Anda di halaman 1dari 9

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Perkembangan Agribisnis di Indonesia”.

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Sosiologi Masyarakat dan Ilmu Penyuluhan Peternakan. Dalam penyusunan makalah ini, saya
mengucapkan kepada pihak yang telah membantu atau membimbing saya dalam penyusunan
makalaah ini.

Saya mengharapkan semoga makalah saya ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kemajuan
ilmu pada umumnya dan kemajuan bidang pendidikan pada khususnya. Dan saya menyadari
bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna

Makassar,29 September 2019

Penulis
PENGERTIAN AGRIBISNIS
Agribisnis merupakan bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang
mendukungnya, baik di sektor hulu maupun hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir"
mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor
pangan (food supply chain). Dengan kata lain, agribisnis adalah cara pandang
ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis
mempelajari strategi untuk memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek
budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap
pemasaran.

Agribisnis di Indonesia

Indonesia adalah negara agraris di mana mayoritas penduduknya adalah kaum tani.
Negara agraris menjadikan Indonesia memiliki wilayah yang luas serta kaya akan
lahan yang subur untuk bertani. Atas dasar ini, Indonesia mulai mengenal
agribisnis. Perjalanan perkembangan agribisnis di Indonesia sejalan dengan sejarah
pembangunan pertanian secara umum yang mengalami periode jatuh bangun. Hal
ini sangat berpengaruh dalam perkembangan ekonomi di Indonesia baik secara
mikro maupun secara makro.
Prospek Perkembangan Agribisnis di Indonesia

Perkembangan agribisnis di Indonesia tentu memiliki alasan yang kuat hingga bisa
tetap bertahan sampai saat ini. Beberapa prospek agribisnis yang sangat cerah
diantaranya:
a. Tanah di indonesia relatif subur dan cocok dengan tanaman pangan
b. Indonesia memiliki iklim yang cukup bersahabat. Hujan dan panas cukup teratur
dan sangat minim terjadi bencana.
c. Indonesia berada pada garis katulistiwa yang beriklim tropis. Hal ini
menyebabkan cukupnya sinar matahari bagi pertanian di Indonesia.
d. Pemerintah masih menempatkan sektor pertanian sebagai sektor andalan.
e. Indonesia memiliki aliran sungai, bendungan, dan saluran irigasi yang cukup.
Fase Perkembangan Agribisnis di Indonesia

Perkembangan agribisnis di Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa fase secara


umum.

a. Fase Konsolidasi (1967-1978)


Pada fase ini sektor pertanian tumbuh sebesar 3,39%, lebih banyak disebabkan
kinerja sub-sektor tanaman pangan dan perkebunan yang tumbuh 3,58% dan
4,53%. Tiga kebijakan yang penting pada fase ini adalah intensifikasi atau
penggunaan teknologi, ekstensifikasi atau perluasan area yang mengonversi hutan
tidak produktif, diversifikasi atau penganekaragaman usaha agribisnis untuk
menambah pendapatan rumah tangga petani.

b. Fase Tumbuh Tinggi (1978-1986)


Pada periode ini perkembangan agribisnis sektor pertanian tumbuh lebih dari 5,7%.
Peningkatan produksi pangan, perkebunan, perikanan, peternakan hampir
mencapai angka produksi 6,8% dan puncaknya mencapai swasembada pangan.

c. Fase Dekonstruksi (1986-1997)


Pada fase ini sektor pertanian mengalami kontraksi pertumbuhan di bawah 3,4%
per tahun, berbeda dengan tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena mengalami
pengacuhan oleh perumusan kebijakan akibat anggapan keberhasilan swasembada
pangan telah menimbulkan persepsi pengembangan agribisnis yang akan bergulir
dengan sendirinya.

d. Fase Krisis (1997-2001)


Meskipun sektor pertanian menjadi penyelamat ekonomi Indonesia karena
lonjakan nilai tukar dolar yang dinikmati komoditas ekspor sektor pertanian
terutama perkebunan dan perikanan, namun daya tahan sektor pertanian tidak
cukup kuat karena harus menanggung dampak krisis untuk menyerap limpahan
tenaga kerja sektor informal dan perkotaan.

e. Fase Desentralisasi (2001-sekarang)


Transisi politik dan periode desentralisasi ekonomi menimbulkan banyaknya perda
dan terlalu banyaknya penyimpangan administratif atau korupsi yang terjadi di
daerah dan banyaknya biaya tambahan dalam melakukan birokrasi pemerintahan
(survey LPEM-FEUI).

Agribisnis di Indonesia
Kegiatan agribisnis telah ada sejak sebelum adanya Pembangunan Jangka Panjang
(PJP) I. Akan tetapi kegiatan utamanya adalah Agribisnis Usahatani yg lebih
dikenal dgn istilah pertanian.
Dalam PJP I, kegiatan Pertanian semakin maju sehingga mampu mendorong
agroindustri dan perdagangan. Hal ini seolah-olah agroindustri dan perdagangan
menyesuaikan diri dgn pertanian. Dalam PJP ini, Ujung tombak pengembangan
agribisnis adalah usahatani
Sedangkan dalam PJP II ujung tombaknya non usahatani, yaitu agroindustri dan
perdagangan. Pada saat sekarang posisi antara usahatani dan non usahatani
seimbang (50%, 50%). Jadi, agroindustri dan perdagangan sbg ujung tombak
pengembangan agribisnis masih dlm tahap belajar.

Kegiatan pertanian pada PJP I lebih menekankan untuk menjual dan memproses
apa yg dihasilkan.. Jadi, hanya produksi yg dikembangkan. Pada PJP II
kegiatannya produksi untuk dpt dijual, Yaitu produksinya menyesuaikan dgn
permintaan Industri dan agroindustri.
Perkembangan Agribisnis
Pembangunan sistem Agribisnis bukan saja sebagai pendekatan baru
pembangunan, tetapi perlu dijadikan penggerak utama (grand strategy)
Pembangunan Indonesia secara keseluruhan. Hal ini didasarkan Karena alasan
berikut :

1. Amanat Konstitusi dan landasan politis


2. Sektor Pertanian memberi sumbangan yg besar pd PDB
3. Sektor Pertanian merupakan sebagian besar mata pencaharian penduduk
indonesia.
4. Sektor Pertanian mampu menyediakan keragaman menu pangan sehingga
mempengaruhi konsumsi & gizi masy.
5. Sektor Pertanian mampu mendukung sektor industri
6. Sektor Pertanian merupakan salah satu penyumbang Devisa

Fase perkembangan Agribisnis

 Faze Konsolidasi (1967-1978) Pada fase ini sektor pertanian tumbuh


3,39%, lebih banyak disebabkan kinerja subsektor tanaman pangan dan
perkebunan yg tumbuh 3,58% dan 4,53%. Tiga kebijakan yg penting pada
fase ini adalah (Intensifikasi) ialah penggunaan teknologi, (Ekstensifikasi)
atau perluasan area yg mengkoversi hutan tdk produktif, (Diversifikasi)
adalah penganekaragaman usaha agribisnis untuk menambah pendapatan
rumah tangga petani.
 Fase Tumbuh Tinggi (1978-1986) Pada periode ini perkembangan
agribisnis sektor pertanian tumbuh lebih dari 5,7 %. Peningkatan produksi
pangan, perkebunan, perikanan, peternakan hampir mencapai angka
produksi 6,8 % dan puncaknya mencapai swasembada pangan.
 Fase Tumbuh Tinggi (1978-1986) Pada periode ini perkembangan
agribisnis sektor pertanian tumbuh lebih dari 5,7 %. Peningkatan produksi
pangan, perkebunan, perikanan, peternakan hampir mencapai angka
produksi 6,8 % dan puncaknya mencapai swasembada pangan.
 Fase Dekonstruksi (1986-1997) Pada fase ini sektor pertanian mengalami
kontraksi pertumbuhan di bawah 3,4 % pertahun, berbeda dgn tahun
sebelumnya. Hal ini terjadi karena mengalami pengacuhan oleh perumusan
kebijakan akibat anggapan keberhasilan swasembada pangan telah
menimbulkan persepsi pengembangan agribisnis akan bergulir dengan
sendirinya.
 Fase Krisis (1997-2001) Meskipun sektor pertanian menjadi penyelamat
ekonomi indonesia karena limpahan lonjakan nilai tukar dollar yg dinikmati
komoditas ekspor sektor pertanian terutaman perkebunan & perikanan. Daya
tahan sektor pertanian tdk cukup kuat karena harus menanggung dampak
krisis untuk menyerap limpahan tenaga kerja sektor informal dan perkotaan.
 Fase Desentralisasi (2001-sekarang) Transisi politik dan periode
Desentralisasi ekonomi menimbulkan banyaknya perda dan terlalu
banyaknya penyimpangan administratif/korupsi yang terjadi di daerah dan
banyaknya biaya tambahan dalam berhubungan dgn birokrasi pemerintahan
(survey LPEM-FEUI).

Peran Agribisnis Dalam Era Pembangunan


Memberikan sumbangan yang nyata sistem Agribisnis bagi perekonomian
Indonesia dalam bentuk :

1. Hasil Produksi Pertanian.


2. Pasar.
3. Faktor Produksi.
4. Kesempatan Kerja
5. Sumbangan hasil produksi : Swasembada Beras sejak tahun 1984.
6. Sumbangan pasar : Besarnya pangsa pasar domestik yang mendukung daya
beli masy. Pedesaan.
7. Sumbangan Faktor Produksi : penyediaan tenaga kerja, modal, bahan baku
industri.
8. Sumbangan kesempatan kerja : tingginya daya serap tenaga kerja.
9. Pada akhir PJP II, diharapkan transformasi struktur agribisnis, dari on-farm
activities menjadi off-farm activities
10.Transformasi ekonomi dari basis pertanian ke ekonomi basis industri
menempatkan Indonesia menjadi negara bercorak agribisnis (agro-base
industry: industri minyak sawit, industri kayu lapis dan sejenisnya).
11.Peran agribisnis di masa datang tetap penting sbg penyedia pendapatan
nasional & lapangan kerja.

Pengembangan Agribisnis

 Kegiatan agribisnis strategis bagi rakyat untuk memenuhi kebutuhan pangan,


pakaian.
 Produk Agribisnis sulit di substitusi oleh produk lain.
 Bila tergantung pada impor agribisnis negara lain, maka negara akan
lumpuh.
Kegiatan Agribisnis berkaitan dengan isu pokok :

 Masalah Lingkungan hidup


 Peningkatan dan pemerataan pendapatan
 Kesempatan kerja.
 Pengembangan sistem agribisnis menjadi tuntutan logis dalam
perkembangan keadaan perekonomian.

Perkembangan permintaan terhadap produk pertanian tidak hanya dalam


jumlah, tapi juga dalam hal :

 Keragaman jenis
 Peningkatan mutu
 Kontinuitas jumlah
 Kesesuaian tempat
 Kemasan
 Pengangkutan
 Mekanisme Pemasaran
 Kesesuaian Waktu

Ayat ayat yang menjelaskan tentang agribisnis pertanian

a. Q.S Ibrahim ayat 31


  
 
 
  
   
     
 
Artinya :

“Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan


salat, menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi atau
pun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan
persahabatan”
b. Q.S Al-Baqarah 254
 
  
   
     
   
 
 
Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah
Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak
ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa`at. Dan orang-orang kafir itulah orang-
orang yang zalim”.

c. Q.S Ali’imran 3:117


    
 
   
  
 
   
  
 
Artinya :

Perumpamaan harta yang mereka nafkahkan di dalam kehidupan dunia ini, adalah
seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat dingin, yang
menimpa tanaman kaum yang menganiaya diri sendiri, lalu angin itu merusaknya.
Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka
sendiri. “ ()

Anda mungkin juga menyukai