Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

ANALISA JURNAL

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5
Agustina Kurnia Serena KP 16.01.120
Erniyati Ina KP 16.01.133
Maria S. S. Lengari KP 16.01.153
Risma R. K. Longgu KP 16.01.170
Raimandus Laba KP 16.01.168

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN WIRA HUSADA
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Keperawatan Kritis tentang Analisa Jurnal
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi bagi
pembaca

Yogyakarta, 23 Oktober 2019

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal Ginjal Kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
irreversible dimana tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer,Bare, Hinkle & Ceever, 2010).
Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan
pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal kronik pada tahun 2013 telah
meningkat 50% dai tahun sebelumnya. Amerika serikat, kejadian dan
prevalensi gagal ginjal kronik meningkat 50% di tahun 2014. Data
menunjukkan bahwa setiap 200.000 orang Amerika menjalani hemodialsis
karena gangguan ginjal kronis, yang artinya 1.140 dalam satu juta orang
Amerika adalah pasien dialysis (Widyastuti, 2014).
Indonesia terdapat 18 juta orang dewasa yang menderita penyakit
gagal ginjl kronik. Indonesia termasuk Negara dengn tingkat penderita
gagal ginjal kronik yang cukup tinggi, data dari ASKES tahun 2010 tercatat
17.507 pasien, tahun berikutnya tercatat 23.261 dan data terakhir tahun 2013
tercatat 24.141 orang, sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun
2013 didapatkan bahwa prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesi sekitar
0,2% (Rikesdas, 2013). Menurut Indonesian Renal Registry (IRR) pasien
baru yang menjalani hemodialisis mengalami peningkatan dari tahun 2011
ke 2012 yakni dari 15.353 jiwa menjadi 19.621 jiwa. Untuk total pasien baru
dan lama yang menjalani hemodialisis rutin di Indonesia ssebanyak 717.497
(Mailani, 2015).
Pasien GGK harus menjalani hemodialisis yang merupakan salah
satu terapi yang menggantikan sebagian kerja dari fungsi ginjal dalam
mengeluarkan sisa hasil metabolisme dan kelebihan cairan serta za tzat yang
tidak di butuhkan tubuh melaluidifusi dan hemofiltrasi (O`callaghan, 2009).
Pada pasien Gagal Ginjal Kronik tindakan hemodialisis tidak dapat
menyembuhkan atau mengembalikan fungsi ginjal secara permanen.
Tindakan hemodialisis tersebut dapat menurunkan resiko kerusakan organ-
organ vital lainnya akibat akumulasi zat toksis dalam sirkulasi.
Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialisis yang digunakan untuk
mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut
ataupun secara progresif ginjal tak mampu melaksanakan proses tersebut.
End stage renal disease ( ESRD ) adalah keadaan klinis kerusakan
ginjal yang progresif dan ireversibel yang terjadi apabila sekitar 90% dari
massa nefron telah hancur atau hanya sekitar 200.000 nefron yang masih
utuh dan hal ini menyebabkan munculnya manifestasi klinis atau komplikasi
yang memerlukan penanganan intensif segera untuk mengatasi kegawatan
yang muncul.1 Pasien yang mengalami kegawatan tersebut dimasukkan ke
ruang High Care Unit (HCU) atau Intensive Care Unit (ICU) untuk dirawat
intensif. Pasien ESRD yang masuk ke Intensive Care Unit (ICU) dapat
berasal dari Unit Gawat Darurat, kamar operasi, ruang perawatan lainnya,
ataupun kiriman dari rumah sakit lain. Dan apabila tidak dilakukan terapi
pengganti seperti dialisis atau transplantasi ginjal dapat menyebabkan
kematian.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah bagaimana
konsep dari penelitian yang telah dilakukan tentang ERSD ?

C. Tujuan
Tujuan dari analisa jurnal ini adalah untuk mengetahui konsep dari ERSD
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Gagal Ginjal Kronik


Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang ireversibel pada suatu derajat dimana
memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau
transplantasi ginjal. Salah satu sindrom klinik yang terjadi pada gagal ginjal
adalah uremia. Hal ini disebabkan karena menurunnya fungsi ginjal
(Sudoyo, 2009).Gagal Ginjal Kronik adalah suatu sindrom klinis
disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung
progresif dan cukup lanjut, serta bersifat persisten dan irrever-sibel
(Mansjoer, 2000, dalam Nurani & Mariyanti, 2013). Menurut The Kidney
Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of National Kidney
Foundation (2016), penyakit gagal ginjal kronik dikarenakan adanya
kerusakan struktural atau fungsional ginjal dan/atau penurunan laju filtrasi
glomerulus kurang dari 60mL/menit/1,73m2 yang berlangsung lebih dari
tiga bulan. Proses penurunan fungsi ginjal dapat berlangsung terus selama
berbulan-bulan atau bertahun-tahun sampai ginjaltidak dapat berfungsi
sama sekali (end stage renal disease)
Kerusakan ginjal didefinisikan sebagai kelainan patologis atau
penanda kerusakan, termasuk kelainan pada darah atau tes urine atau studi
pencitraan.Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
progresif, dan irreversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atautransplantasi ginjal
(Brenner&Lazarus, 2012).

B. Etiologi Dan Faktor Resiko


Gagal ginjal stadium akhir diawali dengan kerusakan ginjal yang
memburuk selama lebih dari beberapa tahun. Kerusakan apa pun pada
ginjal bersifat permanen. Ini sering kali disebabkan oleh penyakit dan
gangguan. Di antaranya termasuk diabetes (baik tipe satu maupun dua)
dan tekanan darah tinggi. Penyebab lainnya adalah kerusakan unit dan
tubula penyaring ginjal. Stadium akhir juga dapat diakibatkan
oleh penyakit ginjal polikistik, infeksi ginjal berulang, dan penyakit
autoimun.
Etiologi dari GGK berbeda-beda antara satu negara dengan negara
lain. Menurut Pernefri (2011), penyebab GGK paling banyak di Indonesia
adalah hipertensi (34 %), nefropati diabetika (27 %), dan glomerulopati
primer (14 % ). Faktor risiko GGK terdiri dari diabetes mellitus, berusia
lebih dari lima puluh tahun, dan memiliki riwayat keluarga dengan penyakit
ginjal (Harrison, 2012).

C. Klasifikasi
Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis dibagi atas 5 tingkatan derajat yang
didasarkan pada LFG dengan ada atau tidaknya kerusakan ginjal. Pada
derajat 1-3 biasanyabelum terdapat gejala apapun (asimptomatik).
Manifestasi klinis muncul padafungsi ginjal yang rendah yaitu terlihat pada
derajat 4 dan 5 (Arora, 2015).
Tabel 1. Klasifikasi GGK (KDIGO, 2013).
Derajat LFG (ml/mnt/1.732 m2 Penjelasan
≥90 Kerusakan ginjal dengan
LFG normal atau
meningkat
2 60-89 Kerusakan ginjal dengan
LFG turun ringan

3A 45-59 Kerusakan ginjal dengn


LFG turun dari ringan
sampai sedang
3B 30-44 Kerusakan ginjal dengna
LFG turun dari sedang
sampai berat
4 15-29 Kerusakan ginjal dengan
LFG turun berat

5 <15 Gagal ginjal

D. Patofisiologi
Patifisiologi GGK pada awalnya tergantung dari penyakit yang
mendasarinya. Namun setelah itu proses yang terjadi adalah sama. Pada
diabetes militus, terjadi hambatan aliran pembuluh darah sehingga terjadi
nefropati diabetic dimana terjadi peningkatan tekanan glomerular sehingga
terjadi ekspansi mesangial, hipertrofiglomerular. Semua itu akan
menyebabkan berkurangnya area filtrasi yang mengarah pada glomerulos
sclerosis (Sudoyo,2009). Tingginya tekana darah juga menyebabkan terjadi
GGK. Tekanan darah yang tinggi menyebabkan perlukaan pada arteriol
aferen ginjal sehingga dapat terjadi penurunan filtrasi (NIDDK,2014).
Pada glomerulonephritis saat antigen dari luar memicu antibody
spesifik dan membentuk kompleks imun yang terdiri dari antigen antibody
,dan system komplemen ,endapan kompleks imun akan memicu proses
inflamasi dalam glomerulus . Endapan kompleks imun akan mengaktivasi
jalur klasik dan menghasilkan membrane Attack Complex yang
menyebabkan lisisnya sel epitel glomerulus (Sudoyo,2009).Terdapat
mekanismeprogresif berupa hiperfiltrasi dan hipertrofi pada nefron yang
masih sehat sebagai kompensasi ginjal akibat pengurangan nefron .namun
proses kompensasi ini berlangsung singkat yang akhirnya diikuti oleh
proses maladaptive berupa nekrosis nefronya yang tersisa (Harrison,2012).
Proses tersebut akan menyebabkan penurunan fungsi nefron secara
progresif .selain itu aktivitas dari renin –angiotensin-aldosteron juga
Berkontribusi terjadinya hiperfiltrasi,skelerosis,dan progresifitas
dari nefron (Sudoyo,2009). Hal ini disebabkan karena aktivitas renin –
angiotensin-aldosteron menyebabkan kan peningkanan tekanan darah dan
vasokonstriksi dari arteriol aferen ( Tortora ,2011). Paien GGK ,terjadi
peningkatan kadar air dan natrium dalam tubuh .Hal ini disebabkan karena
gangguan ginjal dapat menggangu keseimbangan glomerulotubular
sehingga terjadi peningkatan intake natrium yang akan menyebabkan
retensi natrium dan meningkatankan volume cairan ekstrasel (
Harrison,2012).Reabsorbsi natrium akan menstimulasi osmosis air dari
lumen tubulus menuju kapiler peritubular sehingga dapat terjadi hipertensi
(Tortora ,2011).Hipertensi akan menyebabkan kerja jantung meningkat dan
merusak pembuluh darah ginjal.Rusaknya pembuluh darah ginjal
mengakibatkan gangguan filtrasi dan meningkatkan keparahan dari
hipertensi (Saad,2014).
Gangguan proses filtrasi menyebabkan banyak substansi dapat
melewati glomerulus dan keluar bersama dengan urin, contohnya seperti
eritrosit, leukosit, dan protein (Harrison, 2012). Penurunan kadar protein
dalam tubuh mengakibatkan edema karena terjadi penutunan tekanan
osmotic plasma sehingga cairan dapat berpindah dari intravascular menuju
interstitial (Kidney Failure, 2013). System renin-angiotensin-aldosteron
juga juga memiliki peran dalam hal ini. Perpindahan cairan dari
intravascular menuju interstitial menyebabkan penurunan aliran darah ke
ginjal. Turunnya aliran darah darah ke ginjal akan mengaktivasi system
renin-angiotensin-aldoteron sehingga terjadi peningkatan aliran darah
(Tortora, 2011).
Gagal ginjal kronik menyebabkan insufisiensi produksi eritropoetin
(EPO). Eritropoetin merupakan factor pertumbuhan hemopoetik yang
mengatur diferensiasi dan proliferasi prekursoreritrosit. Gangguan pada
EPO menyebabkan terjadinya penurunan produksi eritrosit dan
mengakibatkan anemia (Harroson, 2012).
E. Manifestasi klinis
Pasien GGK stadim 1 sampai 3 ( dengan GFR ≥30mL/menit/1,73
m2) biasanya memiliki gejala asimtomatik. Pada stadium-stadium ini masih
belum ditentukan gangguan elektrolit dan metabolic. Sebaliknya, gejala-
gejala tersebut dapat ditemukan pada GGK stadium 4 dan 5 (dengan
GFR<30Ml/menit/1,73 m2) bersama dengan poliuri, hematuria dan edema.
Selain itu, ditemukan juga uremia yang ditandai dengan peningkatan limbah
nitrogen di dalam darah, gangguan keseimbangan cairan elektolit dan asam
basa dalam tubuh yang pada keadaan lanjut akan menyebabkan gangguan
fungsi pada semua system organ tubuh (Arora, 2014).
Kelainan hematologi juga dapat ditemukan pada penderita ESRD.
Anemia anormositik dan normokromik selalu terjadi, hal ini disebabkan
kerena defisiensi pembentukan eritropoetin oleh ginjal sehingga
pembentukan sel darah merah dan masalah hidupnyapun berkurang (Arora,
2014).

F. Penatalaksanaan
Pengobatan GGK dibagi dalam dua tahap yaitu penanganan
konservatifdan terapi pengganti ginjal dengan cara dialsis atau transplantasi
ginjal ataukeduanya. Penanganan GGK secara konservatif terdiri dari
tindakan untukmenghambat berkembangnya gagal ginjal, menstabilkan
keadaan pasien, danmengobati setiap faktor yang reversible. Ketika
tindakan konservatif tidak lagiefektif dalam mempertahankan kehidupan
pasien pada hal ini terjadipenyakit ginjal stadium akhir satu-satunya
pengobatan yang efektif adalahdialisis intermiten atau transplantasi ginjal
(Wilson, 2006)
Tujuan terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal
ginjalsecara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi
toksinazotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal dan
memeliharakeseimbangan cairan dan elektrolit (Sukandar, 2006).
Beberapa tindakan konservatif yang dapat dilakukan sebagai berikut
1. Diet protein
Pada pasien GGK harus dilakukan pembatasan asupan
protein.Pembatasan asupan protein telah terbukti dapat menormalkan
kembalidan memperlambat terjadinya gagal ginjal. Asupan rendah
proteinmengurangi beban ekskresi sehingga menurunkan
hiperfiltrasiglomerulus, tekanan intraglomerulus dan cidera sekunder
pada nefronintak (Wilson, 2006). Asupan protein yang berlebihan
dapatmengakibatkan perubahan hemodinamik ginjal berupa
peningkatan alirandarah dan tekanan intraglomerulus yang akan
meningkatkan progresifitasperburukan ginjal (Suwitra, 2006).
2. Diet Kalium
Pembatasan kalium juga harus dilakukan pada pasien GGK dengan
caradiet rendah kalium dan tidak mengkonsumsi obat-obatan
yangmengandung kalium tinggi. Pemberian kalium yang berlebihan
akanmenyebabkan hiperkalemia yang berbahaya bagi tubuh. Jumlah
yangdiperbolehkan dalam diet adalah 40 hingga 80 mEq/hari.Makanan
yangmengandung kalium seperti sup, pisang, dan jus buah murni
(Wilson,2006).
3. Diet kalori
Kebutuhan jumlah kalori untuk GGK harus adekuat dengan tujuan
utamayaitu mempertahankan keseimbangan positif nitrogen memlihara
statusnutrisi dan memelihara status gizi (Sukandar, 2006).
4. Kebutuhan cairan
Asupan cairanmembutuhkan regulasi yang hati-hati pada GGK.
Asupanyang terlalu bebas dapat menyebabkan kelebihan beban
sirkulasi, edem danintoksikasi cairan. Asupan yang kurang dapat
menyebabkan dehidrasi,hipotensi, dan pemburukan fungsi ginjal
(Wilson, 2006).Ketikaterapi konservatif yang berupa diet, pembatasan
minum, obat-obatan dan lain-lain tidak bisa memperbaiki keadaan
pasien maka terapipengganti ginjal dapat dilakukan. Terapi pengganti
ginjal tersebut berupahemodialisis, dialisis peritoneal dan transplantasi
ginjal (Rahardjoet al, 2006).
a. Hemodialisis
Hemodialisis adalah suatu cara dengan mengalirkan darah ke
dalamdialyzer(tabung ginjal buatan) yang teridiri dari 2 komparten
yang terpisahyaitu komparetemen darah dan komparetemen dialisat
yang dipisahkanmembran semipermeabel untuk membuang sisa-sisa
metabolisme(Rahardjoet al, 2006). Sisa-sisa metabolisme atau racun
tertentu dariperedaran darah manusia itu dapat berupa air, natrium,
kalium, hidrogen,urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain.
Hemodialisis dilakukan 3 kalidalam seminggu selama 3-4 jam terapi
b. Dialisis peritoneal
Dialisis peritoneal merupakan terapi alternatif dialisis untuk
penderitaGGK dengan 3-4 kali pertukaran cairan per hari
(Prodjosudjadi danSuhardjono, 2009).Pertukaran cairan terakhir
dilakukan pada jam tidursehingga cairan peritoneal dibiarkan
semalaman (Wilson, 2006).Terapidialisis tidak boleh terlalu cepat
pada pasien Dialisis Peritoneal (DP).Indikasi medik yaitu pasien
anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65tahun), pasien-pasien
yang telah menderita penyakit sistem kardiovaskular,pasien-pasien
yang cenderung akan mengalami perdarahan bila
dilakukanhemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, pasien
dengan stroke,pasien dengan residual urin masih cukup, dan pasien
nefropati diabetikdisertaico-morbiditydanco-mortality. Indikasi
non-medik yaitu keinginanpasien sendiri, tingkat intelektual tinggi
untuk melakukan sendiri, dan didaerah yang jauh dari pusat ginjal
(Sukandar, 2006).

c. Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal merupakan cara pengobatan yang lebih disukai
untukpasien gagal ginjal stadium akhir. Namun kebutuhan
transplantasi ginjaljauh melebihi jumlah ketersediaan ginjal yang
ada dan biasanya ginjal yangcocok denganpasien adalah yang
memiliki kaitan keluarga dengan pasien.Sehingga hal ini membatasi
transplantasi ginjal sebagai pengobatan yangdipilih oleh pasien
(Wilson, 2006).

BAB III
ANALISA JURNAL

STROBE Statement—Checklist of items that should be included in reports of cross-


sectional studies
Judul Jurnal yang dikritisi : Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisis Di Rsud Arifin
Achmad Pekanbaru
Citation : Zurmeli1, Bayhakki2, Gamya Tri Utami3

Critical Appraisal dengan STROBE :

Item
No Recommendation
Title and abstract 1 Title :
ANGKA KEMATIAN PASIEN END STAGE
RENAL DISEASE DI ICU DAN HCU RSUP
DR. KARIADI
 Abstract : Abstrak terdiri dari pengantar,
metode, hasil, dan kesimpulan, Penelitian ini
adalah penelitian deskriptif. Sampelnya
adalah pasien ERSD. Kata kunci : ERSD,
kematian, skor APACHE II, ICU, HCU

Introduction
Background/rationale 2 Ginjal merupakan organ tubuh yang sangat
penting bagi kelangsungan hidup manusia.
Fungsi ginjal antara lain, pengatur volume dan
komposisi darah, pembentukan sel darah merah,
membantu mempertahankan keseimbangan asam
basa, pengaturan tekanan darah, pengeluaran
komponen asing (obat, pestisida dan zat-zat
berbahaya lainnya), pengaturan jumlah
konsentrasi elektrolit pada cairan ektra sel
(Tarwoto & Watonah, 2011.

End stage renal disease ( ESRD ) adalah keadaan


klinis kerusakan ginjal yang progresif dan
ireversibel yang terjadi apabila sekitar 90% dari
massa nefron telah hancur atau hanya sekitar
200.000 nefron yang masih utuh dan hal ini
menyebabkan munculnya manifestasi klinis atau
komplikasi yang memerlukan penanganan
intensif segera untuk mengatasi kegawatan yang
muncul.

Objectives 3 Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk


mengetahui dan mendapatkan data angka
kematian pasien End Stage Renal Disease di ICU
dan HCU RSUP dr. Kariadi periode Februari
2010 – Februari 2012.

Methods
Study design 4 Desain penelitian adalah : Penelitian Deskriptif

Setting 5 Lokasi penelitian di RSUP dr. Kariadi periode


Februari 2010 – Februari 2012. Data diperoleh
dari catatan rekam medik di Instalasi Rekam
Medik RSUP dr. Kariadi.

Participants 6 Metode seleksi pengambilan sampel adalah


pasien End Stage Renal Disease yang dirawat di
ICU dan HCU

Variables 7 Hasil analisis data dari variabel ERSD di ICU dan


HCU pasien yang hidup 42 orang dan meninggal
17 orang sedngkan berdasarkan skor APACHE II
pasien meninggal berjumlah 8 orang dan hidup 13
orang .

Data sources/ 8*  Setiap variabel dinilai dan diberikan data


measurement yaitu pasien yang mengalami ERSD di nilai
mengunakan APACHE II dan berdasarkan
status pembiayaan serta penyebab kematian.
Bias 9 Dalam penelitian ini tidak di temukan data yang
membias, karena peneliti melakukan penelitia
secara lansung ke pasien.

Study size 10 Ukuran sampel peneliti, sampelnya adalah pasien


ERSD yang diteliti selama 2 tahun, di dalam
jurnal tidak jelaskan teknik pengambilannya.
Tetapi di lihat dari Rekam Medik pasien

Quantitative 11 Pengolahan data dengan menggunakan komputer


variables dengan program Microsoft Office Excel.
Pengolahan data dilakukan dengan empat tahap,
yang pertama adalah pemasukan data agar dapat
dilakukan analisa, lalu dilakukan tabulasi data,
memasukkan data ke tabel yang telah disediakan
untuk memudahkan analisa data. Kemudian
dilakukan pengeditan data dan terakhir dilakukan
perhitungan data.

Statistical methods 12 Metode statistik yang di gunakan adalah


deskriptif dari cacatan rekam medik pasien.

Results
Participants 13* Sampel yang diambil adalah seluruh pasien
ERSD Di ruang ICU dan HCU RSUP dr. Kariadi
berdasarkan Catatan Medik

Descriptive data 14* Pasien ERSD di ruang ICU dan HCU

Outcome data 15* Peneliti melakukan analisa dengan melihat data


cacatan Rekam Medik di RSUP dr. Kariadi

Discussion
Key results 16 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa
angka kematian pasien ERSD tiap tahun
meningkat.

Limitations 17 Peneliti ini menjelaskan bahwa pasien dengan


ERSD yang terdapat di ICU dan HCU meninggal
karena status pembiyaan ditanggung sendiri dan
penyakit penyerta dari ERSD

Generalisability 18 Hasil Penelitian menunjukkan bahwa 43 pasien


ERSD yang dirawat di ICU dan HCU. Dari
jumlah tersebut terdapat 16 (37,2%) yang masih
hidup dan 27 (62,8%) yang meninggal dunia.

Other information
Funding 19 Peneliti tidak menggunakan dana dalam
melakukan penelitian ini adalah Dari jumlah
tersebut terdapat 16 (37,2%) yang masih hidup
dan 27 (62,8%) yang meninggal dunia.

Hasil analisis 20 Dari hasil analisa jurnal dapat disimpulkan bahwa


individu berdasarkan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
jurnal di atas
selama 2 tahun terakhir ini dari Februari 2010 –
Februari 2012, berdasarkan catatan medik di
RSUP dr. Kariadi Semarang didapatkan 43 pasien
ESRD yang dirawat di ICU dan HCU. Dari
jumlah tersebut terdapat 16 (37,2%) yang masih
hidup dan 27 (62,8%) yang meninggal dunia.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat


dimanfaatkan sebagai evaluasi dan perbaikan
penanganan kasus End Stage Renal Disease.

Perlu adanya penelitian lebih lanjut agar


penelitian ini menjadi lebih baik dan bermanfaat
bagi kita semua, terutama masalah sepsis yang
menjadi penyebab kematian pasien ESRD di ICU
dan HCU

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
dukungan keluarga dalam meningkatkan kualitas hidup penderita Gagal
Ginjal Kronik yang sedang menjalani terapi Hemodialisis
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang ireversibel pada suatu derajat dimana
memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau
transplantasi ginjal. Salah satu sindrom klinik yang terjadi pada gagal ginjal
adalah uremia. Hal ini disebabkan karena menurunnya fungsi ginjal
(Sudoyo, 2009).
Gagal ginjal stadium akhir (End Stage Renal Disease/ESRD) adalah
kondisi saat ginjal kehilangan kemampuan untuk melakukan fungsinya.
Kondisi ini sangat serius, sebab dapat membuat kualitas hidup pasien
menurun drastis. Banyak kasus dari penyakit ini yang berujung pada
kematian.
B. Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut agar penelitian ini menjadi lebih baik
dan bermanfaat bagi kita semua, terutama masalah sepsis yang menjadi
penyebab kematian pasien ESRD di ICU dan HCU

DAFTAR PUSTAKA

Arora, P. 2014. Chronic Kidney Disease. MedScape. Diakses dari


http://emedicine.medscape.com/article/238798-overview. Pada tanggal
19 oktober 2019.
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V.
Jakarta: Interna Publishing.
Brenner, B. M., dan Lazarus, J. M. 2012. Gagal Ginjal Kronik dalam Prinsip-
Prinsip Ilmu

Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8.
Jakarta : EGC
Kidney Failure. 2013. Edema in Chronic Kidney Disease. Diakses dari
http://www.kidneyfailureweb.com/ckd/889.html. Pada tanggal 19
Oktober 2019.
Isselbacher dkk. 2012. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih
bahasa

Asdie Ahmad H., Edisi 13, Jakarta: EGC

Mansjoer, A., Simadibrata, M. K., 2014. Dukungan Nutrisi Pada Penyakit


Kritis (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam). Jakarta Pusat:
InternaPublishing pp. 336.

National Institute of Diabetic and Digestive and Kidney Disease (NIDDK).


2014. Prevent Diabetes Problem : Keep Yout Feet and Skin Healthy.
Diakses dari <http://www.diabetes.niddk.niv.gov>. [diakses pada 19
Oktober 2019].

Penyakit Dalam Harrison Edisi 13. Jakarta: EGC. hlm: 1435-1443.

PERNEFRI, 2011, Konsensus Manajemen Anemia Pada Penyakit Ginjal


Kronik, Perhimpunan Nefrologi (PERNEFRI), Jakarta, 3-48.

Saad, Ehab. 2014. High Blood Pressure/Kidney Disease. Medical College of


Wisconsin. Diakses di
http://www.mcw.edu/Nephrology/ClinicalServices/HighBloodPressur
e.htm.
sudoyo, A. W., Alwin, I, Setiyohadi, B, Simadribata, K. M., Setiati, S. (2006).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 4, Jilid 1. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Sukandar E. 2006. Gagal Ginjal dan Panduan Terapi Dialisis. Bandung:
Pusat Informasi Ilmiah Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran/RS Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Suwitra, Ketut: Penyakit Ginjal Kronik. In: Aru W Sudoyo, editor. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.
p. 1035.
Rahardjo et al., Hemodialisis, Dalam : Aru W. Sudoyo et al, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, (Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
2006).
Tortora GJ, Derrickson B. 2011. Principles of Anatomy and Physiology
Maintanance and Continuity of the Human Body 13th Edition. Amerika
Serikat: John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai