Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyelenggaraan jalan dalam kota, khususnya pada kawasan
terbangun dalam kota,menjadi demikian strategis bagi pembangunan
nasional dan daerah sehingga tingkat pelayanan jalan harus dijaga
padatingkat yang tinggi, yaitu pada tingkat pelayanan B sebagaimana
hal ini diamanatkanoleh PerMen No.14 tahun 2006 tentang
manajemen dan rekayasa lalu lintas, namun demikian pada
kenyataan dilapangan jalan-jalan arteri primer, arteri sekunder,
kolektor primer dan kolektor sekunder mengalami distorsi yang sangat
tinggi yang menurunkan tingkat pelayanan yang diharapkan. Hal ini
disebabkan oleh karena jalan-jalan tersebut terkena dampak langsung
dari perkembangan kota maupun kawasan yang dilaluinya dimana
pengendalian dan pembatasan penggunaan ruang sepanjang jalan
sulit untuk dilakukan.
Tingginya perkembangan kota maupun kawasan terbangun
dan lemahnya pengawasan rencana pemanfaatan lahan terutama di
sekitar jalan mengakibatkan pola pemanfaatan lahan disekitar jalan
tidak terkendali. Perkembangan berbagai aktifitas di sekitar jalan
seperti perumahan, pusat perdagangan, pertokoan dan aktifitas
lainnya mengakibatkan hambatan samping ruas jalan semakin tinggi
yang pada akhirnya mengurangi kapasitas jalan.Bercampurnya arus
lalu lintas dalam kota dengan arus menerus akibat tidak tersedianya
jalan kolektor untuk lalu lintas dalam kota mengakibatkan tingkat
pelayanan ruas jalan maupun persimpangan menurun yang
dicerminkan dengan rendahnya kecepatan rata-rata ruas,
bertambahnya tundaan di persimpangan yang pada akhirnya
memperpanjang waktu perjalanan.
Permasalahan lalu lintas yang sering dijumpai di daerah
perkotaan adalah kemacetan, tundaan, kecelakaan dan gangguan
lalu lintas lainnya yang pada akhirnya akan menyebabkan kerugian
waktu, biaya dan kerugian lainnya yang tidak sedikit nilainya bagi para
pengguna jalan. Hal ini juga akibat kurang disiplinnya pengguna jalan
itu sendiri. Permasalahan kemacetan biasanya timbul karena
beberapa faktor, yaitu tingginya tingkat urbanisasi, pesatnya tingkat
pertumbuhan jumlah kendaraan dan kepemilikan kendaraan, dan

1
sistem angkutan umum perkotaan yang tidak efisien serta tidak
tertibnya para pengguna jalan.
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas (MRLL) adalah
serangkaian usaha dan kegiatan yang meliputi perencanaan,
pengadaan, pemasangan, pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas
perlengkapan jalan dalam rangka mewujudkan, mendukung dan
memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu
lintas.
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas dilaksanakan untuk
mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas
dalam rangka menjamin keamanan, keselamatan, ketertiban dan
kelancaran LLAJ (Lalu Lintas Angkutan Jalan).
Sasaran-sasaran dari Manajemen Rekayasa Lalu Lintas yaitu
Mengatur dan menyederhanakan lalu lintas dengan melakukan
pemisahan terhadap tipe, kecepatan dan pemakaian jalan yang
berbeda untuk meminimumkan gangguan lalu lintas, Mengurangi
tingkat kemacetan lalu lintas dengan menaikkan kapasitas atau
mengurangi volume lalu lintas pada suatu jalan, Melakukan
optimalisasi ruas jalan dengan menentukan fungsi dari jalan dan
kontrol terhadap aktivitas-aktivitas yang tidak cocok dengan fungsi
jalan tersebut.
Pasal 2 KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa
Lalu Lintas di Jalan, menyebutkan bahwa manajemen dan rekayasa
lalu lintas dilaksanakan dengan tujuan untuk mengoptimalkan
penggunaan jaringan jalan guna meningkatkan keselamatan,
ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan, dengan ruang lingkup
seluruh jaringan jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten/kota
dan jalan desa yang terintegrasi, dengan mengutamakan hirarki jalan
yang lebih tinggi.
Kepadatan kawasan dan perkembangan Kota Bau-Bau yang
cukup signifikan khususnya pusat kawasan CBD (Central Business
District) termasuk beberapa area di antanya
(kawasanPelabuhanMurhum, PasarSentralBau-Bau) dimana pada
kawasan tersebut merupakankawasan Kota lama Bau-Baudan pusat-
pusat bangkitan perjalanan yang menimbulkan permasalahan lalu
lintas, khususnya pada kawasan-kawasan terbangun di seputar CBD
tersebut khususnya saat jam-jam tertentu di saat aktifitas perjalanan
atau pergerakan orang dan kendaraan mencapai puncaknya.
Pontensi permasalahan laulintas pada di Kota Bau-Bau akan
muncul baik jangka pendek maupun jangka panjang hal ini dibarengi

2
dengan pertumbuhan kendaran pribadi maupun angkutan kota lainya
yang semakin meningkat setiap saat ataupun setiap tahun.
Kawasan CBD adalah kawasan yang jumlah akumulasi aktifitas
ruangnya sangat tinggi akibat dari bangkitan dan tarikan lalu lintas,
hal ini berdampak pada kinerja ruas jalan berpotensi menimbulkan
permasalahan yang sangat kompleks seperti kemacetan,
kecelakan/konflik lalulintas dan pejalan kaki, tundaan, antrian, parkir
di badan jalan, baik diruas jalan maupun persimpangan di area
kawasan tersebut, sehingga menimbulkan kerugian moril maupun
materil terhadap pengguna jalan.
Implementasi Peraturan pemerintah (Pasal 47 PP No.32/2011)
bahwa setiap rencana pembangunan pusat kegiatan,permukiman,
dan infrastruktur yang akan menimbulkan gangguan keamanan,
keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan
jalan wajib dilakukan AMDALALIN, dari peraturan tersebut belum
Optimalnya diterapkan.
Akibat dampak yang ditimbulkan pada kawasan tersebut maka
dirasa perlu untuk dilakukan pengelolaan dan pengendalian berupa
manajemen rekayasa lalu lintas yang lebih efektif dan efisien terhadap
pengguna jalan dengan memperhatikan dampak terhadap lingkungan.

Gambar 1.1 : Area Pusat Kawasan Terbangun Kota Bau-Bau

3
1.2. IndentifikasiMasalah
Tumbuhnyapusatperdagangan, kawasan perkantoran,
kawasan permukimanpadasuatuzonaatau kawasan terbangun akan
mengakibatkan bertambahnyaaktivitaspergerakanlalu-
lintaspadakawasan-kawasan tersebut, di satu sisi,struktur Kota
dipengaruhiolehmenguatnyakawasanpusatperdagangan (Central
Business district) sehingga bermunculannlah pusat-pusat bangkitan
dan tarikan perjalanan.
Gambaran ruang jalan pada kawasan-kawasan terbangun di
antaranya adalah: kurangnya perlengkapan jalan seperti rambu dan
marka lalulintas, kemacetan, kesenrawutan, tundaaan perjalanan
danbeberapamasalah lainnya seperti kurangnya disiplin
penggunajalan, kecelakaan dan permasalahan lalulintas
lainnya.Semua permasalahan tersebut, apabila tidak ditangani dalam
konteks waktu jangka pendek maupun jangka menengah, maka akan
mengakibatkan defisiensi pergerakan dan menurunkan daya tarik
sebuah kawasan. Oleh sebab itu upaya-upaya pengendalian
permasalahan lalu lintas hingga seminimal mungkin akan dilakukan
melalui pendekatan manajemen rekayasa lalu lintas, khususnya pada
kawasan-kawasan terbangun dalam Kota Bau-Bau untuk
merevitalisasi kembali aktivitas pergerakan lalu lintas.

1.3. Maksuddan Tujuan Studi ini :


a. Maksud
Maksud dilaksanakan studi ini adalah untuk mengkaji tentang
penerapan manajemen rekayasa lalulintas di Kota Bau-Bau
Provinsi Sulawesi Tenggara.
b. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya kegiatan studi ini adalah:
1. Untuk mengidentifikasikan pusat-pusat kegiatan yang
menyebabkan bangkitan dan tarikan pergerakan lalu lintaspada
kawasan terbangun di Kota Bau-Bau.
2. Mengalisis kinerja ruas jalan di daerah kawasan terbangun
Kota Bau-Bau
3. Menganalisis kenerja simpang pada kawasan terbangun Kota
Bau-Bau
4. Menentukan pola pergerakan lalulintas untuk pada kawasan
terbangun Kota Bau-Bau.
5. Merekomendasikan langkah-langkah yang diperlukan untuk
penerapan manajemen rekayasa lalulintas pada kawasan
terbangun Kota Bau-Bau.

4
1.4. Target dan Sasaran Kegiatan Studi ini :
Target/sasaran yang ingin dicapai terkait dengan studi ini
adalah tersedianya laporan hasil analisis dan rekomendasi sebagai
pedoman pengembangan, pengelolaan dan pengaturan sistem
transportasi dari sisi manajemen rekayasa lalu lintas pada pusat-
pusat kawasan terbangun di Kota Bau-Bau Provinsi Sulawesi
Tenggara.

1.5. Ruang Lingkup Kegiatan Studi ini:


Ruang lingkup kegiatan pada studimanajemenrekayasalalulintas
di Kota Bau-BauProvinsi Sulawesi Tenggara, adalah :
1. Survei dan Inventarisasi pusat-pusat kawasanterbangun di Kota
Bau-Bau
2. Survei dan Inventarisasi jaringan jalan disekitar pusat kawasan
3. Inventarisasi prasarana dan fasilitas pendukung lalu lintas yang
ada pada ruas jalan di sekitar kawasan terbangun.
4. Melakukan survei volume lalu lintas pada pusat kawasan
terbangun.
5. Melakukan survei kecepatan kendaraan pada pusat kawasan
terbangun.
6. Melakukan Survei Road Side Interview.
7. Melakukan survei kinerja simpang.
8. Menganalisis serta mengevalusi dampak lalulintas yang
ditimbulkan oleh pusat kawasan terbangun di Kota Bau-Bau
9. Merekomendasikan solusi penanganan Manajemen rekayasa
lalulintas yang ditimbulkan oleh pusat kawasan terbangun Kota
Bau-Bau.

1.6. Output yang dihasilkan dari studi ini :


Output dari studi ini diharapkan menghasilkan dokumen
manajemen rekayasa lalu lintas yang memuat rekomendasi untuk
peningkatan kualitas transportasi pada kawasan terbangun di Kota
Bau Bau yang dilengkapi dengan gambar-gambar peta dan design
perbaikan ruas maupun simpang pada titik-titik tertentu.

Anda mungkin juga menyukai