Anda di halaman 1dari 9

VI.

Infeksi Saluran Kemih


A. Definsi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi akibat terbentuknya koloni
kuman di saluran kemih. Beberapa istilah yang sering digunakan dalam klinis mengenai
ISK:
1. ISK uncomplicated (sederhana), yaitu ISK pada pasien tanpa disertai kelainan
anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih.
2. ISK complicated (rumit), yaitu ISK yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan
anatomis/ struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik. Kelainan ini akan
menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika.
3. First infection (infeksi pertama kali) atau isolated infection, yaitu ISK yang baru
pertama kali diderita atau infeksi yang didapat setelah sekurang-kurangnya 6 bulan
bebas dari ISK.
4. Infeksi berulang, yaitu timbulnya kembali bakteriuria setelah sebelumnya dapat
dibasmi dengan pemberian antibiotika pada infeksi yang pertama. Timbulny infeksi
berulang ini dapat berasal dari re-infeksi atau bakteriuria persisten. Pada re-infeksi
kuman berasal dari luar saluran kemih, sedangkan bakteriuria persisten bakteri
penyebab berasal dari dalam saluran kemih itu sendiri.
5. Asymtomatic significant bacteriuria (ASB), yaitu bakteriuria yang bermakna tanpa
disertai gejala.

B. Klasifikasi
ISK diklasifikasikan berdasarkan:
1. Anatomi
a. ISK bawah, presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender.
1) Perempuan
Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai bakteriuria
bermakna. Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis tanpa
ditemukan mikroorganisme (steril).
2) Laki-laki
Presentasi ISK bawah pada laki-laki dapat berupa sistitis, prostatitis,
epidimidis, dan uretritis.
b. ISK atas
1) Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
2) Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta
refluk vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti
pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik
yang spesifik.
2. Klinis
a. ISK Sederhana/ tak berkomplikasi, yaitu ISK yang terjadi pada perempuan yang
tidak hamil dan tidak terdapat disfungsi truktural ataupun ginjal.
b. ISK berkomplikasi, yaitu ISK yang berlokasi selain di vesika urinaria, ISK pada
anak-anak, laki-laki, atau ibu hamil.

C. Etiologi
Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya
menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram negatif tersebut,
ternyata Escherichia coli menduduki tempat teratas kemudian diikuti oleh proteus sp,
klebsiella, enterobacter, dan pseudomonas.
Jenis kokus gram positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan Enterococci
dan Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih,
lelaki usia lanjut dengan hiperplasia prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter
urin. Demikian juga dengan Pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih
melalui jalur hematogen dan pada kira-kira 25% pasien demam tifoid dapat diisolasi
salmonella dalam urin. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui cara
hematogen adalah brusella, nocardia, actinomises, dan Mycobacterium tubeculosa.
Candida sp merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada
pasien-pasien yang menggunakan kateter urin, pasien DM, atau pasien yang mendapat
pengobatan antibiotik berspektrum luas. Jenis Candida yang paling sering ditemukan
adalah Candida albican dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari
saluran kemih secara hematogen.
Faktor predisposisi yang mempermudah untuk terjadinya ISK, yaitu:
1. Bendungan aliran urin
a. Anomali kongenital
b. Batu saluran kemih
c. Oklusi ureter (sebagian atau total)
2. Refluks vesikoureter
3. Urin sisa dalam buli
a. Neurogenic bladder
b. Striktura uretra
c. Hipertrofi prostat
4. Diabetes Melitus
5. Instrumentasi
a. Kateter
b. Dilatasi uretra
c. Sitoskopi
6. Kehamilan dan peserta KB
a. Faktor statis dan bendungan
b. PH urin yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman
7. Senggama

D. Patogenesis
Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urin bebas dari mikroorganisme atau
steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran
kemih dan berkembangbiak di dalam media urin. Mikroorganisme memasuki saluran
kemih melalui 4 cara, yaitu :
1. Ascending
2. Hematogen
3. Limfogen
4. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen sebagai
akibat dari pemakaian intrumen.
Sebagian besar mikroorganisme memasuki saluran kemis melalui cara ascending.
Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus
dan hidup secara komensal di introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan
sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra – prostat – vas
deferens – testis (pada pria) – buli-buli – ureter dan sampai ke ginjal.
Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, tetapi dari kedua
cari ini ascending-lah yang paling sering terjadi:
1. Hematogen
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang
rendah, karena menderita sesuatu penyakit kronis, atau pada pasien yang
mendapatkan pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul
akibat adanya fokus infeksi di tempat lain, misalnya infeksi S. aureus pada ginjal bisa
terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit, endotel, atau
tempat lain. M. Tuberculosis, Salmonella, pseudomonas, Candida, dan Proteus sp
termasuk jenis bakteri/ jamur yang dapat menyebar secara hematogen. Walaupun
jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan infeksi ginjal yang
berat, misal infeksi Staphylococcus dapat menimbulkan abses pada ginjal.
2. Infeksi Ascending
Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu:
a. Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
b. Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
c. Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih
d. Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal
Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan antara
mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih
sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahanan tubuh dari
host yang menurun atau karena virulensi agent yang meningkat.
1. Faktor host
Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Pertahanan lokal dari host
b. Peranan sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari imunitas selular dan humoral.
Pertahanan lokal sistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme wash out
urin, yaitu aliran urin yang mampu membersihkan kuman-kuman yang ada di dalam
urin. Gangguan dari sistem ini akan mengakibatkan kuman mudah sekali untuk
bereplikasi dan menempel pada urotelium. Agar aliran urin adekuat dan mampu
menjamin mekanisme wash out adalah jika:
a. Jumlah urin cukup
b. Tidak ada hambatan didalam saluran kemih
Oleh karena itu kebiasaan jarang minum dan gagal ginjal menghasilkan urin yang
tidak adekuat, sehingga memudahkan terjadinya infeksi saluran kemih. Keadaan lain
yang dapat mempengaruhi aliran urin dan menghalangi mekanisme wash out adalah
adanya:
a. Stagnansi atau stasis urin (miksi yang tidak teratur atau sering menahan kencing,
obstruksi saluran kemih, adanya kantong-kantong pada saluran kemih yang tidak
dapat mengalir dengan baik misalnya pada divertikula, dan adanya dilatasi atau
refluk sistem urinaria.
b. Didapatkannya benda asing di dalam saluran kemih yang dipakai sebagai tempat
persembunyian kuman.
2. Faktor agen (mikroorganisme)
Bakteri dilengkapi dengan pili atau fimbriae yang terdapat di permukaannya. Pili
berfungsi untuk menempel pada urotelium melalui reseptor yang ada dipermukaan
urotelium. Ditinjau dari jenis pilinya terdapat 2 jenis bakteri yang mempunyai
virulensi berbeda, yaitu:
a. Tipe pili 1, banyak menimbulkan infeksi pada sistitis.
b. Tipe pili P, yang sering menimbulkan infeksi berat pielonefritis akut.
Selain itu beberapa bakteri mempunyai sifat dapat membentuk antigen, menghasilkan
toksin (hemolisin), dan menghasilkan enzim urease yang dapat merubah suasana urin
menjadi basa.
E. Diagnosis
1. Gambaran klinis
Gambaran klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi mulai dari tanpa gejala hingga
menunjukkan gejala yang sangat berat.5 Gejala yang sering timbul ialah disuria,
polakisuria, dan terdesak kencing yang biasanya terjadi bersamaan, disertai nyeri
suprapubik dan daerah pelvis. Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang
terinfeksi, yaitu:
a. Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa nyeri supra pubik, disuria,
frekuensi, hematuri, urgensi, dan stranguria
b. Pada ISK bagian atas, dapat ditemukan gejala demam, kram, nyeri punggung,
muntah, skoliosis, dan penurunan berat badan.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang menegakkan
diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain:
1) Urinalisis
a) Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda bagi
berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler. Penyakit
nongromeluler seperti batu saluran kemih dan infeksi saluran kemih.
b) Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh Stamm, bila
ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak disentrifus atau
setara dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang besar pada urin yang di
sentrifus. Infeksi saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat leukosit
sebanyak > 10 per mikroliter urin atau > 10.000 per ml urin. Piuria yang steril
dapat ditemukan pada keadaan:
 Infeksi tuberculosis
 Urin terkontaminasi dengan antiseptic
 Urin terkontaminasi dengan leukosit vagina
 Nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik)
 Nefrolitiasis
 Tumor uroepitelial
c) Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal, antara
lain:
 Silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau vaskulitis ginjal
 Silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk pielonefritis
 Silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada gromerulonefritis
akut
 Silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila ditemukan bersaman
dengan proteinuria nefrotik
 Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal
 Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan
infeksi saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi.
2) Bakteriologis
a) Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa
diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu
bakteri lapangan pandang minyak emersi..
b) Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk
memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah
bermakna sesuai kriteria Catteli.
 Wanita, simtomatik
≥102 organisme koliform/ mL urin plus piuria atau
≥105 organisme patogen apapun/ ML urin atau
Tumbuhnya organisme patogen apapun pada urin yang diambil dengan
cara aspirasi suprapubik
 Laki-laki, simtomatik
≥ 103 organisme patogen/ mL urin
 Pasien asimtomatik
≥ 105 organisme patogen/ mL urin pada 2 sampel urin berurutan
3) Tes Kimiawi
Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, di
antaranya yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya
adalah sebagian besar mikroba kecuali enterococci mereduksi nitrat.
4) Tes Pat-Celup (Dip-slide)
Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan plastik
bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan padat
khusus. Lempengan tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan
digenangi urin. Setelah itu lempengan dimasukkan kembali kedalam tabung
plastik tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu 37oC selama satu
malam. Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola
pertumbuhan kuman dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan keadaan
kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara 1000 dan 10.000.000
dalam tiap mL urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup
adekuat. Kekurangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat
diketahui.
b. Radiologis dan Pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau
kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat
berupa foto polos abdomen, pielonegrafi intravena, demikian pula dengan
pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CTScan.

F. Penatalaksanaan
1. ISK Bawah
Prinsip penatalaksanaan ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotik
yang adekuat, dan bila perlu terapi simtomatik untuk alkalinisasi urin:
a. Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotika
tunggal, seperti ampisilin 3 gram, trimetroprim 200 mg.
b. Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (leukosuria) diperlukan terapi
konvensional selama 5-10 hari.
c. Pemeriksaan mikroskopis urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua gejala
hilang dan tanpa leukosuria.
Bila pada pasien reinfeksi berulang (frequent re-infection):
a. Disertai faktor predisposisi, terapi antimikroba yang intensif diikuti dengan koreksi
faktor resiko.
b. Tanpa faktor predisposisi, terapi yang dapat dilakukan adalah asupan cairan yang
banyak, cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba dosis tunggal
(misal trimentoprim 200 mg)
c. Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan.
Pasien sindroma uretra akut (SUA) dengan hitung kuman 10 3 -105 memerlukan
antibiotika yang adekuat. Infeksi klamidia memberikan hasil yang baik dengan
tetrasiklin. Infeksi yang disebabkan mikroorganisme anaerobik diperlukan antimikroba
yang serasi (misal golongan kuinolon).
Tabel 1. Antibiotik pada ISK bawah tanpa komplikasi
2. ISK Atas
Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat inap untuk
memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam.

Tabel 2. Indikasi rawat inap pasien pielonefritis akut


The Infection Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga alternatif
terapi antibiotika intravena sebagai terapi awal selama 48-72 jam sebelum diketahui
mikroorganisme penyebabnya:
- Flurokuinolon
- Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin
- Sefalosporin berspektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida

Tabel 3. Antibiotik pada ISK atas


3. ISK Berulang
Gambar. Alur penatalaksanaan ISK berulang
Terapi jangka panjang yang dapat diberikan antara lain trimetroprimsulfametoksazol
dosis rendah (40-200 mg) tiga kali seminggu setiap malam, Flurokuinolon dosis rendah,
nitrofurantoin makrokristal 100 mg tiap malam. Lama pengobatan 6 bulan dan bila perlu
dapat diperpanjang 1-2 tahun lagi.

G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu saluran kemih,
okstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang multisitem, gangguan fungsi ginjal.

Daftar Pustaka
1. Israr YA. Infeksi saluran kemih. Fakultas Kedokteran Universitas Riau. 2009.

Anda mungkin juga menyukai