Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH FARMASI VETERINER

“Review Landasan Pemilihan Bentuk Sediaan Obat Hewan”

Oleh:

Nama : Dharma Audia Samsuri

NIM : 1609511099

Kelas : 2016 D

LABORATORIUM FARMASI VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2019
A. Bentuk Sediaan Obat (BSO)

Bahan aktif obat agar digunakan nyaman, aman, efisien, dan optimal
dikemas dalam bentuk sediaan obat (BSO) atau disebut sediaan farmasi. Bentuk
sediaan obat (BSO) dapat mengandung satu atau lebih komponen bahan aktif.
Formulasi BSO memerlukan bahan tambahan contohnya antara lain bahan pelarut
atau bahan pelican. Macam bahan tambahan tergantung macam Bentuk Sediaan
Obat. Bahan tambahan bersifat netral.

Bentuk sediaan obat adalah suatu sediaan yang mengandung zat yang
berkhasiat satu atau lebih, dimasukkan dalam vehikulum (bahan dasar obat) atau
ditambah bahan tambahan lain untuk diformulasikan menjadi satu bentuk (produk
dengan satuan unit, dosis, volume, dan lain-lain) yang siap dipakai oleh penderita
dengan aman dan nyaman.

Manfaat Bentuk Sediaan Obat :

 Melindungi zat aktif dari kerusakan baik dari luar maupun dalam tubuh
 Menutupi rasa tidak enak atau pahit dalam obat
 Menjaga stabilitas bahan obat
 Meningkatkan ketaatan penggunaan obat

Ada tiga macam bentuk sediaan obat, yaitu :

a) Obat Padat

• Pulvis (serbuk/bedak obat)


• Pulveres (serbuk bagi/puyer)
• Capsulae (kapsul)
• Pillulae (pil/tablet kecil)
• Suppositoria bacilla (bentuk sediaan batang)

b) Obat Setengah Padat


• Linimentum (obat gosok)
• Unguentum (salep)
• Pasta sapo (sabun obat) Emlastrum (plaster)

c) Obat Cair

• Solutio (larutan)
• Mixturae (campuran)
• Suspensio (suspensi)
• Emulsum (emulsi)
• Saturatio (saturasi, mgd gas)
• Galensia (berasal dari penarikan bahan alam, seperti tinctur, ekstrak)
• Guttae (obat tetes)
• Sirupus (sirup)
• Injectio (injeksi)
• Aerosol (obat semprot)

B. Pemilihan Bentuk Sediaan Obat

Ada empat tujuan formulasi bentuk sediaan obat, antara lain adalah untuk
menaikkan absorbsi dan ketersediaan hayati, pelepasan obat lambat/bertahap untuk
mengendalikan absorbsi dan profil obat dalam darah, untuk mengurangi efek
samping obat, serta agar pasien lebih kooperatif. Dalam pemilihan bentuk sediaan
obat, hal yang perlu dipertimbangkan adalah obat memberikan efek yang optimal,
aman untuk dikonsumsi, serta harganya terjangkau. Ada dua faktor yang
mempengaruhi pemilihan bentuk sediaan obat, yakni :

1. Bahan Obat
a) Sifat fisikokimia obat, misalnya obat yang dirusak oleh getah lambung
(penicillin G) diberikan dalam bentuk injeksi, obat yang tidak larut dalam
air (sulfa, acetosal, dll) diberikan dalam bentuk tablet/kapsul, serta obat
yang bersifat higroskopis (NaCl) diberikan dalam bentuk solution.
b) Hubungan aktivitas/struktur kimia obat, misalnya golongan barbiturat
short acting (thiopental) harus diberikan secara injeksi karena kerjanya
cepat, sedangkan derivat golongan tersebut (fenobarbital) yang bersifat
long acting dapat diberikan dalam bentuk tablet/kapsul.
c) Sifat farmakokinetik bahan obat, misalnya nitroglycerin harus diberikan
dalam bentuk injeksi atau tablet hisap karena mengalami first pass
metabolism di hepar bila diberikan per oral.
d) Bentuk sediaan yang paling stabil, misalnya vitamin C mudah terurai
oleh air sehingga harus diberikan dalam bentuk tablet, serta luminal base
yang mudah diabsorbsi bila dilarutkan dalam air, tetapi luminal natrium
mudah terurai bila dilarutkan dalam air.
2. Penderita
a) Umur (muda, dewasa, geriatrik)
Untuk umur muda diberikan bentuk cairan dan puyer. Untuk dewasa
diberikan dalam bentuk padat karena mudah dicerna. Untuk geriatrik
diberikan bentuk cairan dan puyer karena sering sulit menelan bila
bentuk padat.
b) Lokasi atau tempat dimana obat harus bekerja
Untuk efek lokal dapat diberikan dalam bentuk salep, solutio atau
unguentum, sedangkan untuk efek sistemik dapat diberikan sediaan
injeksi, cair atau padat secara per oral atau per rektal. Penyerapan atau
penetrasi obat dapat diberikan melalui kulit dalam bentuk sediaan injeksi,
linimentum, unguentum, dan krim dengan vehikulum tertentu.
c) Kecepatan/lama obat yang dikehendaki
Sediaan obat bentuk injeksi lebih cepat diabsorbsi daripada bentuk
sediaan obat, misalnya kecepatan penyerapan aminophyllin dari berbagai
bentuk sediaan injeksi > solution > pulveres > kapsul. Obat dengan
sustained release (kapsul atau tablet) berkerja lebih lama daripada tablet
atau kapsul biasa.
d) Keadaan umum penderita
Bila penderita tidak sadar dapat diberikan obat dalam bentuk injeksi atau
suppositoria, bila penderita sadar dapat diberikan bentuk tablet atau
kapsul atau puyer atau sirup, serta bila penderita sadar tetapi tidak dapat
diberikan pengobatan secara per oral (seperti pada pasien hiperemesis
dan post operasi saluran cerna) dapat diberikan bentuk sediaan injeksi
atau rektal.
e) Bentuk terapeutik obat yang optimal dengan efek samping obat yang
minimal bagi penderita
Misalnya morfin dan derivatnya diberikan bentuk injeksi agar efek
sampingnya rendah tapi efek terapi tinggi, serta vitamin C yang diberikan
dalam bentuk padat akan lebih mudah terurai dibanding pemberian dalam
bentuk cair.
f) Bentuk sediaan yang paling enak atau cocok bagi penderita Obat yang
sangat pahit (mudah larut) diberikan dalam bentuk kapsul dan obat yang
amis (levertran) diberikan dalam bentuk emulsi.

Anda mungkin juga menyukai