Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HAZARD PSIKOSOSIAL

Dosen Pengampu :
Ns. Maria Wisnu Kanita, M.Kep
1. SAKIT
Perawatan anak dirumah sakit merupakan pengalaman yang penuh
dengan stress, baik bagi anak maupun orang tua. Beberapa bukti ilmiah,
menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan
penyebab stress bagi anak dan orang tuanya, baik lingkungan fisik
rumah sakit seperti bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau yang khas,
pakaian putih petugas kesehatan maupun lingkungan social, seperti
sesama pasien anak, ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu
sendiri. Perasaan, seperti takut, cemas, tegang, nyeri dan perasaan yang
tidak menyenangkan lainnya, sering kali dialami anak
Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan
perasaan tersebut dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan
selama dalam perawatan.media yang paling efektif adalah melalui
kegiatan permainan. Permainan yang teraupetik didasari oleh
pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan aktivitas yang sehat
dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang anak dan
memungkinkan untuk dapat menggali dan mengekspresikan perasaan
dan pikiran anak, mengalihkan parasaan nyeri, dan relaksasi. Dengan
demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dan
pelayanan kesehatan anak dirumah sakit (Brennan, 1994).
Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di rumah sakit
akan memberikan keuntungan sebagai berikut :
1) Meningkatkan hubungan antara klien ( anak keluaarga ) dan perawat
karena dengan melaksanakan kegiatan bermain, perawat
mempunyai kesempatan untuk membina hubungan yang baik dan
menyenangkan dengan anak dan keluarganya. Bermain merupakan
alat komunikasi yang elektif antara perawat dank klien.
2) Perawatan dirumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk
mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan
perasaan mandiri pada anak.
3) Permainan pada anak dirumah sakit tidak hanya akan memberikan
rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak
mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegang,
dan nyeri. Pada beberapa anak yang belum dapat mengekspresikan
perasaan dan pikiran secara verbal dan/ atau pada anak yang kurang
dapat mengekspresikannya, permainan menggambar, mewarnai,
Disusun Oleh :
Kelompok 3 (S17C)
1. Rika Novia Paramita (S17146)
2. Rizki Nanda Y. (S17147)
3. Rosit Dani S. (S17149)
4. Sabila Rahma A. (S17150)
5. Septian Sri Wahyu W. (S17151)
6. Silviana Aristanti (S17152)
7. Siti Lestari (S17153)
8. Susi Narasari (S17154)
9. Tri Astuti Chandra D. (S17155)
10. Umu Zulaihah A.F (S17156)
11. Violheta Ajeng N. (S17157)
12. Wahyu Eka P. (S17158)
13. Winda Puji Lestari (S17159)
14. Dita Pramianti F. (S16141)
15. Melvon Umbu H.K (S16164)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih atas bantuannya
pada kelompok 3 yang telah bekerja sama dengan memberikan sumbangan baik berupa materi
maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi dari makalah
agar lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, karena itu kami sanggat mengharapkan kritik dan saran untuk
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, 14 November 2018

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. BAB 1: PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
4. Tujuan Umum
5. Tujuan Khusus
6. Manfaat
B. BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Hazard
2. Bahaya Psikososial
3. Kategori Hazard Psikososial
4. Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja
5. Potensi bahaya Psiko-sosial
C. BAB 3: PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan pasien adalah bebas dari cideran fisik dan psikologis yang menjamin
keselamatan pasien, melalui penetapan system operasional, meminilisasi terjadinya
kesalahan, mengurangi rasa tidak aman pasien dalam sistem perawatan kesehatan dan
meningkatkan pelayanan yang optimal (canadian nursing association, 2004).
International council nurse (2002) mengatakan bahwa keselamtan pasien merupakan
hal mendasar dalam mutu pelayanan keperawatan. Peningkatan keselamatan pasien
meliputi tindakan nyata dalam rekrukmen, pelatihan dan retensi tenaga profesional,
pengembangan kinerja, menejemen resiko dan lingkungan yang aman, pengendalian
infeksi , penggunaan obat-obatan yang aman, peralatan dan lingkungan perawatan yang
aman serta akumulasi pengetahuan ilmiah yang terintegrasi serta berfokus pada
kesekamatan pasien yang di sertai dengan dukungan infrastruktur terhadap pengembangan
yang ada.
Menurut international of medicine keselamatan pasien yang di definisikan sebagai
freedom from accidential injury di sebabkan karena erorr yang meliputi kegagalan suatu
perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuan. Penulis
berpendapat keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang aman yang di lakukan oleh
setiap tenaga kesehatan yang di mulai dari asessment, identifikasi sampai dengan analisis
kejadian yang bertujuan untuk menngkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Tujuan keselamatan pasien di rumah sakit menurut meliputi terciptanya budaya
keselamatan pasien di rumah sakit,meningkatnya akuntalitas rumah sakit terhadap pasien
dan masyarakat,menurunnya kejadian tidak di harapkan (KTD) di rumah sakit,dan
terlaksananya program-program pencengahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapakan.
Menurut institusi of medicine (IOM) (2008) tujuan keselamatan pasien ini
diantaranya pasien aman (terhindardari cedera),pelanayanan menjadi lebih efektif dengan
adanya bukti yang kuat terhadap terapi yang perlu atau tidak perlu diberikan ke
pasien,berfokus pada nilai dan kebutuhan pasien,pengurangan waktu tunggu pasien dalam
menerima pelayanan dan efisien dalam penggunaan sumber-sumber yang ada.
Penulis berpendapat tujuan keselamatan pasien antara lain terciptanya budaya
keselamatan pasien,menurunnya kejadian yang tidak aman bagi pasien (menurunnya
KTD,KNC,kejadian sentinel).memberikan kepuasan bagi pasien maupun pihak internal
rumah sakit sendiri,dan mutu pelayanan kesehatan menjadi lebih baik.tujuan keselamatan
pasien sebagai arah dalam mencapai visi kedepan yaitu terciptanya penerapan keselamatan
pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definsisi Hazard ?
2. Apa yang Dimaksud Bahaya Psikososial ?
3. Apa Saja Kategori Hazard Psikososial ?
4. Jelaskan Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja ?
5. Bagaimana Potensi bahaya Psiko-sosial ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definsisi Hazard
2. Untuk Mengetahui Bahaya Psikososial
3. Untuk Mengetahui Kategori Hazard Psikososial
4. Untuk Mengetahui Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja
5. Untuk Mengetahui Potensi bahaya Psiko-sosial

D. Manfaat
Membuat kita mengetahui dan menambah wawasan baru dalam mengetahui Definsi
Hazard, Bahaya Psikososial, Kategori Hazard Psikososial, Pengenalan potensi bahaya di
tempat kerja, dan Potensi bahaya Psiko-sosial Sehingga, mahasiswa mampu memahami
dan membuat resume setelah proses pembelajaran kelengkapan materi dan mahasiswa
mampu memahami dan membuat resume setelah ketepatan jawaban dalam resume.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Hazard
Suardi R. (2005) menyatakan bahwa hazards adalah sesuatu yang berpotensi menjadi
penyebab kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses kerja, dan atau aspek lainnya
dari lingkungan kerja.
Menurut A.M. Sugeng Budiono, dalam artikelnya “hazards” yang sering disebut
potensi bahaya merupakan sumber resiko yang potensial mengakibatkan kerugian baik
material, lingkungan maupun manusia.
Safety Engineer Career Engineer Career Workshop (2003) mendefinisikan Hazard
sebagai kondisi fisik yang berpotensi menyebabkan kerugian / kecelakaan bagi manusia
atau lingkungan. Ketika hazard timbul, maka peluang terjadinya efek-efek yang buruk
tersebut akan muncul.

B. Bahaya Psikososial
Bahaya Psychosocial adalah suatu bahaya non fisik yang timbul karena adanya
interaksi dari aspek-aspek job description, disain kerja dan organisasi serta managemen di
tempat kerja serta konteks lingkungan sosial yang berpotensi menimbulkan ganggua fisik,
sosial dan psikologi.
Banyak peneliti yang mengobservasi bahwa kondisi kerja tidak hanya menimbulkan
penyakit akibat kerja tetapi juga memegang peranan penting dalam hal kesehatan pekerja.
Aspek psikologi dari pekerjaan telah menjadi subjek penelitian sejak 1950 ( Jonhson, 1996;
sauter at al., 1998 ). Awalnya psikologi hanya ditujukan pada hambatan pekerja untuk
beradaptasi terhadap aturan kerja daripada terhadap potensi bahaya dari karakteristik
lingkungan kerja yang mungkin dirasakan pekerja ( Gardell, 1982). Tetapi dengan
penelitian tentang lingkungan kerja psikososial dan psikologi kerja pada tahun 1960 (
Johnson & Hall, 1996 ) fokus pembahasan telah beralih dari perspektif individu ke arah
pengaruh dari aspek lingkungan kerja terhadap kesehatan.
Bahaya psikososial kerja dapat didefinisikan sebagai aspek-aspek dari desain kerja,
organisasi kerja dan manajemen kerja, serta segala aspek yang berhubungan dengan
lingkungan sosial kerja yang berpotensi dapat menyebabkan gangguan pada psikologi dan
fisik-fisiologi pekerja ( Cox & Griffiths, 2002 ) dalam Research on Work-Related Stress
2002.
Bahaya psikososial dapat disimpulkan menjadi beberapa aspek berdasarkan
kategori karakteristik kerja, organisasi dan lingkungan kerja dimana dapat menyebabkan
bahaya ( hazardous ). Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik kerja dapat digunakan
untuk menggambarkan bahaya kaitannya dengan hubungan kerja ( context to work ) atau
isi dari pekerjaan ( content of work ). Kondisi yang tak pasti dari aspek kerja ini dapat
menimbulkan stress dan berbahaya bagi kesehatan. Banyak dari berbagai kejadian penyakit
berhubungan dengan psikologi kesehatan dan berisiko terkena penyakit jantung. Bahaya
Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek aspek
psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti
1. Penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian,
motivasi, temperamen atau pendidikannya.
2. Sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai Kurangnya keterampilan
tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja
yang diperoleh.
3. Hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja.
4. Pentingnya mempelajari Bahaya Psychosocial dan Stress Kerja adalah agar
produktivitas kerja dapat tetap terjaga.

C. Kategori Hazard Psikososial


Kategori Kondisi yang menggambarkan bahaya Context to work Fungsi dan budaya
organisasi Komunikasi yang buruk, rendahnya dukungan untuk pemecahan masalah dan
pengembangan pribadi, kurangnya pemahaman terhadap tujuan organisasiPeran dalam
organisasiAmbiguitas dan konflik peran, tanggung jawab terhadap orang lain
Pengembangan karir Ketidak pastian dan stagnasi karir, underpromotion atau
overpromotion, insentif yang buruk, rendahnya nilai sosial terhadap pekerjaanLatitude
keputusan/ pengendalian Partisipasi yang rendah pada pembuatan keputusan, kurangnya
pengendalian terhadap pekerjaan (pengendalian, khususnya pada bentuk partisipasi,
termasuk juga konteks dan wider organizational issue) Hubungan interpersonal pada
pekerjaanIsolasi sosial atau fisik, buruknya hubungan dengan atasan, konflik interpersonal,
kurangnya dukungan social Home-work interface Konflik demand of work and home,
dukungan rendah dari rumah, masalah dualisme karir Lingkungan kerja dan perlengkapan
kerja Masalah yang berkaitan dengan reliabilitas, ketersediaan, kesesuaian, serta
pemeliharaan atau perbaikan terhadap peralatan dan fasilitasDesain tugas Kurangnya
keragaman dari siklus singkat kerja, fragmented atau meaningless work, underuse of skills,
tingginya ketidakpastian Beban kerja/ workpace Beban kerja lebih atau kurang, kurangnya
pengendalian terhadap over pacing, tingginya tingkat tekanan waktu Jadwal kerja Waktu
gilir kerja, jadwal pekerjaan yang tidak fleksibel, waktu kerja yang tidak dapat diprediksi,
waktu yang panjang atau unsocial Bahaya psikososial ini secara langsung atau tidak akan
berpengaruh terhadap konflik fisik dan karyawan sehari-hari, jika seorang karyawan tidak
dapat mengatasi beban bahaya ini dengan baik maka karyawan tersebut akan jatuh dalam
kondisi bosan, jenuh, stress dan akan mengalami gangguan serta keluhan penyakit serta
menurunkan produktivitas kerja keryawan.
Gejala stress :
1. Kepuasan kerja rendah
2. Kinerja yang menurun
3. Semangat dan energi menjadi hilang
4. Komunikasi tidak lancer
5. Pengambilan keputusan jelek
6. Kreatifitas dan inovasi kurang
7. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.
8. Pengelolaan stress dapat dilakukan melalui pendekatan individu dan organisasi.
Gangguan emosional yang timbul :
1. Cemas
2. Gelisah
3. Gangguan kepribadian
4. Penyimpangan seksual
5. Ketagihan alkohol dan psikotropika, Faktor risiko psikologis dalam kecelakaan
adalah potensi pikiran, perasaan, dan perilaku yang mungkin terjadi sebagai akibat dari
peristiwa stress.

D. Pengenalan Potensi Bahaya di Tempat Kerja


Merupakan dasar untuk mengetahui pengaruh terhadap tenaga kerja, serta dapat
dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan
penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja
dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain :
1. faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang
digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri.
2. faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam
lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik
produk antara maupun hasil akhir
3. faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia
yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima
baik fisik maupun psikis.

E. Potensi Bahaya Psiko-sosial


Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis
ketenaga kerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti:
penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi,
temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak
sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai
akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak
harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan
terjadinya stress akibat kerja.
Faktor psikososial utama yang berperan adalah stress, dimana stressor kerja dapat
berupa hubungan antar pekerja maupun beban kerja (secara kuantitatif atau kualitatif).
Hasil studi di Jepang menunjukkan bahwa: Kelelahan fisik akibat kerja sebesar 70-74%
Kelelahan mental akibat kerja sebesar 73-75% (lebih tinggi) Penderita jantung koroner
memiliki waktu kerja lebih dari 60 jam per minggu (tinggi) Di Indonesia, stress akibat kerja
juga dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, seperti jantung koroner, gangguan
mental emosional, gangguan haid, gangguan tidur, abortus, dsb.
Seorang manusia pada hakikatnya akan selalu menerima rangsangan (baik fisik,
kimia, biologis, maupun psikis) dan menimbulkan reaksi atas hal tersebut. Pengalaman ini
akan direkam dalam memori, kemudian nantinya akan menentukan reaksi seseorang dalam
menghadapi masalah serupa atau lainnya. Tentunya, pengalaman yang berbeda akan
membuat orang bereaksi secara berbeda pula. Bentuk reaksi ini dapat timbul dalam 2
pilihan: distress atau stress.
Stress merupakan suatu sindrom berupa respon non-spesifik dari organisme terhadap
rangsangan dari luar dirinya. Sementara itu, stress kerja merupakan reaksi terhadap suatu
stressor (pemicu/sumber stress) yang ada di tempat kerja, umumnya merupakan hasil
akumulasi. Yang dapat menjadi sumber stress di pekerjaan antara lain:
1. Lama waktu bekerja (sekian tahun), posisi (jabatan), tugas, kewajiban, tanggung jawab
sebagai pengawas, dsb.
2. Faktor intrinsik dalam pekerjaan: kesesuaian lingkungan/orang dan kepuasan kerja,
peralatan, pelatihan, shift kerja, kerja overload atau underload, bahaya fisik, harga diri
terkait pekerjaan
3. Peranan dalam organisasi: ambiguitas peran, konflik peran, tanggung jawab orang-
orang, batas-batas organisasional Perkembangan karir: dipromosikan/tidak, kurangnya
keamanan kerja, ambiguitas pekerjaan di masa yang akan datang, status congruency,
kepuasan terhadap bayaran Hubungan / dukungan sosial: dengan kolega, supervisor,
bawahan Struktur dan iklim organisasional: politik, konsultasi/komunikasi, partisipasi
dalam membuat keputusan, dsd.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keselamatan pasien adalah bebas dari cideran fisik dan psikologis yang menjamin
keselamatan pasien, melalui penetapan system operasional, meminilisasi terjadinya
kesalahan, mengurangi rasa tidak aman pasien dalam sistem perawatan kesehatan dan
meningkatkan pelayanan yang optimal (canadian nursing association, 2004)
Suardi R. (2005) menyatakan bahwa hazards adalah sesuatu yang berpotensi menjadi
penyebab kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses kerja, dan atau aspek lainnya
dari lingkungan kerja.

Bahaya psikososial kerja dapat didefinisikan sebagai aspek-aspek dari desain kerja,
organisasi kerja dan manajemen kerja, serta segala aspek yang berhubungan dengan
lingkungan sosial kerja yang berpotensi dapat menyebabkan gangguan pada psikologi dan
fisik-fisiologi pekerja ( Cox & Griffiths, 2002 ) dalam Research on Work-Related Stress
2002. Bahaya psikososial ini secara langsung atau tidak akan berpengaruh terhadap
konflik fisik dan karyawan sehari-hari, jika seorang karyawan tidak dapat mengatasi beban
bahaya ini dengan baik maka karyawan tersebut akan jatuh dalam kondisi bosan, jenuh,
stress dan akan mengalami gangguan serta keluhan penyakit serta
menurunkan produktivitas kerja keryawan.

Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui


pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-
upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi.
Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis
ketenaga kerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti:
penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi,
temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak
sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai
akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak
harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber -
sumber yang lebih banyak yang dapat di pertanggung jawabkan.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua kalangan terutama bagi kami sendiri
sebagai penulis dari makalah ini. Dan diharapkan dengan adanya makalah ini rekan
mahasiswa Perawat lebih memahami tentang Upaya Mencegah Hazard Psikososi.
DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Irwan. 2016. Manajemen Keselamtan Pasien ( Teori & Aplikasi ).


Yogyakarta : Deepublish
Kurniawidjaja,L.M. 2010. Teori dari Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta : UI Press

Ramli,Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


Jakarta : Dian Rakyat

Kepmenkes RI. 2007. Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit. Jakarta : Menkes

Anda mungkin juga menyukai