Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bahasa sebagai bagian dari fenomena sosial dipengaruhi oleh berbagai kondisi
yang dialami manusia sepanjang hidupnya. Manusia tidak akan mampu menghentikan
perkembangan bahasanya atau membuatnya pada satu kondisi saja, karena penuturnya
pun tidak dapat dibuat demikian. Karena itu, sebuah bahasa tak terkecuali bahasa Arab
juga tidak lepas dari pengaruh bahasa lain. Apalagi di era globalisasi saat ini,
komunikasi tanpa batas dan kemudahan interaksi antar para penutur bahasa dari
berbagai bangsa, jelas mengakibatkan percepatan perubahan makna kosakata dan
memunculkan istilah-istilah baru yang terkadang langsung ditransfer atau diserap tanpa
terlebih dahulu melalui proses pencarian padanan kata atau proses penerjemahan kata
asing (bahasa sumber/asal) ke bahasa sasaran dengan kaidah yang benar. Dalam setiap
bahasa, seringkali kita temui adanya relasi makna, yaitu hubungan semantik antara
sebuah kata atau satuan bahasa dengan kata atau satuan bahasa lainnya. Semantik
berasal dari bahasa yunani: semantikos yang berarti tanda atau memberikan tanda.
Semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti dan merupakan
satu dari tiga jenis analisis bahasa: fonologi, gramatika dan semantik. Dalam
menganalisis semantik, seseorang harus menyadari bahwa bahasa itu bersifat unik dan
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan budaya masyarakat pemakainya.
Relasi semantik itu dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan makna,
ketercakupan makna, kegandaan makna, atau juga kelebihan makna. Hubungan inilah
yang dikenal dalam ilmu bahasa, di antaranya sebagai sinonim, antonim, hiponimi,
homonimi dan polisemi. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai kegandaan makna
serta problematikanya menurut pakar linguis baik klasik maupun modern.

1
BAB II

Ta’addud al-Ma’na (Multiple meaning)

Menurut Umar, ada 3 istilah yang muncul jika meninjau kata dari segi maknanya, yaitu:
mutabayan, al-musytarak al-lafdzi, dan mutaradif :1

- Mutabayan : satu kata yang memilliki satu makna.


- Al-musytarak al-lafdzi : satu bentuk kata yang memiliki banyak makna.
- Mutaradif : lafadz-lafadz yang memiliki satu makna.

Namun, yang akan dibahas dalam makalah kali ini adalah al-musytarak al-lafdzi dan
mutaradif, dimana kedua istilah ini mendapat perhatian yang serius dari linguist klasik maupun
modern. Musytarak al-lafdzi, dan mutaradif adalah dua istilah yang termasuk ke dalam ranah
ta’addud al-ma’na, sebagaimana dikutip dari Ullmann. Pandangan ini muncul berdasarkan konsep
yang dimunculkan oleh Ogden dan Richards tentang makna, yang mengatakan bahwa makna
adalah hubungan tanda (simbol) dengan konsep.

Ada juga kelompok linguis yang tidak memasukkan istilah mutaradif atau at-taraduf ini
ke dalam bagian dari ta’addud al-ma’na. Kelompok ini berpandangan bahwa makna itu adalah
konsep, sedangkan konsep dalam at-taraduf cuma satu, tidak akan muncul konsep dan makna yang
lain meskipun berbeda bentuk kata.

Selain kedua istilah diatas, ada istilah at-Tadhaad (antonimi) yang juga sering mendapat
perhatian serius dari para linguis baik klasik maupun modern. Berikut ini akan dipaparkan secara
singkat mengenai ketiga istilah tersebut.

A. Al-Musytarak al-Lafdzi
Para linguis arab memiliki pandangan yang berbeda-beda terkait al-musytarak al-
lafdzi, akan tetapi semua sepakat akan keberadaannya.
Menurut linguis klasik:
Asy-syuyuthi berpendapat bahwa ia sepakat dengan pendapat mayoritas ulama’
ushul bahwa al-musytarak al-lafdzi merupakan satu kata yang menunjukkan dua makna
atau lebih. Linguis klasik juga sepakat bahwa al-musytarak al-lafdzi terjadi ketika sebuah

1
Umar, Ahmad Mukhtar, Ilmu ad-Dalalah, (kairo: Alamal Kutub, 2006). hlm. 145

2
kata memiliki 2 makna atau lebih tanpa harus mempertimbangkan beberapa hal,
diantaranya:
- Ada atau tidaknya hubungan antara kedua makna,
Contoh: seperti penggunaan kata ‫هالل‬, juga digunakan untuk menunjukkan ،‫هالل النعل‬
‫ و قالمة الظفر‬،‫حديدة الصيد‬, dimana kata atau frase tersebut memiliki hubungan dengan
bentuk bulan sabit yang melengkung.
- Ada atau tidaknya dua makna yang berlawanan,
Contoh: ‫ الجون‬sebuah kata yang memiliki arti hitam atau putih.
- Ada atau tidaknya dua makna digunakan dalam satu lahjah yang sama atau dua lahjah
yang berbeda.
Contoh: kata ‫ السليط‬bagi orang Yaman berarti minyak, sedangkan bagi masyarakat Arab
pada umumnya menggunakan kata ‫الزيت‬.
- Ada atau tidaknya jenis gramatikal yang berbeda (antara fiíl/isim, dsb)

Umar membagi sebab terjadinya al-musytarak al-lafdzi menjadi dua bagian:2


1. Sebab-sebab internal, yang mencakup atas:
a. Perubahan dari segi pelafalan
Perubahan dari segi pelafalan ini terdiri dari pertukaran posisi huruf dan
pergantian huruf (Ibdal). Contoh dari pertukaran posisi huruf adalah apabila
kita mengambil wazan ‫ استفعل‬pada lafadz ‫ دام‬maka akan menjadi kalimat ‫استدام‬
dan dari lafadz ‫ دمى‬menjadi ‫استدمي‬, akan tetapi fiíl ‫ استدام‬yang berarti
berkelanjutan, juga digunakan untuk menunjukkan kata ‫ استدمي‬yang berarti
berdarah. Hal ini disebabkan kesalahan penutur namun dapat dipahami oleh
yang lainnya dan kemudianpada akhirnya banyak digunakan oleh penutur
lainnya.
Contoh dari pergantian huruf, terdapat dua kata ‫ حنك‬dan ‫ حلك‬keduanya
memiliki makna yang berbeda, namun orang Arab memakainya dengan
makna yang sama yaitu hitam. Karena mengalami pergantian huruf dari ‫ل‬
menjadi ‫ ن‬, maka makna kata yang pertama disesuaikan dengan makna kata
kedua, dan keduanya menjadi al-musytarak al-lafdzi. Dalam hal ini, lafadz

2
Ibid. Hlm. 159

3
‫ حنك‬yang berarti langit-langit mulut, juga berarti kegelapan yang menjadi
makna dari lafadz ‫حلك‬.
b. Perubahan dari segi makna
Perubahan dari segi makna ini terdiri atas tujuan dan gaya penyampaian
seseorang dalam berkomunikasi
2. Sebab-sebab eksternal, yaitu lebih cenderung kepada perbedaan lingkungan tempat
bahasa itu digunakan.
Menurut Ya’qub dalam Sakholid (2017), faktor-faktor lain yang menyebabkan munculnya
al-musytarak al-lafdzi dalam bahasa Arab secara khusus dapat disebutkan sebagai berikut: 3
a. Munculnya al-musytarak al-lafdzi lebih diakibatkan oleh adanya macam-macam dialek
dalam bahasa Arab. Banyaknya dialek bahasa Arab diakibatkan oleh banyaknya
kabilah-kabilah yang tersebar di seluruh Jazirah Arab, dimana masing-masing kabilah
memiliki dialeknya sendiri. Macam-macam dialek ini dikodifikasikan dalam beberapa
mu’jam. Sehingga tersusunlah bermacam-macam kata dengan berbagai makna yang
terkandung di dalamnya. Bahkan, satu kata dapat memiliki kandungan arti yang lebih
dari satu. Disinilah letak al-musytarak al-lafdzi dalam bahasa Arab.
b. Karena adanya perkembangan fonem (bunyi) dalam bahasa Arab, baik itu terjadi
karena naqish (pengurangan), ziyadah (penambahan), maupun naql al-harfi
(penggantian huruf). Melalui proses ini banyak kata-kata yang menyatu dengan arti
kata lain yang berbeda artinya. Sebagai contoh: kata ‫ النغمة‬merupakan jama’ dari kata
‫ النغم‬berubah bunyinya dengan mengganti huruf "‫ "غ‬dengan “‫ ”ء‬karena kedekatan
makhraj, sehingga dibaca “‫( ”النأمة‬bunyi atau suara) sama maksudnya dengan “‫”النغمة‬
(irama). Contoh lain adalah kata “‫ ”الجذوه‬yang berarti bara api, diartikan dengan “‫”الجثوه‬
yang bermakna tumpukan batu atau tumpukan debu, dengan mengganti “‫ ”ذ‬dengan “‫”ث‬
karena kedekatan makhraj.
c. Perubahan sebagian kata dari arti denotasi (sebenarnya), kepada arti konotasi (majaz),
karena ada keterkaitan makna. Seperti kata “‫ ”عين‬yang artinya mata, diartikan dengan
“‫( ”الجارية‬pelayan, gadis). Dalam hal ini, “‫ ”عين‬diartikan dengan sesuatu yang utama
dan paling indah. Contoh lain “‫ ”عين‬juga diartikan dengan mata uang emas atau perak.

3
Sakholid Nasution. Pengantar Linguistik Bahasa Arab. Sidoarjo: (CV Lisanul Arab, 2017). Hlm. 167

4
Pandangan linguis modern:

Ada beberapa konsep mengenai al-musytarak al-lafdzi menurut pakar linguis modern.
Umar menjelaskan setidaknya ada 4 jenis al-musytarak al-lafdzi menurut linguis modern, yaitu:4

1. Satu kata yang memiliki makna dasar, juga memiliki makna turunannya.

Nida menjelaskan dalam bukunya “componential analysis meaning”, bahwa makna


turunan dari sebuah kata memiliki hubungan dengan makna utamanya karena adanya kesamaan
unsur ataupun karakter diantara keduanya. Makna utama dari sebuah kata menurut Nida adalah
makna apa adanya dan tidak berhubungan dengan konteks. Lebih lanjut Nida memberikan contoh
kata coat dalam beberapa kalimat dalam bahasa Inggris.

a. Bill put on his coat


b. The dog has a thick coat of fur
c. The house has a fresh coat of paint

Kata coat dalam contoh diatas memiliki makna yang berbeda-beda. Coat pada kalimat
pertama memiliki arti jaket, sweter, dll. Pada contoh yang kedua kata coat memiliki arti kulit atau
bulu. Sedangkan pada contoh ketiga kata coat berarti lapisan. Kata coat pada kalimat pertama
merupakan makna dasar, yang merupakan makna kamus dan tidak adanya konteks saat kata
tersebut diucapkan. Sedangkan makna kedua dan ketiga merupakan makna turunan yang memiliki
kesamaan unsur dengan kata pertama, yaitu “penutup”.

2. Kata yang memiliki banyak makna karena digunakan dalam kondisi yang berbeda

Jenis yang kedua ini sebenarnya mirip dengan jenis yang pertama. Sebuah kata yang
diucapkan dalam kondisi dan tujuan yang berbeda, melahirkan makna yang berbeda. Misal dalam
penggunaan kata ball bisa memiliki makna yang berbeda; bola kaki, bola basket, bola voli, atau
sebuah bola yang terbuat dari kulit. Sir Alan Gardiner mengatakan bahwa setiap kata itu
merupakan warisan dari masa lampau. Ketika sebuah kata diucapkan oleh orang yang memiliki
latar belakang yang berbeda, maka ia akan mencoba untuk kembali kepada makna aslinya

4
Ahmad Mukhtar Umar, Op.Cit. Hlm. 162

5
kemudian menggunakan kata tersebut untuk memunculkan istilah baru dengan makna yang
berbeda yang sesuai konteks pembicaraan.

3. Satu kata yang menunjukkan banyak makna karena perkembangan makna

Para pakar linguis modern menyebut jenis yang ketiga ini dengan istilah “polisemi”, yang
berarti sebuah kata yang digunakan dengan makna yang baru. Polisemi merupakan sebuah istilah
dalam bahasa Indonesia yang diadopsi dari bahasa Inggris “polysemy” dan juga diadopsi dari
bahasa Yunani : poly artinya “banyak”, dan semy yang artinya “arti”5. Sebagai contoh, kata operasi
memiliki pengertian lain, tidak hanya merujuk kepada kegiatan kedokteran saja, tapi kegiatan
militer dalam menjalankan misi juga disebut dengan operasi. Menurut Ullman ada dua faktor
perubahan makna; 1) perubahan sebuah kata karena kebutuhan terhadap istilah istilah demi
memudahkan komunikasi, contohnya seperti yang dijelaskan diatas. 2) perubahan makna karena
adanya proses transfer makna dan penggunaan majas, contohnya kata crane dalam bahasa Inggris
bermakna burung bangau, tetapi digunakan juga untuk alat bangunan dari besi yang menjulang
tinggi (penggunaan majaz) dan kata ‫ اللسان‬dalam bahasa Arab yang digunakan untuk mengucapkan
‫ اللغة‬karena lisan merupakan alat ucap yang menghasilkan bahasa (transfer makna).

4. Kata yang sama namun memiliki arti yang berbeda-beda

Jenis keempat ini para linguis juga sering menyebutnya dengan homonimi. kata
“Homonimi” (Indonesia) diadopsi dari “Homonymy” (Inggris). Sementara Homonymy diadopsi
dari kata Yunani, yaitu: ”Onoma” artinya ‘nama’ dan “Homos” artinya ‘sama. Secara terminologi
adalah sebuah kata yang memiliki bentuk yang sama baik bunyi maupun lafalnya, namun memiliki
arti yang berbeda. Pakar linguis menyebut homonim sebagai akibat dari perkembangan lafal/bunyi.
Sebagai contoh kata “Pool” (Bahasa Inggris) yang artinya ‘Kolam’ dengan “Pool” yang berarti
‘Bilyar.’atau kata “bisa” dalam bahasa Indonesia dapat berarti “racun” dan juga “bisa/mampu”.

Berdasarkan pembagian diatas dapat kita lihat bahwa polisemi dan homonim termasuk ke
dalam jenis al-musytarak al-lafdzi. Banyak dari kita sering merasa kesusahan dalam mencari
padanan al-musytarak al-lafdzi dalam linguistik indonesia.

5
Sakholid Nasution, Op.Cit. hlm. 163

6
Namun, dari pembagian di atas juga, muncul masalah lain di kalangan para linguis dalam
menentukan perbedaan antara polisemi dan homonim, bahkan ada yang menyamakan antara
keduanya. Hal ini karena meskipun polisemi terjadi karena perkembangan makna dan homonim
terjadi karena perkembangan lafal/bunyi, tetapi pada prakteknya sama.

B. At-Taraduf

At-Taraduf merupakan kalimat bahasa Arab yang mempunyai pengertian yang sama
dengan sinonim. Bila dalam bahasa Arab disebut At-Taraduf dan pada umumnya disebut
dengan sinonim. Maka sinonim dan At-Taraduf merupakan dua kata yang mempunyai satu
pengertian. Untuk melihat hal ini, kita akan membahas pengertian keduanya.

At-Taraduf secara bahasa dan istilah menurut Dr. Jasim Muhammad Abdul Abbud (2007:
235) yaitu:

‫المترادف لغة هو ركوب أحد خلف آخر أو الذي يركب خلف الراكب‬

“Al-mutaradif secara bahasa ialah sesuatu yang mengikuti di belakang atau yang
membonceng di belakang pengendara”

‫المترادف اصطالحا هو ما كان معناه واحدا وأسماؤه كثيرة‬

“Al-Mutaradif secara istilah adalah sesuatu/kata yang mempunyai satu makna dan
mempunyai bentuk yang banyak”

Sedangkan sinonim (inggris: Synonymy) berasal dari bahasa Yunani Kuno; onoma =
nama, dan Syn = dengan. Makna harfiahnya adalah nama lain untuk benda-benda yang sama.6

Kemudian beberapa pakar linguistk memberikan definisi tentang sinonimi. Menurut


Mathews dalam Syarif Hidatullah (2012: 112) Sinonimi adalah “hubungan antara dua unit
leksikal yang mempunyai kesamaan arti”. Abdul Chaer (2014: 297)7 mengemukakan sinonim
adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan antara satu satuan ujaran
dengan satuan ujaran lain. Misalnya, antara kata benar dengan betul; dan antara kalimat Dika
menendang bola dengan bola ditendang Dika. Contoh dalam bahasa Arab, antara kata ‫امتحان‬

6
Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: PT Rineka Cipta), 2010, hlm. 222
7
Chaer, Abdul, Linguistik Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2014). Hlm. 297

7
dengan ‫ اختبار‬yang bermakna ujian; dan antara َ َ‫ ن‬dengan ‫ َرأَى‬yang bermakna melihat.
‫ظ َر‬
Verhar mengemukakan sinonim adalah ungkapan (biasanya sebuah kata tetapi dapat pula frasa
atau malah kalimat) yang kurang lebih sama maknanya dengan suatu ungkapan yang lain.

Untuk mendefinisikan sinonim, ada 3 batasan yang dapat dikemukakan. Batasan atau
definisi itu ialah:8

1. Kata-kata dengan acuan ekstra linguistic yang sama, misalnya kata mati dan
Mampus
2. Kata-kata yang mengandung maka yang sama, misalnya kata Memberitahukan dan
kata menyampaikan
3. Kata-kata yang dapat disubstitusi dalam konteks yang sama, misalnya ”kami
berusaha agar pembangunan berjalan terus.”, “Kami berupaya agar pembangunan
berjalan terus. Kata berusaha bersinonim dengan kata berupaya.

Ada perbedaan pendapat antara para linguis klasik Arab tentang sinonim. Sebagian
berpendapat sepakat akan adanya sinonim dan sebagian lagi berpendapat menolak akan adanya
sinonim. Kelompok yang setuju dengan adanya sinonim diantaranya adalah Ar-Rumani dengan
kitabnya yang berjudul kitabul alfadz al-mutaradifah wal mutaqaribah fil makna dan Ibnu faris
dengan kitabnya ash-shahabiy. Mereka berpendapat bahwa para ahli bahasa ketika menafsirkan
kata ‫ اللب‬, ia juga menyebutnya dengan ‫العقل‬. Begitu juga pada kata ‫ الجرح‬dikatakan juga dengan
‫الكسب‬. Hal ini menunjukkan bahwa antara kata ‫ اللب‬dan ‫ العقل‬itu sama menurut mereka. Ibn faris
berpendapat, kalau setiap kata tidak memiliki makna lain, maka tidak memungkinkan kita untuk
mengungkapkan sesuatu yang tidak sesuai ungkapannya. Seperti pada tafsir ayat ‫ الريب فيه‬yang
juga diartikan oleh mufassir dengan ‫ الشك فيه‬, maka dalam hal ini ungkapan tersebut salah.

Kemudian kelompok yang menolak adanya sinonim diantaranya adalah Tsa’lab, Abu Ali al-
Farisi, Abu Hilal al-Askari, dll. Mereka berpandangan bahwa satu kata hanya untuk satu makna.
karena masing masing makna memiliki karakteristiknya masing-masing. Seperti kata ‫ قعد‬dan ‫جلس‬
yang berarti duduk dari keadaan berdiri dan duduk dari keadaan berbaring. Lebih lanjut Abu Hilal

8
Mansoer Pateda. Op.Cit, hlm. 222-223.

8
al-‘Askari menulis sebuah kitab dengan judul al-furuq fi al-lughah yang menolak at-taraduf dan
menetapkan perbedaaan makna diantara lafadz yang dianggap mirip maknanya.

Sedangkan para linguis modern sepakat akan adanya sinonim ini, namun berbeda pandangan
dalam menentukan jenis-jenisnya.

1. Macam-Macam At-Taraduf

Menurut Verhar sinonim adalah ungkapan (Kata, frasa, dan kalimat) yang kurang lebih
sama maknanya dengan suatu ungkapan lain. Melihat pengertian ini, Mansoer Pateda (2010:
223) menyatakan bahwa kita dapat melihat adanya penggunaan urutan kata yang kurang lebih
sama maknanya. Hal itu memang beralasan, karena kesamaan maka tidak berlaku secara
sempurna. Artinya, meskipun maknanya sama, tetapi memperlihatkan perbedaan-perbedaan,
apalagi dikaitkan dengan pemakaian kata-kata tersebut.

Umar dalam Moh.Syarif Hidayatullah (2012: 112-113) membagi sinonim dengan lebih
lengkap lagi. Pertama, sinonim utuh (al-taraduf al-Kamil), seperti kata ‫ مقهى‬yang besinonim
dengan ‫ قهفي‬yang keduanya berkmakna ‘kafe’. Dikatakan utuh karena tidak ada perbedaan
antara kedua kata itu secara makna, hanya qahfi: merupakan bentuk arabisasi dari ‘café’.9

Kedua, Semi sinonim (syibh al-taraduf), seperti kata ‫سنة‬/ ‫عام‬/ ‫حول‬
ْ yang semuanya berarti
‘tahun’. Dikatakan semi, karena sulit menemukan perbedaannya. Hanya para ahli saja yang
bisa membedakannya secara mendalam.

Ketiga, kedekatan makna (al-taqa;rub al-dilalali:), seperti ‫حلم‬/ ‫رأية‬/


ُ ‫ احتالم‬yang semuanya
berhubungan dengan makna ‘mimpi’. Hanya saja kata hilm merupakan makana umum,
sementara dua kata lainnya bermakna khusus. Kata ru`ya: cenderung berarti ‘mimpi indah’
dan ihtila;m ‘mimpi basah’.

Keempat, pengartian (entailment; istilzam), yaitu makna yang timbul sebagai akibat makna
yang ada dalam suatu bentuk. Contoh: ‫“ قام فيروز من فراشه في الساعة السابعة‬Fairuz bangun tidur
pada jam tujuh” mengandung arti sebelum jam 7 Fairuz masih tidur.

9
Moch. Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Bahasa arab, (Tangerang Selatan: alKitabah,2012), h. 112

9
Kelima, Parafrasa (al-Jumal al-mutaradifah), pengungkapan dengan kalimat lain yang
mempunyai makna sama. Contoh: ‫“ اشتريتُ من محمد كتابا‬Saya membeli buku dari Muhammad”
mempunyai makna yang sama dengan ‫“ باع محمد لي كتابا‬Muhammad menjual buku pada saya”.

2. Penyebab Terjadinya Sinonim (at-Taraduf)

Sinonim bisa terjadi antara lain, sebagai akibat adanya:10

1. Pengaruh kosakata serapan dari bahasa asing

Misalnya,dalam bahasa Arab kontemporer dikenal kata “‫ ”التّلفون‬telepon yang aslinya dari
bahasa Eropa dan kata “‫ ”الهاتف‬yang merupakan ta’rib (terjemahan ke Arab) sehingga kedua
kata itu di anggap sinonim. Contoh lain kata “‫ ”الكمبيوتير‬sinonim dengan kata “‫”الحاسوب‬, kata “
‫( ”تياترو‬dari bahasa italia) sinonim dengan kata “‫(”مسرح‬drama). Sekalipun kosakata-kosakata
tersebut di anggap sinonim, namun dalam beberapa konteks tidak bisa disebut sinonim.
Misalnya, kata “‫( ”مسرح الجريمة‬drama kejahatan) tidak bisa ditukar dengan “‫” تياترو الجريمة‬, sebab
maksud dari ‘drama kejahatan’ adalah kronologi terjadinnya kejahatan, bukan drama atau
penampilan tentang kejahatan.

2. Perbedaan dialek sosial (infi’aliyah)

Misalnya, kata istri bersinonim dengan kata bini. Tetapi kata istri digunakan dalam
kalangan atasan sedangkan kata bini dalam kalangan bawahan. Dalam bahasa Arab, kata “‫”مجدّد‬
(pembaharu) memiliki makna positif, berkelas tinggi dan diterima di beberapa negara Arab.
Akan tetapi, kata “mujaddad” tidak bisa ditukar dengan “‫ ”تقديمي‬atau “‫ ”ثوري‬walaupun
ketiganya bersinonim. Sebab kata “ ‫ ”تقديمي‬atau “ ‫ ”ثوري‬memiliki makna yang mencerminkan
seseorang yang reaksioner, pemberontak dan sebagainya, walaupun dibeberapa wilayah Arab
kedua kata ini tetap digunakan.

3. Perbedaan dialek regional (lahjah iqlimiyah)

Misalnya kata handuk, bersinonim dengan kata tuala, tetapi kata tuala hanya di kenal di
beberap daerah di indonesia timur saja. Dalam bahasa Arab, misalnya kata ”‫( ”سيّارة نقل‬truk)
hanya dikenal di Mesir, sementara di negara-negara Arab bagian teluk dan maroko lebih

10
Imil Badi’ Ya’qûb, Fiqh al-Lughah Wa Khashâishuhâ, (Bairût: Dâr al-Tsaqâfah al- Islâmiyah, T.Th.) hlm. 74

10
mengenal kata “‫”شاحنة‬. Contoh lain, istilah pom bensin, orang Mesir menyebutnya dengan kata
ّ ‫”مح‬,orang Sudan menyebut-nya dengan “‫”طلمبة بنزين‬dan orang Irak mengenalnya
“‫طة بنزين‬
dengan “‫”بنزين خانة‬

4. Perbedaan dialek temporal

Misalnya, kata hulubalang bersinonim dengan kata komandan, tetapi kata hulubalang
hanya cocok digunakan dalam suasana klasik saja. Contoh lain, kata “‫ ”الكتّاب‬bersinonim
dengan “‫ ”المدرسة اإلبتدائيّة‬sama-sama berarti sekolah dasar. Akan tetapi, isti’lah “‫ ”الكتّاب‬hanya
dipakai pada masa lampau.

Adapun faktor-faktor penyebab banyaknya ‫ الترادف‬dalam bahasa Arab, Wafi


menyimpulkan sebagai berikut:11

1. Karena bahasa Arab (bahasa Quraisy) sangat terbuka dan respon terhadap beberapa
dialek-dialek bahasa Arab disekitarnya. Dengan demikian, bahasa Arab banyak menyerap
kosa-kata dialek lain yang maknanya juga sama.

2. Karena beberapa penyusun kamus bahasa Arab tidak melakukan seleksi yang ketat
dalam menulis kosa kata bahasa Arab. Oleh karena itu, banyak kosa kata bahasa lain,
khususnya bahasa-bahasa rumpun semit masuk ke dalam bahasa Arab yang artinya sama.

3. Pada hakekatnya beberapa kata yang dianggap bersinonim itu memiliki arti khusus.
Namun karena ditemukan adanya kesamaan maka disebut bersinonim. Seperti kata ‫ جلس‬dan ‫قعد‬
, keduanya berarti ‘duduk’. Tapi pada hakikatnya kata ‫ جلس‬berarti ‘duduk dari berdiri’.
Sementara ‫ قعد‬berarti ‘duduk dari berbaring’.

C. At-Tadhaad

Bila sinonim mengacuh pada perhubungan makna yang bertalian dengan kesamaan makna,
maka antonym atau antonimi yang dalam bahasa Arab disebut dengan Al-Tadha:d lebih
cenderung pada perhubungan makna yang bertalian dengan perlawanan makna.

11
Âli Abd. al-Wâhid Wâfi, Fiqhu al-Lugah, (Kairo:Lajnah al-Bayân Al-‘Arabiyah, 1962), h. 166-168.

11
Al-tadha:d berasal dari bahasa arab yang diartikan oleh Ahmad Mukhtar Umar sebagai berikut
:12

‫األضداد هو اللفظ المستعمل في معنيين متضاديمن‬

“Lafazh yang digunakan dalam dua makna yang berlawanan”

Atau menurut Ilmuwan Bahasa Modern menyatakan bahwa:

‫األضداد يعنى وجود لفظين يختلفان نطقا ويتضادان في المعنى‬

“yaitu adanya dua lafaz yang berbeda dalam pelafalan dan berbeda dalam makna”.

Dengan nama lain, Al-tadha:d biasa disebut dengan antonim atau antonimi merupakan kata
serapan bahasa Inggris, yaitu Antonymy yang menurut Verhaar, Antonymy berasal dari bahasa
Yunani Kuno; Onoma = Nama, dan anti = melawan. Jadi secara harfiah antonim berrati lawan
kata. Menururt Abdul Chaer (2014: 299) antonim atau antonimi yaitu hubungan semantik
antara dua satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras
antara satu dengan yang lain. Misalnya kata buruk beratonim dengan kata baik. ‫الجميل‬
beratonim dengan kata ‫القبيح‬, dan ‫الطويل‬berlawanan makna dengan ‫القصير‬.

1. Macam-Macam At-Tadhaad

Kasus yang terjadi pada sinonimi juga terjadi pada antonimi. Yakni tidak ada antonimiyang
lengkap karna tidak semua konteks dapat di tempatinya secara penuh. Fromkin dan rodman
membagi perlawanan makna ini menjadi beberapa pembagian. Pertama, makna yang seakan
akan dunia terbelah menjadi dua. Contoh dalam bahasa arab : kata ‫“موت‬kematian” yang
berlawanan makna dengan kata ‫“حياة‬kehidupan”. Kedua, perlawanan makna bertingkat .
contoh dalam bahasa arab : kata ‫ماهر‬, ‫“متوسط‬menengah”, ‫“ ’مبتدِأ‬pemula” . contoh lain adalah
kata ‫حار‬
ّ “panas” ‫“سخين‬hangat” dan ‫ “بارد‬dingin. Ketiga, perlawanan makna timbal balik ,
seperti kata ‫ زوج‬suami” berlawanan makna timbal balik dengan kata ‫“ زوجة‬istri” atau kata ‫أب‬
“ayah” berlawanan makna timbal balik dengan ‫“ إبن‬anak’. Keempat, perlawanan makna
berhubungan dengan gerak dan arah. Contoh kata “ ‫ “فوق‬atas dengan ‘ ‫ تحت‬bawah atau kata
‘ ‫“يمين‬kanan berlawanan makna dengan kata ‫“شمال‬kiri.

12
Ahmad Mukhtar Umar, Ilmu ad-dilalah, (Kairo: Alam al-Kutub, 1998), h. 191.

12
2. Penyebab Terjadinya Antonim

Haidar menyebutkan terdapat banyak hal yang menyebabkan terjadinya antonim. Hal-hal
tersebut kemudian diklasifikannya ke dalam tiga faktor besar:13

1. Faktor Eskternal

 Perbedaan dialek, misalnya kata ‫السدفة‬yang dapat bermakna ‫‘الظلمة‬gelap’dan ‫الضوء‬


‘terang’.
 Pinjaman bahasa asing, misalnya kata ‫جلل‬yang bermakna ‫‘كريم‬mulia’ dan ‫‘حقير‬hina’.
 Motivasi sosial, misalnya sebagai kata yang menunjukkan rasa optimistime,
pesimisme, ejekan, atau bahkan juga sebagai tata krama.

2. Faktor Internal

 Motivasi relasi makna, misalnya sebagai kata yang menunjukkan perluasan makna,
majas, penegasan, atau pun untuk menggeneralisasikan makna aslinya.
 Motivasi relasi lafaz, misalnya perbedaan akar kata, substitusi konsonan akar kata, atau
pun perubahan tempat konsonan akar kata.

3. Faktor Historis

 Peninggalan masa lalu, seperti yang diungkapkan Giese kontranimi merupakan


ungkapan manusia yang berupa pemikiran orang-orang di masa lampau.
 Keadaan asasi kata, maksudnya adalah ungkapan yang menjadi kontranimi sejak awal
memang sudah begitu adanya. Namun, pendapat demikian ditentang oleh Ibnu Sayyid
yang mengatakan bahwa tidak dibenarkan memberikan dua makna bertentangan pada
satu kata dalam waktu yang bersamaan.

13
Farid ‘Awid Haidar, ‘Ilm al-Dalalah, (Kairo: Maktabah al-Adab, 2005) h. 152-156

13
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Tidak ada perbedaan diantara linguis klasik terkait istilah al-musytarak al-lafdzi. Mereka
sepakat akan adanya konsep al-musytarak al-lafdzi dalam khazanah linguistik Arab dan
sepakat dalam pengertiannya bahwa al-musytarak al-lafdzi adalah satu kata yang memiliki
banyak makna. Namun lain halnya dengan linguis modern yang memiliki perbedaan
pandangan terhadap istilah ini meskipun semua sepakat dalam pengertian al-musytarak al-
lafdzi dengan linguis klasik. Perbedaan pandangan ini terjadi dalam menentukan dan
membedakan antara antara polisemi dan homonim.

At-Taraduf secara istilah adalah sesuatu/kata yang mempunyai satu makna dan
mempunyai bentuk yang banyak atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan
adanya kesamaan antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lain.

Macam-macam At-Taraduf ialah Pertama, sinonim utuh (al-taraduf al-Kamil), Kedua,


Kuasi sinonim (syibh al-taraduf), Ketiga, kedekatan makna (al-taqa;rub al-dilalali:),
Keempat, pengartian (entailment; istilzam), Kelima, Parafrasa (al-Jumal al-mutaradifah),

14
DAFTAR PUSTAKA

Âli Abd. al-Wâhid Wâfi, Fiqhu al-Lugah, (Kairo:Lajnah al-Bayân Al-‘Arabiyah, 1962),

Chaer, Abdul, Linguistik Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta), 2014.

Farid ‘Awid Haidar, ‘Ilm al-Dalalah, (Kairo: Maktabah al-Adab, 2005)

Hidayatullah, Moch. Syarif. Cakrawala Linguistik Bahasa arab, (Tangerang Selatan: alKitabah,
2012)

Imil Badi’ Ya’qûb, Fiqh al-Lughah Wa Khashâishuhâ, (Bairût: Dâr al-Tsaqâfah al- Islâmiyah,
T.Th.)

Nasution, Sakholid. Pengantar Linguistik Bahasa Arab. (Sidoarjo: CV Lisanul Arab), 2017.

Pateda, Mansoer. Semantik Leksikal, (Jakarta: PT Rineka Cipta), 2010,

Umar, Ahmad Mukhtar, Ilmu ad-Dalalah, (kairo: Alamal Kutub, 2006).

15

Anda mungkin juga menyukai