Anda di halaman 1dari 48

MODUL KETERAMPILAN KLINIS

(SKILL LABORATORY)
BLOK 1.3 SISTEM SIRKULASI DAN RESPIRASI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN AJARAN 2013/2014
MODUL KETERAMPILAN KLINIS
(SKILL LABORATORY)
BLOK 1.3 SISTEM SIRKULASI DAN RESPIRASI

Daftar Isi
1. Pemeriksaan Tanda Vital ...................................................... 3
2. Pemeriksaan Fisik Paru ......................................................... 12
3. Pemeriksaan Fisik Jantung .................................................... 28
4. EKG ....................................................................................... 41
PEMERIKSAAN TANDA VITAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN AJARAN 2013/2014
PEMERIKSAAN TANDA VITAL
1. PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

TIU :
Mahasiswa dapat memahami dan mengerti cara mengukur tekanan darah dengan
menggunakan peralatan

TPK :
Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan tekanan darah dengan alat pengukur tekanan
darah dengan baik dan benar.

ALAT YANG DIGUNAKAN :


 Tensimeter air raksa (sphygmomanometer)
 Stetoskop
 Tempat tidur pemeriksaan / kursi dan meja

Tekanan darah yang kita ukur adalah tekanan darah arteri dengan unit satuan “mmHg”.
Tekanan darah adalah : sistole / diastole
Selisih sistole – diastole = tekanan nadi

CARA :
1. Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan, dan meminta ijin
kepada pasien.
2. Siapkan tensimeter dan stetoskop, pastikan alat siap digunakan.
3. Penderita dapat dalam keadaan duduk atau berbaring, tensimeter diletakkan
setinggi jantung penderita, kira-kira pada ICS IV.
4. Lengan dalam keadaan bebas dan rileks, bebaskan tekanan oleh pakaian.
5. Pasang manset sedemikian rupa, dimana posisi arteri di bagian depan, sehingga
melingkari lengan atas secara rapi, tidak terlalu ketat, kira-kira 2,5 cm di atas
lekuk siku. (fossa cubiti)
6. Tempatkan lengan penderita sedemikian sehingga siku dalam keadaan sedikit
fleksi.
7. Carilah lokasi a. radialis. Biasanya terletak disisi ventral pergelangan tangan
bagian lateral, diatas os radius. Dasar yang keras memudahkan meraba denyut
nadi.
8. Carilah arteri brachialis, biasanya terletak di sebelah medial tendo biceps.
9. Dengan satu jari meraba a.radialis / a. brachialis, pompa manset dengan cepat
sampai kira-kira 30 mmHg diatas tekanan ketika pulsasi a.radialis / a. brachialis
menghilang.
10. Turunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai denyutan a.brachialis teraba
kembali. Ini adalah tekanan sistolik palpatoir.
11. Kini ambillah stetokop, pasangkan corong stetoskop diatas a.brachialis pada fossa
cubiti.
12. Pompa manset kembali, sampai kurang lebih 30 mmHg diatas tekanan sistolik
palpatoir.
13. Kemudian secara perlahan turunkan tekanan manset dengn kecepatan 2-3 mmHg
perdetik. Perhatikan saat dimana denyutan a.brachialis terdengar pertama kali pada
stetoskop adalah tekanan sistolik (bunyi Korotkoff I). Lanjutkan penurunan
tekanan manset sampai suara denyutan melemah kemudian menghilang.
14. Bunyi terakhir yg terdengar pada stetoskop sebelum menghilang adalah tekanan
diastolik (bunyi Korotkoff V).
15. Apabila menggunakan tensimeter air raksa, usahakan agar posisi manometer selalu
vertical dan pada waktu membaca hasilnya, mata harus berada segaris horizontal
dengan level air raksa.
16. Pengulangan pengukuran dilakukan setelah menunggu beberapa menit (5 menit)
setelah pengukuran pertama.
17. Nilai tekanan darah adalah rata-ratadari pengukuran pertama dan kedua
18. Tekanan darah normal adalah sistole <120 mmHg dan diastole <80 mmHg (JNC.
VII).
2. PEMERIKSAAN NADI

TIU:
Mahasiswa dapat memahami dan mengerti cara menghitung nadi dan menginterpretasi
irama dan amplitudo nadi.

TPK :
Mahasiswa dapat meraba pulsasi nadi dan menginterpretasi irama dan amplitudo nadi
dengan tepat.

PERALATAN YANG DIPERLUKAN :


 Jam tangan, atau pencatat waktu dengan jarum detik.
Darah yang dipompakan dari ventrikel kiri jantung ke aorta, akan diteruskan ke arteri
seluruh tubuh. Hal ini menimbulkan gelombang / pulsasi sampai ke arteri-arteri di perifer
dan dirasakan sebagai denyut nadi.
Pada umumnya denyut nadi diperiksa pada a. radialis. Dengan mengetahui denyut
nadi permenit, kita dapat mengetahui frekuensi denyut jantung permenit.

CARA KERJA :
1. Posisi penderita duduk atau berbaring
2. Lengan dalam posisi bebas dan relaks
3. Perhiasan dan arloji dilepaskan
4. Pulsasi nadi adalah tempat dimana kita dapat meraba denyut arteri yang sesuai
dengan setiap denyut jantung. Pada prinsipnya pulsasi arteri dapat diraba jika
arteri tersebut bertumpu pada dasar yang keras.
Periksalah denyut nadi pada pergelangan tangan kanan dengan menggunakan jari
telunjuk dan jari tengah pemeriksa pada sisi fleksor bagian lateral dari pergelangan
tangan penderita. Carilah denyut nadi sampai teraba pulsasi yang maksimal.
Jangan memakai ibu jari sebab denyut arteri pada ibu jari akan membingungkan
penghitungan pulsasi.
5. Rabalah nadi yang ditetapkan, amati iramanya (teratur/tidak) dan amplitudonya.
6. Hitung berapa denyut / menit, dengan menghitung denyut selama 15 detik, maka
denyut permenit adalah hasil tersebut dikalikan 4. bila denyut nadi irregular,
periksalah selama 1 menit.
7. Catat hasil pemeriksaan nadi pada pergelangan tangan kanan.
8. Frekuensi nadi normal adalah 60-100 kali permenit.
Bila > 100 kali permenit = takikardia
Bila < 60 kali permenit = bradikardia

Pembuluh – pembuluh darah yang dapat ditemukan adalah sbb :


1. A.radialis :
Pada sisi ventral pergelangan tangan bagian lateral
Biasanya dipakai untuk menetukan denyut dan irama jantung
2. A.carotis communis :
Di leher, dapat teraba di medial bawah angulus mandibulae
Dari beberapa arteri yang dapat diraba denyutnya, a,carotis comunis paling dekat
dngan jantung, sehingga perabaan pulsasi arteri ini sangat berguna untuk
mengevaluasi aktivitas jantung.
Jangan palpasi kedua arteri carotis dalam waktu yang bersamaan, karena dapat
menyebabkan perlambatan pulsasi atau penurunan tekanan darah. Harap diingat arteri
ini memberi perdarahan pada otak.
3. A.brachialis :
Medial terhadap tendo m.biceps brachii (pada lekuk siku)
Pulsasi nadi yang normal:
Regular, 60-100 kali permenit
Normal amplitudo (2)
0 = absent, tidak teraba
1 = lemah, hampir tidak teraba
2 = teraba seperti yang diharapkan (expected)
3 = penuh, bertambah
4 = denyutan sangat keras

3. PEMERIKSAAN RESPIRASI

TIU:
Mahasiswa dapat memahami dan mengerti cara menghitung respiration rate dan
mengintrepetasi frekuensi dari respiration rate

TPK :
Mahasiswa dapat menghitung dan menginterpretasi frekuensi respiration rate dengan
tepat.

Pemeriksaan pernafasan dapat dilakukan dengan inspeksi rongga dada atau dengan
palpasi, meletakkan tangan diatas rongga dada.
Perhatikan kecepatan pernafasan yaitu jumlah inspirasi per menit, harus dihitung
semenit penuh. Pernafasan yang cepat disebut takipnea, pernafasan lambat disebut
bradipnea. Perhatikan pula volume, usaha bernafas, pola pernafasan dan penggunaan
otot pernafasan tambahan.

ALAT
Jam tangan/ stopwatch

CARA KERJA
Amati pola pernafasan dan hitung jumlah inspirasi dalam satu menit. Amati
apakah ada bagian dada yang tertinggal selama inspirasi dan ekspirasi
Interprestasi
Normal : Pada orang dewasa dalam keadaan istirahat adalah 16-24 kali/menit
Lihat tabel frekuensi dan irama nafas di bawah ini:
4. PEMERIKSAAN SUHU

TIU:
Mahasiswa dapat memahami dan mengerti cara mengukur dan menginterpretasi suhu
tubuh.

TPK :
Mahasiswa dapat mengukur dan menginterpretasi suhu tubuh dengan benar

Para dokter harus menentukan apakah demam tersebut disebabkan oleh


pembentukan panas yang berlebihan, berkurangnya pengeluaran panas atau
perubahan termostat sentral. Pemeriksaan suhu tubuh dilakukan dengan bantuan
termometer, dimana terdapat 3 teknik yaitu di mulut, axilla dan rektal.

ALAT YANG DIGUNAKAN :


- Termometer badan
- Kain Lap/tissue pembersih

CARA KERJA :
# Axilla
1. Ketiak pasien dikeringkan/dilap
2. Termometer klinik dikibas-kibaskan sampai meniscus air raksa terletak
dibawah skala 35,5 °C
3. Ujung thermometer diletakkan pada ruang ketiak kiri pasien.
4. Ketiak kiri pasien dan minta pasien untuk menjepitnya.
5. Setelah 5 menit, thermometer diambil dan dibaca. Dipasangkan lagi selama
satu menit dan dibaca kembali. Kalau masih naik, ulangi prosedur diatas
sampai suhu tetap/tidak naik lagi.
6. Termometer dibersihkan.

#Oral
1. Termometer klinik dikibas-kibaskan sampai meniscus air raksa terletak
dibawah skala 35,5 °C
2. Ujung thermometer diletakkan di bawah lidah pasien, pasien diminta untuk
menutup mulutnya.
3. Setelah 5 menit, thermometer diambil dan dibaca. Dipasangkan lagi selama
satu menit dan dibaca kembali. Kalau masih naik, ulangi prosedur diatas
sampai suhu tetap/tidak naik lagi.
4. Termometer dibersihkan
5. Pemeriksaan suhu oral ditunda 10-15 menit apabila pasien baru saja
minum/makan panas/dingin
#Rektal
1. Termometer klinik yang berujung bulat dikibas-kibaskan sampai meniscus
air raksa terletak dibawah skala 35,5°C
2. Ujung thermometer diberi pelumas (baby oil)
3. Bayi diletakkan di atas meja dengan posisi telungkup, angkat badan bayi
dengan memegang bagian dada dengan tangan kiri pemeriksa sehingga
tubuh bayi bagian atas terangkat
4. Dengan tangan kanan ujung thermometer dimasukkan ke dalam anus
sedalam 3-4 cm ke arah umbilicus.
5. Setelah 3 menit, thermometer diambil dan dibaca.
6. Termometer dibersihkan

INTERPRETASI
Suhu tubuh normal : 36,6-37,2°C
Temperatur oral : 0,2-0,5°C lebih rendah dari suhu rektal
Temperatur Axilla : 0,5°C lebi rendah daripada suhu oral
CHECK LIST
PEMERIKSAAN TANDA VITAL

No Kriteria Penilaian Skor


0 1 2 3
1 Memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur
pemeriksaan dan meminta ijin kepada pasien
untuk melakukan pemeriksaan
2 Mempersiapkan posisi pasien
3 Pemeriksaan Nadi :
- Mencari lokasi a. brachialis, a. carotis, a.
radialis, a. poplitea, a. dorsalis pedis
- Hitung frekuensi, irama, volume dan
kontur pada arteri radialis
4 Interprestasi hasil pemeriksaan nadi
5 Pemeriksaan respirasi
6 Interprestasi hasil pemeriksaan respirasi
7 Pemeriksaan suhu aksila
8 Interprestasi hasil pemeriksaan suhu
9 Pengukuran Tekanan darah
- Membebaskan lengan dari pakaian
10 - Memasang manset pada lengan atas pasien
11 - Mencari arteri brachialis
12 - Mengukur tekanan sistolik palpatoir
13 - Mengukur tekanan sistolik dengan
stetoskop
14 - Mengukur tekanan diastolik dengan
stetoskop
15 Interprestasi hasil pemeriksaan tekanan darah

Keterangan :
0 = tidak melakukan
1 = melakukan tapi salah
2 = melakukan tapi kurang sempurna
3 = melakukan dengan sempurna
MODUL KETERAMPILAN KLINIS
(SKILL LABORATORY)
BLOK 1.3 SISTEM SIRKULASI DAN RESPIRASI

PEMERIKSAAN FISIK PARU

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN AJARAN 2013/2014
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik paru, akan sangat membantu jika kita
mengingat kembali terlebih dahulu beberapa lokasi anatomis yang dapat menolong kita
dalam melakukan pemeriksaan fisik.

1. MENENTUKAN LETAK SELA IGA (INTERCOSTAL SPACE = ICS):


a. Dinding dada depan
Pertama-tama temukan incisura jugularis sterni. Kemudian gerakkan jari 5 cm
atau lebih ke arah kaudal sampai menemukan angulus sterni Ludovici yang
menghubungkan manubrium sterni dan korpus sterni. Lalu gerakkan jari ke lateral
untuk menemukan iga 2. Dari sela iga 2, gunakan 2 jari untuk menyusuri sela iga
berikutnya.

b. Dinding dada belakang


a. Dengan jari-jari pada satu tangan, tekan dan telusuri dinding dada belakang
dari daerah lumbal ke kranial sampai teraba sisi inferior iga 12
b. Angulus inferior skapula terletak setinggi vertebra torakal 7 atau sela iga 7.

2. MENENTUKAN VERTEBRA
Posisi kepala penderita dalam keadaan fleksi ke depan. Ujung prosesus spinosus
yang paling menonjol adalah vertebrae C7. Kadang-kadang terdapat dua buah
prosesus spinosus yang kelihatannya sama-sama menonjol, yaitu C7 dan Th 1.
Vertebra berikutnya dapat ditentukan dengan meraba prosesus spinosusnya.

3. MENENTUKAN GARIS-GARIS IMAJINER DI DINDING DADA :


1. Linea midsternal : garis vertikal yang melalui pertengahan sternum,
2. Linea sternal : garis vertikal sejajar midsternal pada tepi sternum.
3. Linea parasternal : garis vertikal 1 cm lateral dari garis sternal.
4. Linea midklavikula : garis vertikal yang sejajar dengan garis midsternal
dan memotong pertengahan masing- masing tulang
klavikula
5. Linea aksilaris anterior : garis vertikal yang melalui lipatan aksila anterior,
6. Linea aksilaris posterior : garis vertikal yang melalui lipatan aksila posterior.
Gambar 1. Proyeksi dada depan

7. Linea midaksilaris : garis vertikal yang dimulai dari puncak aksila atau
garis vertikal yang terletak di pertengahan antara
garis aksilaris anterior dan aksilaris posterior.
8. Linea midspinal : garis vertikal sepanjang prosesus spinosus vertebra.
9. Linea midskapula : garis vertikal yang melalui angulus inferior
skapula.

Gambar 2. Proyeksi dada samping


Gambar 3. Proyeksi dada belakang

4. PROYEKSI PARU PADA DINDING TORAKS


a. Apeks paru : terletak 2-4 cm di atas 1/3 medial tulang klavikula.
b. Sisi inferior paru :
• Anterior kanan:
Pada linea midklavikula setinggi iga 6, dan garis aksilaris anterior setinggi iga 8.
• Posterior :
Setinggi vertebra Torakal 10, pada inspirasi dalam akan bergeser ke bawah
setinggi vertebra Torakal 12

Gambar 4. Proyeksi paru belakang

5. LOBUS PARU
Paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus
inferior. Paru kiri terdiri dari 2 lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior. Fisura
minor membagi lobus superior dan lobus medius paru kanan, sedangkan fisura mayor
(oblik) kanan membagi lobus medius dan lobus inferior paru kanan dan fisura mayor
kiri membagi lobus superior dan lobus inferior paru kiri.
a. Fisura mayor
Pada dinding toraks posterior, fisura mayor dapat diproyeksikan ke margo
vertebralis skapula pada dinding torak posterior jika kedua tangan pasien diletakkan
di atas kepala.
.
b. Fisura minor
Fisura minor diproyeksikan sebagai suatu garis yang dimulai dari garis midaksilaris
setinggi iga 5 dan berjalan ke anterior setinggi iga 4.

Gambar 5. Pembagian lobus paru depan

Gambar 6. Pembagian lobus paru samping


Gambar 7. Pembagian lobus paru belakang

6. MENENTUKAN LETAK KARINA (BIFURCATIO TRACHEA):


a. Anterior : setinggi angulus sterni Ludovici
b. Posterior : setinggi prosesus spinosus vertebra Torakal 4
PEMERIKSAAN FISIK PARU

1. INSPEKSI
A. POLA FERNAPASAN
Penilaian pola pernapasan meliputi: frekuensi (rate), irama (rhythm),
kedalaman (depth), dan usaha bernapas (effort of breathing). Frekuensi napas adalah
jumlah napas inspirasi dan ekspirasi selama 1 menit. Frekuensi napas normal pada
orang dewasa adalah 16- 18 kali / menit.
Pada irama pernapasan, kita menilai apakah pernapasan penderita teratur
(regular) atau tidak teratur (irregular). Kedalaman pernapasan adalah penilaian
apakah penderita bernapas secara normal, dangkal, atau dalam.
Usaha bernapas dinilai dari ada tidaknya otot-otot pernapasan tambahan
yang digunakan pada waktu bernapas seperti otot sternokleidomastoideus, otot
skalenus, dan otot trapesius, juga dilihat adakah retraksi pernapasan di daerah
supraklavikula.

Gambar 8. Retraksi pernafasan

B. BENTUK TORAKS
Kelainan bentuk dada
a. Barrel chest ( dada tong)
b. Funnel chest (pectus excavatum/ dada cerobong)
c. Pigeon chest (pectus carinatum/dada burung/ ayam/ chicken breast)

Deformitas
Deformitas adalah kelainan bentuk toraks yang didapat (acquired) misalnya
karena kecelakaan, trauma, dan lain-lain. Pada trauma yang mengakibatkan
fraktur iga, dapat timbul flail chest atau dada gail yaitu keadaan dimana
dinding toraks pada daerah fraktur bergerak secara berlawanan (paradoks)
dengan dinding toraks yang normal, yaitu masuk ke dalam pada saat inspirasi
dan menonjol ke luar pada saat ekspirasi. Flail chest terjadi bila beberapa iga
yang berurutan mengalami fraktur pada 2 tempat sehingga suatu segmen
dinding toraks terlepas dari kesatuannya.

C. PERGERAKAN DINDING DADA


Simetris / Asimetris
Ada 2 cara untuk memeriksa simetris tidaknya pergerakan dinding dada, antara
lain:
a. Penderita dalam posisi berbaring dan bernapas seperti biasa. Pemeriksa
berdiri di sebelah kaki penderita dan melihat pergerakan arcus costa untuk
menilai simetris atau tidaknya pergerakan dinding dada.
b. Pada penderita yang gemuk, berperut besar, atau pada penderita yang karena
sesaknya tidak dapat berbaring, perhatikan gerakan tulang klavikulanya.

Posisi paksa / terbatas


Apabila karena suatu kelainan penderita merasa tidak nyaman dengan posisi
normal, maka ia akan menyesuaikan diri dalam posisi paksa / terbatas. Hal
tersebut dilakukan penderita agar merasa lebih nyaman dan mengurangi rasa
nyeri. Misalnya : penderita pleuritis akut atau efusi pleura akan berbaring pada
sisi yang sakit untuk mengurangi perasaan nyeri dan sesak yang timbul pada
gerakan napas.

D. LAIN-LAIN
Perhatikan apakah terdapat benjolan tumor, sikatriks, bekas operasi, spider naevi
(pada sirosis hepatis), posisi trakea (bergeser ke kanan/kiri).

2. PALPASI
A. Palpasi trakea
Posisi trakea dapat ditentukan dengan menempatkan ujung jari II dan jari III yang
membentuk huruf V, atau ujung jari II tangan kiri dan kanan di incisura
suprasternalis dan kemudian menentukan kedudukan gelang-gelang trakea dalam
hubungannya dengan sternum.

Gambar 9. Palpasi trakea


B. Menilai pergerakan (ekspansi) dinding dada: simetris/asimetris.
a. Anterior:
Letakkan kedua ibu jari pemeriksa di prosesus sifoideus penderita dan jari-jari
lain di arcus costa. Kemudian gerakkan kedua ibu jari sedikit ke arah medial agar
terdapat lipatan kulit diantara kedua ibu jari. Mintalah penderita untuk melakukan
inspirasi maksimal. Perhatikan pergerakan kedua ibu jari yang menjauhi garis
tengah saat dinding dada mengembang dan lihat apakah pergerakannya simetris
atau tidak.
b. Posterior:
Letakkan kedua ibu jari pemeriksa di garis midspinal setinggi Torakal 10 (karena
setinggi Torakal 10 paru-paru paling mengembang) dan jari-jari lain di arcus
costae. Kemudian gerakkan kedua ibu jari sedikit ke arah medial agar terdapat
lipatan kulit diantara kedua ibu jari. Mintalah penderita untuk melakukan
inspirasi maksimal. Perhatikan pergerakan kedua ibu jari yang menjauhi garis
tengah saat dinding dada mengembang dan lihat apakah pergerakannya simetris
atau tidak.

Gambar 10. Teknik Palpasi pada pemeriksaan pergerakan dinding dada

C. Identifikasi daerah nyeri/ lesi


Rabalah masing-masing iga dan semua bagian dinding dada dengan tekanan kuat.
Pada saat yang sama, tanyakan apakah terdapat perasaan nyeri dan perhatikan bukti
adanya perasaan tidak nyaman. Perasaan nyeri pada palpasi dalam di sela iga dapat
disebabkan oleh peradangan pleura akut atau infark paru.

D. Menilai tanda-tanda abnormalitas


Pada palpasi, periksa juga apakah terdapat tumor (melekat di dinding'dada atau tidak,
ukuran, konsistensi), peradangan, abses (ditandai dengan fluktuasi), dan fraktur iga
(ditandai dengan terdengarnya bunyi seperti gesekan rambut pada palpasi daerah
lesi).
E. Menilai Fremitus Taktil (Tactile Fremitus)
Fremitus terjadi jika getaran suara yang berasal dari laring menjalar ke bronkus
dan mengakibatkan paru dan dinding dada ikut bergetar.
Ada beberapa tehnik dalam memeriksa fremitus taktil. Tehnik pertama dapat
dilakukan dengan cara menepelkan kedua telapak tangan pemeriksa pada punggung
klien dan klien diminta mengucapkan kata tujuh puluh tujuh, telapak tangan digeser
ke bawah dan bandingkan getarannya, normalnya getaran antara kanan dan kiri
teraba sama.
Tehnik yang lain adalah dengan meletakkan kedua sisi ulnar tangan pemeriksa
secara simetris di sela iga dada penderita, kemudian mintalah penderita untuk
mengucapkan kata-kata "satu-dua-tiga" atau "tujuh-puluh-tujuh" dengan suara yang
dalam dan kuat. Pindahkan tangan pemeriksa dari atas ke bagian bawah dinding dada
penderita, dan bandingkan getaran yang dihasilkan oleh suara tersebut. Secara
normal fremitus menurun atau menghilang di daerah precordial.

3. PERKUSI
Perkusi dinding dada berguna untuk membedakan apakah jaringan di
bawahnya terisi udara, cairan, atau jaringan padat. Penetrasi perkusi adalah sekitar 5-
7 cm ke dalam dinding dada sehingga lesi yang letaknya lebih dalam tidak dapat
terdeteksi. Lesi dengan ukuran garis tengah kurang dari 200 - 250 ml juga tidak
dapat mengubah nada perkusi. Efusi pleura yang minimal sudah dapat menimbulkan
perubahan suara perkusi dan fremitus lama sebelum efusi tersebut cukup besar untuk
dapat dilihat pada foto toraks.

A. Teknik Perkusi
Cara melakukan perkusi yang baik adalah
dengan menggunakan jari ketiga tangan
kiri dalam posisi hiperekstensi sebagai
pleximeter. Tekan sendi jari (artikulatio
interphalangeal) distal dengan erat ke
permukaan yang akan diperkusi. Hindari
persentuhan dengan jari lain tangan kiri
karena
akan mempengaruhi hasil perkusi.
Gambar Teknik Perkusi
Selanjutnya, dengan ujung jari
ketiga tangan kanan sebagai
pemukul (plexor) yang berada dalam posisi sedikit fleksi, pemeriksa mengetuk
pangkal ruas jari ketiga tangan kiri. Gerakan mengetuk menggunakan sendi
pergelangan tangan sebagai poros, bukan sendi siku. Lakukan gerakan
mengetuk secara ccpat, tepat, namun rileks, dan ketukan dilakukan 2-3 kali di
setiap tempat yang akan diperkusi. Lakukan perkusi secara simetris pada sisi kiri
dan kanan dada mulai dari apex sampai ke basal paru-paru. Perkusi dinding dada
bagian posterior sebaiknya dilakukan pada penderita dalam posisi duduk sambil
menyilangkan kedua lengannya di depan dada.

B. Karakter suara utama perkusi


Nilailah apakah suara perkusi simetris antara sisi kiri dan sisi kanan. Ada 5 jenis
suara pokok perkusi yang dapat dibedakan berdasarkan 3 kualitas dasar suara yaitu
intensitas, tinggi suara, dan durasi.

No karakteristik Intensitas Tinggi Durasi Contoh

1. Pekak (Flatness) lemah tinggi singkat Paha


2. Redup (Dullness) sedang sedang sedang Hepar
3. S onor (Resonance)) kuat rendah panjang Paru normal
4. Hipersonor (Hyperresonance) Sangat Lebih Lebih Emfisema paru
5. Timpani (tympani) kuat rendah panjang Gaster yang
kuat tinggi kosong, pipi yang
dikembungkan.

Jika mammae seorang wanita menghalangi tindakan perkusi, geserlah mammae


dengan hati-hati menggunakan tangan kiri saat melakukan perkusi dengan tangan kanan.
Jika pemeriksa tidak menggeser mammae, maka suara perkusi yang abnormal mungkin
tidak terdengar. Suara perkusi yang abnormal harus diidentifikasi, dijelaskan, dan
digambarkan lokasinya.

C. Peranjakan
Peranjakan yang dimaksud adalah peranjakan diagfragma pada saat ekspirasi
maksima! dan inspirasi maksimal. Tujuannya adalah untuk menilai kemampuan
gerak diafragma sekaligus untuk menilai ada tidaknya hepatomegali. Pemeriksaan
peranjakan dilakukan dengan melakukan perkusi pada dinding dada bagian belakang
tubuh penderita. Caranya adalah dengan menempatkan pleximeter sejajar dengan sela
iga setinggi batas suara sonor paru pada ekspirasi maksimal (posisi I). Kemudian
mintalah penderita untuk melakukan inspirasi maksimal, dan tentukan kembali batas
bawah suara sonor paru yang baru (posisi II) dengan melakukan perkusi ke arah
bawah. Normal, peranjakan ini berkisar antara 5-6 cm dan simetris pada sisi kiri dan
kanan dada.
4. AUSKULTASI
Auskultasi paru sangat berguna dalam menilai aliran udara yang melalui cabang
trakeobronkial, mendeteksi obstruksi, dan menilai keadaan paru dan rongga pleura
secara umum.

A. Teknik Auskultasi
Dengan menggunakan stetoskop, dengarkan suara napas penderita saat
bernapas dalam (lebih dalam dari normal) melalui mulut yang terbuka. Dengan
menggunakan lokasi pemeriksaan yang sama seperti pada perkusi, bandingkanlah
sisi kiri dan kanan dada, dari atas ke bawah. Dengarkan minimal 1 kali inspirasi
dan 1 kali ekspirasi penuh di setiap lokasi. Waspadalah terhadap keadaan
hiperventilasi pada saat pemeriksaan (misalnya: mengigau atau pingsan, suruhlah
penderita untuk beristirahat jika diperiukan).

B. Suara Napas
Perhatikanlah intensitas suara napas dan nilai apakah suara napas normal
atau melemah. Suara napas dapat melemah pada orang yang tidak mampu
bernapas cukup dalam, atau pada orang yang dinding dadanya terlalu tebal,
misalnya pada obesitas. Suara napas yang melemah didapatkan juga bila aliran
udara menurun (pada PPOK atau kelemahan otot-otot pernapasan), atau bila cairan
atau udara dalam rongga pleura menghambat transmisi udara {pada efusi pleura
atau pneumotoraks). Dalam mendengarkan suara napas, perlu diperhatikan juga
tinggi, intensitas dan durasi suara napas saat inspirasi dan ekspirasi.
Berdasarkan hal tersebut, suara napas dibagi 3 golongan yakni:

Suara Napas Durasi suara Tinggi suara Intensitas Lokasi normal


saat inspirasi napas saat suara napas
dan ekspirasi ekspirasi saat ekspirasi

Vesikular Inspirasi lebih rendah lemah Di daerah perifer


panjangdari paru selain trakea
ekspirasi dan bronkus besar

Bronkial/ Ekspirasi sama tinggi keras Di daerah trakea


trakeobronkial atau lebih dan bronkus besar
panjang dari (central airway),
inspirasi serta di antara
skapula

Bronkovesikular Ekspirasi sama lebih rendah lebih lemah Sedikit di distal


panjang dengan dari suara dari suara napas bronkus besar
inspirasi napas bronkial bronkial (central airway)

Catatan : Secara teoritis, dibedakan suara napas bronkial dan bronkovesikular, tetapi
dalam praktek sehari-hari sulit untuk membedakannya karena tergantung interpretasi
masing-masing pemeriksa. Oleh karena itu, penggolongan yang umum digunakan di
klinik adalah suara napas vesikular dan bronkovesikular saja.

C. Suara napas tambahan


Sampai saat ini ada beberapa klasifikasi istilah yang digunakan dalam klinik untuk
menggambarkan suara napas tambahan. Klasifikasi yang kini banyak digunakan
adalah yang direkomendasikan oleh ATS-ACCP Pulmonary Nomenclature Committee,
yaitu:
Suara napas tambahan Klasifikasi Istilah lain
Crackles: Diskontinyu Rales Ronki basah:
- Fine crackles - Ronki basah halus
- Coarse crackles - Ronki basah kasar
Wheezes Kontinyu, nada tinggi Sibilant Rales, Musical
Rales, Sibilani Ronchus,
Mengi
Ronchi Kontinyu, nada rendah Wheezes nada rendah,
Sonorous, Rales Ronki
kering

D. Pleural Friction Rubs


Pleural Friction Rubs adalah suara yang terdengar berkeretak (cracking)
dan bergesek (grating) yang timbul karena pergesekan pleura visceralis dan pleura
parietalis selama pernapasan. Pada keadaan normal, kedua permukaan pleura tidak
menimbulkan suara saat bergesekan selama pernapasan. Namun pada keadaan
peradangan atau proses neoplastik dimana kedua permukaan pleura menjadi kasar,
maka akan timbul suara friction rub pada saat kedua permukaan pleura tersebut
saling bergesekan.
Pergesekan pleura visceralis dan parietalis paling besar terjadi pada basis
lateral dan posterior paru. Semakin ke atas, pergesekan tersebut berangsur -angsur
semakin berkurang, sehingga pada apeks paru hanya terdapat sedikit atau sama
sekali tidak ada pergesekan. Maka dari itu, suara ini paling jelas terdengar pada
basis paru dan daerah bawah sisi aksila.

E. Fremitus Vokal (Vocal Fremitus/ Vocal resonans/ Breath and Voice Sounds)
Fremitus vokal adalah salah satu pemeriksaan auskultasi dimana penderita
diminta untuk mengucapkan atau membisikkan "satu-dua-tiga" atau "sembilan-
puluh-sembilan" ("tujuh-puluh-tujuh") sambil pemeriksa mendengarkan
penghantaran suara tersebut pada dinding dada dengan stetoskop. Fremitus vokal
diperiksa secara simetris pada sisi kiri dan sisi kanan dada dari atas ke bawah
seperti pada pemeriksaan fremitus taktil. Fremitus vokal mempunyai nilai
diagnostik yang sama dengan fremitus taktil.
Pada keadaan normal, fremitus vokal akan terdengar sebagai suara bising
halus yang tidak jelas. Fremitus vokal paling jelas terdengar di bagian atas dada di
daerah sekitar trakea dan bronkus besar. Fremitus vokal lebih jelas terdengar pada
orang kurus dibandingkan orang gemuk atau berotot, dan lebih jelas pada pria
dibandingkan pada wanita.
CHECKLIST
PEMERIKSAAN FISIK PARU

N KRITERIA SKOR
O
0 1 2 3
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri.
2. Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan.
A Anterior (pasien dalam posisi berbaring)
3. Melakukan Inspeksi paru
a. Pola pernafasan, irama, frekuensi
b. Trakea
c. Pergerakan dinding dada
d. Bentuk Thorax
e. Tumor, sikatriks, bekas operasi, spider naevi
f. Posisi paksa
4 Melakukan Palpasi paru
a. Palpasi trakea
b. Pergerakan di dinding dada
c. Nyeri tekan
d. Meraba tanda- tanda adanya tumor,
peradangan, fraktur iga
e. Fremitus taktil
5 a. Melakukan perkusi paru secara zig-zag
o perkusi secara simetris pada sisi kiri
dan kanan dada mulai dari apex
sampai ke basal paru- paru
o perkusi dilakukan dua sampai tiga
kali di setiap tempat yang akan
diperkusi
b. menentukan batas paru hepar dan
peranjakan
6. Melakukan auskultasi paru secara zig-zag dan
sistematis dari apex ke basis paru
a. Anterior : suara nafas, suara nafas
tambahan, fremitus vocal
B Posterior (pasien dalam posisi duduk dengan
menyilangkan kedua lengan di depan dada)
Melakukan Inspeksi paru
7. Tumor, sikatriks, bekas operasi, spider naevi
8. Melakukan Palpasi paru
a. Pergerakan dinding dada
b. Fremitus taktil
9. Melakukan perkusi paru secara zig-zag
perkusi secara simetris pada sisi kiri dan
kanan dada mulai dari apex sampai ke basal
paru- paru
10. Melakukan auskultasi paru secara zig-zag dan
sistematis dari apex ke basis paru
Posterior : suara nafas, suara nafas tambahan,
fremitus vocal
11. Memberikan interpretasi tentang hasil pemeriksaan
Total skor

Skor 0 : Tidak dilakukan


Skor 1 : Dilakukan dengan salah
Skor 2 : Dilakukan tetapi kurang sempurna
Skor 3 : Dilakukan dengan sempurna
MODUL KETERAMPILAN KLINIS
(SKILL LABORATORY)
BLOK 1.3 SISTEM SIRKULASI DAN RESPIRASI

PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN AJARAN 2013/2014
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG

TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Mahasiswa mampu menunjukkan kemampuan sambung rasa dengan pasien
simulasi, meliputi : memberikan salam, memberikan situasi yang nyaman bagi
pasien, menunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya serta meminta
persetujuannya dalam memutuskan suatu tindakan.
2. Mahasiswa mampu melakukan inspeksi pada jantung
3. Mahasiswa mampu melakukan palpasi pada jantung
4. Mahasiswa mampu melakukan perkusi pada jantung
5. Mahasiswa mampu melakukan auskultasi pada jantung
6. Mahasiswa mampu menarik kesimpulan dari hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan dan membuat catatan hasil pemeriksaan

PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Fasilitator memberikan contoh cara pemeriksaan jantung dengan probandus salah
satu mahasiswa.
2. Mahasiswa dapat melakukan secara mandiri kedua pemeriksaan tersebut dengan
dipandu oleh fasilitator. Setiap mahasiswa diberikan waktu 10 menit.
3. Kegiatan dilaksanakan dalam 2x50 menit.
4. Fasilitator diharapkan memberikan umpan balik dan nilai formatif pada lembar
yang telah disediakan.

TINJAUAN PUSTAKA
Untuk dapat melakukan dan menginterprestasikan pemeriksaan dengan baik kita harus
memahami anatomi dan fisiologi dari jantung. Berikut adalah anatomi dan fisiologi dari
jantung :

Anatomi Jantung :

Jantung terdiri dari 4 ruangan yaitu atrium kanan dan kiri, ventrikel kanan dan kiri.
Lihat kembali anatomi jantung dan pembuluh darah besarnya.
Batas bawah ventrikel kanan berada di daerah sekitar perbatasan sternum dan
prosesus xyphoideus.Ventikel kiri berada di sebelah kiri dan sebagian besar di
belakang ventrikel kanan, membentuk batas kiri jantung dan terdapat impuls apikal,
sebuah impuls sistolik yang terdapat daerah interkosta ke-6, 7-9 cm dari garis
midsternal. Batas kanan jantung dibentuk oleh atrium kanan. Atrium kiri terletak
posterior, sulit diperiksa secara langsung

Proyeksi jantung pada permukaan dada :


 Atrium kanan. Merupakan bagian jantung yang terletak paling jauh di sisi
kanan, yaitu kira-kira 2 cm di sebelah kanan tepi sternum setinggi sendi
kostosternalis ke-3 sampai ke-6.
 Ventrikel kanan. Menempati sebagian besar proyeksi jantung pada dinding
dada.Batas bawahnya adalah garis yang menghubungkan sendi kostosternalis
ke-6 dengan apeks jantung.
 Ventrikel kiri. Ventrikel kiri tidak begitu tampak jika dilihat dari depan. Pada
proyeksi jantung pada dada, daerah tepi kiri –atas selebar 1,5 cm, merupakan
wilayah ventrikel kiri. Batas kiri jantung adalah garis yang menghubungkan
apeks jantung dengan sendi kostosternalis ke-2 sebelah kiri.
 Atrium kiri. Adalah bagian jantung yang letaknya paling posterior dan tidak
terlihat dari depan. Kecuali sebagian kecil saja yang terletak di belakang sendi
kostosternalis kiri ke-2.

Secara topografi jantung berada di bagian depan rongga mediastinum


Bagian dada yang ditempati oleh proyeksi jantung yang seperti terlukis di atas
tersebut dinamakan prekordium

Alat yang perlu dipersiapkan antara lain :


- Double Lumen-Stetoskop
- Timer

Sebelum melakukan pemeriksaan hal-hal berikut harus dipertimbangkan :


- Pakaian atas pasien harus disiapkan dalam keadaan terbuka.
- Ruang pemeriksaan harus tenang untuk menampilkan auskultasi yang
adekuat.
- Tetap selalu menjaga privasi pasien
- Prioritaskan dan perhatikan untuk tanda-tanda kegawatan

Teknik pemeriksaan
Untuk sebagian besar pemeriksaan jantung, posisi pasien adalah berbaring dengan
kepala dinaikkan sekitar 30 °.
Jika ditemukan abnormalitas sebaiknya dijabarkan tentang :
- Fasenya pada siklus jantung
- Lokasinya
- Efek yang timbul pada manuver tertentu.
1. Inspeksi
Minta pasien untuk berbaring dengan kepala ditinggikan 30° dari garis horisontal.
Tanda-tanda yang diamati :
a. Vena-vena leher
Untuk mengetahui jugular venous pressure (JVP) yang menggambarakn
tekanan di dalam atrium kanan.
- Aturlah posisi kepala pasien 30° dari garis horisontal. M.
sternecleidomastoideus diusahakan dalam keadaan rileks.
- Sinarilah sisi kanan leher dengan membentuk sudut dengan lampu senter
anda.
- Identifikasi vena jugularis eksterna kemudian temukan pulsasi dari vena
jugularis interna
- Identifikasi level tertinggi dari pulsasi vena jugularis interna yang dapat
terlihat
- Lakukan pengukuran dengan cara :letakkan penggaris tegak lurus di atas
angulus sternalis. Dengan bantuan benda lurus lainnya (kerta, pengaris),
letakkan benda tersebut sehingga menghubungkan level tertinggi pulsasi
vena jugularis interna dengan penggaris. Antara benda dan penggaris
membentuk sudut 90° .
- Lihat berapa angka yang ditunjuk benda di penggaris. Tekanan vena
Jugularis didapat dengan rumus : 5 + angka yang ditunjuk. (5 adalah jarak
atrium kanan ke dinding dada).
- Level tertinggi pulsasi vena jugularis dapat berada di bawah angulus
sternalis, yang berarti tekanan vena jugularis tidak meningkat.
- Jika sulit melihat pulsasi vena jugularis interna, identifikasi vena jugularis
ekaterna. Identifikasi daerah dimana vena jugularis eksterna tampak kolaps.
Ukur jarak vertikal dari titik tersebut dari angulus sternalis
b. Bentuk prekordium
Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris. Prekordium yang cekung
dapat terjadi akibat perikarditis menahun, fibrosis atau atelektasis paru,
scoliosis atau kifoskoliosis. Prekordium yang gembung dapat terjadi akibat dari
pembesaran jantung, efusi epikardium, efusi pleura, tumor paru, tumor
mediastinum. Pemeriksa berada di ujung kaki pasien untuk melihat
kesimetrisan

c. Periksa seluruh dinding dada anterior, lihat adanya denyutan. Berikan perhatian
pada daerah-daerah berikut : interkosta ke-2 kanan dan kiri, batas kiri sternum,
epigastric, apeks jantung.
 Denyut nadi pada dada
- Apabila di dada bagian atas terdapat denyutan maka harus curiga adanya
kelainan pada aorta
- Aneurisma aorta ascenden dapat menimbulkan denyutan di ruang
interkostal II kanan, sedangkan denyutan dada di daerah ruang interkostal
II kiri menunjukkan adanya dilatasi a. pulmonalis dan aneurisma aorta
descenden

 Denyut vena
Vena yang tampak pada dada dan punggung tidak menunjukkan denyutan.
Vena yang menunjukkan denyutan hanyalah vena jugularis interna dan
eksterna

 Denyut pada apeks jantung


- Dalam keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur terlentang atau
berdiri iktus terlihat didalam ruangan interkostal V sisi kiri agak medial
dari linea midclavicularis sinistra. Pada anak-anak iktus tampak pada
ruang interkostal IV
- Bila tidak terlihat, minta pasien miring ke kiri dan lihat kembali apakah
tampak iktus. Obesitas, otot dinding dada yang sangat tebal dan
pulmonary emfisema dapat membuat iktus tidak tampak.
- Pada keadaan normal, iktus hanya merupakan tonjolan kecil, yang
sifatnya lokal. Pada pembesaran ventrikel kiri, iktus akan meluas.
- Kadang-kadang kita tidak dapat melihat, tetapi dapat meraba iktus

2. Palpasi
Urutan palpasi dalam rangka pemeriksaan jantung adalah sebagai berikut :
 Pemeriksaan iktus cordis
- Pemeriksa mencari iktus kordis dengan meletakkanlah telapak tangan dan
jari di daerah dimana iktus kordis terlihat pada waktu inspeksi.
- Apabila belum teraba minta pasien untuk ekspirasi maksimal kemudian tahan
nafas.
- Apabila telah diketemukan iktus kordis maka :
 Tentukan lokasi iktus kordis Catatlah posisinya yang tepat yaitu pada
iga keberapa dan jaraknya dari sternum. Pada keadaan normal iktus
cordis dapat teraba pada ruang interkostal kiri V, agak ke medial kira-
kira 2 cm dari linea midklavikularis kiri
 Tentukan titik impuls maksimum yaitu tempat dimana ditemukan
impuls maksimum dengan pulsasi paling kuat dengan satu ujung jari.
 Tentukan lebar iktus kordis tersebut. Normal lebar iktus kordis 2-3
ujung jari (1-2 cm).
 Lakukan penekanan pada iktus kordis dengan kedua ujung jari.
Normal tidak akan kuasa mengangkat tangan kita ke atas.
 Cari ada tidaknya thrill/getaran yang disebabkan oleh bising yang
kasar, low pitched.
- Iktus hanya terjadi selama systole.Oleh karena itu, untuk memeriksa iktus,
kita adakan juga palpasi pada a. carotis comunis untuk merasakan adanya
gelombang yang asalnya dari systole.

 Pemeriksaan getaran / thrill


- Lakukan palpasi menggunakan jari-jari tangan pada daerah interkosta ke 3 ,
ke 4 dan ke 5 tepi kiri sternum ; epigastric area: interkosta ke 2 kanan dan
kiri.
- Bila teraba thrill perhatikan :
 Lokalisasi dari getaran
 Terjadinya getaran : saat systole atau diastole
 Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila orang tersebut
melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi jantung dan darah akan
mengalir lebih cepat atau minta pasien untuk ekspirasi kemudian
tahan nafas
 Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya akan
terdengar bising jantung

3. Perkusi
Kita melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas jantung, yaitu batas kiri
jantung dan batas kanan jantung

- Untuk menentukan batas kiri jantung :


- Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke medial.
- Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup relatif kita
tetapkan sebagai batas jantung kiri
- Normal :
Atas : ICS II kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang jantung)
Bawah : ICS V kiri agak ke medial linea midklavikularis kiri ( tempat
iktus)

b. Untuk menentukan batas kanan :


- Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke medial.
- Disini agak sulit menentukan batas jantung karena letaknya agak jauh dari
dinding depan thorak
- Normal :
Batas bawah kanan jantung adalah di sekitar ruang interkostal III-IV
kanan,di linea parasternalis kanan
Sedangkan batas atasnya di ruang interkostal II kanan linea parasternalis
kanan

4. Auskultasi
Auskultasi jantung menggunakan alat stetoskop duplek, yang memiliki dua corong
yang dapat dipakai bergantian yaitu diafragma dan bell. Diafragma sangat baik
untuk mendengarkan suara dengan frekuensi tinggi seperti BJ I, BJ II, bising
regurgitasi aorta dan mitral, serta pericardial friction rub. Bell sangat baik untuk
mendengarkan bunyi dengan nada rendah seperti BJ III dan BJ IV, murmur atau
bising

- Pasien dalam posisi berbaring dengan kepala dinaikkan 30 °.


- Lakukan auskultasi pada daerah interkosta ke-2 parasternalis kanan (aorta),
sepanjang parasternalis kiri dari interkosta ke 2 (pulmonal) sampai interkosta
ke 5 (tricuspid) dan daerah apek jantung (mitral)
- Auskultasi dapat dimulai dari apeks ataupun basis jantung.
- Auskultasi menggunakan diafragma pada seluruh daerah prekordium dan
gunakan bell dari apeks ke medial sepanjang batas bawah sternum.

a. Bunyi jantung : Bunyi jantung I dan II


 BJ I : Terjadi karena getaran menutupnya katup atrioventrikularis, yang terjadi
pada saat kontraksi isometris dari ventrikel pada permulaan systole

Daerah auskultasi untuk BJ I :


- Pada iktus : katup mitral terdengar baik disini.
- Pada ruang interkostal IV – V kanan, pada tepi sternum : katup
trikuspidalis terdengar disini
- Pada ruang interkostal III kiri, pada tepi sternum : merupakan tempat yang
baik pula untuk mendengar katup mitral.

 BJ II : Terjadi akibat proyeksi getaran menutupnya katup aorta dan katup


pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada permulaan diastole.
BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I

b. Lokasi Auskultasi
CHECKLIST
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG

No Skor
Penilaian
. 0 1 2 3
1. Memberikan salam pembuka saling
memperkenalkan diri
2. Menginformasikan kepada pasien tentang
pemeriksaan yang akan dilakukan, maksud dan
prosedur pemeriksaan
3. Berdiri di sebelah kanan pasien
4. Meminta pasien untuk membuka pakaian bagian
atas
5. Meminta pasien untuk berbaring
Inspeksi
6. Melakukan inspeksi dinding thorax anterior
- Melihat ictus cordis
Palpasi
7. Meraba pulsasi ictus cordis dengan ke-4 jari
tangan dan kemudian menunjuk lokasi ictus
cordis dengan 1 jari
Perkusi
8. Menentukan batas atas jantung
9. Menentukan batas kiri jantung
10. Menentukan batas kanan jantung
Auskultasi
11. Auskultasi di daerah mitral
12. Auskultasi di daerah tricuspidalis
13. Auskultasi di daerah pulmonal
14. Auskultasi di daerah aorta
Total Skor

Skor 0 : Tidak dilakukan


Skor 1 : Dilakukan dengan salah
Skor 2 : Dilakukan kurang sempurna
Skor 3 : Dilakukan dengan sempurna
PANDUAN SKILLS LAB

EKG

BLOK 1.3 SISTEM SIRKULASI DAN RESPIRASI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS JAMBI
2014
Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu mengenali gelombang P, kompleks QRS, gelombang T pada EKG
yang normal

2. Mahasiswa mampu mengerti dan mengenali gambaran EKG yang normal

EKG
Elektrokardiogram (EKG) adalah catatan grafik aktifitas potensial listrik jantung

Fungsi EKG :
1. Menentukan adanya iskemi/infark

2. Diagnosis aritmia

3. Menentukan adanya hipertrofi atrofi dan ventrikel

4. Melihat adanya gangguan elektrolit

5. Melihat adanya Perikarditis

6. Melihat kelainan jantung akibat kelainan sistemik seperti kelainan paru, tiroid

7. Melihat adanya efek obat (digitalis, quinidin)

Prinsip analisis EKG


1. Interpretasi EKG harus disertai data klinis : umur, jenis kelamin, bentuk badan, TD,
diagnosis klinis dan informasi pemakaian obat

2. EKG merupakan sarana bantu, gambaran EKG normal tidak sama dengan jantung
normal, begitu pula sebaliknya

3. Perlu analisis EKG dalam bentuk serial karena ada beberapa kelainan yang bisa
menghilang atau diharapkan muncul (SKA, aritmia)

Elektrode dan Leads (sandapan)


EKG terdiri dari 12 sandapan, 6 sandapan ekstremitas (limb lead, 3 bipolar dan 3 unipolar), dan
6 sandapan dada (prekordial)
Sandapan prekordial terdiri dari 6 sandapan dada (prekordial) yang unipolar

 Sandapan V1, pada sela iga 4 garis sternal kanan

 Sandapan V2, pada sela iga 4 garis sternal kiri

 Sandapan V4, pada sela iga 5 garis mid clavicula kiri

 Sandapan V3, pertengahan antara V2 dan V4


 Sandapan V5, pada sela iga 5 garis axilaris anterior kiri

 Sandapan V6, pada sela iga 5 garis axilaris media kiri

Rekaman EKG Normal

- Kertas EKG berupa kertas grafik dengan garis-garis vertikal dan horizontal yang
membentuk kotak kecil (1mmx1mm) dan kotak besar (5mmx5mm).

- Sumbu horizontal mengukur waktu. 1 kotak kecil (1mm) = 0.04 detik. 1 kotak besar
(5mm) = 0.2 detik.

- Sumbu vertikal mengukur amplitudo (tegangan). 1 kotak kecil = 0.1 mV. 1 kotak
besar = 0.5 mV.

- Pada grafik (EKG) kecepatan gerakan kertas disetel 25mm per detik pada garis
horizontal

- Ukuran voltase disetel 10mm untuk 1 mV pada garis vertikal

Cara Membaca EKG


1. Tentukan irama
2. Hitung heart rate

3. Axis

4. Bagaimana morfologi gelombang P

5. Bagaimana PR interval

6. Morfologi gelombang QRS

7. ST segmen

8. Gelombang T

9. QT interval

10. Gelombang U

11. Kesimpulan

1. Tentukan irama

 Normal : sinus rhytm : teratur, setiap gelombang P diikuti oleh QRS dan P positif di
II, negatif di V1

Irama sinus yaitu tiap denyut jantung berasal dari S-A node
Kriteria:
- Setiap gelombang P diikuti oleh QRS komplek dengan ukuran jarak yang sama

- PR interval 0,12-0,20 detik

- Bentuk P yang tetap untuk setiap lead

- Frekuensi 60-100x/menit

 Irama abnormal :

- Sinus arithmia : tidak teratur, PR interval berubah-ubah

- Junctional : tidak ada gel P

- AV block

- AF : tidak teratur, QRS normal, P banyak atau tak kelihatan

- SVT : teratur, QRS sempit, P sulit dilihat

- VT : irama teratur, QRS lebar, gel P tidak kelihatan

- VF : irama tidak teratur, QRS tidak teratur, P tidak ada

 Dalam menentukan irama jantung harus ditentukan :

- Apakah R-R atau P-P teratur

- Apakah ada gelombang P atau tidak, morfologinya normal atau tidak

- Berapa frekuensi jantung

- PR interval normal atau tidak

- Gelombang QRS normal atau tidak

2. Frekuensi

a. Jarak R-R:
- 1 kotak sedang = 300x/menit

- 2 kotak sedang = 150x/menit

- 3 kotak sedang = 100x/menit

- 4 kotak sedang = 75x/menit, dst

b. Hitung jumlah R-R dalam 6 kotak besar = 6 detik

Jumlah R x 10 = heart rate/menit


c. 1500/jarak R-R (dalam mm) = heart rate/menit

3. Menentukan Axis

Biasanya dihitung dari lead I dan aVF


Nilai normal menurut:
Chung : 0 - +90
Goldman : -30 - +110
Nilai abnormal
Bergeser ke kiri “left axis deviation” (LAD)
Menurut : Chung : 0 - +90
Goldman : -30 - -90
Bergeser ke kanan “Right axis deviation” (RAD) : +110 derajat s/d +180 derajat
4. Gelombang P

- menunjukkan depolarisasi atrium (repolarisasi atrium tidak terlihat karena waktunya


bersamaan dengan depolarisasi ventrikel dan tertutup oleh kompleks QRS yang lebih
mencolok.

- Selalu positif di lead II dan negatif di aVR.

- lebar < 0,12detik dan tinggi < 3mm

5. PR interval

- waktu yang dibutuhkan dari permulaan depolarisasi atrium sampai permulaan


depolarisasi ventrikel.

- Normal PR interval 0,12 – 0,20 detik

- Memanjang : 1st degree and 2nd degree AV block, Bundle Branch Block,
hiperkalemia, hiperkalsemia, hipermagnesia, intraventricular delay conduction

- Memendek : WPW, ectopic pacemaker

6. Gelombang QRS

- menggambarkan depolarisasi ventrikel. Lebarnya 0.06-0.12 detik. Tingginya


tergantung leads

- Gelombang Q = defleksi negatif pertama pada kompleks QRS. Lebar < 1 kotak kecil
(0.04 detik) dan tingginya < 1/3 tinggi R.

- Gelombang R = defleksi positif pertama pada kompleks QRS , gelombang ini sesudah
gelombang Q atau P (bila gelombang Q tidak ada)

- Gelombang S = defleksi negatif sesudah gelombang R atau Q yang tanpa R


7. Segmen ST

- waktu yang dibutuhkan dari akhir depolarisasi ventrikel sampai mulainya repolarisasi
ventrikel.

- Normalnya isoelektris

- Dinilai dari J point (titik akhir komplek QRS) – awal T

- Elevasi bila > 2 mm di V1-2, dan > 1 mm di lead lain

- Terdapat pada infark miokard akut, perikarditis, early repolarisation, aneurisma LV

- ST depresi bila > 1mm di semua lead, terdapat pada kondisi iskemik, LVH,
RVH,LBBB, RBBB dan hipokalemia

8. Gelombang T

- menggambarkan repolarisasi ventrikel

- T tall bila > 1mV, ditemukan pada IMA, hiperkalemia

- T inverted, ditemukan pada iskemia, hipertrofi, BBB

9. QT interval

- Memanjang : pada hipokalsemi, hipotermi, efek obat anti aritmia, anti depressan,
eritromisin, anti histamin, quinolon, anti fungi

- Memendek : hiperkalsemi

10. Gelombang U
- gelombang yang timbul setelah gelombang T dan sebelum gelombang P berikutnya.
Biasanya kecil dan asalnya belum diketahui pasti (diduga akibat repolarisasi lambat
sistem konduksi interventrikel)

11. Kesimpulan

Pembacaan EKG menyebutkan irama, ada/tidak hipertrofi, bundle branch block, AV


block, Iskemia, Infark, atau kondisi klinis yang mendukung diagnosa

Anda mungkin juga menyukai