Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Sejarah perkembangan jalan di Indonesia yang tercatat dalam sejarah bangsa
adalah pembangunan jalan Daendles pada zaman Belanda, yang dibangun dari Anyer di
Banten sampai Panarukan di Banyuwangi Jawa Timur, yang diperkirakan 1.000 km.
Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa pada akhir abad 18, tujuan
pembangun pada saat itu terutama untuk kepentingan strategi dan dimasa tanam paksa
untuk memudahkan pengangkutan hasil bumi.

Secara umum perkembangan konstruksi perkerasan di Indonesia mulai


berkembang pesat sejak tahun 1970 dimana mulai diperkenalkannya pembangunan
perkerasan jalan sesuai dengan fungsinya. Pada dasarnya jenis perkerasan jalan
dikelompokan menjadi dua macam, yaitu perkerasan lentur (flexible pavement), dan
perkerasan kaku (rigid pavement), hampir semua lapis permukaan jalan di Indonesia
menggunakan campuran aspal panas karena perkerasan lentur memberikan kenyamanan
terhadap pengguna jalan jika dibandingkan dengan lapis permukaan yang menggunakan
beton semen atau lebih dikenal dengan perkerasan kaku. Lapis aspal beton atau sering
disebut juga Laston merupakan suatu lapisan pada 2 kontruksi jalan yang terdiri dari
campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampa,dan
dipadatkan pada suhu tertentu.

Lapisan beton aspal (Laston) adalah lapisan permukaan konstruksi perkerasan


lentur jalan yang mempunyai nilai struktural. Lapisan tersebut terdiri dari agregat kasar,
agregat halus, bahan pengisi (filler) dengan aspal. Kekuatan perkerasan
laston diperoleh dari kualitas agregat yang digunakan.

Gradasi merupakan salah satu sifat agregat yang berpengaruh terhadap kualitas
campuran aspal. Agregat sangat berperan dalam pembentukan lapis perkerasan, dimana
daya dukung perkerasanjalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik agregat. Setiap
jenis campuran aspal untuk lapisan perkerasan jalan mempunyai gradasi agregat
tertentudan agregat mempunyai batas-batas gradasi, yaitu batas atas dan batas bawah,
dimana pada batas-batas gradasi tersebut, memberikan pengaruh yang berbeda-beda
terhadap karakteristik Laston.

Untuk mendapatkan campuran agregat yang baik diusahakan menjaga gradasi


campuran agregat berada pada batas tengah (ideal)diantara batas atas dan batas bawah.
Gradasi tengah merupakan gradasi yang terdiri atas campuran agregat kasar, agregat
halus serta filleryang sesuai dengan proporsinya. Batas tengah (ideal) merupakan gradasi
yang selalu digunakan untuk membuat perkerasan jalan karena memberikan pengaruh
yang baik sesuai dengan parameter Marshalldibandingkan dengan gradasi batas atas dan
bawah. Oleh karena itu untukmengetahui pengaruh dan tingkat kelayakan dari agregat
yang digunakan dalam campuran konstruksi perkerasan jalan, terutama 3agregat
bergradasi kasar.Maka pada penelitian ini akan dilakukan pemeriksaan sifat-sifat fisik
dari material agregat terutama pada variasi agregat bergradasi kasar dan
menghubungkannya dengan analisa parameter pengujian stabilitas Marshallyang
mengacu kepada Spesifikasi Umum Edisi 2010 yang di keluarkan oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga Kementrian Pekerjaan Umum, di mana mengalami perubahan dari
Spesifikasi Umum Edisi Desember 2006.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat kami analisa diantaranya yaitu;


1. Apa yang di maksud dari Jalan Raya?
2. Apa peranan dari Jalan Raya?
3. Apa Manfaat dan fungsi dari Jalan Raya?

1.3 Tujuan

Tujuan dari Makalah ini adalah untuk berikan pengertian serta penjelasan tentang :

- Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Jalan Raya?


- Untuk mengetahui peranan Jalan Raya?
- Untuk mengetahui sistem dan fungsi Jalan Raya?
BAB II

PEMBAHASAN

Jalan merupakan prasarana yang sangat menunjang bagi kebutuhan


hidupmasyarakat, kerusakan jalan dapat berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi
terutama padasarana transportasi darat. Dampak pada konstruksi jalan yaitu perubahan
bentuk lapisan permukaan jalan berupa lubang (potholes), bergelombang (rutting), retak-
retak dan pelepasan butiran (ravelling) serta gerusan tepi yang menyebabkan kinerja jalan
menjadi menurun. Komperhensifitas perencanaan prasarana jalan di suatu wilayah mulai
dari tahapan prasurvey, perencanaan dan perancangan teknis, pelaksanaan pembangunan
fisiknya hingga pemeliharaan harus integral dan tidak terpisahkan sesuai kebutuhan saat
ini dan prediksi umur pelayanannya di masa mendatang agar tetap terjaga ketahanan
fungsionalnya.

Di Nusantara sendiri tidak ada data yang pasti kapan teknologi jalan "modern"
diterapkan. Kerajaan-kerajaan besar tertua di Nusantara seperti Kutai, Sriwijaya, dan
Majapahit masih belum mengembangkan pembangunan jalan "modern". Hal ini
disebabkan oleh kondisi geografis nusantara yang berupa kepulauan, serta kodisi alam
yang berupa hutan lebat dengan kontur pegunungan. Maka, kerajaan-kerajaan tersebut
lebih mengutamakan mengembangkan teknologi pelayaran sebagai transportasi
dibandingkan jalan darat.

Meskipun demikian, di Nusantara telah ada jalan-jalan "kuno" yang masih berupa
jalan tanah setapak yang sangat gembur dan tidak dapat dilintasi ketika musim penghujan.
Hal ini dapat ditelusuri pada saat terjadi perang Bubad dan perang Paregreg pada masa
Kerajaan Majapahit. Kedua perang besar ini membutuhkan mobilisasi pasukan yang juga
besar, sehingga dalam mobilisasi tersebut para pasukan berhasil membuat suatu rute yang
mereka lalui dan terbentuklah sebuah jalan.

Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan
untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batuan pecah atau batu
belah ataupun bahan lainnya. Bahan ikat ang dipakai adalah aspal, semen ataupun tanah
liat. Apapun jenis perkerasan lalu lintas, harus dapat memfasilitasi sejumlah pergerakan
lalu lintas, apakah berupa jasa angkutan lalu lintas, berupa jasa angkutan manusia, atau
berupa jasa angkutan barang berupa seluruh komoditas yang diijinkan untuk berlalu
lalang disitu. Dengan beragam jenis kendaraan dengan angkutan barangnya, akan
memberikan variasi beban ringan, sedang sampai berat. Jenis kendaraan penumpang akan
memberikan pula sejumlah variasi.Dan hal itu harus didukung oleh perkerasan jalan, daya
dukung perkerasan jalan raya ini akan menentukan kelas jalan yang bersangkutan,
misalnya jalan kelas 1 akan menerima beban besar dibanding jalan kelas 2.

- STRUKTUR PERKERASAN
Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan
yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut : • Lapisan tanah dasar (sub
grade) • Lapisan pondasi bawah (subbase course) • Lapisan pondasi atas (base
course) • Lapisan permukaan / penutup (surface course) • Terdapat beberapa jenis
/ tipe perkerasan terdiri : a. Flexible pavement (perkerasan lentur). b. Rigid
pavement (perkerasan kaku).
- ERKERASAN LENTUR
Jenis dan fungsi lapisan perkerasan Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk
menerima beban lalu-lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya terus ke
tanah dasar • Lapisan Tanah Dasar (Subgrade) Lapisan tanah dasar adalah lapisan
tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung
konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah
lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai
persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan
dan daya dukungnya (CBR). Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang
dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari
tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain.
- PERKERASAN KOMPOSIT
Perkerasan komposit merupakan gabungan konstruksi perkerasan kaku (rigid
pavement) dan lapisan perkerasan lentur (flexible pavement) di atasnya, dimana
kedua jenis perkerasan ini bekerja sama dalam memilkul beban lalu lintas. Awal
perkembangan jalan diberbagai wilayah secara umum masih merupakan jalan
setapak atau jalan tanah. Peradaban-peradaban kuno yang telah berhasil
membangun teknologi jalan yang lebih "modern" diantaranya Tiongkok,
Mesopotamia, Yunani, dan Romawi. Modern disini dapat diartikan bahwa jalan
tersebut tidak hanya dapat dilintasi dengan berjalan kaki, tetapi juga dapat
dilewati kendaraan beroda yng ditarik dengan kuda. Hal ini disebabkan
peradaban tersebut sudah mengembangkan teknik pemadatan pada pembangunan
jalan, sehingga struktur jalan menjadi lebih kuat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jalan dibuat karena manusia perlu bergerak dan berpindah-pindah dari suatu
tempat ketempat lain untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jejak jalan tersebut
berfungsi sebgai penuntun arah dan menjadikan jejak jalan semakin melebar dikarenakan
sering berpindah-pindahnya manusia pada waktu itu. Kemudian kurang lebih 5000 tahun
yang lalu, manusia hidup berkelompok, untuk keperluan tukar menukar barang pokok
mereka mulai menggunakan jalur jalan secara tetap yang berfungsi sebagai jalan
prasarana sosial dan ekonomi.Jalan merupakan sebuah sarana transportasi menuju sebuah
tempat tujuan,sehingga mempermudah dalam hal sosialisasi dan ekonomi. Dengan
perkembangan penemuan-penemuan dari para peneliti, sehingga di bangunlah jalan raya
sampai sekarang, karena strukturnya keras, kuat dan lebih halus.

3.2 Saran

Saran terhadap makalah ini adalah sekiranya dapat memberikan masukan dan
kritik demi kesempurnaan makalah ini agar dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan
masyarakat tentang konstruksi Jalan Raya terutama di bidang teknik sipil.
TUGAS KJR

SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA DI


INDONESIA

ASRIANI DJ

1721042018

FAKULTAS TEKNIK

PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai