Anda di halaman 1dari 18

PEDOTYIAN KERJA

TIM PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (PPRA)


RS MUHAMMADIYAH KALITIDU

BAB I

PENDAHULUAN

Tim pelaksana Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) adalah tim yang
dibenluk melalui surat keputusan direktur Rs Muhammadiyah Kalitidu dalam rangka
mengandaliken penggunaen antimikrobs di linokungen rumah sakit.

Tugas dsn lungsi Tim pelaksana Progam Pengrndalian Resistensi Antimkroba adalah:

1. Membantu diretur rumah eakit dalsm menclapkan kobijakan tcntang


pengendalian resistensi antimikroba
2. Membantu diretur rumah sakit dalam menelapkan kebijakan umum dan panduan
penggunaan antibiotik di rumah sakit
3. Membantu diretur rumah sakit dalam pelaksanaan program pengendalian resistensi
antimikroba
4. Membanlu diretur rumah sakit dalam mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan program
penngendalian resisitensi antimikroba
5. Menyelenggarakan forum kajian kasus pengelolaan penyakit infeksi dan kepskaan
terhadap antibiotic
6. Melakukan surveilans pola pcnggunaan antibiotic
7. Melakukan surveilan pola mikroba penyebab infeksi dan kepekaan anlibiotik
8. Menyebariuaskan serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran tontang prinsip
pengendalian resistensi antimikroba, penggunaan antibiotik secara bijak, dan ketaatan
terhadap pencegahan pengendalian infeksi melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan
9. Mengembangkan penelitian di bidang pengendalian resistensi antimikroba
10. Molaporkan kagiatan prcgram peng€ndalian rssistensi antimikroba kopada Diraktur rumah
sakit
BAB II
PENGORGANISASIAN

A. KEBIJAKAN
Kebijakan umum
1. Kabijakan ponanganen kasus intoksi secara multidisiplin.
2. Kcbijskan pcmberian antibiotlk terapi meliputi antibiotlk empirik dan dcfinitif
Terapi antibiotik smpiris adalsh penggunesn entibiolik pada ka8us infeksi stau
diduga infeksi yang belum diketahui jenis baKeri penyeb€b dan pola
kepekaannya. Terapi antibiotik definitif adalah pcnggunaan antibiotik pada kasus
inleksi yang sudah dikelahuijenis baKeri penyebab dan rcla kepekaannya.
3. Kebijakan pemberian antibiotik prolilaksis bedah meliputi antibiotik protilaksis
atas indikasi operasi bersih dan bersih terkontaminasi sebagaimana tercantum
dalam ketentuan yang beriaku. Antibiotik Profilaksis Bedah adalah penggunaan
antibiotik sebelum, selama, dan paling lama 24 jam pasca operasi pada kasus
yang secara klinis tidak memperlihatkan tanda infeksi dengan tujuan mencegah
terjadinya infeksi luka daerah operasi.
4. Pemberian anlibiotik pada prosedur operasi terkontaminasi dan kolor tergolong
dalam pemberian anlibiok terapi sehingga tidak perlu ditambahkan antibiotik
profilaksis

Kebijak khusus

1. Pengobatan awal
a. Pasien yang secara klinis diduga atau diidentilikasi mengalama inleksi bakteri
diberi antibiotik empirik selama 48-72 jam.
b. Pemberign antibiotik lsnjutan harus didukung deta hasil pemeriksaan mlaboratorium dan
mikrobiologi.
c. Sebelum pemberian antibiotik dilakukan pengambilsn sp€simon untuk pemeriksaan
mikrobiologi.
2. Antibiolik empirik ditetapkan berdasarkan pola mikroba dan kepekaan antibiotik
Rumah Sakit Muhammadiyah Kalitidiu. Selama belum diketahui pola mikroba dan
kepekaan anlibiotika di Rumah Sakit Muhammadiyah Kalitidiu, maka mengacu pada pola
mikroba dan kepekaan antibiotika Rumah Sakit dr R. Sosodoro Djatikoesoemo.
Prinsip pemilihan antibiotik.
a) Pilihan pertama (first choice)
b) Pembatasan antibiolik (resticted/reseryed).
c) Kelompok antibiotlk profilaksis dan terapi.
3. Pengendalian lama pemberian anlibiotik profilaksis dilakukan dengan menerapkan
automatic stop otder 1/24 jam
4. Pelayanan laboralorium mikrobiologi.

B. STRUKTUR ORGANISASI
Susunan Tim PPRA dapat dilihat dalam gambar berikut :

DIREKTUR

KOMITE SPI

PPRA

KETUA WADIR MEIS WADIR ADMIN & KEU

SEKERTARIS ANGGOTA

C. URAIAN TUGAS
1. Ketua Tim PPRA:
a. membantu direklur rumah rakit dalam mBnelaPkan kebijakan tenlang
pongondelian rasistansi antimikroba
b. mrmbantu dlreKur rumah sakit delsa menetapkan kebljakan umum dan
panduan ponggunaan antibiotik di rumah sakit
c. membantu direktur rumah sakit dalam pelaksanaan program pengendalian
resistensi antimikroba
d. membantu direKtur rumah sakit dalam mengawasi dan mengevaluasi
pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikoba
e. bertanggung jawab menyelenggarakan forum kajian kasus pengelolaan ponyakit
infeksi terintegrasi
f. bertanggung jawab melakukan surveilans pola penggunaan antimikroba
g. bertanggung jawab melakukan surveilans pola mikroba penyebab infeksi dan
kepekaannya terhadap antimikroba
h. menyebarluaskan serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang
prinsip pengendalian resistensi antimikroba, penggunaen anlibiotik socara bijak,
dan ketaatan terhadap pencegahan pcngendalian infeksi melalui kegiatan
pendidikan dan pelatihan
i. mengembangkan penelitian di bidang pengendalian resislensi antimikroba
j. melaporkan kegiatan program pengendalian resistensi antimikroba kepada
direklur rumah sakil
k. melaporkan kegiatan ke KPRA Kemenkes secara berkala
2. Sekretaris
a. Melaksanakan kegiatan administrasi dan menginventarisir program kerja PPRA
b. Bertanggungjawab terhadap pencatatan dan pelaporan semua kegiatan PPRA
c. Membuat dan mensosialisasikan Uraian Tugas PPRA di rumah sakit
d. Bertanggung jawab terhadap pelaporan intemal dan ekslemal.
3. Anggota
a. Klinisi/Staf Medis
1) Menerapkan prinsip penggunaan antibiotik secara bijak dan menerapkan
kewaspedaan standsr.
2) Melakuken koordinasi program pengendalian resistensi antimikroba di
SMF/bagian.
3) Melakukan koordinasi dalam penyusunan panduan penggunaan antibiotik di
SMF/bagian.
4) Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim.
b. Bidang keperawatan
1) Menerapkan kewaspadaan standar dalam upaya msncegah penyebaran
mikroba resisten.
2) Terlibat dalam cara pemberian antibiotik yang benar.
3) Terlibat dalam pengambilan spesimen mikrobiologi secara teknik aseptik.
c. lnslalasi Farmasi
1) Mengelola serta menjamin mutu dan ketersediaan antibiotik yang tercantum
dalam formularium.
2) Memberikan rekomendasi dan konsultasi serla terlibat dalam tata laksana
pasien infeksi, melalui: pengkajian peresepan, pengendalian dan monitoring
penggunaan antibiotik, visile ke bangsal pasien bersama tim.
3) Memberikan informasi dan edukasitentang penggunaan antibiotik yang tepat
dan benar.
4) Melakukan evaluasi penggunaan antibiotik bersama tim.
d. Laboratorium Klinik
1) Melakukan pelayanan pemeriksaan mikobiologi.
2) Memberikan rekomendasi dan konsultasi serta terlibat dalam tata laksana
pasien infeksi melalui visite ke bangsal pasien bersama tim.
3) Memberikan intormasi pola mikroba dan pola resistensi secara berkala setiap
tahun.
e. Komite/tim pencegahan pengendalian infeksi (KPPI) Komite PPI berperanan dalam
mencegah penyebaran mikroba resisten melalui:
1) penerapan kewaspadaan standar.
2) surveilans kasus infaksi yang disebabkan mikoba multiresisten,
3) cohorting/isolasi bagi pasien infeksi yang diseb€bkan mikroba multiresisten,
4) menyusun pedoman penanganan kejadian luar biasa mikroba multiresisten.
f. Panitia farmasi dan terapi(KFT)
1) Berperanan dalam menyusun kebijakan dan panduan penggunaan antibiotik
di rumah sakit.
2) Momantau kepatuhan penggunaan antibiotik ierhadap kebijakan dan
panduan di rumah sakit,
3) Melakukan evaluasi ponggunaan antibiotik bersama tim.
BAB III

SARAN DAN FASILITAS PENUNJANG

A. SaranaKesekretariatan
1. Ruangan sekretariat dan anggota
2. Komputer, printer dan intemel
3. Telepon
4. Sarana kesekretariatan lainnya
B. Dukungan Manajemen
Oukungan yang diberikan oleh manajemen berupa:
1. Surat Keputusan Pembentukan Tim Program Pengendalian Resislensi Antimikroba
2. Menyediakan anggaran untuk :
a. Pendidikan dan pelatihan
b. Pengadaan fasilitas penunjang
c. Pelaksanaan program, monitoring, evaluasi, laporan dan rapat rutin
d. Remunerasi/insentif / tunjangan/ penghargaan untuk PPRA
BAB IV

TATA LAKSANA

A. TATA LAKSAIkA KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) MIkROBA RESISTEN


Tata laksana Kejadian Luar Biasa (KLB) mikroba multiresislen alau Mulbdrug-

Resistant Organisns (MDRO), seperti Methicilin Resistant Staptry'ococcus Aureus (MRSA),

baKteri penghasil Exlended Spectrum Befa-Lacfamase (ESBL), alau mikroba multiresisten

yang lain :

1. Apabila ditemukan makroba mullir€sisten sebagai penyebab infEksi, maka


laboratorium mikrobiologi segera melaporkan kepada lim PPI dan dokter penanggung
jawab pasien, agar segera dilakukan tindakan untuk membatasi penyebaran strain
mikroba multiresisten f tersebut.
2. Pananganan KLB mikroba multiresislen dilakukan berdasar prinsip berikut ini:
a. Mikroba multiresisten adalah mikroba yang resisten terhadap paling sedikit 3
kelas anlibiotik
b. Lndikator pengamatan:
Angka MRSA
Penghitungan berpedoman pada rumus berikut ini:
Angka ESBL=…………………………………………………… x 100%
Jumlah isolat Staphylococcus aureus + isolat MRSA

Angka mikroba penghasil ESBL


Penghitungan berpedoman pada rumus berikut ini:
Angka ESBL=……jumlah isolate ESBL……………………….. X 100%
jumlah isolat baheri non-ESBL + baKeri ESBL

Contoh: kiebsiella preumoniae penghasil ESBL


Angka ESBL=… jumlah K. Preumo.,iae ESBL……………… X 100 %
jumlah K.pneumoniae non-ESBL + K.preurronbe ESBL
c. Angka mikroba multiresislen lain dihitung dengan rumus yang sama dengan poin b
d. Selain indikaor di atas, rumah sakit dapat menetapkan indikator KLB sesuai
dengan kejadian setempat.
e. Untuk bisa mengenali indikator tersebut, perlu dilakukan surveilans dan kerja
sama dengan laboratorium mikrobiologi klinik.
3. Upaya menekan mikroba multiresisten, dilakukan baik ketika tidak ada KLB maupun
ketika terjadi KLB.
a. Jika tidak ada KLB, maka pengendalian mikroba multiresisten dilekukan dengan
dua cara utama, yakni:
1) meningkatkan penggunaan antibiolik secara bijak, baik melalui kebijaksn
manaejrial maupun kebijakan profesionl.
2) Meningkatkankewaspadaanstandar
b. Jika ada KLB mikroba mulliresislen, maka dilakukan usaha penanganan KLB
mikroba multiresisten sebagai berikut.
1) Menetapkan sumber penyebaran, baik sumber insidental (pint
source) maupun sumber menetap (continous sources).
2) Menetapkan modus transmisi
3) Tindakan penanganan KLB, yang meliputi:
a) membersihkan alau menghilangkan sumber KLB
b) meningkatkan kewaspadaan baku
c. isolasi atau tindakan sejenis dapat diterapkan pada penderita yang terkolonisasi
atau menderita infeksi akibal mikroba multiresisten: pada MRSA biasanya
dilakukan juga p€mbersihan kolonisasi pada pendErita sesuai dengan pedoman.
d. Pada keadaan tertenlu ruang rawat dapat ditutup sementara serta dibersihkan
dan didisinfeksi. Tindakan iersebut di atas sangat dipengaruhi oleh sumber dan
pola penyebaran mikroba multiresisten yang bersangkutan.

B. EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA DIRUMAH SAKIT


Evaluasi penggunaan anlibiotik merupakan salah s€tu indikator mutu PPRA di Rumah
Sakit yang borlujuan momberikan inrormasi pola penggunaan anlibiotika di Rumah Sakit
baik kualitas maupun kuantitas. Sebagai langkah awal, maka pelaksanaan evaluasi
penggunaan antibiotika di Rumah Sakit MUhammadiyah Kalitidu dilakukan di KSM
(kelompok Staf Medis) Obsletri dan Ginekologi sebagai pilot project.
1. Sumber Data Penggunaan Antibiotika
a. Rekam medik pasien
1) Melihat kembali berkas rekam medik pasien, daftar pemberian obat
2) Resep dokter
3) Calalan farmasi melalui Sislem lnformasi Manajemen Rumah Sakit

Dari penulisan instruksi pengobatan/peresepan antibiotik oleh dokter yang merawat


dicatat hal - hal berikut :

 Jenis antibiotic
 Dosis harian
 Lama penggunaan antibiotika
Dari catatan perawat dikelahui jumlah antibiotika yang diberikan kepada pasien
salama rawat inap
b. Pengelolaan antibiotik di lnstalasi Farmasi
lnstalasi Farmasi Rumah Sakit Muhammadiyah Kalitidu sudah melaksanakan
kebijakan pelayanan farmasi satu pintu, sohingga kuantitas antibiotika dapat
diperoleh dari data penjualan antibiolik di lnstalasi Farmasi.
lnstalasi Farmasi Rumah Sakit Muhammadiyah Kalitidu sudah melaksanakan
kebijakan pelayanan larmasi satu pintu, sohingga kuantitas antibiotika dapat
diperoleh dari data penjualan antibiolik di lnstalasi Farmasi.
2. Audit jumlah penggunaan anlibiotik di Rumah Sakit
a. Dilakukan klasifikasi penggunaan antibiotik secara Anatomical Therapeutic
Chemical (ATC) Classification
b. Pengukuran jumlah penggunaan antibiotikdengan Defined Daily Dose (DDD)
c. DDD adalah dosis harian rata-rata antibiotik yang digunakan pada orang dewasa
untuk indikasi utamanya
d. DDD adalah unit baku pengukuran bukan mencerminkan dosis harian sebenarnya
yang diberikan ke pasien (prescribe daily dose atau PDD)
e. Perhitungan DDD di Rumah Sakit Muhammadiyah Kalitidu
Jumlah konsumsi AB= jumlah konsumsi antibiotic dalam gram
DDD aniibiotik dalam gram
DDD/100 patients days= Total DD X 100
Total jumlah hari pasien
3. Audit kualitas penggunaan antibiotik di Rumsh Sakit
a. Kualitas penggunaan antibiotik dapat dinilai dengan melihal data dari form
penggunaan antibiotik dan rekam medik pasien untuk melihat perjalanan penyakit
b. Kualitas penggunaan antibiotik dapat dinilai dengan melihal data dari form
penggunaan antibiotik dan rekam medik pasien untuk melihat perjalanan penyakit
c. Dilakukan review oleh lebih dari 1 orang revieer menggunakan alur penilaian
menurut Gyssens unluk menentukan kategor kualilas setiap antibiotik yang
digunakan
d. Bila terdapat perbedaan yang sangat nyata diantara reviewer, maka dapat
dilakukan diskusi untuk masing - masing kasus yang berbeda penilaiannya
e. Pola penggunaan antibiotika selanjutnya dianalisis dalam hubungannya dengan
laporan pola mikroba dan kepekaan antibiotik setiap tahun
f. Kategori hasil penilaian gyssers
Kategori 0 : Penggunaan antibiolik tepat dan rasional
Kategori I : Tidak tepat saat (timing) pemberian antibiotic
Kategori llA : Tidak tepat dosis pemberian antibiotic
Kategori llB : Tidak tepat interval pemberian antibiotic
Kategori llc : Tidak tepat rute pemberian antibiotic
Kategori lllA : Pemberian antibiotik terlalu lama
Kategori lllB : Pemberian anlibiolik terlalu singkat
Kategori IVA: Tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik lain yang lebih
efektif
Kategori IVB: Tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik lain yang lebih
aman
Kategori IVC: Tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiolik lain yang lebih
murah
Kategori IVD: Tidak tepat pilihan antibiotik karena ada antibiotik lain dengan
spectrum lebih sempit
Kategod V : Tidak ada indikasi pemberian antibiotic
Kategori VI: Data tidak lengkap sehingga penggunaan antibiotik tidak
dapat dinilai
C. PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI, PELAPORAN MIKROBA DAN KEPEKAANNYA
1. Rumah Sakit Muhammadiyah Kalitidu belum mempunyai fasilitas laboratorium
mikrobiologi klinik
2. Selama fasilitas pada point l belum tersedia, maka pemeriksaan mikrobiologi klinik
dilakukan di sarana lain yang telah mengadakan kontrak dengan Rumah Sakit
3. Pelaporan hasil uji kultur dan sensitivitas harus capat dan akurat
4. Mengingat jumlah data hasil pemeriksaan mikrobiologi pasien Rumah Sakit
Muhammadiyah Kalitidu masih sedikit sehingga belum dapet disusun pola mikroba dan
kepekaannya, maka pola mikroba dan kepekaan Rumah Sakit Muhammadiyah
mengacu pada data fasilitas kesehaian terdekat (RSUD dr R Sosodoro Drati koesoemo)

D. PRINSIP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK BIJAK


1. Penggunaan antibiotik bijak yaitu penggunaan antibiotik dengan spektrum sempit, pada
indikasi yang ketat dengan dosis yang adekuat, interval dan lama pemberian yang tepat
2. Kebijakan penggunaan ditandai dengan pembatasan panggunaan antibiotik dan
mengutamakan antibiotik lini pertama.
3. Psmbatasan pengguman antibiotik dapat dilakukan dengan menerapkan pedoman
penggunaan antibiotik, penerapan penggunaan antibiotik secara terbatas, dan
penerapan kewenangan dalam penggunaan antibiotik tertentu.
4. lndikasi ketat penggunaan antibiotik dimulai dengan menegakkan diagnosis penyakit
infeksi, menggunakan informasi klinis dan hasil pemeriksan laboratorium seperti
serologi, mikrobiologi, dan penunjang lainnya. Antibiotik tidak diberikan pada ponyakit
infaksi oleh virus atau ponyakit yang dapat sembuh sondni (self-limited).
5. Pemilihan jenis antiotik harus berdasarkan pada :
a. lnformasi tentang spektrum kuman penyebab infeksi dan pola kepekaan kuman
terhadap antibiotik.
b. Hasil pemeriksaan mikobiologi atau perkiraan kuman penyabab infeksi.
c. Profil farmakokinetik dan farmakodinamika antibiotik.
d. Melakukan de-eskalasi setelah mempertimbangkan hasil mikrobiologi dan
ketersediaan klinis pasien serta ketersediaan obat.
e. Cost-effective obat dipilih atas dasar yang paling efektif dan efisien.

6. Penerapan penggunaan antibiotik secara bijak dilakukan dengan beberapa langkah


sebagai berikut :
a. Meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan terhadap penggunaan antibiotic
secara bijak
b. Meningkatkan ketersediaan dan mutu fasilitas penunjang, dengan penguatan pada
laboratorium hematologi, imunologi, mikrobiologi dan laboratorium lain yang
berkaitan denagn penyakit infeksi.
c. Menjamin ketersediaan tenaga kesehatan yang kompeten di bidang infeksi.
d. Mengembangkan sistem penanganan penyakit infeksi secara tim.
e. Membentuk tim pengendali dan pemantau penggunaan antibiotik secera bijak yang
bersifat multidisiplin.
f. Memantau penggunaan antibiotik secara intensif dan berkesinambungan.

E. PRINSIP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK TERAPI EMPIRIS DAN DEFINITIF


1. Antibiotlk untuk Terapi Empiris
a. Penggunaan antibiotik untuk terapi empiris adalah penggunaan antibiotik pada
kasus infeksi yang belum diketahuij enis bakteri penyebabnya.
b. Tujuan pemberian antibiotik untuk terapi empiris adalah eradikasi atau penghabatan
pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab infeksi, sebelum diperoleh hasil
pemeriksaan mikrobiologi.
c. lndikasi : ditemukan sindrom klinis yang mengarah pada keterlibatan bakteri tertentu
yeng paling sering menjadi penyebab infeksi.
1) Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotik dala epidemiologi dan pola resistensi
bakteri yang tersdia di komunitas atau di rumah sakit setempat.
2) Kondisi klinis pasien.
3) Ketersediaanantibiolik.
4) Kemampuan antibiotik untuk menembus ke jaringan/organ yang terinfeksi.
5) lnfeksi berat yang diduga disebabkan ol6h polimikroba dapat digunakan
antibiotik kombinasi.
d. Rule pemberian: antibiotik oral seharusnya meniadi pilihan perlama untuk terapi
infeksi. lnfeksi sedang sampai berat dapat dipertimbangkan menggunakan antibiotik
perenteral.
e. Lama pembarian: anlibiotik empiris diberikan untuk jangka waktu 48-72 jam.
Selanjutnya harus dialkukan evaluasi berdassrkan data mikrobiologis dan kondisi
klinis pasien serta data penunjang lainnya.
f. Evaluasi penggunaan antjbiotik empiris dapat dilakukan sepedi padar tabel
berikut
Tabel l. Evaluasi Penggunaan Antrbiotik Empiris
Hasil Klinis Sensitivitas Tindak lanjut
Kultur
+ Membaik Sesuai Lakukan sesuai prinsip “De-eskalsi”
+
+
+
-
-
PEDOMAN KERJA
TIM PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA (PPRA)
RS MUHAMMADIYAH KALITIDU

BAB I

PENDAHULUAN

Tim pelaksana Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) adalah tim


yang dibenluk melalui surat keputusan direktur RS MUHAMMADIYAH KALITIDU dalam rangka
mengandaliken penggunaen antimikrobs di linokungen rumah sakit.

Tugas dsn lungsi Tim pelaksanaan Program Pengrndalisn Resislenei Anlimkroba adalah:

1. Membantu direKur rumah eakit dalsm menclapkan kobijakan tentang pengendalian


resistensi antimikroba
2. Membantu direKur rumah sakit dalam menelapkan kebijakan umum dan panduan
penggunaan antibiotik di rumah sakit
3. Membantu direKur rumah sakit dalam pelaksanaan program pengendalian
resistensi antimikroba
4. Membanlu direKur rumah sakit dalam mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan
program penngendalian resisitensi antimikroba
5. Menyelenggarakan forum kajian kasus pengelolaan penyakit infeksi dan kepskaan
terhadap antibiotic
6. Melakukan surveilans pola pcnggunaan antibiotic
7. Melakukan surveilanE pola mikroba penyebab infeksi dan kepekaan anlibiotik
8. Menyebariuaskan serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran tontang prinsip
pengendalian resistensi antimikroba, penggunaan antibiotik secara bijak, dan
ketaatan terhadap pencegahan pengendalian infeksi melalui kegiatan pendidikan
dan pelatihan
9. Mengembangkan penelitian di bidang pengendalian resistensi antimikroba
10. Molaporkan kagiatan prcgram peng€ndalian rssistensi antimikroba kopada Diraktur rumah
sakit
BAB II
PENGORGANISASIAN

A. KEBIJAKAN
Kebijakan umum :

Anda mungkin juga menyukai