Modul Skill Lab 1.3 Jadi
Modul Skill Lab 1.3 Jadi
(SKILL LABORATORY)
BLOK 1.3 SISTEM SIRKULASI DAN RESPIRASI
Daftar Isi
1. Pemeriksaan Tanda Vital ...................................................... 3
2. Pemeriksaan Fisik Paru ......................................................... 12
3. Pemeriksaan Fisik Jantung .................................................... 28
4. EKG ....................................................................................... 41
PEMERIKSAAN TANDA VITAL
TIU :
Mahasiswa dapat memahami dan mengerti cara mengukur tekanan darah dengan
menggunakan peralatan
TPK :
Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan tekanan darah dengan alat pengukur tekanan
darah dengan baik dan benar.
Tekanan darah yang kita ukur adalah tekanan darah arteri dengan unit satuan “mmHg”.
Tekanan darah adalah : sistole / diastole
Selisih sistole – diastole = tekanan nadi
CARA :
1. Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan, dan meminta ijin
kepada pasien.
2. Siapkan tensimeter dan stetoskop, pastikan alat siap digunakan.
3. Penderita dapat dalam keadaan duduk atau berbaring, tensimeter diletakkan
setinggi jantung penderita, kira-kira pada ICS IV.
4. Lengan dalam keadaan bebas dan rileks, bebaskan tekanan oleh pakaian.
5. Pasang manset sedemikian rupa, dimana posisi arteri di bagian depan, sehingga
melingkari lengan atas secara rapi, tidak terlalu ketat, kira-kira 2,5 cm di atas
lekuk siku. (fossa cubiti)
6. Tempatkan lengan penderita sedemikian sehingga siku dalam keadaan sedikit
fleksi.
7. Carilah lokasi a. radialis. Biasanya terletak disisi ventral pergelangan tangan
bagian lateral, diatas os radius. Dasar yang keras memudahkan meraba denyut
nadi.
8. Carilah arteri brachialis, biasanya terletak di sebelah medial tendo biceps.
9. Dengan satu jari meraba a.radialis / a. brachialis, pompa manset dengan cepat
sampai kira-kira 30 mmHg diatas tekanan ketika pulsasi a.radialis / a. brachialis
menghilang.
10. Turunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai denyutan a.brachialis teraba
kembali. Ini adalah tekanan sistolik palpatoir.
11. Kini ambillah stetokop, pasangkan corong stetoskop diatas a.brachialis pada fossa
cubiti.
12. Pompa manset kembali, sampai kurang lebih 30 mmHg diatas tekanan sistolik
palpatoir.
13. Kemudian secara perlahan turunkan tekanan manset dengn kecepatan 2-3 mmHg
perdetik. Perhatikan saat dimana denyutan a.brachialis terdengar pertama kali pada
stetoskop adalah tekanan sistolik (bunyi Korotkoff I). Lanjutkan penurunan
tekanan manset sampai suara denyutan melemah kemudian menghilang.
14. Bunyi terakhir yg terdengar pada stetoskop sebelum menghilang adalah tekanan
diastolik (bunyi Korotkoff V).
15. Apabila menggunakan tensimeter air raksa, usahakan agar posisi manometer selalu
vertical dan pada waktu membaca hasilnya, mata harus berada segaris horizontal
dengan level air raksa.
16. Pengulangan pengukuran dilakukan setelah menunggu beberapa menit (5 menit)
setelah pengukuran pertama.
17. Nilai tekanan darah adalah rata-ratadari pengukuran pertama dan kedua
18. Tekanan darah normal adalah sistole <120 mmHg dan diastole <80 mmHg (JNC.
VII).
2. PEMERIKSAAN NADI
TIU:
Mahasiswa dapat memahami dan mengerti cara menghitung nadi dan menginterpretasi
irama dan amplitudo nadi.
TPK :
Mahasiswa dapat meraba pulsasi nadi dan menginterpretasi irama dan amplitudo nadi
dengan tepat.
CARA KERJA :
1. Posisi penderita duduk atau berbaring
2. Lengan dalam posisi bebas dan relaks
3. Perhiasan dan arloji dilepaskan
4. Pulsasi nadi adalah tempat dimana kita dapat meraba denyut arteri yang sesuai
dengan setiap denyut jantung. Pada prinsipnya pulsasi arteri dapat diraba jika
arteri tersebut bertumpu pada dasar yang keras.
Periksalah denyut nadi pada pergelangan tangan kanan dengan menggunakan jari
telunjuk dan jari tengah pemeriksa pada sisi fleksor bagian lateral dari pergelangan
tangan penderita. Carilah denyut nadi sampai teraba pulsasi yang maksimal.
Jangan memakai ibu jari sebab denyut arteri pada ibu jari akan membingungkan
penghitungan pulsasi.
5. Rabalah nadi yang ditetapkan, amati iramanya (teratur/tidak) dan amplitudonya.
6. Hitung berapa denyut / menit, dengan menghitung denyut selama 15 detik, maka
denyut permenit adalah hasil tersebut dikalikan 4. bila denyut nadi irregular,
periksalah selama 1 menit.
7. Catat hasil pemeriksaan nadi pada pergelangan tangan kanan.
8. Frekuensi nadi normal adalah 60-100 kali permenit.
Bila > 100 kali permenit = takikardia
Bila < 60 kali permenit = bradikardia
3. PEMERIKSAAN RESPIRASI
TIU:
Mahasiswa dapat memahami dan mengerti cara menghitung respiration rate dan
mengintrepetasi frekuensi dari respiration rate
TPK :
Mahasiswa dapat menghitung dan menginterpretasi frekuensi respiration rate dengan
tepat.
Pemeriksaan pernafasan dapat dilakukan dengan inspeksi rongga dada atau dengan
palpasi, meletakkan tangan diatas rongga dada.
Perhatikan kecepatan pernafasan yaitu jumlah inspirasi per menit, harus dihitung
semenit penuh. Pernafasan yang cepat disebut takipnea, pernafasan lambat disebut
bradipnea. Perhatikan pula volume, usaha bernafas, pola pernafasan dan penggunaan
otot pernafasan tambahan.
ALAT
Jam tangan/ stopwatch
CARA KERJA
Amati pola pernafasan dan hitung jumlah inspirasi dalam satu menit. Amati
apakah ada bagian dada yang tertinggal selama inspirasi dan ekspirasi
Interprestasi
Normal : Pada orang dewasa dalam keadaan istirahat adalah 16-24 kali/menit
Lihat tabel frekuensi dan irama nafas di bawah ini:
4. PEMERIKSAAN SUHU
TIU:
Mahasiswa dapat memahami dan mengerti cara mengukur dan menginterpretasi suhu
tubuh.
TPK :
Mahasiswa dapat mengukur dan menginterpretasi suhu tubuh dengan benar
CARA KERJA :
# Axilla
1. Ketiak pasien dikeringkan/dilap
2. Termometer klinik dikibas-kibaskan sampai meniscus air raksa terletak
dibawah skala 35,5 °C
3. Ujung thermometer diletakkan pada ruang ketiak kiri pasien.
4. Ketiak kiri pasien dan minta pasien untuk menjepitnya.
5. Setelah 5 menit, thermometer diambil dan dibaca. Dipasangkan lagi selama
satu menit dan dibaca kembali. Kalau masih naik, ulangi prosedur diatas
sampai suhu tetap/tidak naik lagi.
6. Termometer dibersihkan.
#Oral
1. Termometer klinik dikibas-kibaskan sampai meniscus air raksa terletak
dibawah skala 35,5 °C
2. Ujung thermometer diletakkan di bawah lidah pasien, pasien diminta untuk
menutup mulutnya.
3. Setelah 5 menit, thermometer diambil dan dibaca. Dipasangkan lagi selama
satu menit dan dibaca kembali. Kalau masih naik, ulangi prosedur diatas
sampai suhu tetap/tidak naik lagi.
4. Termometer dibersihkan
5. Pemeriksaan suhu oral ditunda 10-15 menit apabila pasien baru saja
minum/makan panas/dingin
#Rektal
1. Termometer klinik yang berujung bulat dikibas-kibaskan sampai meniscus
air raksa terletak dibawah skala 35,5°C
2. Ujung thermometer diberi pelumas (baby oil)
3. Bayi diletakkan di atas meja dengan posisi telungkup, angkat badan bayi
dengan memegang bagian dada dengan tangan kiri pemeriksa sehingga
tubuh bayi bagian atas terangkat
4. Dengan tangan kanan ujung thermometer dimasukkan ke dalam anus
sedalam 3-4 cm ke arah umbilicus.
5. Setelah 3 menit, thermometer diambil dan dibaca.
6. Termometer dibersihkan
INTERPRETASI
Suhu tubuh normal : 36,6-37,2°C
Temperatur oral : 0,2-0,5°C lebih rendah dari suhu rektal
Temperatur Axilla : 0,5°C lebi rendah daripada suhu oral
CHECK LIST
PEMERIKSAAN TANDA VITAL
Keterangan :
0 = tidak melakukan
1 = melakukan tapi salah
2 = melakukan tapi kurang sempurna
3 = melakukan dengan sempurna
MODUL KETERAMPILAN KLINIS
(SKILL LABORATORY)
BLOK 1.3 SISTEM SIRKULASI DAN RESPIRASI
2. MENENTUKAN VERTEBRA
Posisi kepala penderita dalam keadaan fleksi ke depan. Ujung prosesus spinosus
yang paling menonjol adalah vertebrae C7. Kadang-kadang terdapat dua buah
prosesus spinosus yang kelihatannya sama-sama menonjol, yaitu C7 dan Th 1.
Vertebra berikutnya dapat ditentukan dengan meraba prosesus spinosusnya.
7. Linea midaksilaris : garis vertikal yang dimulai dari puncak aksila atau
garis vertikal yang terletak di pertengahan antara
garis aksilaris anterior dan aksilaris posterior.
8. Linea midspinal : garis vertikal sepanjang prosesus spinosus vertebra.
9. Linea midskapula : garis vertikal yang melalui angulus inferior
skapula.
5. LOBUS PARU
Paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus
inferior. Paru kiri terdiri dari 2 lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior. Fisura
minor membagi lobus superior dan lobus medius paru kanan, sedangkan fisura mayor
(oblik) kanan membagi lobus medius dan lobus inferior paru kanan dan fisura mayor
kiri membagi lobus superior dan lobus inferior paru kiri.
a. Fisura mayor
Pada dinding toraks posterior, fisura mayor dapat diproyeksikan ke margo
vertebralis skapula pada dinding torak posterior jika kedua tangan pasien diletakkan
di atas kepala.
.
b. Fisura minor
Fisura minor diproyeksikan sebagai suatu garis yang dimulai dari garis midaksilaris
setinggi iga 5 dan berjalan ke anterior setinggi iga 4.
1. INSPEKSI
A. POLA FERNAPASAN
Penilaian pola pernapasan meliputi: frekuensi (rate), irama (rhythm),
kedalaman (depth), dan usaha bernapas (effort of breathing). Frekuensi napas adalah
jumlah napas inspirasi dan ekspirasi selama 1 menit. Frekuensi napas normal pada
orang dewasa adalah 16- 18 kali / menit.
Pada irama pernapasan, kita menilai apakah pernapasan penderita teratur
(regular) atau tidak teratur (irregular). Kedalaman pernapasan adalah penilaian
apakah penderita bernapas secara normal, dangkal, atau dalam.
Usaha bernapas dinilai dari ada tidaknya otot-otot pernapasan tambahan
yang digunakan pada waktu bernapas seperti otot sternokleidomastoideus, otot
skalenus, dan otot trapesius, juga dilihat adakah retraksi pernapasan di daerah
supraklavikula.
B. BENTUK TORAKS
Kelainan bentuk dada
a. Barrel chest ( dada tong)
b. Funnel chest (pectus excavatum/ dada cerobong)
c. Pigeon chest (pectus carinatum/dada burung/ ayam/ chicken breast)
Deformitas
Deformitas adalah kelainan bentuk toraks yang didapat (acquired) misalnya
karena kecelakaan, trauma, dan lain-lain. Pada trauma yang mengakibatkan
fraktur iga, dapat timbul flail chest atau dada gail yaitu keadaan dimana
dinding toraks pada daerah fraktur bergerak secara berlawanan (paradoks)
dengan dinding toraks yang normal, yaitu masuk ke dalam pada saat inspirasi
dan menonjol ke luar pada saat ekspirasi. Flail chest terjadi bila beberapa iga
yang berurutan mengalami fraktur pada 2 tempat sehingga suatu segmen
dinding toraks terlepas dari kesatuannya.
D. LAIN-LAIN
Perhatikan apakah terdapat benjolan tumor, sikatriks, bekas operasi, spider naevi
(pada sirosis hepatis), posisi trakea (bergeser ke kanan/kiri).
2. PALPASI
A. Palpasi trakea
Posisi trakea dapat ditentukan dengan menempatkan ujung jari II dan jari III yang
membentuk huruf V, atau ujung jari II tangan kiri dan kanan di incisura
suprasternalis dan kemudian menentukan kedudukan gelang-gelang trakea dalam
hubungannya dengan sternum.
3. PERKUSI
Perkusi dinding dada berguna untuk membedakan apakah jaringan di
bawahnya terisi udara, cairan, atau jaringan padat. Penetrasi perkusi adalah sekitar 5-
7 cm ke dalam dinding dada sehingga lesi yang letaknya lebih dalam tidak dapat
terdeteksi. Lesi dengan ukuran garis tengah kurang dari 200 - 250 ml juga tidak
dapat mengubah nada perkusi. Efusi pleura yang minimal sudah dapat menimbulkan
perubahan suara perkusi dan fremitus lama sebelum efusi tersebut cukup besar untuk
dapat dilihat pada foto toraks.
A. Teknik Perkusi
Cara melakukan perkusi yang baik adalah
dengan menggunakan jari ketiga tangan
kiri dalam posisi hiperekstensi sebagai
pleximeter. Tekan sendi jari (artikulatio
interphalangeal) distal dengan erat ke
permukaan yang akan diperkusi. Hindari
persentuhan dengan jari lain tangan kiri
karena
akan mempengaruhi hasil perkusi.
Gambar Teknik Perkusi
Selanjutnya, dengan ujung jari
ketiga tangan kanan sebagai
pemukul (plexor) yang berada dalam posisi sedikit fleksi, pemeriksa mengetuk
pangkal ruas jari ketiga tangan kiri. Gerakan mengetuk menggunakan sendi
pergelangan tangan sebagai poros, bukan sendi siku. Lakukan gerakan
mengetuk secara ccpat, tepat, namun rileks, dan ketukan dilakukan 2-3 kali di
setiap tempat yang akan diperkusi. Lakukan perkusi secara simetris pada sisi kiri
dan kanan dada mulai dari apex sampai ke basal paru-paru. Perkusi dinding dada
bagian posterior sebaiknya dilakukan pada penderita dalam posisi duduk sambil
menyilangkan kedua lengannya di depan dada.
C. Peranjakan
Peranjakan yang dimaksud adalah peranjakan diagfragma pada saat ekspirasi
maksima! dan inspirasi maksimal. Tujuannya adalah untuk menilai kemampuan
gerak diafragma sekaligus untuk menilai ada tidaknya hepatomegali. Pemeriksaan
peranjakan dilakukan dengan melakukan perkusi pada dinding dada bagian belakang
tubuh penderita. Caranya adalah dengan menempatkan pleximeter sejajar dengan sela
iga setinggi batas suara sonor paru pada ekspirasi maksimal (posisi I). Kemudian
mintalah penderita untuk melakukan inspirasi maksimal, dan tentukan kembali batas
bawah suara sonor paru yang baru (posisi II) dengan melakukan perkusi ke arah
bawah. Normal, peranjakan ini berkisar antara 5-6 cm dan simetris pada sisi kiri dan
kanan dada.
4. AUSKULTASI
Auskultasi paru sangat berguna dalam menilai aliran udara yang melalui cabang
trakeobronkial, mendeteksi obstruksi, dan menilai keadaan paru dan rongga pleura
secara umum.
A. Teknik Auskultasi
Dengan menggunakan stetoskop, dengarkan suara napas penderita saat
bernapas dalam (lebih dalam dari normal) melalui mulut yang terbuka. Dengan
menggunakan lokasi pemeriksaan yang sama seperti pada perkusi, bandingkanlah
sisi kiri dan kanan dada, dari atas ke bawah. Dengarkan minimal 1 kali inspirasi
dan 1 kali ekspirasi penuh di setiap lokasi. Waspadalah terhadap keadaan
hiperventilasi pada saat pemeriksaan (misalnya: mengigau atau pingsan, suruhlah
penderita untuk beristirahat jika diperiukan).
B. Suara Napas
Perhatikanlah intensitas suara napas dan nilai apakah suara napas normal
atau melemah. Suara napas dapat melemah pada orang yang tidak mampu
bernapas cukup dalam, atau pada orang yang dinding dadanya terlalu tebal,
misalnya pada obesitas. Suara napas yang melemah didapatkan juga bila aliran
udara menurun (pada PPOK atau kelemahan otot-otot pernapasan), atau bila cairan
atau udara dalam rongga pleura menghambat transmisi udara {pada efusi pleura
atau pneumotoraks). Dalam mendengarkan suara napas, perlu diperhatikan juga
tinggi, intensitas dan durasi suara napas saat inspirasi dan ekspirasi.
Berdasarkan hal tersebut, suara napas dibagi 3 golongan yakni:
Catatan : Secara teoritis, dibedakan suara napas bronkial dan bronkovesikular, tetapi
dalam praktek sehari-hari sulit untuk membedakannya karena tergantung interpretasi
masing-masing pemeriksa. Oleh karena itu, penggolongan yang umum digunakan di
klinik adalah suara napas vesikular dan bronkovesikular saja.
E. Fremitus Vokal (Vocal Fremitus/ Vocal resonans/ Breath and Voice Sounds)
Fremitus vokal adalah salah satu pemeriksaan auskultasi dimana penderita
diminta untuk mengucapkan atau membisikkan "satu-dua-tiga" atau "sembilan-
puluh-sembilan" ("tujuh-puluh-tujuh") sambil pemeriksa mendengarkan
penghantaran suara tersebut pada dinding dada dengan stetoskop. Fremitus vokal
diperiksa secara simetris pada sisi kiri dan sisi kanan dada dari atas ke bawah
seperti pada pemeriksaan fremitus taktil. Fremitus vokal mempunyai nilai
diagnostik yang sama dengan fremitus taktil.
Pada keadaan normal, fremitus vokal akan terdengar sebagai suara bising
halus yang tidak jelas. Fremitus vokal paling jelas terdengar di bagian atas dada di
daerah sekitar trakea dan bronkus besar. Fremitus vokal lebih jelas terdengar pada
orang kurus dibandingkan orang gemuk atau berotot, dan lebih jelas pada pria
dibandingkan pada wanita.
CHECKLIST
PEMERIKSAAN FISIK PARU
N KRITERIA SKOR
O
0 1 2 3
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri.
2. Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan.
A Anterior (pasien dalam posisi berbaring)
3. Melakukan Inspeksi paru
a. Pola pernafasan, irama, frekuensi
b. Trakea
c. Pergerakan dinding dada
d. Bentuk Thorax
e. Tumor, sikatriks, bekas operasi, spider naevi
f. Posisi paksa
4 Melakukan Palpasi paru
a. Palpasi trakea
b. Pergerakan di dinding dada
c. Nyeri tekan
d. Meraba tanda- tanda adanya tumor,
peradangan, fraktur iga
e. Fremitus taktil
5 a. Melakukan perkusi paru secara zig-zag
o perkusi secara simetris pada sisi kiri
dan kanan dada mulai dari apex
sampai ke basal paru- paru
o perkusi dilakukan dua sampai tiga
kali di setiap tempat yang akan
diperkusi
b. menentukan batas paru hepar dan
peranjakan
6. Melakukan auskultasi paru secara zig-zag dan
sistematis dari apex ke basis paru
a. Anterior : suara nafas, suara nafas
tambahan, fremitus vocal
B Posterior (pasien dalam posisi duduk dengan
menyilangkan kedua lengan di depan dada)
Melakukan Inspeksi paru
7. Tumor, sikatriks, bekas operasi, spider naevi
8. Melakukan Palpasi paru
a. Pergerakan dinding dada
b. Fremitus taktil
9. Melakukan perkusi paru secara zig-zag
perkusi secara simetris pada sisi kiri dan
kanan dada mulai dari apex sampai ke basal
paru- paru
10. Melakukan auskultasi paru secara zig-zag dan
sistematis dari apex ke basis paru
Posterior : suara nafas, suara nafas tambahan,
fremitus vocal
11. Memberikan interpretasi tentang hasil pemeriksaan
Total skor
TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Mahasiswa mampu menunjukkan kemampuan sambung rasa dengan pasien
simulasi, meliputi : memberikan salam, memberikan situasi yang nyaman bagi
pasien, menunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya serta meminta
persetujuannya dalam memutuskan suatu tindakan.
2. Mahasiswa mampu melakukan inspeksi pada jantung
3. Mahasiswa mampu melakukan palpasi pada jantung
4. Mahasiswa mampu melakukan perkusi pada jantung
5. Mahasiswa mampu melakukan auskultasi pada jantung
6. Mahasiswa mampu menarik kesimpulan dari hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan dan membuat catatan hasil pemeriksaan
PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Fasilitator memberikan contoh cara pemeriksaan jantung dengan probandus salah
satu mahasiswa.
2. Mahasiswa dapat melakukan secara mandiri kedua pemeriksaan tersebut dengan
dipandu oleh fasilitator. Setiap mahasiswa diberikan waktu 10 menit.
3. Kegiatan dilaksanakan dalam 2x50 menit.
4. Fasilitator diharapkan memberikan umpan balik dan nilai formatif pada lembar
yang telah disediakan.
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk dapat melakukan dan menginterprestasikan pemeriksaan dengan baik kita harus
memahami anatomi dan fisiologi dari jantung. Berikut adalah anatomi dan fisiologi dari
jantung :
Anatomi Jantung :
Jantung terdiri dari 4 ruangan yaitu atrium kanan dan kiri, ventrikel kanan dan kiri.
Lihat kembali anatomi jantung dan pembuluh darah besarnya.
Batas bawah ventrikel kanan berada di daerah sekitar perbatasan sternum dan
prosesus xyphoideus.Ventikel kiri berada di sebelah kiri dan sebagian besar di
belakang ventrikel kanan, membentuk batas kiri jantung dan terdapat impuls apikal,
sebuah impuls sistolik yang terdapat daerah interkosta ke-6, 7-9 cm dari garis
midsternal. Batas kanan jantung dibentuk oleh atrium kanan. Atrium kiri terletak
posterior, sulit diperiksa secara langsung
Teknik pemeriksaan
Untuk sebagian besar pemeriksaan jantung, posisi pasien adalah berbaring dengan
kepala dinaikkan sekitar 30 °.
Jika ditemukan abnormalitas sebaiknya dijabarkan tentang :
- Fasenya pada siklus jantung
- Lokasinya
- Efek yang timbul pada manuver tertentu.
1. Inspeksi
Minta pasien untuk berbaring dengan kepala ditinggikan 30° dari garis horisontal.
Tanda-tanda yang diamati :
a. Vena-vena leher
Untuk mengetahui jugular venous pressure (JVP) yang menggambarakn
tekanan di dalam atrium kanan.
- Aturlah posisi kepala pasien 30° dari garis horisontal. M.
sternecleidomastoideus diusahakan dalam keadaan rileks.
- Sinarilah sisi kanan leher dengan membentuk sudut dengan lampu senter
anda.
- Identifikasi vena jugularis eksterna kemudian temukan pulsasi dari vena
jugularis interna
- Identifikasi level tertinggi dari pulsasi vena jugularis interna yang dapat
terlihat
- Lakukan pengukuran dengan cara :letakkan penggaris tegak lurus di atas
angulus sternalis. Dengan bantuan benda lurus lainnya (kerta, pengaris),
letakkan benda tersebut sehingga menghubungkan level tertinggi pulsasi
vena jugularis interna dengan penggaris. Antara benda dan penggaris
membentuk sudut 90° .
- Lihat berapa angka yang ditunjuk benda di penggaris. Tekanan vena
Jugularis didapat dengan rumus : 5 + angka yang ditunjuk. (5 adalah jarak
atrium kanan ke dinding dada).
- Level tertinggi pulsasi vena jugularis dapat berada di bawah angulus
sternalis, yang berarti tekanan vena jugularis tidak meningkat.
- Jika sulit melihat pulsasi vena jugularis interna, identifikasi vena jugularis
ekaterna. Identifikasi daerah dimana vena jugularis eksterna tampak kolaps.
Ukur jarak vertikal dari titik tersebut dari angulus sternalis
b. Bentuk prekordium
Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris. Prekordium yang cekung
dapat terjadi akibat perikarditis menahun, fibrosis atau atelektasis paru,
scoliosis atau kifoskoliosis. Prekordium yang gembung dapat terjadi akibat dari
pembesaran jantung, efusi epikardium, efusi pleura, tumor paru, tumor
mediastinum. Pemeriksa berada di ujung kaki pasien untuk melihat
kesimetrisan
c. Periksa seluruh dinding dada anterior, lihat adanya denyutan. Berikan perhatian
pada daerah-daerah berikut : interkosta ke-2 kanan dan kiri, batas kiri sternum,
epigastric, apeks jantung.
Denyut nadi pada dada
- Apabila di dada bagian atas terdapat denyutan maka harus curiga adanya
kelainan pada aorta
- Aneurisma aorta ascenden dapat menimbulkan denyutan di ruang
interkostal II kanan, sedangkan denyutan dada di daerah ruang interkostal
II kiri menunjukkan adanya dilatasi a. pulmonalis dan aneurisma aorta
descenden
Denyut vena
Vena yang tampak pada dada dan punggung tidak menunjukkan denyutan.
Vena yang menunjukkan denyutan hanyalah vena jugularis interna dan
eksterna
2. Palpasi
Urutan palpasi dalam rangka pemeriksaan jantung adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan iktus cordis
- Pemeriksa mencari iktus kordis dengan meletakkanlah telapak tangan dan
jari di daerah dimana iktus kordis terlihat pada waktu inspeksi.
- Apabila belum teraba minta pasien untuk ekspirasi maksimal kemudian tahan
nafas.
- Apabila telah diketemukan iktus kordis maka :
Tentukan lokasi iktus kordis Catatlah posisinya yang tepat yaitu pada
iga keberapa dan jaraknya dari sternum. Pada keadaan normal iktus
cordis dapat teraba pada ruang interkostal kiri V, agak ke medial kira-
kira 2 cm dari linea midklavikularis kiri
Tentukan titik impuls maksimum yaitu tempat dimana ditemukan
impuls maksimum dengan pulsasi paling kuat dengan satu ujung jari.
Tentukan lebar iktus kordis tersebut. Normal lebar iktus kordis 2-3
ujung jari (1-2 cm).
Lakukan penekanan pada iktus kordis dengan kedua ujung jari.
Normal tidak akan kuasa mengangkat tangan kita ke atas.
Cari ada tidaknya thrill/getaran yang disebabkan oleh bising yang
kasar, low pitched.
- Iktus hanya terjadi selama systole.Oleh karena itu, untuk memeriksa iktus,
kita adakan juga palpasi pada a. carotis comunis untuk merasakan adanya
gelombang yang asalnya dari systole.
3. Perkusi
Kita melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas jantung, yaitu batas kiri
jantung dan batas kanan jantung
4. Auskultasi
Auskultasi jantung menggunakan alat stetoskop duplek, yang memiliki dua corong
yang dapat dipakai bergantian yaitu diafragma dan bell. Diafragma sangat baik
untuk mendengarkan suara dengan frekuensi tinggi seperti BJ I, BJ II, bising
regurgitasi aorta dan mitral, serta pericardial friction rub. Bell sangat baik untuk
mendengarkan bunyi dengan nada rendah seperti BJ III dan BJ IV, murmur atau
bising
b. Lokasi Auskultasi
CHECKLIST
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
No Skor
Penilaian
. 0 1 2 3
1. Memberikan salam pembuka saling
memperkenalkan diri
2. Menginformasikan kepada pasien tentang
pemeriksaan yang akan dilakukan, maksud dan
prosedur pemeriksaan
3. Berdiri di sebelah kanan pasien
4. Meminta pasien untuk membuka pakaian bagian
atas
5. Meminta pasien untuk berbaring
Inspeksi
6. Melakukan inspeksi dinding thorax anterior
- Melihat ictus cordis
Palpasi
7. Meraba pulsasi ictus cordis dengan ke-4 jari
tangan dan kemudian menunjuk lokasi ictus
cordis dengan 1 jari
Perkusi
8. Menentukan batas atas jantung
9. Menentukan batas kiri jantung
10. Menentukan batas kanan jantung
Auskultasi
11. Auskultasi di daerah mitral
12. Auskultasi di daerah tricuspidalis
13. Auskultasi di daerah pulmonal
14. Auskultasi di daerah aorta
Total Skor
EKG
EKG
Elektrokardiogram (EKG) adalah catatan grafik aktifitas potensial listrik jantung
Fungsi EKG :
1. Menentukan adanya iskemi/infark
2. Diagnosis aritmia
6. Melihat kelainan jantung akibat kelainan sistemik seperti kelainan paru, tiroid
2. EKG merupakan sarana bantu, gambaran EKG normal tidak sama dengan jantung
normal, begitu pula sebaliknya
3. Perlu analisis EKG dalam bentuk serial karena ada beberapa kelainan yang bisa
menghilang atau diharapkan muncul (SKA, aritmia)
- Kertas EKG berupa kertas grafik dengan garis-garis vertikal dan horizontal yang
membentuk kotak kecil (1mmx1mm) dan kotak besar (5mmx5mm).
- Sumbu horizontal mengukur waktu. 1 kotak kecil (1mm) = 0.04 detik. 1 kotak besar
(5mm) = 0.2 detik.
- Sumbu vertikal mengukur amplitudo (tegangan). 1 kotak kecil = 0.1 mV. 1 kotak
besar = 0.5 mV.
- Pada grafik (EKG) kecepatan gerakan kertas disetel 25mm per detik pada garis
horizontal
3. Axis
5. Bagaimana PR interval
7. ST segmen
8. Gelombang T
9. QT interval
10. Gelombang U
11. Kesimpulan
1. Tentukan irama
Normal : sinus rhytm : teratur, setiap gelombang P diikuti oleh QRS dan P positif di
II, negatif di V1
Irama sinus yaitu tiap denyut jantung berasal dari S-A node
Kriteria:
- Setiap gelombang P diikuti oleh QRS komplek dengan ukuran jarak yang sama
- Frekuensi 60-100x/menit
Irama abnormal :
- AV block
2. Frekuensi
a. Jarak R-R:
- 1 kotak sedang = 300x/menit
3. Menentukan Axis
5. PR interval
- Memanjang : 1st degree and 2nd degree AV block, Bundle Branch Block,
hiperkalemia, hiperkalsemia, hipermagnesia, intraventricular delay conduction
6. Gelombang QRS
- Gelombang Q = defleksi negatif pertama pada kompleks QRS. Lebar < 1 kotak kecil
(0.04 detik) dan tingginya < 1/3 tinggi R.
- Gelombang R = defleksi positif pertama pada kompleks QRS , gelombang ini sesudah
gelombang Q atau P (bila gelombang Q tidak ada)
- waktu yang dibutuhkan dari akhir depolarisasi ventrikel sampai mulainya repolarisasi
ventrikel.
- Normalnya isoelektris
- ST depresi bila > 1mm di semua lead, terdapat pada kondisi iskemik, LVH,
RVH,LBBB, RBBB dan hipokalemia
8. Gelombang T
9. QT interval
- Memanjang : pada hipokalsemi, hipotermi, efek obat anti aritmia, anti depressan,
eritromisin, anti histamin, quinolon, anti fungi
- Memendek : hiperkalsemi
10. Gelombang U
- gelombang yang timbul setelah gelombang T dan sebelum gelombang P berikutnya.
Biasanya kecil dan asalnya belum diketahui pasti (diduga akibat repolarisasi lambat
sistem konduksi interventrikel)
11. Kesimpulan