Pada pemeriksaan fisik indeks massa tubuh rendah, 17 kg/m. tanda vital dalam batas normal.
Tidak ada limfadenopati servikal. Dari auskultasi didapatkan ronkhi kasar pada lapang paru atas,
tengah dan bawah, tidak ada wheezing. Pemeriksaan jantung tidak ditemukan kelainan, tidak
ada murmur atau gallop. Hasil pemeriksaan dahak S(psitif 1) P (positif2) S (negative). Oleh
dokter pasien diminta untuk rontgen, namun pasien menolak karena tidak punya uang.
1. Karena terdapat iritasi sehingga terjadi infeksi yang kronis yang mengakbatkan
obstruksi
2. - kenpa berat badan menurun : karena hasil metabolisme dalam tubuh digunakan
untuk melawan bakteri sehingga asupan gizi yang diserap berkurang, sehhingga
kurang nafsu makan yang mengakibatkan berart badan menurun
- demam naik turun : tergantung dengan daya tahan tubuh dan berat ringannya
infeksi kuman yang masuk
- kringat malam : ATP dogunakan pada malam hari untuk melawan bakteri sehingga
keluar keringat malam hari
3. Berhubuhan , temannya pasien ada yang mengalami sakit aru-paru dan jadi
penularan dan pekerjaannya pun mempengaruhu kesehatannya pasien
4. Karena sakitnya masih local belum menyebar
5. Infeksi masih local belum menyebar
6. Karena ada timbunan cairan / mucus pada alveolus
7. - terlihat infiltrate diseluruh lapang paru
- adanya timbunan cairan dan paru sehingga jarak antara costa lebih sempit atau
tidak sama
- terlihat lubang pada paru (cavitas apex)
8. Melakukan pengobatan
9. – pemeriksaan lab (sputum/tes tuberculin/tes darah (LED))
- CT scan MRI USG
10. Tidak berdampak negative hanya memperkuat diagnose dokter
11. SB
12. TB paru
13. SB
14. SB
15. SB
paru
Suhu naik turun lingkungan pekerjaan limfa denopati
Step 7 : kesimpulan
1. Indeks masa tubuh : ukuran yang membantu untuk menentukan apakah beresiko karena
penyakit yang berhubungan dengan berat badan
Rumus : berat badan (kg)/tinggi badan (m2 )
2. Murmur : suara auskultasi benigna atau patologik, terutama suara periodic yang
berlangsung singkat yang berasal dari jantung atau pembuluh
4. Pemeriksaan sputum
o Pemeriksaan sputum dapat dilakukan dengan 2 cara dalam Laboratorium
Mikrobiologi yaitu: Secara Mikroskopis (menggunakan mikroskop) dan Secara
Biakan atau Kultur.
o Untuk pemeriksaan tersebut maka kita butuh mengambil specimen sputum dari
penderita yang diduga menderita TBC,baik sbg bahan pemeriksaan mikroskopis
ataupun kultur.
Cara pengambilan specimen :
• Penderita dipersilahkan duduk tegak dalam ruangan yang tidak beratap(ada
cahaya matahari),kemudian dipersilahkan untuk menarik napas yang dalam, dan
ditahan, setelah itu dibatukkan sekaligus,sehingga sputum yang keluar berasal
dari paru-paru,bukan dari tenggorokan atau hidung,bila penderita sulit
mengeluarkan dahak,dapat dibantu dengan memberikan ekspektoran,baru
kemudian dibatukan.
Macam-macam sputum :
• Specimen sputum yang diperiksa secara mikroskopis adalah : sputum pagi-
sputum sewaktu- sputum pagi( p – s – p )(2hari).
• Sputum pagi ,adalah sputum yg dikeluarkan ketika penderita baru bangun tidur
pagi.
• Sputum Sewaktu /Spot Sputum, adalah sputum yang diambil ketika penderita
datang ke laboratorium (kapan saja).
• Koleksi Sputum,sputum yg ditampung selama 24jam.
5. Diagnosis banding
o Bronkopneumonia
o Bronchitis
o Tubercolosis paru
Tubercolosis
WHO: urutan ke-2 infeksi penyebab kematian
Mycrobacterium tubercolosis
Pathogenesis
Tubercolosis primer
Tubercolosis dekunder
Terjadi reaktivasi infeksi laten pada individu dengan daya tahan tubuh yang menurun
Pada gambaran radiologis biasanya ditemukan kavitasi pada apeks lubus atas paru
Diagnosis
Kelainan tergantung pada stadium penyakit infeksi, lokasi infeksi, status imun.
Farmakologi
OBAT Lini – I :
INH (H), Rifampisin (R), Etambutol (E), dan Pirazinamid (Z), Streptomisin (S)
OBAT Lini - II :
INH :
Struktur & mekanisme kerja :
Potensi antibakteri :
Sering digunakan INH dan Rifampisin intensif, tiap hari selama 1 – 3 bulan. Lalu 2x seminggu
selama 9 bulan.
Rifampisin
Mekanisme kerja: hambat fase awal sintesis RNA (RNA-polimerase yang tergantung DNA)
Resistensi: tidak ada kros-resistensi, resistensi dapat meningkat dengan pemberian tunggal.
Sensitif terhadap mikobakterial atipik.
Dosis dewasa: 600 mg, 1 kali sehari, sejam sebelum makan atau 2 jam setelah makan
Diaminodibutanol
Resistensi:
Pirazinamid
Bakterisidal terhadap mikobakteri yang aktif membelah, terkuat dalam suasana asam
(intraseluler)
Penting untuk terapi jangka pendek (6 bulan) terapi tbc dengan obat kombinasi
Dosis harian dewasa: 15-30 mg/kg per oral, diberikan dosis terbagi 3-4, max. 3 gr.
Dosis anak-anak: 15-40 mg/kg/hari, dosis terbagi tiap 12-24 jam, max. 2 gr.
Streptomisin
Diberikan parenteral dikombinasikan dengan OAT lainnya. Jarang digunakan, terutama untuk
keadaan yang berat seperti meningitis tb.
Dosis dewasa 15 mg/kg/hari dibagi tiap 12 jam, maks. 2 gr/hari. Dosis anak 20 – 40 mg/hari
dibagi tiap 12-24 jam atau 15-30 mg/kgBB/hari maks 2 gr/hari. Diberikan selama 2-3 bulan
atau lebih cepat bila kultur didapatkan negatif.