Nidya Oktarini
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan nitrogen dan sulfur pada ensilase
jerami ubi jalar terhadap konsentrasi NH3 dan VFA (in vitro) dan mengetahui persentase penambahan
nitrogen dan sulfur yang menghasilkan konsentrasi NH3 dan VFA (in vitro) paling tinggi. Penelitian
dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan rancangan rancangan acak lengkap. Perlakuan
yang diuji adalah P0= ensilase jerami ubi jalar dengan penambahan 3% molases, 0% nitogen dan 0%
sulfur, P1= ensilase jerami ubi jalar dengan penambahan 3% molases, 1% nitogen dan 0,075% sulfur,
P2= ensilase jerami ubi jalar dengan penambahan 3% molases, 2% nitogen dan 0,15% sulfur, P3=
ensilase jerami ubi jalar dengan penambahan 3% molases, 3% nitrogen dan 0,225% sulfur. Setiap
perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah konsentrasi NH3
dan VFA silase jerami ubi jalar. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh penambahan nitrogen
dan sulfur pada ensilase jerami ubi jalar sehingga perbedaan taraf penambahan nitrogen dan sulfur
yang semakin tinggi menghasilkan konsentrasi NH3 dan VFA yang semakin tinggi pula. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah penambahan sumber nitrogen 3% dan sulfur 0,225% pada ensilase jerami ubi
jalar memberikan pengaruh terhadap peningkatan konsentrasi Amonia (NH3) dan asam lemak terbang
(VFA) secara in vitro dan penambahan nitrogen 3% dan sulfur 0,225% menghasilkan konsentrasi NH3
(8,65 mM) dan VFA (135,4 mM) (in vitro) paling tinggi.
Abstract
The aim of study is to determine the effect of nitrogen and sulphur addition on sweet potato (Ipomea
batatas L.) roughage ensilage to NH3 and VFA concentration (in vitro) and knowing the percentage of
nitrogen and sulphur additions to the concentration of NH3 and VFA (in vitro) highest. Research used
experimental methods with completely randomized design. There are four treatments namely P0=
sweet potato roughage ensilage with 3% molasses, 0% nitogen and 0% sulphur, P1= sweet potato
roughage ensilage with 3% molasses, 1% nitogen and 0,075% sulphur, P2= sweet potato roughage
ensilage with 3% molasses, 2% nitogen and 0,15% sulphur, P3= sweet potato roughage ensilage with
3% molasses, 3% nitrogen and 0,225% sulphur. Each treatment was repeated five times. The
variables measured were NH3 and VFA concentration on sweet potato roughage silage. The results
showed the effect of nitrogen and sulphur in the sweet potato roughage ensilage so that differences in
the level of the addition of nitrogen and sulphur which produces higher concentrations of NH3 and
VFA are also high. The result of the research showed that addition of nitrogen up to 3% and sulphur
up to 0.225% at ensilase roughage sweet potato to give effect to an increase in the concentration of
ammonia (NH3) and volatile fatty acids (VFA) in vitro and adding 3% nitrogen and sulfur 0.225%
NH3 concentration produce (8.65 mM) and VFA (135.4 mM) (in vitro) the highest.
PENDAHULUAN
pakan yang kualitas dan kuantitasnya terjamin. Pakan menjadi salah satu faktor penentu
dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas ternak, kualitas produk peternakan,
maupun keuntungan usaha, sehingga pakan dapat dinyatakan sebagai faktor dominan yang
ruminansia membutuhkan hijauan dengan ketersediaan dalam jumlah banyak karena pada
ternak ruminansia hijauan merupakan pakan utama. Salah satu sumber hijauan untuk
Ketersedian ubi jalar di Jawa Barat setiap tahun mengalami peningkatan, pada tahun
2011 produksinya mencapai 429.378 ton, tahun 2012 produksinya mencapai 436.577 ton, dan
tahun 2013 produksinya sebanyak 485.065 ton (BPS,2014). Ketersediaan ubi jalar tidak
kontinyu sepanjang tahun, pada saat tertentu dapat tersedia dalam jumlah melimpah, hal ini
disebabkan serentaknya waktu panen yang mengakibatkan ketersediaan ubi jalar melimpah
dan karena termasuk bahan dengan kandungan air tinggi, pakan menjadi mudah rusak.
Berdasarkan keadaan tersebut diperlukan pengolahan pada jerami ubi jalar, melalui
pengawetan.
Penambahan nitrogen dan sulfur pada ensilase jerami ubi jalar dapat meningkatkan
aktivitas dan pertumbuhan mikroba dalam proses ensilase. Dinamika proses ensilase yang
melibatkan mikroba dan substrat berupa zat makanan akan menghasilkan produk metabolit
seperti asam laktat yang berfungsi untuk menekan pertumbuhan bakteri pembusuk yang tidak
diharapkan ada pada produk silase. Produk metabolit ini yang terdapat dalam silase, bila
mikroba rumen. Salah satu pengaruh tersebut selama proses fermentasi dalam rumen
diharapkan meningkatkan konsentrasi NH3 dan VFA sebagai hasil fermentasi protein dan
karbohidrat.
metode ini lebih tepat digunakan dibandingkan dengan metode in vivo terutama jika zat
makanan yang terkandung dalam bahan pakan tidak mencukupi kebutuhan ternak. In vitro
Pengaruh Pemberian Nitrogen dan Sulfur ........................................................................ Nidya Oktarini
merupakan simulasi proses pencernaan pada tubuh ternak dengan biaya yang relatif lebih
murah dan mudah dengan mendapatkan nilai manfaat suatu bahan pakan melalui penentuan
fermentabilitasnya dalam rumen berdasarkan indicator nilai produksi NH3 dan VFA.
pengaruh penambahan nitrogen dan sulfur pada ensilase jerami ubi jalar ( Ipomoea batatas
Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang dianalisis adalah taraf
penambahan nitrogen (N) dan sulfur (S) pada proses ensilase jerami ubi jalar. Adapun
susunan perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu P0 = ensilase jerami ubi jalar
dengan penambahan 3% molases, 0% nitrogen dan 0% sulfur ; P1 = ensilase jerami ubi jalar
dengan penambahan 3% molases, 1% nitrogen dan 0,075% sulfur ; P2 = ensilase jerami ubi
jalar dengan penambahan 3% molases, 2% nitrogen dan 0,15% sulfur ; P3 = ensilase jerami
ubi jalar dengan penambahan 3% molases, 3% nitrogen dan 0,225% sulfur. Untuk melihat
pengaruh perlakuan, dilakukan analisis ragam dan untuk melihat perbedaan antar perlakuan,
4. Uji In vitro dengan lama inkubasi selama 3 jam dan dilakukan pengocokan secara
5. Setelah tiga jam tabung fermentor dibuka dan ditetesi HgCl2 jenuh guna mensterilkan
mikroba. Tabung kemudian disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit.
Bagian yang cair (supernatan) diambil untuk digunakan analisis VFA dan NH3.
Pengaruh Pemberian Nitrogen dan Sulfur ........................................................................ Nidya Oktarini
Berdasarkan hasil pengamatan pada konsentrasi NH3, didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 1. Konsentrasi NH3 Silase Jerami Ubi Jalar
Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
...........................................mM.........................................
1 6,20 6,35 8,05 8,60
2 5,90 6,65 7,95 8,65
3 6,35 6,40 7,60 8,45
4 5,95 6,90 7,90 8,5
5 6,35 6,90 7,95 9,05
Rata-rata 6,15 6,64 7,89 8,65
Keterangan :
P0 = ensilase jerami ubi jalar dengan penambahan 3% molases, 0% nitrogen dan 0% sulfur
P1 = ensilase jerami ubi jalar dengan penambahan 3% molases, 1% nitrogen dan 0,075% sulfur
P2 = ensilase jerami ubi jalar dengan penambahan 3% molases, 2% nitrogen dan 0,15% sulfur
P3 = ensilase jerami ubi jalar dengan penambahan 3% molases, 3% nitrogen dan 0,225% sulfur
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 1 ensilase jerami ubi jalar menghasilkan
konsentrasi NH3 dengan kisaran rata-rata antara 6,15 mM – 8,65 mM. Hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh berbeda nyata ( P ≤ 0,05 ) terhadap
konsentrasi NH3 ensilase jerami ubi jalar.
Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pemberian nitrogen dan sulfur
menghasilkan NH3 yang rendah dibandingkan NH3 yang terus meningkat seiring dengan
perlakuan penambahan nitrogen dan sulfur yang terus meningkat. Sutardi (1980),
menyatakan bahwa kadar amonia dalam cairan rumen berkisar antara 4-12 mM.
Hal ini menunjukkan bahwa penambahan nitrogen dan sulfur pada ensilase jerami ubi
jalar dengan berbagai taraf penggunaan pada penelitian ini memberikan pengaruh terhadap
peningkatan konsentrasi NH3 dan mampu menghasilkan silase jerami ubi jalar dengan
kualitas baik dari segi fermentabilitasnya. Peningkatan NH3 ini disebabkan oleh peningkatan
taraf pemberian nitrogen dan terdapat protein dalam pakan yang mudah larut, sehingga mudah
difermentasi menjadi NH3. Kondisi ini dapat menyebabkan jumlah bakteri proteolitik seperti
bakteri yang mempunyai kemampuan untuk memecah protein, asam amino dan peptide lain
Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan, maka dilakukan analisis jarak berganda
dan sulfur yang menghasilkan konsentrasi NH3 paling tinggi diperoleh pada perlakuan empat
dengan 3% nitrogen dan 0,225% sulfur. Perlakuan P0 sampai dengan P3 terdapat perbedaan
konsentrasi NH3. Berdasarkan konsentrasi NH3 yang diperoleh pada setiap perlakuan dapat
diketahui bahwa penggunaan nitrogen dan sulfur dalam ensilase jerami ubi jalar memberikan
sumber nitrogen dan sulfur mengasilkan NH3 yang rendah, hal ini disebabkan karena sebagian
besar sumber nitrogen tidak didegradasi menjadi NH3 oleh mikroba rumen, tetapi digunakan
untuk pertumbuhan mikroba rumen yang didukung oleh ketersediaan nitrogen dan sulfur yang
mencukupi kebutuhan mikroba. Sesuai dengan pendapat Soebarinoto dkk. (1991), aditif yang
diberikan telah dimanfaatkan oleh mikroba rumen sebagai sumber N untuk sintesis protein
mikroba.
NH3 yang tinggi dipengaruhi oleh tingkat kelarutan protein dalam pakan tersebut,
semakin tinggi kelarutan protein dari suatu bahan, maka protein tersebut semakin mudah
didegradasi di dalam rumen. Selanjutnya dijelaskan oleh Sutardi (1979), bahwa mutu protein
pada bahan pakan sangat beragam kelarutannya dan berbeda kemampuannya dalam
menghasilkan NH3 bagi mikroba rumen dan berbeda potensinya dalam menyediakan protein
Pengaruh Pemberian Nitrogen dan Sulfur ........................................................................ Nidya Oktarini
yang lolos dari degradasi dalam rumen, kepekaannya terhadap protease pasca rumen dan nilai
hayatinya. Semakin tinggi NH3 dalam rumen, mengindikasikan terdapat protein yang mudah
Produksi NH3 dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Wohlt dkk. (1976) produksi
NH3 dipengaruhi oleh waktu setelah makan dan umumnya produksi maksimum dicapai pada
2-4 jam setelah pemberian pakan yang bergantung kepada sumber protein yang digunakan
Berdasarkan hasil pengamatan pada konsentrasi VFA, didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 3. Konsentrasi VFA Silase Jerami Ubi Jalar
Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
………………………..mM…………………………..
1 92 114 122 138
2 106 110 126 134
3 84 110 127 133
4 104 104 129 130
5 102 113 129 142
Rata-rata 97,6 110,2 126,6 135,4
Keterangan :
P0 = ensilase jerami ubi jalar dengan penambahan 3% molases, 0% nitrogen dan 0% sulfur
P1 = ensilase jerami ubi jalar dengan penambahan 3% molases, 1% nitrogen dan 0,075% sulfur
P2 = ensilase jerami ubi jalar dengan penambahan 3% molases, 2% nitrogen dan 0,15% sulfur
P3 = ensilase jerami ubi jalar dengan penambahan 3% molases, 3% nitrogen dan 0,225% sulfur
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa konsentrasi VFA yang dihasilkan berkisar
antara 97,6 – 135.4 mM. Hasil analisis statistik menggunakan analisis ragam menunjukkan
bahwa perlakuan memberikan pengaruh berbeda nyata ( P ≤ 0,05 ) terhadap konsentrasi VFA
VFA yang dihasilkan dari masing-masing perlakuan masih dalam kisaran normal. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Sutardi (1980), bahwa kadar VFA yang dibutuhkan untuk
karbohidrat pada saat ensilase berlangsung menjadi gula dan pati yang mudah dicerna
sehingga pada saat tiga jam inkubasi menghasilkan VFA dengan kisaran 97,6 – 135.4 mM.
Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan, maka dilakukan analisis jarak berganda
dan sulfur yang menghasilkan konsentrasi VFA paling tinggi diperoleh pada perlakuan
dengan 3% nitrogen dan 0,225% sulfur. Berdasarkan konsentrasi VFA pada setiap perlakuan
dapat diketahui bahwa penggunaan nitrogen dan sulfur dalam ensilase jerami ubi jalar
dalam rumen, hal ini dikarenakan pada saat ensilase berlangsung terjadi perombakan gula dan
pati, peningkatan gula dalam pakan ini dipengaruhi pula dengan perbedaan penambahan
nitrogen dan sulfur, semakin tinggi taraf pemberian sumber nitrogen dan sulfur semakin
meningkatnya perombakan makanan oleh mikroba menjadi gula sederhana, sehingga dapat
Imbangan yang tepat akan mempengaruhi kerja mikroba selama ensilase berlangsung
untuk sintesis protein mikrobial, sehingga dapat mempengaruhi fermentasi dan meningkatkan
kecernaan silase jerami ubi jalar. Nitrogen digunakan oleh mikroba rumen untuk sintesis asam
amino yang kemudian dimanfaatkan sebagai penyusun sel untuk pertumbuhan mikroba,
sedangkan sulfur digunakan untuk sintesis asam amino yang memiliki gugus sulfat seperti
methionin, sistein dan sistin. (Bird, 1973).
Pengaruh Pemberian Nitrogen dan Sulfur ........................................................................ Nidya Oktarini
Terpenuhinya kebutuhan nitrogen dan sulfur yang berfungsi dalam pembentukan sel
menjadi optimal, sehingga populasi bakteri dalam proses ensilase menjadi seimbang, bakteri
pada proses ensilase menghasilkan asam laktat yang menyebabkan terjadinya proses
pelonggaran ikatan lignoselulosa dan lignohemiselulosa pada substrat jerami ubi jalar dan
mengubah karbohidrat dalam bentuk kompleks menjadi gula sederhana. Sehingga produksi
VFA meningkat karena selulosa, hemiselulosa dan gula sederhana lebih mudah didegradasi
Konsentrasi VFA sangat dipengaruhi oleh jenis pakan, VFA yang tinggi menunjukkan
pakan tersebut mudah difermentasi oleh mikroba rumen. Tingginya konsentrasi VFA
dipengaruhi oleh adanya perbedaan kandungan karbohidrat dari hijauan pakan, selain itu
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitan dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
(1) Penambahan sumber nitrogen dan sulfur sampai 3% dan 0,225% pada ensilase
jerami ubi jalar memberikan pengaruh terhadap peningkatan konsentrasi amonia
(NH3) dan asam lemak terbang (VFA) secara in vitro.
(2) Penambahan nitrogen 3% dan sulfur 0,225% menghasilkan konsentrasi NH3 (8,65
mM) dan VFA (135,4 mM) in vitro paling tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2014. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pangan Ubi
Jalar di Indonesia. [Online]. Tersedia pada http.//www.bps.id/tnmn-pgn.php?eng=0
(diakses 03 Desember 2014).
Bird, P.R. 1973. Sulphur Metabolism and Excretion Studies in Ruminant. Aust. J. biol. Sci.
25:1073-85.
Ensminger, M. E., J. E. Oldfield, and W. W. Hineman. 1990. Feed and Nutrition. 2nd Edition.
The Ensminger Publishing Company, California.
Soebarinoto, S. Chuzami, dan Mashudi. 1991. Ilmu Gizi Ruminansia. Universitas Brawijaya,
Malang
Pengaruh Pemberian Nitrogen dan Sulfur ........................................................................ Nidya Oktarini
Sutardi, T. 1979. Ketahanan Protein Bahan Makanan terhadap Degradasi oleh Mikroba
Rumen dan Manfaatnya Bagi Peningkatan Produktivitas Ternak. Prosiding Seminar
Penelitian dan Penunjang Peternakan, LPP. Bogor. Buku 2. Hal 91-103
Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi, Jilid I. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Wohlt, J. E., J. H. Clark, and F. S. Balaisdell. 1976. Effects of Sampling Location, Time and
Method onConcentration of Ammonia Nitrogen in Rumen Fluid. J. Dairy Sci. 59
(3):459 - 64