Tugas Pokok Dan Fungsi Kepala Sekolah
Tugas Pokok Dan Fungsi Kepala Sekolah
Kantor
Siswa
Pegawai
Perlengkapan
Keuangan
1. Seleksi administrasi
6. Wawancara
Berikut contoh soal Instrumen 1a disebut “respon terhadap situasi A “untuk Calon Kepala
Sekolah SD.
Petunjuk:
1. Menelaah skenario situasi yang terdapat di dalam lembar instrumen ini dan
mengidentifikasi satu situasi bermasalah yang harus segera diatasi.
2. Menjabarkan tindakan yang akan diambil untuk dapat segera mengatasi masalah yang
telah diidentifikasi.
Soal:
Skenario Situasi:
SD X merupakan suatu sekolah yang terletak di tepi jalan utama. Di depan pintu pagar
sekolah, banyak terdapat penjual makanan yang sedang menjajakan makanannya.
Pada hari Senin, seperti biasa, para warga sekolah melaksanakan upacara bendera. Persis
setelah upacara dilakukan, yaitu sekitar pukul 08.00 WIB, tiba-tiba satu per satu siswa SD X
mengeluh tubuhnya lemas, sakit kepala, sakit perut dan hendak muntah. ‘ Awalnya cuma
satu, tapi lama kelamaan makin banyak,’ kata Kepala Sekolah X
Sebelum kejadian, Kepala Sekolah melihat siswa-siswanya keluar pekarangan sekolah dan
menyantap jajanan berbentuk daging olahan yang dijajakan pedagang di depan sekolah,
padahal kebanyakan dari siswa tersebut sudah membawa makanan dari rumah masing-
masing.
Respon :
Berdasarkan skenario situasi di atas, masalah yang harus segera diatasi adalah:
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 13 Tahun 2007 tentang Standar
Kepala Sekolah/Madrasah memberikan acuan bagi pengembangan kompetensi kepala
sekolah/madrasah. Dengan standar tersebut diharapkan seluruh kepala sekolah/madrasah di
Indonesia dapat memiliki kompetensi yang paripurna. Namun demikian, informasi yang ada
menunjukkan belum terpenuhinya standar kompetensi kepala sekolah/madrasah. Sistem
rekruitmen dan pembinaan karir kepala sekolah/madrasah yang belum mapan menjadi salah
satu penyebab belum tercapainya standar kompetensi kepala sekolah/madrasah ini.
Diperlukan upaya terus menata sistem ke-kepalasekolah-an agar para kepala sekolah dapat
memenuhi kompetensi yang diharapkan.
Salah satu upaya menuju kepala sekolah/madrasah yang lebih baik adalah penerapan sistem
lisensi. Dalam sistem lisensi, calon kepala sekolah/madrasah akan diseleksi secara
administratif, sesuai ketentuan Permendiknas No. 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah; dan secara akademik, dengan pemenuhan kriteria akademik yang
meliputi: 1) Penilaian Kinerja sebagai guru; 2) Rekomendasi dari Kepala Sekolah; 3)
Rekomendasi dari pengawas sekolah; 4) Makalah tentang kepemimpinan sekolah; dan 5)
Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK/LPA=Leadership Potential Assessment).
Penilaian Potensi Kepemimpinan, merupakan salah satu komponen penting dalam proses
lisensi calon kepala sekolah yang harus dilaksanakan secara menyeluruh dan sistematis.
Untuk itulah panduan ini disusun, sebagai suatu guidelines pelaksanaan PPK, agar diperoleh
satu kesamaan konsep, prinsip, komponen, ruang lingkup dan mekanisme bagi pelaksana
PPK, melalui rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing. Panduan ini ditujukan baik
bagi asesor, sebagai ujung tombak pelaksanaan PPK, maupun bagi lembaga-lembaga terkait
seperti LPPKS, PPPPTK, LPMP, Dinas Pendidikan dan Kantor Depag di tingkat provinsi/
kabupaten/kota agar bersama dapat saling menjalankan tugas dan tanggung jawabnya demi
proses lisensi calon kepala sekolah yang reliable, untuk menghasilkan kepala sekolah-kepala
sekolah terbaik, menuju terwujudnya pendidikan Indonesia yang lebih baik.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan panduan ini.
Masukan yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 13 Tahun 2007 tentang Standar
Kepala Sekolah/ Madrasah menuntut dilakukannya penataan kembali sistem rekruitmen dan
pembinaan karir kepala sekolah yang lebih sistematis dan terjamin, suatu sistem yang mampu
membuat standar nasional kompetensi ini diperhatikan, baik oleh calon kepala sekolah,
kepala sekolah dalam jabatan maupun dinas pendidikan kabupaten/kota dan provinsi.
Sebagai salah satu upaya penataan kepala sekolah/madrasah, kebijakan nasional menetapkan
setiap calon kepala sekolah/madrasah untuk berlisensi. Proses lisensi ini akan menghadapkan
calon kepala sekolah/madrasah, salah satunya, pada suatu proses penilaian akademik, yang di
dalamnya meliputi Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK/LPA=Leadership Potential
Assessment).
Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK/LPA=Leadership Potential Assessment) bertujuan
untuk membantu menilai kesiapan calon, memilah para calon yang potensial, untuk nantinya
dapat terus mengikuti tahapan proses seleksi menuju lisensi. PPK akan menghadapkan calon
kepala sekolah/madrasah pada sejumlah bahan-bahan informasi dan permasalahan yang
terjadi di sekolah/madrasah, yang harus direspon oleh mereka para calon kepala
sekolah/madrasah. Asesor terlatih akan menilai respon-respon tersebut, dengan merujuk pada
standar-standar penilaian (rubrik) yang telah disepakati. Selanjutnya, asesor akan
memberikan penilaian atas potensi kepemimpinan para calon, membuat keputusan (dengan
didukung alasan) dengan merujuk pada rubrik, serta memberi feedback kepada para calon.
Agar PPK dapat mencapai tujuannya, diperlukan
adanya 1) pemahaman tentang landasan filosofis, CPD Guru dan Kepala Sekolah, konsep,
prinsip, komponen, ruang lingkup, mekanisme dan penilaian PPK; 2) asesor yang terlatih dan
terakreditasi; 3) penyediaan asesor dan pelatihan calon asesor PPK secara berkelanjutan,
demi pelaksanaan PPK yang terbaik. Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan panduan
agar penyelenggaraan PPK berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan mencapai tujuannya.
B. Dasar Hukum
C. Tujuan
D. Sasaran
Penilaian Potensi Kepemimpinan dilaksanakan bagi guru yang berpotensi sebagai calon
kepala sekolah/madrasah yang telah memenuhi persyaratan administratif.
BAB II
PENILAIAN POTENSI KEPEMIMPINAN (PPK)
Stoop & Johnson (1967) mengemukakan empat belas peranan kepala sekolah, yaitu: (a)
kepala sekolah sebagai business manager, (b) kepala sekolah sebagai pengelola kantor, (c)
kepala sekolah sebagai administrator, (d) kepala sekolah sebagai pemimpin profesional, (e)
kepala sekolah sebagai organisator, (f) kepala sekolah sebagai motivator atau penggerak staf,
(g) kepala sekolah sebagai supervisor, (h) kepala sekolah sebagai konsultan kurikulum, (i)
kepala sekolah sebagai pendidik, (j) kepala sekolah sebagai psikolog, (k) kepala sekolah
sebagai penguasa sekolah, (l) kepala sekolah sebagai eksekutif yang baik, (m) kepala sekolah
sebagai petugas hubungan sekolah dengan masyarakat, dan (n) kepala sekolah sebagai
pemimpin masyarakat.
Kepala Sekolah dikatakan profesional jika memenuhi kriteria seperti yang dikatakan oleh
Tantri Abeng (1997), sebagai berikut :
a. Pengetahuan
Kepala Sekolah hendaknya mempunyai pengetahuan yang mendalam dan relevan dengan
tugasnya sebagai Kepala Sekolah. Selanjutnya dia mempunyai motivasi yang tinggi untuk
selalu memperdalam atau mengembangkan pengetahuannya tersebut.
b. Keterampilan
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh Kepala Sekolah adalah mempunyai skill atau
keterampilan yang menunjang tugasnya. Keterampilan tersebut selalu dikembangkan sesuai
dengan tuntutan jaman.
c. Sikap Mental (Attitude) :
Syarat ketiga yang harus dipenuhi untuk dapat dikatakan profesional adalah mempunyai
sikap mental atau attitude yang positif sebagai fondasi bagi tegaknya integritas profesional itu
sendiri. Seorang profesional adalah seorang yang sadar bahwa potensi dirinya harus selalu
terpelihara, serta sadar untuk menghasilkan karya yang terbaik, karena hanya dengan
menghasilkan karya terbaik dapat merupakan jaminan “Instainable existensi” dirinya dalam
menyikapi integritas profesional itu sendiri.
d. Wawasan yang luas :
Kepala Sekolah hendaknya mempunyai wawasan yang luas sehingga dapat memimpin
sekolah dengan penuh kearifan.
e. Mensenyawakan Visi, Nilai, dan Keberanian :
Kepala Sekolah diharapkan dapat mensenyawakan antara visi (vision), nilai (value), dan
keberanian (courage) secara konsisten.
f. Pembentukan rasa bangga :
Bekerja demi membuktikan bahwa diri kita memiliki makna/arti bagi kehidupan adalah
bermakna bagi diri pribadi, keluarga dan lingkungan yang mencakup manusia disekitar kita,
alam semesta dan dalam lingkungan yang lebih luas, yaitu bangsa dan negara.
g. Kebulatan tekad, disiplin dan kerja keras
Kebulatan tekad merupakan landasan penting untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Tekad
yang bulat adalah modal untuk selalu merasa haus akan kemajuan kreatifitas, selalu ingin
memperbaiki, mencari dan effisien serta kreatif. Kebulatan tekad harus ditunjang dengan
disiplin dan kemauan untuk bekerja keras agar secara konsisten mampu menghasilkan
produktivitas yang tinggi. “Kita harus tidak tenang dan tidak enak” bila hasil kerja yang
diberikan tidak optimal.
h. Kebersamaan
Landasan kebersamaan adalah “masalahmu adalah masalahku dan kepentinganku adalah
kepentinganmu”. Paham egoisme sektoral yang harus dihilangkan dari hati sanubari.
Pelaksanaan PPK merupakan bagian dalam proses lisensi calon kepala sekolah. Adapun
kedudukan PPK dalam proses lesensi sebagaimana terlihat dalam gambar 1.
PPK adalah bagian dari rangkaian kegiatan peningkatan mutu yang bersifat periodik dan
berkelanjutan. Sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 1, terlihat bahwa Penilaian
Potensi Kepemimpinan (PPK/LPA= Leadership Potential Assessment) berada dalam lingkup
persyaratan akademis, bersamaan dengan keberadaan rekomendari dari kepala sekolah dan
pengawas beserta serta naskah akademik. PPK sendiri dimaksudkan sebagai asesmen yang
digunakan untuk membantu menilai kesiapan, memilah para calon yang potensial dan untuk
berkontribusi pada proses seleksi untuk mengikuti PPP/SPP seperti dijelaskan di atas.
3. Konsep Penilaian Potensi Kepemimpinan
a. Asesmen
Secara umum, asesmen adalah proses mengumpulkan informasi yang biasanya digunakan
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang nantinya akan dikomunikasikan kepada
pihak-pihak terkait oleh asesor” (Nietzel dkk,1998). Menurut Salvia dan Yesseldyke seperti
dikutip oleh Lerner (1988: 54), asesmen dilakukan untuk memperoleh informasi yang akan
digunakan dalam penyaringan (screening), pengalihtanganan (referal), klasifikasi
(classification), oerencanaan pengembangan (developmental planning), pemantauan
kemajuan belajar (progress monitoring). Bentuk asesmen sendiri dibedakan oleh Cronbach
(1960) menjadi 2 kelompok, yaitu:
1) analis klinis di mana asesmen hanya berdasarkan pada satu jenis tes saja dengan
interpretasi yang dibuat berdasarkan teori terkait
2) prediksi kinerja individu dalamvpenyelesaian tugas-tugas yang memerlukan tanggung
jawab besar
Secara khusus, saat mengukur potensi seseorang dalam dunia kerja, keberhasilan dari
asesmen sangat dipengaruhi pleh sejauh mana asesor cukup efektif dalam menjalankan
prosedur dan mekanismenya sehingga hasil yang diperoleh mampu memprediksikan future
performance atau potential, terutama dalam hal kepemimpinan. Untuk memudahkan
pemahaman proses dalam asesmen, dapat dicermati karakteristik sebagai berikut:
1) asesmen dirancang berkaitan dengan kompetensi/dimensi jabatan
2) menggunakan berbagai simulasi yang mencerminkan tingkah laku yang menjadi prasyarat
jabatan yang akan diduduki.
3) satu kegiatan asesmen diikuti oleh 5-6 orang asesi yang harus mengikuti semua simulasi
atau exercise yang sama dan setiap asesi akan diobsevasi/ dievaluasi oleh sekurang-
kurangnya 2 orang Asesor.
4) setiap Asesor harus menerima pelatihan yang baik dan mampu melakukan garis-garis
pedoman kinerja penilai sebelum berpartisipasi dalam sebuah proses asesmen.
5) beberapa prosedur sistematis harus digunakan oleh Asesor untuk mencatat secara akurat
pengamatan terhadap perilaku spesifik pada saat kejadian.
6) asesor harus mempersiapkan beberapa laporan atau catatan hasil pengamatan yang dibuat
pada setiap simulasi/latihan untuk dipakai sebagai bahan diskusi bersama para penilai.
7) hasil akhir asesmen ditentukan melalui data integrasi seluruh bukti perilaku yang
menghasilkan konsesus diantara Asesor.
8) penggabungan hasil pengamatan/ observasi perilaku harus didasarkan pada pengumpulan
informasi yang didapat dari teknik penilaian selama simulasi berlangsung, bukan dari
informasi yang tidak relevan dengan proses penilaian.
9) asesi di evaluasi berdasarkan kriteria/ standar yang telah ditentukan dengan jelas, bukan
dibandingkan satu sama lain.
Secara khusus, dalam rangkaian PKB ini, PPK terdiri dari sejumlah bahan-bahan stimulus
sesuai dengan situasi/kondisi nyata di lapangan yang harus direspon para calon secara analitis
dengan cara:
1) mengidentifikasi isu-isu utama,
2) menciptakan pilihan-pilihan tindakan,
3) menjustifikasi/mempertimbangkan tindakan-tindakan atau solusi-solusi yang diusulkan.
Respon-respon calon dinilai potensinya oleh asesor terlatih dengan merujuk pada standar-
standar (rubrik) yang disepakati, di mana ada harapan bahwa calon kepala sekolah yang
terbaik dapat memberikan respon yang istimewa, sedangkan calon kepala sekolah yang
kurang berpotensi pasti memberikan respon yang buruk sebagai penanda bahwa yang
bersangkutan kurang memiliki potensi kepemimpinan pendidikan. Sehubungan dengan
harapan ini, rubrik terdiri dari 3 kelompok respon, yaitu “sangat memuaskan”, “memuaskan”,
dan “kurang memuaskan”.
1) Sangat memuaskan jika respon menunjukkan analisa yang kuat, pemecahan masalah yang
aplikatif, dan berdasarkan para standard nasional pendidikan
2) Memuaskan jika responnya masih cenderung umum, pemecahan masalah masih bersifat
wacana, dan masih ada standard nasional pendidikan yang tidak diperhatikan
3) Kurang memuaskan jika responnya buruk, tidak menyelesaikan masalah sesuai dengan
standard, atau bahkan memperburuk situasi.
Asesor membuat keputusan secara bersama dengan didukung alasan yang jelas dengan
merujuk pada rubik tersebut. Hasil dari keputusan dijadikan bahan dalam memberikan umpan
balik kepada peserta, bisa secara lisan maupun tulisan, tanpa merubah hasil dari keputusan
akhir itu sendiri.
b. Prinsip
1) Keadilan (fair)
PPK dalam hal ini konsep, pertanyaan, bahan dan juga asesor harus bebas dari kepentingan
calon atau kepentingan kelompok/golongan berdasarkan suku, agama, ras, politik, dan lain
sebagainya, tetapi sepenuhnya didasarkan atas pertimbangan justifikasi para asesor terhadap
kualitas jawaban/respon yang diberikan oleh para calon kepala sekolah/madrasah berdasarkan
hasil analisa, pertimbangan logika akademik dan empiris, relevansi jawaban/respon,
urgensitas jawaban/respon.
2) Menyeluruh (holistik)
PPK harus secara komprehensif mencakup keseluruhan aspek potensi kepemimpinan calon
kepala sekolah/madrasah, khususnya kepemimpinan dalam bidang pendidikan. Walaupun
mungkin saja ada penekanan pada aspek-aspek tertentu misalnya personalitas, intelektualitas,
daya juang dan daya pikir, namun hal itu dipandang sebagai fokus dan bukan sebagai sebuah
bentuk penekanan pada aspek-aspek tertentu. Prinsip ini untuk memenuhi tuntutan multi
tujuan dari PPK, berupa kualitas pribadi, profesionalisme, dan motivasi guru calon kepala
sekolah.
3) Terbuka (transparan)
PPK, terutama hasil keputusan yang diberikan harus didasari oleh kepercayaan pada
kemampuan para asesor, musyawarah dan mufakat, dan bersama-sama melakukan
penjaringan secara obyektif yang langsung dapat mewawancarai, mengamati dan mengikuti
perkembangan para calon selama proses penilaian PPK berlangsung. Semua tahap
penjaringan dalam PPK harus dilakukan secara transparan tidak ada yang disembunyikan.
Pemberian feed-back atau masukan dari para asesor kepada para calon kepala
sekolah/madrasah menunjukkan bagaimana transparansi itu dilakukan dalam PPK. Sekaligus
sebagai tahapan verifikasi dan peninjauan atas keputusan yang dibuat.
4) Valid
PPK, terutama hasil keputusan yang diberikan harus didasari oleh penjaringan yang secara
obyektif, oleh karena itu perlu adanya bukti-bukti, data dan fakta, dan kriteria-kriteria yang
jelas dan terukur. Kriteria yang digunakan dalam penilaian harus konsisten dengan standar
penilaian yang telah dirumuskan. Kriteria ini digunakan agar memiliki standar yang jelas
apabila menilai jawaban/respon dari seorang calon.
5) Reliabel
Penilaian dalam PPK harus didasari oleh kepercayaan pada kemampuan asesor melakukan
penjaringan secara obyektif, yang langsung dapat mengamati dan mengikuti para calon
kepala sekolah secara ajeg. Kekonsistenan penilaian terjadi apabila jawaban/respon calon
selalu dipertimbangkan kesesuaiannya dengan kriteria yang dirumuskan. Kriteria dalam PPK
ada dua, yaitu, kriteria objetive yang berkenaan dengan patokan tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan inilah yang dijadikan kriteria penilaian. Kedua, kriteria metodis yang berkaitan
dengan patokan teknik penganalisaan hasil evaluasi: misalnya dengan menggunakan data-
data statistik prosentase, interval, kuantitatif, atau perhitungan matematis lainnya.
6) Dapat memilah (Discriminatory)
Penilaian PPK harus mampu secara jelas membedakan mana calon kepala sekolah yang
memiliki potensi kepemimpinan dan mana tidak. Dengan melihat kualitas jawaban/respon
dari para calon maka bisa dikategorikan para calon dalam 3 kategori, yakni 1) kepala sekolah
dengan potensi kepemimpinan istimewa, 2) kepala sekolah dengan potensi kepemimpinan
memuaskan dan 3) kepala sekolah dengan potensi kepemimpinan buruk. Alasan, bukti-bukti
logis, empiris dan akademis diperlukan agar pemilahan diterima oleh para calon dan publik.
c. Komponen
1) Respon terhadap situasi adalah bagian dari PPK yang dilakukan untuk mengukur daya
analisis dan penelaahan para calon kepala sekolah berdasarkan skenario situasi tertentu,
melakukan identifikasi masalah utama yang mungkin tersirat dalam skenario, menjelaskan
alasan dari kesimpulan yang dibuat, menjabarkan rencana tindakan yang akan dilakukan
untuk mengatasi masalah dalam situasi tertentu serta menjelaskan alasan yang
melatarbelakangi tindakan tersebut.
2) Kreativitas dan pemecahan masalah adalah bagian dari PPK yang dilakukan untuk
mengukur daya kreatifitas para calon kepala sekolah dalam mencermati sejumlah masalah
yang terdapat dalam skenario, melakukan identifikasi masalah utama yang melandasi
keseluruhan permasalahan, menjelaskan alasan dari kesimpulan mengenai masalah utama,
menjabarkannya ke dalam 3 (tiga) rencana tindakan yang mungkin akan menjadi solusi dalam
pemecahan masalah utama, memilih 1 tindakan terbaik yang akan dilakukan untuk mengatasi
masalah dan menjelaskan alasan yang melatarbelakangi tindakan tersebut.
3) Pengambilan keputusan berdasarkan bukti-bukti adalah bagian dari PPK yang dilakukan
untuk mengukur kualitas keputusan yang diambil oleh para calon kepala sekolah dengan
menelaah sejumlah dokumen yang terdapat dalam skenario, melakukan identifikasi masalah
utama yang mungkin ada di dalamnya, menjelaskan alasan dari kesimpulan dengan
menggunakan bukti-bukti dokumen, menyebutkan informasi-informasi pendukung yang
mungkin diperlukan untuk membantu pengambilan keputusan, menjelaskan alasan atas
informasi-informasi tambahan yang digunakan, merancang sebuah rencana tindak lanjut
untuk menyelesaikan masalah yang berhasil diidentifikasi serta menjelaskan alasan yang
melatarbelakangi dalam merancang tindakan tersebut.
BAB III
PENGELOLAAN
PENILAIAN POTENSI KEPEMIMPINAN
1. Persiapan Perangkat
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini terdiri atas: penataan ruangan, penyiapan instrumen
dan lembar respon PPK, pedoman dan lembar wawancara, lembar umpan balik (feedback),
penyiapan alat dan bahan dan ATK
2. Pelaksanaan PPK
Proses pelaksanaan Penilaian Potensi Akademik diatur sebagai berikut:
3. Pelaksanaan Wawancara
a. Persiapan administrasi wawancara (5 menit)
b. Proses wawancara (maks 45 menit per peserta)
c. Moderasi penilaian (10 menit per peserta)
4. Penilaian dan Pelaporan Hasil
Sesuai dengan prinsip PPK “dapat memilah” (discriminatory) maka penilaian PPK harus
dapat membedakan secara jelas antara calon kepala sekolah yang memiliki potensi
kepemimpinan dan tidak memiliki potensi kepemimpinan. Berdasarkan kualitas
jawaban/respon dari calon maka dapat dikategorikan: 1) kepala sekolah dengan potensi
kepemimpinan sangat memuaskan, 2) kepala sekolah dengan potensi kepemimpinan
memuaskan, dan 3) kepala sekolah dengan potensi kepemimpinan tidak memuaskan. Alasan,
bukti-bukti logis, empiris dan akademis diperlukan agar pemilahan diterima oleh para calon
dan publik.
Selain itu penilaian terhadap instrumen seorang calon kepala sekolah dilakukan oleh 2 (dua)
orang asesor agar memperoleh hasil yang lebih obyektif.
Pada akhir proses PPK, peserta dinyatakan memiliki potensi kepemimpinan apabila seluruh
komponen PPK minimal “memuaskan”.
5. Umpan Balik
Pemberian informasi yang akurat kepada calon atas dasar kualitas respon yang diberikan oleh
asesor. Informasi tersebut berupa kekuatan dan kelemahan yang terkait dengan ruang lingkup
PPK. Dengan demikian yang bersangkutan diharapkan memiliki pemahaman diri secara
obyektif sebagai dasar untuk meningkatkan potensinya. Umpan balik PPK diberikan kepada
calon secara tertulis.
6. Tindak lanjut
Tahap akhir dari kegiatan PPK adalah tindak lanjut yaitu:
a. Bagi peserta yang hasil PPK-nya dikategorikan sangat memuaskan atau memuaskan dan
memenuhi persyaratan akademik lainnya direkomendasikan untuk mengikuti Analisis
Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK / PDNA) yang sesuai dengan panduan
pelaksanaannya.
b. Bagi peserta yang dikategorikan kurang memuaskan disarankan untuk melakukan
peningkatan potensi kepemimpinan secara mandiri mengacu pada umpan balik yang diterima
dari asesor dan dipersilahkan untuk mengikuti PPK di lain kesempatan.
C. Instrumen
Jenis instrumen yang digunakan dalam menilai potensi kepemimpinan calon kepala sekolah
terdiri dari instrumen PPK dan pedoman wawancara. Instrumen PPK digunakan untuk
mendapatkan respon potensi kepemimpinan calon kepala secara tertulis. Sedang wawancara
untuk mendapatkan respon yang bersifat normatif secara lisan.
Instrumen PPK, terdiri atas: 1) Respon Terhadap Situasi (Situational Respose), 2) Kreativitas
dan Pemecahan Masalah (Creativity And Problem Solving), dan 3) Pengambilan keputusan
Berbasis Bukti-bukti (Evidence-Based Decision-Making). Pedoman wawancara digunakan
asesor sebagai acuan dalam menggali potensi normatif yang belum terungkap atau muncul
melalui instrumen PPK.
D. Prosedur
Kegiatan PPK dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menjelaskan tata tertib peserta;
2. Menjelaskan petunjuk pengisian respon;
3. Membagikan instrumen dan lembar respon;
4. Memberi waktu pengisian respon sesuai mekanisme pelaksanaan PPK;
5. Memberitahu ketika waktu menunjukkan kurang 5 menit dari batas waktu yang disediakan;
6. Mengumpulkan instrumen dan hasil respon peserta;
7. Menyerahkan hasil respon peserta kepada asesor untuk dinilai;
8. Asesor memberikan umpan balik (feedback) secara tertulis kepada setiap peserta
9. Asesor melakukan moderasi penilaian untuk memperoleh hasil akhir.
E. Penilaian
Sesuai dengan prinsip PPK “dapat memilah” (discriminatory), maka penilaian PPK harus
dapat membedakan secara jelas calon kepala sekolah yang memiliki potensi dan yang tidak.
Atas dasar itu, maka didalam PPK digunakan suatu pendekatan penilaian, yaitu Penilaian
Acuan Patokan (PAP). Prinsip PAP adalah menilai potensi kepemimpinan peserta dengan
cara membandingkan jawaban/respon peserta dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria
penilaian secara jelas tertuang didalam rubrik. Rubrik penilaian disajikan pada lampiran.
Tingkat kualitas jawaban/respon yang diberikan oleh calon kepala sekolah dikategorikan
menjadi: 1) kepala sekolah dengan potensi kepemimpinan sangat memuaskan, 2) kepala
sekolah dengan potensi kepemimpinan memuaskan, dan 3) kepala sekolah dengan potensi
kepemimpinan tidak memuaskan. Alasan, bukti-bukti logis, empiris dan akademis diperlukan
agar pemilahan diterima oleh para calon dan publik.
Calon kepala sekolah dinyatakan memiliki potensi apabila yang bersangkutan memperoleh
nilai minimal “memuaskan” untuk stiap komponen penilaian.
BAB IV
KETENTUAN ASESOR
Sebagai ujung tombak pelaksanaan PPK, asesor dituntut untuk memenuhi kriteria, dan
memiliki kemampuan melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagaimana tersebut di
bawah ini.
A. Kriteria Asesor
Asesor harus memenuhi tiga kriteria utama, yaitu:
1. Kriteria Administratif, meliputi:
a. Sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan surat keterangan dokter;
b. Masih aktif bertugas sebagai widyaiswara, kepala sekolah, pengawas sekolah , dosen;
c. Memperoleh rekomendasi dari pimpinan lembaga;
2. Kriteria Akademik, meliputi:
a. Pendidikan minimal S1, diutamakan S2, untuk dosen diutamakan S3;
b. Untuk widyaiswara telah dan sedang menangani diklat kepala sekolah;
c. Untuk kepala sekolah minimal telah bertugas selama 4 tahun;
d. Untuk pengawas sekolah pernah menjadi kepala sekolah minimal 4 tahun;
e. Diutamakan alumni dari salah satu kegiatan:
– Master trainer Cawas dan Cakep tersertifikasi oleh PMPTK dan LAN
– School Leadership Training of NIE Singapura
– School Leadership Training of ETS USA
– School Leadership Training of British Council
– Tim Talent Scouting (tahun 1994 – 1999)
– Kepala sekolah/pengawas sekolah berprestasi tingkat nasional
f. Menguasai program-program aplikasi MS Office
3. Kriteria Normatif, meliputi:
a. Memiliki integritas yang tinggi
b. Memiliki kredibilitas yang tinggi;
c. Memiliki komitmen tinggi; yang dinyatakan dengan Surat Pernyataan yang diketahui oleh
pimpinan lembaga. Asesor juga adalah mereka yang telah mengikuti in-on-in learning.
C. Kode Etik
Asesor harus:
1. Memiliki rasa nasionalisme dan berjiwa Pancasila;
2. Jujur dan memiliki kredibilitas dalam melaksanakan PPK.
3. Objektif dan tidak memihak (tidak didasari kepentingan sesaat).
4. Menolak segala bentuk penyelewengan dan penyalahgunaan wewenang dan gratifikasi.
5. Memiliki komitmen yang tinggi untuk memajukan pendidikan di Indonesia melalui
peningkatan kualitas kepala sekolah dan pengawas sekolah.
BAB V
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB
LEMBAGA TERKAIT
Penyelenggaraan PPK bagi para calon kepala sekolah membutuhkan keterlibatan lembaga-
lembaga terkait dalam masing-masing peran dan tanggung jawabnya, yaitu:
BAB VI
PENUTUP
Demikian panduan pelaksanaan PPK ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak dalam
penyelenggaraan PPK. Semoga dapat memberikan kontribusi bagi terpilihnya kepala-kepala
sekolah/madrasah terbaik, demi terwujudnya pendidikan Indonesia yang lebih baik.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen PPK
Respon terhadap situasi adalah bagian dari PPK yang dilakukan untuk mengukur daya
analisis dan penelaahan para calon kepala sekolah berdasarkan skenario situasi tertentu,
melakukan identifikasi masalah utama yang mungkin tersirat dalam skenario, menjelaskan
alasan dari kesimpulan yang dibuat, menjabarkan rencana tindakan yang akan dilakukan
untuk mengatasi masalah dalam situasi tertentu serta menjelaskan alasan yang
melatarbelakangi tindakan tersebut.
Bagian ini mencakup bidang-bidang umum (keuangan, sarana-prasarana, keselamatan, dll)
dan bidang-bidang khusus tentang proses pembelajaran. Disajikan sebuah studi kasus
sederhana tentang suatu keadaan yang sering dihadapi oleh kepala/pengawas sekolah dan
para calon kepala/pengawas sekolah diminta untuk memberi respon/jawaban pada terhadap
keadaan tersebut. Kemudian, para asesor diminta untuk menilai ketepatan tindakan calon
kepala/pengawas sekolah, dengan merujuk pada konsekuensi-konsekuesi yang potensial, dan
diminta juga kepada para asesor untuk memberi alasan terhadap respon/jawaban mereka.
Instrumen untuk mengukur potensi kepemimpinan calon kepala sekolah dalam menganalisis
dan menelaahan permasalahan situasinal, dan peserta diharapkan mampu :
1. Menilai respon yang disajikan dalam instrumen merupakan respon yang sangat
memuaskan, memuaskan atau kurang memuaskan.
2. Memberikan alas an terhadap penilaian yang diberikan.
Kreativitas dan pemecahan masalah adalah bagian dari PPK yang dilakukan untuk mengukur
daya kreatifitas para calon kepala sekolah dalam mencermati sejumlah masalah yang terdapat
dalam skenario, melakukan identifikasi masalah utama yang melandasi keseluruhan
permasalahan, menjelaskan alasan dari kesimpulan mengenai masalah utama,
menjabarkannya ke dalam 3 (tiga) rencana tindakan yang mungkin akan menjadi solusi dalam
pemecahan masalah utama, memilih 1 tindakan terbaik yang akan dilakukan untuk mengatasi
masalah dan menjelaskan alasan yang melatarbelakangi tindakan tersebut.
Disajikan sejumlah informasi dengan sebuah masalah tertentu atau sebuah situasi yang
dilematis tertentu kepada para calon kepala/pengawas sekolah. Para calon diminta untuk:
Misalnya:
Tidak, menurut saya kepala sekolah tersebut tidak melakukan pengambilan keputusan yang
tepat dalam situasi ini. Dia tidak mempertimbangkan alternatif-alternatif lain yang ada,
misalnya mengecek apakah untuk jadwal jam ujian selanjutnya terdapat cukup soal, jika iya,
dia bisa segera mengubah jadwal ujian, dan tetap tepat waktu. Murid-murid tidak akan
dirugikan karena toh mereka menunggu jadwal ujian jam ke-dua hari itu. Kepala sekolah
seharusnya lebih proaktif dan memonitor persiapan ujian melalui panitia ujian untuk
memastikan bahwa segala sesuatunya sesuai perencanaan dan tepat waktu.
Respon “memuaskan” menunjukkan respon yang cukup, didasarkan pada pemahaman umum
atas aturan-aturan dan standar-standar terkait, tetapi mungkin tidak menunjukkan beberapa
pertimbangan kunci yang ada di kriteria “Istimewa”
Misalnya:
Tidak, kepala sekolah tersebut tidak membuat keputusan yang tepat. Pertama, dia seharusnya
mengecek apakah soal ujian tidak ada yang salah letak, hal ini akan mencegah terbuangnya
waktu sia-sia, juga terbuangnya dana untuk penggandaan ulang. Dia, kemudian, bisa
memerintahkan guru pengawas untuk membawa para siswa ke perpustakaan untuk belajar,
menunggu soal ujian siap.
Respon “Buruk” menunjukkan penerapan aturan atau standar yang lemah, cacat atau tidak
tepat;
Misalnya:
Tidak, dia telah membuat keputusan yang salah. Seharusnya dia meminta koordinator ujian
untuk menata/mengurutkan soalnya.
Atau:
Ya, menurut saya kepala sekolah telah melakukan tindakan yang tepat secara cepat agar
pelaksanaan ujian tidak tertunda. Dia berbicara secara tegas dan sopan kepada staf-stafnya.
Lampiran 3. Contoh Instrumen Kreatifitas dan Pemecahan Masalah
Calon dihadapkan pada sejumlah informasi terkait satu permasalahan atau dilema, untuk
mengidentifikasi informasi-informasi yang relevan dalam pemecahannya, untuk
mengidentifikasi pilihan-pilihan yang ada, untuk memilih satu pilihan, dan untuk
menyebutkan dan memilih tindakan-tindakan yang akan diambil dalam pemecahan masalah
tersebut.
i. Bahan stimulus dan instruksi respon
Skenario:
Sebagai kepala sekolah yang baru di sekolah A(SD/SMP/SMA sesuai kondisi), anda
membutuhkan beberapa dokumen untuk dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan. Dokumen tersebut bisa berupa:
1. Visi – misi sekolah
2. Ringkasan konteks sekolah
3. Data keberhasilan siswa dalam kurun waktu tertentu
4. Lain-lain, misalnya laporan sekolah sebelumnya, laporan pengawas, masukan dari
masyarakat.
5. Pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan:
• Identifikasi masalah dan analisa data, contohnya mengidentifikasi permasalahan pendidikan
kunci yang muncul dari data yang ditampilkan, dan
• Identifikasi pilihan dan rencana tindakan, misalnya mendeskripsikan dan mengevaluasi
pilihan yang ada, dan menyebutkan langkah-langkah yang akan diambil dalam
mengimplementasikan dan meningkatkan rencana penyelesaian masalah.
Respon “Istimewa” menunjukkan analisis yang bagus, dan menunjukkan pemahaman yang
jelas atas konsep dan implementasi SNP terkait. Karakteristik respon dari kategori ini:
• Menunjukkan pemahaman yang jelas atas SNP terkait analisis atas skenario masalah yang
diberikan
• Menunjukkan kemampuan yang bagus dalam mengenali masalah, konflik, atau tantangan
yang ada dalam skenario yang diberikan
• Menggunakan informasi penting yang relevan dari skenario, tujuan, dan dokumen-dokumen
yang ada untuk menjawab pertanyaan
• Memberikan jawaban yang detil, spesifik dan meyakinkan atas pertanyaan-pertanyaan, dan
memberikan alasan yang tepat atas jawaban, disertai contoh-contoh spesifik
• Mengusulkan langkah-langkah tindakan yang logis dan dengan dasar yang kuat untuk
penyelesaian masalah yang ada dalam skenario.
Pada bagian ini, para calon kepala/pengawas sekolah akan disuguhi dokumen-dokumen
sekolah, seperti: peraturan-peraturan menteri, rencana kerja tahunan sekolah, proyeksi
pendaftar yang akan datang, jadwal BOS, dsb. Kemudian para calon diminta untuk menjawab
beberapa pertanyaan, seperti:
• Masalah apa yang muncul setelah kita mempelajari dokumen ini?
• informasi apa yang dibutuhkan untuk membantu pengambilan keputusan atas masalah
tersebut?
• Tindakan apa yang akan anda ambil, bersama staf anda, untuk menyelesaikan masalah
tersebut?
i. Bahan stimulus dan instruksi respon
Di bagian ini, anda dihadapkan pada satu atau lebih dokumen/tabel/grafik, dll, dan sebuah
konteks untuk dijadikan dasar pemikiran. Pelajari dokumen tersebut baik-baik, dan jawablah
pertanyaan berikut.
Kesimpulan :
Kepala Sekolah tidak konsisten dalam menentukan rombel, sehingga jumlah dan kapasitas
rombel berubah setiap tahun ajaran.
B. Data lainnya :
1. Sekolah telah memiliki Dokumen I dan II KTSP menyesuaikan dengan standar Isi , standar
kompetensi lulusan dan panduan KTSP, namun belum sesuai dengan kebutuhan setempat.
2. Silabus sudah dibuat dan disesuaikan dengan standar isi , standar kompetensi lulusan, dan
panduan KTSP, namun masih perlu untuk mengembangkan silabus sesuai dengan kebutuhan
setempat
3. Guru-guru disekolah membutuhkan bantuan untuk menggunakan dan membuat alat peraga.
4. Sekolah tidak secara reguler memanfaatkan pajangan kelas.
5. Proses pembelajaran berfokus pada menyelesaikan kurikulum dan tidak
mempertimbangkan berbagai kebutuhan belajar.
6. Para guru cendrung untuk mengarahkan proses belajar dan tidak memberikan banyak
peluang bagi peserta didik untuk menyalurkan pendapat atau terlibat secara aktif.
7. Pembelajaran dilaksanakan secara klasikal dan kurang mempertimbangkan kebutuhan
individu peserta didik.
8. Sebagian guru kami sudah membuat KKM tetapi belum menyampaikan informasi kepada
peserta didik mengenai KKM termasuk apa yang dipersyaratkan untuk penguasaan minimum.
9. Kami perlu memotivasi partisipasi orang tua lebih kuat lagi agar anak mereka
menyelesaikan pekerjaan rumah.
10. Tingkat keahlian mengajar memungkinkan tercakupnya sebagian besar tuntutan
kurikulum, tetapi masih ada kesenjangan dalam beberapa bidang keahlian tertentu.
11. Sekolah kami memiliki sebagian guru yang kurang relevan dengan kualifikasi yang
ditetapkan dalam standar.
12. Sekolah kami belum memiliki tenaga kependidikan yang relevan dengan kualifikasi
standar yang ditetakan.
13. RPS telah menunjukkan sejumlah perbaikan dalam kinerja sekolah, namun belum terarah
pada kegiatan peningkatan hasil belajar peserta didik.
C. Isu :
1. Kebijakan Kepala Sekolah dalam penentuan rombel tidak konsisten.
2. Perumusan tujuan pembelajaran dan pencapaian hasil belajar (KKM) belum maksimal.
3. Ada guru yang kurang menguasai bidang yang diajarkan.
4. Sebagian guru masih mismatch dalam tugas mengajar.
5. Kualifikasi tenaga kependidikan tidak sesuai dengan standar.
D. Sampel Respon
Isu:
1. Kebijakan Kepala Sekolah dalam penentuan rombel tidak konsisten.
2. Perumusan tujuan pembelajaran dan pencapaian hasil belajar (KKM) belum maksimal.
3. Ada guru yang kurang menguasai bidang yang diajarkan.
4. Sebagian guru masih mismatch dalam tugas mengajar.
5. Kualifikasi tenaga kependidikan tidak sesuai dengan standar.
Isu:
1. Tujuan pembelajaran yang tercantum pada KTSP, silabus, dan RPP belum sesuai
2. Kualifikasi dan kompetensi guru tidak mengakomodasi kebutuhan masing-masing peserta
didik
3. Pembelajaran yang dilaksanakan dalam rombel melebihi kapasitas yang ditetapkan dalam
standar
Isu:
Pembelajaran berlangsung tidak efektif karena gurunya tidak berkompeten dan kondisi kelas
yang terlalu padat
A. Tujuan wawancara
Wawancara dilakukan dalam rangka klarifikasi kompetensi atas respon calon terhadap rubrik,
maupun penggalian potensi calon yang belum terungkap pada respon tertulis.
B. Mekanisme wawancara
Wawancara dilakukan setelah peserta memberikan respon tertulis, setiap peserta memperoleh
pertanyaan yang sama oleh 2 orang pewawancara, berdasarkan instrumen wawancara yang
telah dipersiapkan.Respon terhadap pertanyaan menjadi bahan penilaian pewawancara untuk
melakukan penilaian terhadap peserta berdasarkan anker yang telah dipersiapkan. Penilaian
peserta merupakan hasil konfirmasi dan penyatuan nilai dari 2 orang pewawancara.
C. Prosedur wawancara
1. Pewawancara mempersiapkan instrumen wawancara
2. Pewawancara mempersiapkan tempat wawancara yang kondusif
3. Pewawancara wajib melakukan pembukaan dalam rangka mencairkan suasana sehingga
calon tidak merasa tertekan/relax
4. Pewawancara menyampaikan satu-persatu pertanyaan yang di respon oleh peserta dan
apabila pewawancara belum merasa puas dapat melakukan probing untuk menggali lebih
lanjut potensi peserta.
5. Dalam melakukan penilaian setiap pertanyaan yang diajukan pewawancara wajib membuat
catatan kecil apabila jawaban cenderung ekstrim baik ataupun ekstrim tidak memuaskan
6. Pewawancara diperkenankan menutup wawancara setelah seluruh pertanyaan (sebagai alat
ukurnya) disampaikan
7. Pewawancara menutup wawancara dengan ucapan terima kasih
1. Motivasi
Apa yang telah saudara persiapkan untuk menjadi kepala sekolah?
2. Anker
a. Nilai sangat memuaskan
Apabila peserta menyatakan persiapan dari pengalaman jabatan dari wali kelas, prodi,
wakasek,kegiatan lain yang berkapasitas mewakili kepala sekolah dan belajar dari kepala
sekolah kepala sekolah ,dan dari buku-buku referensi kepemimpinan.
b. Nilai memuaskan
Apabila jawaban calon mengungkapkan persiapan hanya 2 dari seluruh jawaban dari nilai
tinggi
c. Nilai tidak memuaskan
Apabila jawaban tidak ada persiapan sama sekali.