 2010).

2.5 Faktor Resiko Kista Ovarium

Penyebab pasti dari penyakit kista Ovarium belum diketahui secara pasti.
Akan tetapi salah satu pemicunya adalah faktor hormonal. Penyebab terjadinya
kista ovarium ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berhubungan.
Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kista ovarium adalah
sebagai berikut:

a. Faktor Umur
Kista sering tejadi pada wanita usia subur atau usia reproduksi, keganasan
kista ovarium bisa terjadi pada usia sebelum menarche dan usia di atas 45
tahun (Manuaba, 2009). Menurut penelitian Azhar (2014), kista ovarium di
Peshawar, Pakistan, penderita kista ovarium paling banyak terjadi pada
wanita umur 21- 30 tahun (46,0 %).
b. Faktor Genetik
Riwayat keluarga merupakan faktor penting dalam memasukkan apakah
seseorang wanita memiliki risiko terkena kista ovarium. Resiko wanita
terkena kista ovarium adalah sebesar 1,6%. Apabila wanita tersebut
memiliki seorang anggota keluarga yang mengindap kista, risikonya akan
meningkat menjadi 4% sampai 5% (Rasjidi, 2009). Dalam tubuh kista ada
terdapat gen-gen yang berpotensi memicu kanker yaitu protoonkogen.
Karena faktor pemicu seperti pola hidup yang kurang sehat, protoonkogen
bisa berubah menjadi onkogen yaitu gen yang dapat memicu timbulnya sel
kanker.
c. Faktor Reproduksi
Riwayat reproduksi terdahulu serta durasi dan jarak reproduksi memiliki
dampak terbesar pada penyakit kista ovarium, paritas (ketidaksuburan)
yang rendah dan infertilitas, serta menarche dini dan menopause terlambat
meningkatkan resiko untuk berkembang menjadi kista ovarium (Rasjidi,
9

2009). Kista ovarium sering terjadi pada wanita dimasa reproduksi,


menstruasi di usia dini (menarche dini) yaitu usia 11 tahun atau lebih muda
(< 12 tahun) merupakan faktor risiko berkembangnya kista ovarium,
karena faktor asupan gizi yang jauh lebih baik , rata-rata anak perempuan
mulai memperoleh haid pada usia 10-11 tahun. Siklus haid yang tidak
teratur juga merupakan faktor risiko terjadinya kista ovarium (Manuaba,
2010). Pada wanita usia subur dan sudah menikah serta memiliki anak,
biasanya mereka menggunakan alat kontrasepsi hormonal merupakan
faktor resiko kista ovarium, yaitu pada wanita yang menggunakan alat
kontrasepsi hormonal implant, akan tetapi pada wanita yang menggunakan
alat kontrasepsi hormonal berupa pil cenderung mengurangi resiko untuk
terkena kista ovarium (Henderson, 2005). Berdasarkan penelitian Pratama
(2012), Kista Ovarium di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau tahun 2008
- 2012, penderita kista ovarium banyak terjadi pada wanita dengan paritas
< 2 ada sebanyak 36 orang (50,1 %). Penderita kista ovarium berdasarkan
riwayat menarche paling banyak terjadi pada wanita menarche dini sebesar
42 orang (58,3%).
d. Faktor Hormonal
Kista ovarium dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen
dan progesteron, misalnya akibat penggunaan obat-obatan yang
merangsang ovulasi dan obat pelangsing tubuh yang bersifat diuretik.
Kista fungsional dapat terbentuk karena stimulasi hormon gonadotropin
atau sensitivitas terhadap hormon gonadotropin yang berlebihan. Hormon
gonadotropin termasuk FSH (Folikel Stimulating) dan HCG (Human
Chorionik Gonadotropin) (Wiknjosastro, 2008 ).
e. Faktor Lingkungan
Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak
memberikan andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, dan
sosial ekonomi. Perubahan gaya hidup juga mempengaruhi pola makan
yaitu konsumsi tinggi lemak dan rendah serat, merokok, konsumsi alkohol,
zat tambahan pada makanan, terpapar polusi asap rokok atau zat berbahaya
10

lainya, stress dan kurang aktivitas atau olahraga bisa memicu terjadinya
suatu penyakit ( Busta
2.6 Gejala Kista Ovarium
A. Gejala Klinis Secara Umum
Menurut Yatim Faisal, (2005) gejala kista secara umum, antara lain :
a) Rasa nyeri di rongga panggul disertai rasa gatal.
b) Rasa nyeri sewaktu bersetubuh atau nyeri rongga panggul kalau
tubuh bergerak.
c) Rasa nyeri saat siklus menstruasi selesai, pendarahan menstruasi
tidak seperti biasa. Mungkin perdarahan lebih lama, lebih pendek
atau tidak keluar darah menstruasi pada siklus biasa, atau siklus
menstruasi tidak teratur
d) Perut membesar .
B. Gejala Klinis Kista Ovarium
Ada pun gejala klinis kista ovarium:
a) Pembesaran, tumor yang kecil mungkin diketahui saat melakukan
pemeriksaan rutin. Tumor dengan diameter sekitar 5 cm , dianggap
belum berbahaya kecuali bila dijumpai pada ibu yang menopause
atau setelah menopause. Besarnya tumor dapat menimbulkan
gangguan berkemih dan buang air besar terasa berat di bagian
bawah perut, dan teraba tumor di perut.
b) Gejala gangguan hormonal , indung telur merupakan sumber
hormon wanita yang paling utama sehingga bila terjadi
pertumbuhan tumor dapat mengganggu pengeluaran hormon.
Gangguan hormon selalu berhubungan dengan pola menstruasi
yang menyebabkan gejala klinis berupa gangguan pola menstruasi
dan gejala karena tumor mengeluarkan hormon.
c) Gejala klinis karena komplikasi tumor. Gejala komplikasi tumor
dapat berbentuk infeksi kista ovarium dengan gejala demam, perut
sakit, tegang dan nyeri, penderita tampak sakit. Mengalami torsi
11

pada tangkai dengan gejala perut mendadak sakit hebat dan


keadaan umum penderita cukup baik (Manuaba, 2009)
2.7 Diagnosis Kista Ovarium
a. Anamnesa lengkap merupakan bagian penting dari diagnosis tumor
adneksa. Pertanyaan tentang rasa nyeri, lokasi, dan derajat nyeri serta
kapan mulai timbulnya rasa nyeri tersebut akan memudahkan penegakan
diagnosis. Anamnesa seperti keluhan klinik kista ovarium ringan karena
besarnya tumor dan keluhan mendadak akibat komplikasi kista ovarium.
b. Pemeriksaan fisik:
 Fisik umum sebagai tanda vitalnya.
 Pemeriksaaan palpasi: teraba tumor di abdomen (bentuk kista padat),
bergerak, terasa nyeri atau tidak nyeri.
 Pemeriksaan dalam: melihat letak tumor apakah melekat dengan
uterus.
 Pemeriksaan spekulom : melihat servik dilakukan biopsi atau PAP
smear.
 Pemeriksaan rektal : memberikan konfirmasi jelas tentang
keberadaan tumor (Manuaba, 2010 ).
c. Kista ovarium dapat dilakukan pemeriksan lanjut yang dapat
dilaksanakan dengan :
 Laparoskopi : pemeriksaan ini Sangat berguna untuk mengetahui
apakah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan
sifat-sifat tumor itu.
 Ultrasonografi : dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan
batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau
kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat
dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan
yang tidak.
 Foto rontgen : pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks.
12

 CA-125 : memeriksa kadar protein di dalam darah yang disebut CA-


125. Kadar CA-125 juga meningkat pada perempuan subur,
meskipun tidak ada proses keganasan. Tahap pemeriksaan CA-125
biasanya dilakukan pada perempuan yang berisiko terjadi proses
keganasan, kadar normal CA-125 (0-35 u/ml).
 Parasentensis pungsi asites : berguna untuk menentukan sebab asites.
Perlu diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan
kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk
(Wiknjosastro,2008)
2.8 Komplikasi Kista Ovarium
Komplikasi kista ovarium diantaranya:
a. Torsi kista ovarium
Torsi kista ovarium biasanya terjadi saat hamil/pascapartum. Keluhannya
nyeri perut mendadak, mual dan muntah, torsi menahun tidak dirasakan
karena perlahan-lahan sehingga tidak banyak menimbulkan rasa nyeri
abdomen, timbulnya torsi karena ada tumor dalam perut. Terapi yang
dilakukan adalah tindakan laparotomi.
b. Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi trauma abdomen, langsung pada kistanya.
Keluhan seperti trauma diikuti rasa nyeri mendadak. Perdarahan
menimbulkan pembesaran kista dan memerlukan tindakan laparotomi.
Tidak ada patokan mengenai ukuran besar kista yang berpotensi pecah.
Ada kista yang berukuran 5 cm sudah pecah, namun ada pula yang sampai
berukuran 20 cm belum pecah. Pecahnya kista menyebabkan pembuluh
darah robek dan menimbulkan terjadinya perdarahan.
c. Infeksi kista ovarium
Infeksi pada kista terjadi akibat infeksi asenden dari serviks, tuba dan
menuju lokus ovulasi, sampai abses. Keluhan infeksi kista ovarii yaitu
badan panas, nyeri pada abdomen, perut terasa tegang, diperlukan
pemeriksaan laparotomi dan laboratorium untuk mengetahui adanya
infeksi pada kista.
13

d. Ruptura kapsul kista


Ruptur kapsul kista terjadi karena akibat dari perdarahan mendadak,
infeksi kista dengan pembentukan abses membesar ruptura. Diperlukan
tindakan laparotomi untuk mengetahui terjadinya ruptura kapsul kista.
e. Degenerasi ganas
Degenerasi ganas berlangsung pelan “ silent killer”. Terdiagnosa setelah
stadium lanjut, diagnosa dini karsinoma ovarium menggunakan
pemeriksaan tumor marker CA 125 untuk mengetahui terjadinya
degenerasi ganas (Manuaba, 2010).
2.9 Pencegahan Kista Ovarium
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer yaitu tindakan pencegahan bila penyakit kista
ovarium belum muncul. Upaya pencegahan primer dapat dilakukan
dengan memberikan informasi mengenai kista ovarium. Gaya hidup yang
tidak sehat dapat memicu terjadinya penyakit kista ovarium. Risiko kista
ovarium fungsional meningkat dengan merokok. Risiko dari merokok
mungkin meningkat lebih lanjut dengan indeks massa tubuh menurun.
Selain dikarenakan merokok pola makan yang tidak sehat seperti
konsumsi tinggi lemak, rendah serat, konsumsi zat tambahan pada
makanan, konsumsi alkohol dapat juga meningkatka risiko penderita
kista ovarium (Bustam, 2007).
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit
dan mencegah terjadinya komplikasi penyakit kista melalui upaya
diagnosa dini serta pengobatan yang tepat (Asmadi, 2008). Kista
nonneoplastik akibat peradangan umumnya dalam anamnesis
menunjukkan gejala - gejala ke arah peradangan genital. Kista
nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan diantaranya pada suatu
waktu biasanya menghilang sendiri. Jika kista ovarium itu bersifat
neoplastik, maka perlu pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam
14

dari gejala - gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan


diagnosis diferensial.
2.10 Tatalaksana Kista Ovarium
Adapun penatalaksanaan kista ovarium dibagi atas dua metode:
1. Terapi Hormonal
Pengobatan dengan pemberian pil KB (gabungan estrogen-
progresteron) boleh ditambahkan obat anti androgen progesteron
cyproteron asetat yang akan mengurangi ukuran besar kista. Untuk
kemandulan dan tidak terjadinya ovulasi, diberikan klomiphen sitrat.
Juga bisa dilakukan pengobatan fisik pada ovarium,
misalnyamelakukan diatermi dengan sinar laser.
2. Terapi Pembedahan /Operasi
Pengobatan dengan tindakan operasi kista ovarium perlu
mempertimbangkan beberapa kondisi antara lain, umur penderita,
ukuran kista, dan keluhan. Apabila kista kecil atau besarnya kurang
dari 5 cm dan pada pemeriksaan Ultrasonografitidak terlihat tanda-
tanda proses keganasan, biasanya dilakukan operasi dengan
laparoskopi dengan cara, alat laparoskopi dimasukkan ke dalam
rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut.
Apabila kista ukurannya besar, biasanya dilakukan pengangkatan kista
dengan laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total.
Dengan cara laparatomi, kista bisa diperiksa apakah sudah mengalami
proses keganasan atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan,
dilakukan operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba,
jaringan lemak sekitar dan kelenjar limpe (Yatim, 2005).
15

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Kista ovarium.


Available online: http://www.Medinuc.com dinkes. Diakses tanggal 12
Nov 2017
2. Saifuddin AB. Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta.
Yayasan Bina Pustaka. 2002 : 558-562
3. Joedosapoetro MS. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital. Ilmu Kandungan
Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2009: 38-41
4. Berek J.S, Adashi E.Y, Hillard P.A. Benign Disease of The Female
Reproductive Tract Symtoms and Sing in Novak’s gynecology, 12th Ed,
Wiliam & Wilkins, USA, 1996: p.361-377
5. T Greenlee R, Kessel B, R Craig, Riley Thomas. Prevalence, incidence
and natural history of simple ovarian cysts among women over age 55 in a
large cancer screening trial.Am J Obstet Gynecol.2010;202 (4):373-9.
6.
1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/60328/Chapter
%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai